Selasa, 31 Januari 2012

Romansa : Quo Vadis - Siapakah Aku ?

Quo Vadis - Siapakah Aku, memang menjadi pertanyaan yang sangat mendasar bagi setiap pribadi gay - homoseksual sejati, dan pertanyaan yang sama pula selau menggelayut di benak Dino maupun Donny. Siapakah aku, mengapa aku begini, kenapa berbeda orientasi seks dibanding masyarakat umum lain, untuk apa aku dilahirkan kalau hal tersebut memang tidak diperbolehkan, bagaimana semua ini dapat terjadi padahal kalau dapatlah memilih tentunya akan jatuh pilihan kepada pola hidup "normal" yang diterima masyarakat, seribu satu pertanyaan namun belum satupun jawaban.

Pilihan hidup yang tidak lazim, pola orientasi seksual menyimpang, kelainan jiwa, dan seribu satu tuduhan kepada pribadi gay - homoseksual sejati, walaupun sebenarnya dari lubuk hati yang paling dalam hendak diteriakkan ke dunia luas bahwa kami normal, sama seperti anda ingin mencintai dan dicintai, ingin menyayangi dan disayangi, ingin memberi arti bagi sesama makhluk hidup lainnya, hanya saja bila anda memilih memek maka kami memilih kontol. Hanya beda dalam menjatuhkan pilihan, tak ubahnya anda memilih baju warna merah untuk dipakai maka kami memilih baju warna biru.

Apakah salah bila kami memilih baju biru untuk dipakai sedangkan anda memilih baju merah ? Atau seperti pilihan di restoran cepat saji, anda memilih ayam goreng sedangkan kami memilih terong bakar. Bila warna biru tidak dibenarkan maka tolonglah jangan adakan warna biru atau bila memilih terong bakar tidak dibenarkan tolong jangan sajikan terong bakar, agar pilihan kami tidak salah tidak dihujat dicaci maki dianggap penyakit masyarakat dan seribu satu tuduhan lain hanya karena kami memilih beda. Kedua orang tua Donny meninggal dunia ketika berziarah ke negeri leluhur, jatuh bersama pesawat China Southern Airlines.

Perusahaan kini dibawah kendalinya, namun bisnis semakin suram, pekerja diperusahaannya tinggal kurang dari sepuluh jari tangan. Sebagian pekerja adalah orang tua yang tak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan ditempat lain karena faktor usia, dan sebagian lagi rekrutmen baru muda usia belum mempunyai pengalaman kerja sama sekali, unskilled labor, yang baru diterima lelaki muda yang hanya menjadi cem-ceman Donny. Sepeninggal kedua orang tuanya dan setelah kejadian di kelab malam itu, Donny menjadi semakin liar tak terkendali.

Moses, bodyguardnya semakin posessif, sok mengatur, cemburu buta nggak karuan, semakin kurang ajar berani memerintah Donny untuk mengisap kontolnya yang lagi ngaceng didalam ruang rapat didepan anak buah Donny yang lain untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa Donny hanya miliknya semata, bahkan suatu ketika dia sedemikian terbakar api cemburu menghajar Donny habis habisan hingga babak belur bengkak bingkil hingga tulang paha kanan Donny patah. Akhirnya menjadi urusan yang berwajib dan Moses dipecat, namun setelah sembuh dari patah tulang paha kelakuan Donny semakin gila, berpindah dari pelukan satu lelaki ke pelukan lelaki lain, kelab malam mana diseantero Jakarta yang tidak pernah dia sambangi dan pastilah membawa brondong muda belia pulang untuk dientot.

Pernah sekumpulan lelaki gemulai penari latar dari suatu dance grup tersohor diajak pesta seks di villanya di Puncak dengan berbagai macam gaya mengentot dan dientot dipraktekkan, namun jiwanya semakin hampa tak tentu arah, dendam kesumatnya terhadap Dino semakin membara, tak tahu mengapa tapi itulah yang dirasakannya. Konsentrasinya dalam menjalankan bisnis jasa semakin buyar, hampir tidak ada lagi order pekerjaan yang datang, kalaupun ada sekedar orderan kecil dan itupun terpaksa dia sub kontrakkan karena materi pekerja di perusahaannya tinggal sedemikian rupa tanpa etos kerja dan tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan orderan tersebut tepat waktu. Dino mengalami permasalahan yang sama dengan Hermansen, bodyguardnya semakin keblinger nggak tahu aturan lagi.

