Selasa, 31 Januari 2012

Moksa ke Nirvana Bersama A Wie

Pusat kebugaran, fitness centre, merupakan salah satu tempat rendevouz kaum homo gay pecinta sejenis doyan kontol seperti aku ini, kesanalah setiap hari senggang aku menghabiskan waktu selain untuk melatih otot dan kebugaran jasmani juga untuk melihat bahkan mendapatkan kontol untuk kebugaran rohani. Badan kekar berotot atletis berkilat berlumuran keringat, dada bidang dihiasi puting gede melenting bentuk tubuh segitiga pinggang ramping daging buah pantat kencang, paha kekar berotot betis kenyal dan yang terpenting tonjolan diselangkangan besar menggoda menggunduk mantap.

Whoosh... abis sudah jiwaku seakan melayang diawang awang bila bertemu lelaki muda perkasa seperti itu, seribu satu alasan akan dicari untuk dapat bertegur sapa syukur dapat bersatu raga, aih... aiiihhh... itulah kenyataan yang harus dilalui setiap pemuja kontol. Hari ini aku sedang berlatih disalah satu pusat kebugaran di bilangan Mangga Besar, ada beberapa orang yang sedang berlatih diruangan tersebut dan salah seorangnya adalah A Wie, pemuda Cina tampan bertubuh tinggi langsing berotot dan selebihnya memenuhi kriteria diatas tadi sehingga dapat menerbitkan air liur jahanam seorang homo bajingan dari sudut dunia manapun dia berada.

Radar homoku menangkap isyarat sinyal yang sama pula yang dipancarkan A Wie terhadap diriku, allright let's do it, why not... aku tetap berlatih dan memainkan satu persatu peralatan kebugaran dan pembentukan otot yang ada dipusat kebugaran tersebut sambil sesekali mencuri pandang ketempat dimana A Wie berada. Dia memakai kaos wrestling dan celana lycra ketat membalut tubuhnya yang kuning langsat, otot dada dan putingnya terpapar didepan mata, gede menggelembung kaya dua buah kipas dengan bintik merah jambu melenting berkilauan karena basah oleh keringat. Otot perutnya rata dengan tonjolan six pack tercetak dikaos wrestlingnya yang juga sudah basah kuyup oleh keringat turun membasahi selangkangan celana lycranya sehingga tonjolan gundukan kontol dan biji pelernya semakin nyata pula tercetak disana. Satu persatu orang meninggalkan tempat latihan untuk pulang karena sudah mendekati waktu tutup pusat kebugaran tersebut, tinggallah aku, A Wie dan Joel pelatih kebugaran dan ada beberapa petugas kebersihan diluar sana.

"Arrggh... tolongin gua... arrggh" A Wie berteriak minta tolong ketika bahunya kejang tatkala berbaring mengangkat barbel, suatu kejadian yang tak jarang ditemukan dipusat kebugaran terutama bila kita melakukan latihan yang berlebihan, over trained, atau bila belum melakukan pemanasan. Pelatih pusat kebugaran, Joel, lagi keluar ruangan maka aku dengan cepat menghampirinya mengangkangi tubuhnya dari depan dan membantunya untuk meletakkan barbel ke penyangganya

"Makasih... arrggh, masih kram bahu gua" kata A Wie sambil memijat otot deltoideus dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan yang satu bergerak kedepan sehingga menyentuh tonjolan kontolku... eits... sengaja atau tidak nih? fikirku
"Saya bantu pijat, boleh?" aku menawarkan jasa
"Aduh sekali lagi makasih, gua jadi merepotkan"
"Ah, gak papa... besok lusa mungkin giliran saya yang kram otot" kataku sambil mulai melakukan pijatan pada otot bahunya yang kejang tadi, masih dalam posisi A Wie telentang dibangku dan aku mengangkangi tubuhnya. Beberapa pijatan aku lakukan membuat A Wie menggeliat meringis menahan rasa sakit, tangannya yang satu menangkap sela pahaku dan meremasnya ketika dia berusaha menahan rasa sakit pijatanku di otot bahunya itu membuat kontolku otomatis tzzzooing... berdiri membuat tenda di celana boxer yang aku pakai, ya aku hanya memakai celana boxer tanpa celana dalam ketika melakukan latihan dipusat kebugaran.

"Arrggh... sshh... arrgghh... sshh... akhh" A Wie merintih, jakunnya naik turun, mulutnya setengah terbuka dihiasi bibir seksi merah enak diemut. Geliat gelinjang tubuh lelaki kekar berotot ditingkahi dengan desahan erangan dan rintihan jantan membuat nafsu birahi homo durjanaku menggelegak. Agaknya A Wie juga demikian karena remasannya disela pahaku kini sudah berubah menjadi belaian dan usapan lembut meraba kearah biji pelerku dan aku biarkan saja sampai dimana dia berani melakukan itu di ruangan ini. Akh... kini matanya memandang sayu menatap mataku, tangannya sudah menggerayangi batang kontolku yang kini mencuat tegak keluar dari pinggir celana boxerku

"Gua isep yah, kontol loe gua emut yah" pintanya
"Hmmm..." Hap, bagaikan ikan arwana menangkap mangsa dalam sekejap kepala kontolku diterkam oleh mulutnya dengan rakus menjilat mengemut dan mengisap batang kontolku sampai kandas kepangkalnya, jembutku menggelitik lobang hidungnya. Aku sedikit memelintirkan badanku sehingga sebelah tanganku membantu kepala A Wie maju mundur menyelomoti kontolku dan sebelah lagi tanganku menggosok gosokkan kontolnya yang ngaceng menggelembung di celana lycra basahnya

"Ssshh.. ahh.. kontolmu gede juga Wie" kataku sambil menurunkan celana lycranya membebaskan kontol ngaceng miliknya, ploph... kontol A Wie melenting keluar dari celananya, akh... masih kulup, belum bersunat rupanya. Kulit kulup kontol A Wie aku gesek gesekkan ke kepala kontolnya yang sudah merah merekah basah licin oleh keringat bercampur pre cum membuat dia semakin menggelupur mengelinjang terngial ngial sambil tetap menyedot kontolku semakin kuat semakin dalam melintasi pangkal kerongkongannya, deep throat, membuat aku juga menggelepar gelepar keenakan diatas tubuhnya yang kekar itu.

