Selasa, 13 Agustus 2013

Di Pelabuhan Penyebrangan

Kondisi selat sunda sedang tidak bersahabat. Hal ini mengakibatkan terjadinya antrian truk – truk yang ingin menyebrang ke pulau sumatera. Dan gwe termasuk salah satu penumpang yang ikut stranded nggak bisa nyebrang. Iseng, gwe sengaja jalan – jalan kelilingan diantara deretan truk yang ngantri. Siapa tau bisa ketemu sama supir truk yang okeh dan mau gwe sepong kontolnya sambil nunggu laut tenang.

Hari sudah beranjak gelap saat gwe mulai turun ke barisan antrian truk itu. Dan gwe ngelewatin truk truk itu dan sempat bertegur sapa dengan supir truk yang berpapasan dengan gwe. Sayangnya belom nemu yang pas sama selera gwe.

Muter – muter sampe gwe kebelet kencing. Di salah satu toilet yang ada tempat mandinya, selesai gwe kencing, keluar dari dalam cubical satu sosok lelaki yang mirip – mirip mantan vokalis band taon 90an yang sekarang menjadi pelawak. Dia tampak habis mandi. Dengan celana sedengkul yang sudah mulai belel dan masih bertelanjang dada dengan handuk menggelantung di lehernya. Dia membawa plastic yang sepertinya berisi sabun dan shampoo. Gwe langsung tertarik dengan lelaki yang ini dan selera gwe banged. Dia berdiri didepan samping gwe didepan westafel sambil mengeringkan rambutnya. Gwe sambil cuci tangan mencuri-curi pandang ke arahnya. Dan berhubung nafsu homo gwe udah sampai keubun-ubun gwe mulai usaha pendekatan gwe dengan lelaki ini.

“Seger ya bang abis mandi,” kata gwe.

“he eh,” jawab dia sambil terus mengeringkan rambutnya dengan handuk.

“ketahan juga bang,” tanya gwe lagi.

“iya negh,” jawab dia singkat.

Dia lalu jalan menuju urinor untuk kencing dan gwe lalu ngikutin dia dan bediri diurinor sebelahnya walaupun gwe udah nggak kepengen pipis lagi. Dan gwe dengan sengaja dan terang-terangan ngintip – ngintip kontol dia yang kebetulan dia pipisnya tidak sampai nempel ke urinor. Kontolnya lumayan okeh walaupun masih dalam keadaan tertidur. Pengen banged langsung gwe emut itu kontol.

Si abang supir yang mungkin pura-pura cuek tetap kencing dengan santai. Gwe udah nekad, nggak peduli supir ini bakalan marah atau tidak. Dia selesai pipis dan memasukan kontolnya lagi ke balik celananya.

“Ikut gwe yuk,” katanya tiba-tiba.

“Ikut kemana bang?” tanya gwe.

“udah ikut ajah,” katanya lagi.

Bagai kerbau dicocok hidungnya, gwe ngikutin dia yang masih telanjang dada keluar dari toilet dan melewati antrian truk sampai akhirnya sampai di sebuah gubuk kecil yang tertutup dan letaknya agak jauh dari antrian truk dan agak terpencil.

Dia membuka pintu gubuk itu dan menyuruh gwe masuk. Didalam nggak ada apa-apa. Hanya ada tapang dan tiker diatasnya. Si abang supir ini menutup pintu dan menyerot pintu.

“loe homo kan?”katanya lagi.

“iya bang. Kenapa bang?” kata gwe yang tiba-tiba agak ngeri walaupun rasa nafsu yang lebih besar menguasai.

“kebetulan gwe udah lama nggak ngentot dan juga lagi bokek. Kalo sama perek harus bayar dan gwe yakin loe pasti sukarela kalo gwe entot,” kata si abang supir truk lagi.

Denger ucapan dia gwe nggak banyak ngomong lagi. Langsung deketin dia dan meremas selangkangannya. gwe lalu jongkok sementara dia kembali melepaskan pengait celananya dan menurunkan resletingnya. Gwe lalu menurunkan celananya dan juga celana dalamnya. Kontolnya kembali terpampang dan kali ini didepan mulut gwe dan siap untuk gwe emut sampai gwe puas. Kontol yang masih tertidur itu gwe kocok – kocok dulu sampai mulai mengencang. Lalu sambil terus gwe kocok, kepala kontolnya mulai gwe jilat – jilat. Si abang supir ini mulai mendesah ah uh oh keenakan. Puas jilatin kepala kontolnya, gwe mulai mengulumnya dan mengemutnya seperti mengemut es krim dan lalu seluruh batang kontolnya gwe telen dan mulai mengisap kontol si abang supir yang mirip pelawak mantan vokalis itu.

Sambil mengoral kontol si abang supir itu gwe mulai melepas kemeja gwe. Lalu gwe berhenti sebentar untuk lepasin celana gwe dan celana dalamnya dan akhirnya gwe hanya mengenakan singlet ajah. Gwe lanjut menyepong kontolnya sampai akhirnya si abang supir narik gwe bediri.

“gile!! Emang bener homo jago ngisep kontol,” kata si abang supir

“enak bang?” bisik gwe sambil mengocok kontolnya

“Enak! Tapi gwe udah pengen ngentot, cepetan loe nungging sana,” kata si abang supir.

“Abang dulu yang celentang,” kata gwe mencoba menggiring ke posisi ngentot kesukaan gwe.