Kedua orang tuanya sangat prihatin melihat kehidupan Dino, sering kali datang kekantor dalam kondisi babak belur akibat diperkosa oleh Hermansen malam harinya sambil disiksa. Bibir jontor, terkadang mata biru lebam, bahkan tidak jarang Dino ke kantor dengan berjalan tertatih tatih karena lobang pantatnya dihajar dengan dildo berduri, namun sering kali pula Dino harus berbohong kepada semua orang tentang apa yang dialami sebenarnya karena akhirnya dia menikmati juga siksaan bodyguardnya pada tubuhnya sebelum dientot dengan brutal dan buas oleh Hermansen.

Pernah Hermansen membawa 3 lonte jalanan dan mengentotin lonte itu satu persatu diatas meja kerja Dino disiang bolong, ketika Dino masuk ke kamar kerjanya Hermansen tetap saja menggenjotkan kontolnya yang gede ke memek lonte tersebut dihadapan Dino diatas meja kerja Dino hingga segala kertas dokumen berhamburan ke lantai tanpa merasa bersalah ataupun risih. Hal itu membuat Dino berapi api marah murka dan memecat bodyguardnya pada hari itu juga, namun akibatnya sangat fatal, malam harinya Hermansen menyelinap masuk ke kamar Dino dan menghajarnya habis habisan babak belur hingga tulang lengan atas kiri Dino patah dan diperkosa dengan sadis hingga lobang pantat Dino robek nggak karuan bercucuran berdarah, dikencingi dan astaga diberaki oleh Hermansen dan tainya dilumurkan kesekujur tubuh Dino yang sudah tergeletak teronggok bagaikan kain buruk.

Orang tua Dino sangat berkeberatan dan mengadu ke polisi, akhirnya Hermansen ditangkap. Tak sanggup menahan derita, bisnis hancur, anak babak belur, ayah Dino meninggal tak berapa lama setelah kejadian tersebut karena serangan jantung dan 40 hari kemudian menyusul pula ibunya yang terserang stroke berat oleh kesedihan yang mendalam ditinggal suami, jatuh di kamar mandi mengorok dan berpulang ke alam baka. Kini perusahaan ayahnya sepenuhnya dibawah kendali Dino, namun tak banyak lagi yang dapat diperbuat, para pekerja sebagian besar mengundurkan diri dan dapat pekerjaan yang lebih menjanjikan ditempat lain, tinggal hanya beberapa orang saja yang menjaga kantor.

Kehidupan pribadi Dino juga semakin tak terkendali, mabuk main madat mlanang, hampir setiap hari dia bermandikan pejuh lelaki muda perkasa yang diangkutnya dari mana saja atau mengitari setiap tempat mangkal waria disudut remang ibukota mengentotin mereka ditaman, dipinggiran rel kereta api, dibantaran sungai, dimana saja ditempat publik Dino seakan sudah putus urat malunya. Dalam relung hati yang dalam masih tersimpan dendam amarah membara membakar jiwanya akan sahabatnya Donny, dan hal itu pula agaknya yang menjadi latar belakang yang membuatnya semakin liar semakin brutal serta tak terkendali lagi. Pulau Laki, surga kaum lelaki pencinta lelaki.

Malam itu ada pesta gay yang diadakan sebuah perkumpulan pecinta sejenis dengan acara yang meriah dan seronok dibawah siraman cahaya rembulan penuh waktu. Dino ada disana dan Donny juga, deg serrr... amarah dendam kesumat yang tahu ujung pangkal kembali berkobar menyala, bertatapan mata dengan tajam, gigi gemeretak, otot mengejang dan gedebag gedebug gedebag gedebug, perkelahian terjadi antara Dino dan Donny tanpa sebab yang jelas dengan bagaikan dua banteng ketaton mengadu kekuatan memperebutkan tampuk pemimpin kelompok, dikelilingi oleh kelompok pria pencinta sejenis sambil bertepuk tangan memberikan semangat berdesah berdecak berbinar melihat dua tubuh lelaki bertarung saling meranggut saling menerkam saling menerjang, baju robek berserpihan, celana robek menganga, tonjolan otot berkeringat berkilauan ditimpa cahaya rembulan menambah sensualnya pemandangan tersebut.

Tubuh Dino sekarang bukanlah Dino yang dahulu demikian pula tubuh Donny sekarang bukanlah Donny yang dahulu, keduanya telah tumbuh kekar berotot mekar berkat latihan dan pengalaman hidup yang keras bersama bodyguard sadis masing masing, dan pergulatan kali ini bukanlah pergulatan semasa sekolah dahulu, dua lelaki penuh nafsu amarah angkara murka saling berusaha menghabiskan lawannya sehingga akhirnya keduanya dilerai oleh kelompok gay yang telah puas melihat pergumulan tersebut dan melihat kenyataan bahwa kedua petarung bukan main main lagi tetapi tampak benar benar bernafsu untuk membunuh.