Aku melepaskan kontolku dari sedotannya dan merosot menurunkan tubuhku sehingga lobang pantatku yang sudah mengempot empot kini berada setentang kepala kontol cendawan merah milik A Wie, clup bless... kepala kontol berikut batang kontolnya menerabas cincin lobang pantatku, arrggh... fuck me A Wie, please fuck me harder... sambil mencipok bibirnya yang sensual itu, memainkan lidah didalam mulutnya dan di dalam mulutku, tangannya memilin kedua pentilku dan tanganku memilin kedua pentilnya dia mengentoti lobang pantatku.

Pinggangnya yang langsing tapi kokoh melenting lenting naik turun menghunjamkan kontolnya kedalam lobang pantatku dan sesekali aku mengeolkan pantatku mengayak batang kontolnya sehingga membuatnya melenguh panjang keenakan. Keringat bercucuran, dua tubuh licin berpelukan erat terengah engah nafas memburu bercipokan saling menjilat mengecup dan menggigit mesra membuat diriku seakan terbang melayang ke nirvana bersama A Wie.

Kini dia bangkit dari bangku sehingga posisiku berpelukan berpagutan mesra masih dengan batang kontol A Wie tertancap dalam dilobang pantatku, pindah ke sepeda statik, A Wie mengayuh sepeda dan aku terlonjak lonjak diantara kedua pahanya naik turun mengayuh pedal dengan kecepatan tinggi sementara batang kontolnya naik turun mengikuti irama kayuhannya didalam lobang pantatku menggesek prostatku dan batang kontolku tergesek gesek pula ditonjolan otot perutnya dengan otot perutku, arrgghh... semakin aku berteriak semakin bernafsu pula dia menggenjot pedal sepeda sampai tachometer menunjukkan angka merah, keringat membanjiri sekujur tubuhnya dan tubuhku, aku menggigit bahunya yang bidang terasa asin hangat keringat dan kuku jari tanganku mencengkeram otot belikatnya dan A Wie semakin meradang menerjang lobang kenikmatanku dan crrooth... crrootth... arrgghh... tubuhnya menggigil mengejang sementara kontolnya yang sudah ngaceng maksimal berdenyut denyut hebat didalam lobang pantatku menyemprotkan lahar pejuhnya berkali kali diiringi dengan lenguhan panjang kaya banteng jantan digorok lehernya... dan bles... tubuhnya ambruk kepayahan setelah sekian menit mengayuh sepeda statik dengan kecepatan tinggi dengan beban tubuhku diatas kedua pahanya...

"Oh... enak... sshh... enak bangeth... akh... lobang pantatmu lebih... enak dari memek" terengeh engah A Wie membisikkan ungkapan terima kasihnya padaku
"Iya, sodokan kontol loe juga nge-joss banget" balasku memujinya Sejenak kami berdiam diri dengan kontolnya masih menancap didalam lobang pantatku, mengatur nafas mendinginkan tubuh, sementara dari sudut mataku terlihat Joel sedang ngloco sambil memilin milin pentilnya sendiri dari balik kaca ruang ganti, rupanya dari tadi dia menikmati pertempuranku bersama A Wie dan sejenak kemudian terdengar pula erangan Joel dari bilik kamar ganti... akkhh... muncraaat, arrggh... sshh ohhh, muncraaat... erangan erotik Joel menyebabkan kontolku yang belum sempat muncrat kembali terkokang siap memuntahkan pelurunya.

"Gua entotin loe Wie, gua entotin loe ye" bisikku Tubuh A Wie nungging di bench press dan kontolku menghajar lobang pantatnya habis habisan sedalam mungkin sampai kandas ke pangkal kontolku jembutku menggelitik pinggir lobang pantatnya dan biji pelerku beradu dengan biji pelernya, tarik lagi sampai kebatas kepala kontolku yang sudah merekah merah keunguan mengembang kaya helm nazi dan ceprroot... nancap lagi sedalam mungkin, keluar lagi ceprroot... nancap lagi, semakin lama semakin cepat, full speed throtle, zzzziinngg... mendesing, zziinngg ditelingaku dan crrootth... crrootth... arrgghh crrootth... arrggh... fuck you bastard, fuck you.

Bersama lelaki kekar perkasa berotot kenyal putih kuning bernama A Wie, sementara kontol Joel kini ikut pula mengentoti lobang pantatku yang sudah menganga akibat hajaran A Wie tadi ikut mancrut crut cruuth akibat empotan lobang pantatku seirama keluarnya semprotan pejuhku di dalam peranakan A Wie. Bagaikan sandwich tubuhku terkapar diantara punggung A Wie yang basah berkeringat bertonjolan berotot kenyal dengan dada Joel yang juga basah berkeringat bertonjolan otot ketat menimpa punggungku, ledzat bin nikmat

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.