Dia lalu nurut dan naik ke dipan lalu celentang sambil mengocok kontolnya. Gwe mengorek tas gwe mengeluarkan baby oil. Gwe lalu mengolesi seluruh batang kontol si abang supir ini dengan baby oil yang udah sangat nganceng sempurna.

Gwe lalu naik mengangkanginya dan perlahan mulai menduduki kontol si abang supir itu. Sakit mendera saat kepala kontolnya masuk kelobang pantat gwe. Perlahan kontolnya menghilang didalam lobang pantat gwe dan begitu masuk semua, gwe diam sebentar membiasakan kontolnya didalam lobang pantat gwe. Sambil menyandarkan tangan gwe di dada si abang supir ini gwe mulai berodeo turun naik diatas kontol si abang supir yang mirip pelawak mantan vokalis itu.

“Ahhhh!! Enaakk pantat loe lebih rapet daripada memek yang sering gwe ngentot,” racau si abang supir.

Gwe terus berodeo turun naik diatas kontolnya menikmati dalam posisi yang gwe sukai saat disetubuhi.

“Baannngg! Ahhhh!! Enak baannnggg! Kontol abang jantaannn ahhhhh,” desah gwe dan ini membuatnya tambah bergairah.

Si abang supir lalu mendesah panjang dan lalu gwe merasakan kontolnya menyemburkan pejunya didalam lobang pantat gwe. Sangat banyak sampai meleleh keluar dari dalam lobang pantat gwe. Tak lama gwe pun keluar dan membasahi perutnya.

“loe suka ya dudukin kontol,” kata si abang supir

“iya bang. Posisi kesukaan nih bang,” kata gwe sambil membelai dadanya dan perutnya yang basah oleh peju gwe.

“bagus! Loe punya banyak waktu buat dudukin kontol gwe sampe kita bisa nyebrang,” kata si abang supir itu.

Dan digubuk kecil itu yang ternyata suka dipake ngentot sama supir sama perek kalo lagi nggak bisa nyebrang, gwe puas nyepongin kontol si abang supir yang mirip pelawak mantan vokalis itu dan nelenin pejunya dan berodeo diatas batang kontolnya.

Di Tempat Kerja Baru

Gwe baru ajah pindah kerja dan sekarang kantor gwe digedung kantoran didaerah kuningan. akhirnya kesampean juga gwe kerja dikawasan kantoran elit dan yang bikin gwe seneng di kantoran ini suka banyak security yang okeh okeh dan yahud.

Tapi ternyata pengalaman pertama gwe digedung kantoran ini bukan dengan salah satu security yahud ini tapi dengan rekan kerja sekantor gwe juga.

Namanya Juki dan dia dibagian lapangan untuk urusan pembayaran dan orangnya biasa ajah dan jauh dari kesan cowok metroseksual yang biasa kerja kantoran di kawasan ini. tapi inilah yang menarik perhatian gwe. cowok dengan penampilan biasa justru lebih terlihat kejantanannya daripada cowok dandy metroseksual ini.

Sebulan kerja berlalu dan kebetulan karena gwe agak chubby dan senang becanda banyak teman-teman baru gwe yang suka becandain gwe dan termasuk Juki ini dan setiap kali dibecandain sama Juki gwe suka senyum-senyum malu pengen disodok. Dan memang gwe tertarik sama Juki ini. Dan selalu curi-curi pandang tiap kali dia lewat dan ada beredar di kantor.

Dan kebetulan satu hari gwe harus kerja lembur dan nggak sadar pas gwe liat jam ternyata udah jam 8 malam dan pas gwe ke belakang ke pantry mau taruh gelas gwe kaget begitu melihat Juki masih ada sedang ngerapihin beberapa berkas.

"Lho?! Mas Juki belom pulang?" tanya gwe

"Belom nih. Masih banyak yang harus dirapihin," jawabnya. "Kamu sendiri belom pulang?"

"Baru ajah beres.Ini mau pulang," jawab gwe. "Udah Mas, kerjaan mah nggak ada abisnya. Pulang ajah, sisain buat besok."

"Bener juga ya. Ya udah lha. Saya pulang juga," kata Juki sambil membersihkan mejanya.

Gwe lalu balik ke meja gwe dan merapikan meja gwe. Nggak lama Juki keluar sambil menenteng jaket dan helmnya.

"Ayo pulang," ajaknya.

"Nyoks," kata gwe lalu kita keluar dari kantor dan kompak menuju toilet dulu.

Kebetulan udah sepi dan ditoilet juga udah sepi nggak ada siapa-siapa lagi dan gwe lalu pipis di urinor disebelah Juki. Dan pas lagi buang air gwe sengaja lirik-lirik ke Juki dan kebetulan emang nggak ada pembatas diantara urinor ini. Kelakuan gwe terbilang nekad juga. Juki bisa ajah marah dan nampol gwe tapi apa daya kalo nekad gwe udah keluar gwe cenderung nggak peduli apapun.

Juki merhatiin kalo gwe curi-curi pandang ke dia dan dia lalu senyam-senyum.

"Ngapain kamu lirik-lirik? mau ngintip ya," katanya to the point.

Gwe kaget denger ucapannya dan cuma cengengesan.

"Bentuknya sama nggak ada beda sama kamu punya," kata Juki lagi.