Keduanya berontak di dalam cengkeraman beberapa lelaki tegap yang melerai mereka, meradang minta untuk segera dilepaskan karena petarungan belum selesai dengan tuntas, darah telah bercucuran dari kepala muka membasahi serpihan baju dan serpihan celana mereka, badan bilur bilur tergores mengeluarkan darah juga membuat keduanya semakin brutal beringas bernafsu namun cengkeraman beberapa lelaki masih lebih kuat dan membawa mereka ke cottage yang berjauhan serta tetap dijaga oleh masing masing kelompok agar tidak kembali lagi bertempur. Di cottage permainan yang biasa dilakukan oleh kelompok gay berlanjut, penuh desahan erangan dan lenguhan kenikmatan tiada tara ditingkahi jeritan lirih mendayu manja, namun Dino dan Donny hanya diam geram duduk terpaku disudut cottage masing masing tak berselera lagi mengikuti permainan orgi seronok yang dilakukan oleh kelompok gay tersebut.

Menjelang pagi semua lelaki telah berkali kali memuncratkan pejuh kenikmatan dalam permainan orgi tergeletak telanjang bulat kelahan dilantai cottage, berpelukan , 69 dengan kontol tertancap dimulut, maupun sandwich tiga orang bertumpuk dengan kontol diperam didalam lobang pantat. Merasa lepas pengamatan dari yang menjaganya Dino menyelinap keluar dan Donny juga beringsut keluar dari cottage. Dipinggir pantai pulau Laki menjelang fajar kembali pertarungan hidup mati dua anak manusia yang dulunya pernah bersahabat dan kini berseteru berlangsung semakin liar saling menyakiti saling menghancurkan melepaskan semua energi kemarahan yang selama ini terpendam membara, keduanya masih saling memukul saling meranggut saling mengunci walaupun sudah tampak sangat kelelahan kehabisan tenaga.

Hanya tersisa serpihan pakaian, nyaris telanjang bulat, kontol gelontang gelantung mengikuti irama ayunan tinju biji peler demikian pula, basah kuyup berkeringat berbalur pasir pantai. Dan satu pukulan telak dilakukan Dino pada tubuh Donny, pletaak... Donny limbung namun Dino malah tersungkur mengerang kesakitan ternyata bekas tangan kanan kirinya yang pernah patah dihajar oleh Hermansen tempo hari kembali patah, gelap, kesempatan tak disia siakan oleh Donny untuk menghajar menendang tubuh Dino yang tersungkur tadi dan pletaaak...

Donny juga tersungkur menjerit kesakitan karena tulang paha kanan yang pernah patah dihajar oleh Moses kembali patah, gelap. Keduanya pingsan di pasir pantai pulau Laki, sampai ditemukan oleh penjaga pantai pada pagi hari. Keduanya kini terbaring di Rumah Sakit, Dino di RS Pantai Kapuk dan Donny di RS Husada. Mata menatap kosong ke langit langit kamar Rumah Sakit masih mencoba mengembalikan ingatan tentang kejadian sebelumnya, namun jauh didalam biji mata mereka masih tampak kobaran dendam kesumat berkobar menyala menggelegak tak pernah padam, perseteruan dua anak manusia. Dalam masa tidak sadarpun keduanya masih membayangkan lanjutan pertempuran mereka.

Dino membayangkan bahwa kini kontolnya yang gede panjang memakai kondom bertaji baja tajam sedang mengentotin Donny hingga lobang pantatnya robek teriris iris berdarah bercampur lumuran pejuh kencing dan tai hingga Donny kelojotan mengejang meregang nyawa karena kehabisan darah sementara ia nglocoin kontol Donny dengan gel asam cuka pekat hingga kontol Donny terkelupas terbakar; Donny pada saat yang sama juga membayangkan sedang menghajar mulut Dino dengan kontolnya yang gede panjang berduri masuk jauh kedalam pangkal tenggorokan Doni hingga ia terbeliak kehabisan nafas meregang nyawa dan duri kontolnya menancap disekeliling tenggorokannya tembus keluar, sambil dia nglocoin kontol Dino dengan kertas pasir kasar sampai kontol Dino terkelupas berdarah darah.

Keduanya muncrat.. dan muncraaat.. dan muncraaaaat.. lagi diantara sadar dengan tidak diatas tempat tidur RS dimana mereka dirawat. Perawat pria membersihkan kontol ngaceng biji peler dan jembut item bergerumbul tebal mereka yang berlumuran pejuh kental anget legit itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.