"Ah! Punya Mas Juki lebih gede kali, biasa orang dengan body agak kurus kayak Mas Juki ini tuh itunya panjang," kata gwe nekad mancing di air keruh.

Juki tertawa lalu ia menekan tombol flush dan dari tangannya tampak dia membersihkan kontolnya dengan air dari flush lalu masih dengan kontol ditangannya Juki menghadap ke gwe.

"Gimana menurut kamu? Gede nggak?" tanyanya dengan senyum-senyum

"Lumayan Mas. Kalo udah nganceng gimana ya?" kata gwe lagi tetap mancing.

"Hehehehe," Juki hanya ketawa.

Gwe beres pipis dan lalu menggenggam kontol Juki setelah menyingkirkan tangannya dan mulai mengocoknya.

Juki hanya diam dengan aksi gwe mengocok kontolnya lalu dengan anggukan kepalanya dia mengajak masuk ke salah satu cubical dan masuklah kita ke dalam cubical yang paling pojok.

Di dalam cubical gw langsung jongkok semntara celana Juki turun sampe ke mata kakinya dan juga celana dalamnya. Gwe mulai lanjut ngocokin kontol Juki dan perlahan mulai nganceng.

"mmmmhhhh ... . sshhhh......aahhhhhh," Juki mendesah keenakan saat kontolnya gwe kocok.

Gwe bukan penyuka ngocok kontol. Sebagai homo bottom tulen gwe paling demen nyepong kontol dan Kontol Juki si lelaki yang gw incer ini nggak mungkin gwe sia-siakan.

Kepala kontol Juki yang udah nganceng itu mulai gwe kecup-kecup dan gwe jilat-jilat. Lalu batang kontolnya gwe angkat dan gwe mulai mejilat kedua biji peler Juki saling bergantian. Puas ngejilatin gwe mulai mengulum biji peler itu bergantian. Lalu dengan lidah gwe menjilati bagian bawah kontol Juki dan kembali ke kepala kontolnya dan mulai gwe kulum kepala kontol yang pink merekah itu. precum mulai ngucur dari ujung kontol Juki dan gwe isep-isep sambil sesekali menjilat kepala kontol itu yang ada dalam kuluman mulut gwe.

Juki makin mendesah liar menikmati kontolnya gwe isepin. Puas maenin kepala kontol Juki, gwe mulai ngulum seluruh batang kontolnya dan nggak lama kontol Juki mulai keluar masuk mulut gwe dengan precum yang terus mengucur deras.

Desahan Juki makin liar dan lalu dia memegang kepala gwe dan menahannya kemudian dengan desahan aaahhhhhh kontolnya mulai memuntahkan cairan maninya didalam mulut gwe. Saking banyaknya mani yang keluar gwe nggak bisa nelen semuanya dan akhirnya mengalir keluar dan membasahi dagu gwe.

Gwe masih mengulum kontol Juki sampe semua pejunya keluar semua dan kontolnya kembali ke ukuran semula lalu gwe berdiri sambil membersihkan peju yang belepetan di mulut gwe dengan tissue.

"Ternyata bener dugaan gwe kalo lu doyan kontol," kata Juki. "Dan lu pengen kontol gwa kan. gwa merhatiin loe sering ngelirik gwa."

"Tapi Mas Juki suka kan disepong?" tanya gwe dengan nada manja.

"Suka lha. Kebetulan bini gwa nggak pernah mau kalo maen mulut gini," kata Juki.

"Lho? Mas Juki udah kawin," kata gwe pura-pura kaget. gwe tau kalo sebenernya ini Juki udah kawin dan pasti udah punya anak.

"Blaga nggak tau lu," kata Juki sambil menoel pipi gwe.

"Ya udah, kalo bini Mas Juki nggak mau isep. Ya sini! saya ajah yang nyepongin kontol Mas Juki," kata gwe.

"Beres! Bisa sering sering nih," kata Juki sambil menaikan celana dalamnya.

"Eits! Kok dinaekin celananya. Isepan aku nggak gratis lho," kata gwe menahan tangan Juki menaikan celananya.

"Eh! gwe bukan homo ya! gwe nggak mau ngemot titit loe!" kata Juki mulai sewot.

"Tenang Mas Juki. jangan sewot dulu dong," kata gwe sambil membelai dadanya. menyabarkan sekalian menggrepenya.

"Maksud loe apaan minta balesan?" tanya Juki lagi masih agak tinggi nadanya.

"Aku isepin Mas Juki kapan ajah Mas mau, tapi abis diisep, Mas Juki mau dong ngentotin pantat gwe," kata gwe lagi tangan gwe tetap membelai dadanya.

Juki hanya diam sambil mandangin gwe. "Loe mau disodomi ama gwa?"

"Mau kan Mas?" kata gwe lagi dengan sedikit manja dengan tangan masih membelai dadanya.

"Sekarang?" tanya Juki lagi.

"Kalo Mas Juki masih sanggup," kata gwe.

Lalu Juki membalikan badan gwe dan mulai meremas pantat gwe yang lumayan nonjol ini. tangan Juki yang satu mulai mengocok kontolnya kembali supaya nganceng dan tangan yang satunya tetep meremas pantat gwe.

"Buka celana lu," kata Juki yang nafasnya mulai berat karena mulai terangsang lagi.

Gwe meraih tas gwe lalu mengeluarkan baby oil dan menyerahkan ke Juki.

"Olesin ke kontol Mas Juki ya biar masuknya nggak sakit nanti," kata gwe lalu menurunkan celana dan celana dalam gwe, sementara Juki mengoleskan baby oil ke sekujur kontolnya.

Gwe lalu nungging menopang tangan gwe didudukan toilet yg gw tutup dan Juki bediri dibelakang gwe dengan kontol nganceng dan licin oleh baby oil.

"Mas, sebelum dimasukin, kontolnya dimaenin dulu ya dibelahan pantat gwe," kata gwe.

Juki menuruti apa kata gwe lalu mulai memainkan kontolnya dibelahan pantat gwe. Kaos yang dipake Juki ternyata mengganggu dan selalu turun menutupi kontolnya sehingga akhirnya Juki melepaskan kaosnya dan membuatnya setengah telanjang. Badan Juki okeh juga, bukan body lelaki Lmen tapi menarik gwe yang emang doyan lelaki mas-mas biasa model Juki ini.

Juki kembali menuangkan baby oil ke kontolnya dan mengoleskan cukup banyak dibagian kepalanya dan lalu dengan perlahan mulai menyodokan kontolnya ke lobang pantat gwe.

"Ahhh . .. mmhmhhhh . . . pelan Mas," gwe merintih kesakitan saat kepala kontol Juki menyeruak masuk. perlahan tapi pasti kontol Juki mulai tenggelam di lobang pantat gwe sampe akhirnya masuk semua sampe ke pangkalnya.

"Gilee! ketat banget sih bool lu," kata Juki. "Nagih nih!" Gwe cuma tersenyum mendengar ucapannya sambil nahan sakit dan menyesuaikan dengan kontol Juki yang ada didalam pantat gwe.

Juki mulai menggenjot pantat gwe. pelan pelan lama lama mulai cepat dan tampaknya Juki sangat bernafsu ngentotin pantat gwe ini. Sampe akhirnya kepala kontol Juki mulai berdenyut dan kembali memuntahkan pejunya dan meleleh keluar lobang pantat gwe.

Nafas Juki ngos-ngosan dan lalu dia mencabut kontolnya yang udah kembali lemas.

"Mas,tolong bersihin dong pantat gwe dari benihmu ini," kata gwe masih dalam posisi nungging.

Juki tertawa lalu dengan tissue dia membersihkan pejunya dari pantat dan paha gwe.

"Enak juga ya pantat lu! rapet!" kata Juki sambil bersihin pantat gwe.

"Jadi mau dong Mas Juki tiap kali abis gwe isep terus ngentotin gwe," kata gwe.

"Boleh boleh ajah kalo gini mah," katanya lagi.

Kita lalu kembali berpakian dan waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.

Dan sejak saat itu gwe sama Juki jadi sering lembur dan cubical toilet dipojokan itu menjadi saksi permainan birahi kita berdua. Satu waktu gwe check in di hotel dan bbm Juki supaya mampir. Gwe nggak yakin dia akan mampir. Eh taunya dia dateng dan dikamar hotel diatas ranjang akhirnya kita bisa lebih bebas. Dan gwe kesampean dientot Juki sambil duduk diatas kontol Juki sementara dia celentang diranjang dan tangan gwe bermain didada dan perutnya. Sayang dia nggak bisa nginep karena takut bininya curiga. tapi besok paginya sebelum check out Juki kembali datang dan tentu sempat itu sekali isepan dan sekali entotan.

Sabtu, 06 Juli 2013

Biografi Seorang Chinese Slut 2

Dalam perjalanan pulang kami berdua diam saja, gw masih sedikit shock atas kelakuan supirku.. entah apa yg dipikirkan supirku, mungkin dia malah puas setelah disepong olehku. Gw jadi kepikiran, apa memang semua ini telah direncakan ya..

Jam sudah menunjukan pukul 6 sore saat mobilku sampai di depan gerbang pintu rumah. Pak Asep, satpam di rumahku dengan sigap membukakan pintu pagar rumahku. Pada saat mobilku telah diparkir di dalam garasi, kulihat orang tuaku belum pulang, tetapi untuk jaga2 agar tidak dilihat oleh pembantuku atau satpam rumahku, aku mulai melilitkan jaket sekolahku disekeliling celanaku untuk menyembunyikan depan celanaku yang basah oleh pejuku. Tetapi tiba2 jaketku direbut oleh supirku, “Udah ga usah pake gini2an, toh bokap nyokap lu jg blm pulang, udah sana turun!” katanya. Aku menurut saja.. dan ketika aku turun dari mobil, satpamku datang menghampiriku sambil membawa sebuah paket pos. Seketika gw panik sekali tapi akhirnya pasrah saja, Dia melihat celanaku yang basah tetapi tidak berkomentar apa2, dia hanya tersenyum saja dan menyerahkan sebuah paket sambil berkata “Ini tadi ada kiriman buat aden, baru sampe tadi sore jam 4”. Gw ambil paketnya dan segera bergegas pergi setelah berkata terima kasih. Rasanya malu sekali sambil berpikir di dalam hati, kira2 apa ya yang dipikirkan si Pak Asep.

Setelah sampai di kamarku, aku segera melepaskan semua baju seragamku dan bergegas mandi. Sehabis mandi gw membuka paket kiriman yang barusan gw terima. Ternyata itu adalah paket kiriman dari pamanku yang tinggal di hongkong, dan isinya ternyata sebuah handphone Nokia 7650 dan sebuah kartu ucapan ulang tahun. Sebenarnya ulang tahunku sudah lewat sebulan, tetapi karena paman tinggalnya jauh jadi gw maklumin aja, lagian hadiahnya keren juga. Nokia ini adalah satu2nya handphone yang ada kameranya pada saat itu. Wah bakalan jadi handphone paling keren nih di sekolah besok, setauku handphone type ini belum dijual resmi di Indonesia nih.

Tiba2 ada suara ketukan di kamarku, gw pikir mbok Inah mau ngasih tau makan malam sudah tersedia di meja makan seperti biasanya. Gw bergegas untuk membuka pintu, dan ternyata supirku yang ada di pintu. “Ini den tadi tasnya tertinggal di dalam mobil, mau ditaruh dimana?” sambil membawa ranselku di tangannya. “Oh taro di dalam aja” kataku sambil mempersilahkan dia masuk ke dalam kamarku. Dia memberiku kode untuk menutup pintu.. gw nurut aja. Setelah pintu ditutup, dia melempar tasku ke ranjang dan segera menjambak rambutku dan menekanku di lantai.. Gw mengaduh kesakitan dan berlutut di depan dia. “Nah lu paling cocok posisi begini kalo lagi sama gw sendirian!” katanya sambil meludah ke mukaku.. “dasar cina murahan” katanya sambil tertawa mengejek.

“Apa itu?” tanyanya sambil menujuk ke handphone baruku.. Gw bilang itu hadiah dari pamanku, handphone yg ada kameranya.. dan dia langsung bilang “Udah handphone gini buat gw aja, lu gak cocok pake barang bagus2” sambil mengambil handphone tersebut dari mejaku. “Ayo dong sekarang ngapain masa bengong aja, tugas kamu ngapain? Kan tadi gw udah bilang di mobil, tugas kamu itu buat muasin gw.. ayo dong keluarin kontol gw!” hardiknya.. Gw nurut aja sambil berkata “Iya tuan”.. tetapi dalam hatiku masih kesal karena hadiahku mau diambil sama dia. Sepertinya dia tau kalo gw ga setuju hp baru gw diambil dia, tetapi dia cuek aja sambil mengutak ngatik hp baruku.. Gw buka ritsleting celana dia dan mengeluarkan kontolnya dan mulai mengocoknya.. “ISEP DONG GOBLOK!!” bentaknya sambil kepalaku dipukul.. Gw buru2 menyepong kontol supirku untuk kedua kalinya dalam hari ini. Saat gw lagi menyepong dia, tiba2 “Liat sini” dan spontan gw liat keatas sambil mulut gw penuh dengan kontol hitamnya yang sudah ngaceng.. dan tiba2 ada suara kamera. Gila tenyata dia memotretku saat gw ngisep dia!! Gw udah mulai deg2an aja apa lagi rencananya, dan mulai mau merebut hp itu dari tangannya..

PLAAAAK tiba2 dia menamparku.. “Jangan berani2 ya? Kalo kamu macem2 gw kasih liat ini foto ke orang tua kamu, sekalian bakalan gw laporin ke kepala sekolah kamu di sekolah!” Gw jadi kaget, dan perasaanku bercampur aduk antara takut, sedih, dan juga kesal. “AYOO ISEP LAGI DONG!!!” bentaknya. “Jangan keras2 dong, nanti kedengeran mbok Inah gimana?” kataku memberanikan diri untuk berkata.. “Mbok inah tadi pergi ke dokter dianter sama Asep, katanya tadi mules, bokap nyokap lu jg tadi telpon bakalan pulang telat hari ini. Jadi sekarang cuma kita berdua aja di rumah, udah jangan banyak bacot lu, kalo lg berdua pokoknya lu cuma kacung seks gw.. NGERTI?” jawabnya.. “I.. iya tuan ngerti” kataku sambil mulai menyepong kontolnya lagi.. “Anak pintar” katanya sambil tersenyum puas.. dan mulai menjambak rambutku dan mengentoti mulutku.

Entotannya makin agresif dan dari erangannya gw merasa sebentar lagi bakalan keluar nih.. dan tiba2 benar saja.. CROOOT CROOT.. dia mengeluarkan pejuhnya di mulutku.. dan terakhir dia mengeluarkan kontolnya.. dan CROTT.. dia mengeluarkan peju terakhirnya di mukaku.. “TELEN semua peju gw anjing! Dasar Cina, enak gak peju gw?” katanya dengan kasar.. “E..enak tuan” jawabku sambil sibuk menelan pejunya dan menjilati kontolnya.. Tiba2 ada suara kamera lagi.. dia sedang memotret muka gw yg basah oleh peju dia.. dan lidahku sedang menjilati kontolnya.. “Foto yang bagus.. emang cina kyk kamu tuh paling cocok seperti ini, mukanya penuh dengah pejuh dan menjilat-jilat kontol”.. Sebenarnya gw udah horny banget diperlakukan seperti ini entah mengapa.. gw jawab “Iya tuan.. peju tuan enak sekali.. gw mau jadi pelayan kontol tuan”. Dia tertawa dengan nada mengejek.. lalu berkata “Akhirnya lu nyadar juga tempatlu di dalam hidup ini, jadi kacung kontolnya cowok pribumi... lu tuh emang dilahirkan buat itu, ngerti?” sambil meludah ke mukaku “Iya tuan” jawabku sambil tetap menjilati kontolnya yang masih besar walaupun sudah lemas.. “Masukin kontol gw ke mulut kamu” perintahnya. Gw nurut aja.. gw masukin kontolnya sambil gw jilat2in kepalanya.. “stop jilatin.. masukin biarin aja di dalem”. Gw nurut.. dan tiba2 aku merasakan cairan asin dan hangat memenuhi mulutku!! Dia kencing di dalam mulutku!! Secara spontan gw membuang air kencingnya ke lantai, dan dia juga spontan berhenti kencing dan langsung menamparku. “Dasar cina gak kepake!! kencing dibuang2, itu buat kamu minum TAU!” bentaknya.. “Maaf tuan gw kaget dan gak terbiasa.. gw ga bisa minum kencing” kataku.. Dia menjawab “Emangnya gw pikirin? Lu minum kencing gw ato gw sebarin nih gambar ke semua orang?” Katanya sambil tertawa bejad.. Akhirnya dia meneruskan kencing di mulut gw yang dengan susah payah gw telan semua.. Setelah habis dia tersenyum puas.. “Tuh bisa kan kalo memang ada niat.. awas ya lain kalo kalo sampe menyia- nyiakan kencing gw lagi” katanya..

Tiba2 ada suara pintu pagar dibuka dan suara mobil masuk ke dalam rumah. Ternyata orang tuaku baru saja pulang. “Hah dasar ganggu aja tuh bonyok lu, ga suka liat orang lagi bersenang2 apa, padahal gw belum menikmati bool kamu yg putih” katanya sambil memakai celananya kembali. Dia segera meninggalkanku yang masih berlutut di kamarku tanpa berkata apa2 lagi dan membawa hp baruku bersamanya. Setelah dia keluar akupun buru2 membersihkan kamarku dan mandi lagi agar orang tuaku tidak mencurigai apa2.

Malam itu gw ga bisa tidur memikirkan apa yang telah terjadi pada hari ini.. Gw tau kalo gw memang tertarik sama laki2 daripada perempuan, tetapi gw baru menyadari bahwa gw kok suka ya diperlakukan seperti layaknya gw budak seks dia aja.. Sebenarnya sebagian dari diriku ngga terima diperlakukan seperti itu, tetapi kok malah ngaceng dan sudah ejakulasi beberapa kali tanpa kontolku disentuh pada saat aku diperlakukan seperti itu. Akhirnya gw tertidur.. sambil memikirkan apalagi yang bakal terjadi besok.. dan bagaimana kelanjutan dari semua ini..

Jumat, 05 Juli 2013

Biografi Seorang Chinese Slut

Perkenalkan, nama gw Dennis.. gw sekarang sudah berumur 29 tahun. Gw adalah seorang laki2 warga Indonesia keturunan china yang suka sekali menjadi pemuas nafsu seks laki-laki pribumi. Entah bagaimana semuanya berkembang menjadi diri gw sekarang ini. Inilah cerita dari permulaan semua ini terjadi, yaitu pada saat gw baru diterima di bangku SMA di salah satu sekolah favorit di kota dimana gw dibesarkan.

Gw dilahirkan di keluarga yang cukup berada, sehingga boleh dibilang gw cukup puas karena apapun yang gw inginkan biasanya orang tua gw mengabulkannya. gw jarang sekali bertemu kedua orang tua gw, karena kesibukan mereka dengan pekerjaannya, paling2 hanya hari minggu saja kita semua ada kesempatan untuk berkumpul bersama. Karena itu mungkin juga mereka merasa bersalah atas kondisi yang ada dan cenderung mengabulkan segala keinginan gw selama ini.

Saat itu gw baru diterima di salah satu SMA swasta favorit di kota gw pada tahun 2000. Tahun yang dimana orang-orang bilang adalah millenium baru. Tidak heran anak2 SMA berlomba2 untuk hidup menjadi “lebih modern”, dan melengkapi diri masing2 dengan gadget2 terbaru pada saat itu. Salah satu status simbol yang paling “wah” adalah mengemudikan mobil sendiri ke sekolah.

Selama ini gw selalu diantar oleh supir keluarga gw, dan memang selama ini tidak ada kendala karena kedua orang tuaku telah mengatur jadwal mereka sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah bentrok antara jadwal sekolah gw dan jadwal kerja mereka. Apabila sampai ada bentrok biasanya mereka akhirnya mengemudi sendiri.

Saat itu gw berusia 16 tahun, dan belum mencapai usia yang legal untuk memiliki SIM, tetapi karena sudah cukup banyak teman2 yang mengemudikan motor dan mobilnya ke sekolah, maka gw memberanikan diri untuk meminta mobil untuk dikemudikan sendiri ke sekolah. Walaupun orang tua gw cenderung memanjakan gw, tetapi mereka juga merupakan sosok yang tegas dalam mendidik anak- anaknya dan cenderung galak kadang2. Mereka tidak setuju atas ide gw, dan karena gw terus-terusan merengek, akhirnya mereka setuju untuk memberikan solusi baru.. yaitu membelikan gw sebuah mobil baru berserta supir pribadi baru yang khusus untuk mengantarkan gw ke sekolah dan ke tempat2 lain. Walaupun ini bukan yang gw inginkan, tetapi akhirnya setuju juga.. Daripada ngga sama sekali deh pokoknya pikir gw.

Orang tuaku tau kalau gw ada sedikit kecewa akan keputusan ini, maka mereka memutuskan untuk membelikanku sebuah sedan mewah untuk mengobati kekecewaanku. Mereka membelikanku sebuah Mercedes-Benz C180 baru berwarna hitam, dimana untuk ukuran anak SMA itu sudah mewah sekali, dan tentu saja gw senang banget, karena walaupun gw ga bisa nyetir sendiri, at least mobilnya menang deh dari temen2 di sekolah. Orang tuaku akhirnya mendapatkan kandidat supir yang menurut mereka pas, namanya Udin, orangnya sekitar 25 tahunan dan berasal dari Jawa Tengah. Badannya tegap dan kulitnya agak hitam karena sering bekerja diluar.

Selama 2 tahun Udin dengan setia mengantarkanku kemanapun aku pergi, dan dia terkadang juga jadi temen curhat gw di mobil apabila sedang ada masalah, atau apabila sedang bertengkar dengan papa. Saat aku menginjak umur 18 tahun, aku minta papa untuk belajar mengemudi, tetapi papa tidak mengijinkanku. Dia bersikeras kalo gw baru boleh belajar nyetir dan memiliki SIM apabila sudah lulus SMA. “Nanti saja kalau kamu sudah kuliah papa kasih kamu nyetir mobil sendiri, bahaya anak2 muda sepertimu banyak yang suka kebut2an, pokoknya papa ga setuju, awas ya kalo sampe kamu berani bawa mobil sendiri. Papa bakalan sita mobil kamu” Begitu ancamnya. Ini membuatku kesal karena 18 tahun adalah usia yang sudah resmi untuk mendapatkan SIM. Aku utarakan kekecewaanku ini secara tidak sengaja pada saat aku dimobil disupiri oleh Udin.

Pada suatu hari, saat gw dalam perjalanan pulang ke rumah, tiba2 Udin nanya “Den, mau ngga coba belajar nyetir? Udin ga akan lapor ke papamu kok” Wah mendengar begitu kegirangan sekali tuh, bagaikan anak kecil dikasih permen aja. Gw lgs mengiyakan, dan mulai hari itu aku mulai diam2 diajarin nyetir mobil oleh supirku di komplek rumah yang ngga jauh dari komplek rumahku, karena lebih sepi, dan juga supaya ngga ada resiko berpapasan dengan orang tuaku apabila tiba2 mereka pulang ke rumah.

Sebulan sudah gw diajarin nyetir oleh supirku, dan gw udah lumayan lancar juga nyetir. Dia bilang hari ini kita ke tempat yang agak jauhan untuk latihan, dan gw nurut aja. Dia mengarahkanku ke sebuah komplek perumahan yang sangat sepi, dan gw ngga mengenal daerah ini. Dia suruh gw memarkirkan mobil untuk beristirahat sejenak sebelum pulang.. dan dia merebahkan kursinya.. dan mulai ngobrol denganku. Dia mulai memancing2 dan akhirnya kita ngobrol tentang kehidupan pribadiku.. “Den kok mas Udin perhatikan kamu belum ada pacar ya? Kok gak pernah liat aden bawa cewek pergi bareng?” tanyanya. “Iya nih mas, belum ada yg cocok aja” jawabku. Entah mengapa tiba2 dia bilang “Udahlah gak usah pura2 den, aden suka sama laki2 kan?” sambungnya. Terang gw kaget banget dibilang begitu, kok dia tau ya pikirku.. tapi gw berusaha menutupinya “Ngaco ah mas, ngga kok, memang blm ada yg cocok aja” kataku.

Tiba2 gw lihat kelakuan dia berubah dari yang tadinya sopan jadi kurang ajar... “Halah ga usah pura2 lah, homo kayak kamu keliatan kok, tampangnya aja normal padahal dalemnya pasti suka sama laki2” sambil dia membuka ritsleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah tegang dan mulai mengocok sedikit kontolnya. Terus terang gw ga bisa ngomong apa2 dan mencoba untuk mengelak “Eh mas ngaco ya, jangan macem2 ah udah ayo kita pulang aja” balasku sambil mulai mau memutar kunci kontak mobil. Tiba2 dia berkata dengan sedikit membentak “Udah ga usah pura2 kamu, isep kontol gw ato gw laporin ke bokap lu kalo lu maksa gw untuk bawa mobil sendiri! Kalo papamu gak percaya bisa tanya satpam komplek sebelah, dia kan temen gw. Sekarang isep aja nih kontol gw, kalo lu berani nyalain ni mobil gw laporin deh ke bokaplu”

Gw shock banget saat itu, supir gw yg biasanya baik dan sopan tiba2 kok jadi beringas seperti ini.. dan takut juga kalau sampe gw dilaporin ke papa gw, karena dia orangnya beneran tegas dan bisa aja gw dapet hukuman lain selain mobil gw diambil balik. Karena takut akhirnya gw memutuskan untuk nurut sama supir gw.. .”I.. iya deh mas tapi jangan lapor ke papa ya.. “ kataku.. dan dia menjawab dengan tegas “Panggil gw tuan kalo lagi sendirian, NGERTI? Sekarang AYO ISEP!!”.. Gw semakin takut karena sikap dia yang berubah 180 derajat.. dan mulai memegang kontolnya yang hitam dan sudah berdiri tegap sepanjang 20cm itu. Aku mulai menjilati kepala kontolnya yang merah dan sudah basah oleh precum. Dia tersenyum mengejek “Udah gw sangka lu emang doyan kontol, dasar cowok cina murahan.. ISEP YANG DALEM GOBLOK!! Gw suruh ISEP bukan JILAT!!” bentaknya.. Cepet2 gw masukin kontolnya yg udah tegang ke dalam mulut gw.. dan gw tersedak karena sebenarnya ini baru pertama kali gw ngisep kontol.. Dia terus mengolok2 gw sambil menekan2 kepala gw lebih dalem lagi.. “Mulai sekarang lu jadi piaraan gw, NGERTI! Pokoknya tiap gw pengen diisep lu harus nurut. Sekali gak nurut.. lu tau akibatnya deh” sambil tertawa dengan nada mengejek..

Dia semakin cepat memompa mulutku dengan kontol hitamnya, menekan2 kepalaku sambil mendesah keenakan.. “OHHH YESSS.. enak banget... yakin lu ga pernah ngisep sebelumnya? Cina2 kyk lu tuh emang dilahirkan buat ngisep kontol tau?! Apalagi kontol2 pribumi yang besar2, gak kyk kontol lu yg gak berguna itu... OHH yeahhh ayoo ISEP terus... rasain kejantanan gw.. “ Sambil terus menekan2 kepala gw. Tiba2 gw merasakan kontolnya semakin berdenyut2.. dan erangan dia semakin besar... dan tiba2 kontolnya memuntahkan pejunya di dalem mulut gw.. CROOOT CROOT.. “AHHH YESS TELEN SEMUA PEJU GW!!! Dasar cina.. nih makan peju perkasa gw!!”.. Setelah beberapa kali semprotan akhirnya aku berhasil menelan semua peju kentalnya. Agak mual tapi karena takut gw ga berani bilang apa2 dan berusaha menelan semuanya. Setelah puas.. dia tertawa puas sambil bilang “Awas ya kalo lu berani bilang2 ini ke siapapun, pokoknya lu akan menyesal.. NGERTI?” bilangnya.. Gw mengangguk saja, tetapi tiba2 dia menamparku sambil bilang “JAWAB kalo ditanya GOBLOK”.. langsung saja gw menjawab “I.iya tuan”.. Dia puas sekali mendengar jawabanku sambil tersenyum mengejek.

Setelah itu dia menyuruhku untuk tukar posisi dan mulai mengemudikan mobil untuk kembali pulang ke rumah.. Selama di perjalanan gw dicuekin sambil bertanya2 di dalam pikiranku.. what's next? Serem juga supir gw kok tiba2 bisa jadi kyk gitu... tapi horny juga nih daritadi gw udah 2x ejakulasi tanpa gw nyentuh kontol gw sama sekali. Kayaknya nanti sampe rumah gw harus nutupin celana gw pake jaket.. karena udah mulai keliatan basah oleh pejuku sendiri..

Rabu, 03 Juli 2013

Karyawan Laundry

Di sekitaran ruko kantor gwe ada ruko tempat laundry dan gwe udah lama jadi langganan di laundry tersebut. Biasanya karyawan yang bertugas banyakan perempuan dan jarang ada yang cowok.

Satu sore gwe ingin ngelaundry dan pulang kerja seperti biasa gwe mampir dan betapa terkejutnya yang jaga kali ini lelaki dan juga salah satu kriteria cowok kesukaan gwe. Tubuhnya agak tinggi dan kulit cendrung hitam. Dengan ramah dia menyambut gwe dan menerima baju gwe yang akan dilaundry.

Sebulan berlalu dan gwe jadi rajin ngelaundry. Baju yang biasanya gwe nggak laundry kali ini gwe laundry. Semua hanya untuk bertemu dengan si mas petugas laundry itu.

Satu hari gwe kerja lembur dan begitu pulang gwe nyempetin mampir ke tempat laundry untuk ngambil baju yang udah beres dan juga masukin baju lagi buat dilaundry. Begitu sampe ditempat laundry itu ternyata sign udah diganti jadi closed tapi si mas penjaganya masih ada. Pintu kaca gwe ketuk dan terlihat si mas melambaikan tangan menyilakan gwe masuk.

"Maap mas, udah tutup ya," kata gwe.

"Nggak apa - apa Pak. Mau ngambil apa mau cuci lagi?" kata si mas itu ramah

"Mau ngambil sekalian mau nyuci lagi," jawab gwe sambil naruh plastik berisi baju kotor yang mau gwe masukin untuk dilaundry.

Si mas itu lalu sibuk ngetik-ngetik di komputernya sambil ngelipat baju gwe yang mau di laundry lalu setelah beres dia mulai mencari baju yang mau gwe ambil diantara tumpukan baju yang sudah beres di laundry. Seklias gwe sempet ngeliat tangannya yang satu ngeremes selangkangannya sambil nyari baju gwe.

Baju gwe ketemu lalu sambil nerima duit gwe dia beberapa kali ngeremes selangkangannya sendiri.

Kesempatan dalam kesempitan yang nggak mungkin gwe lewatin.

"Kenapa mas burungnya? diremes terus dari tadi," tanya gwe.

"hehehe. nggak apa - apa," jawabnya sambil cengir cengir.

Gwe lalu menjulurkan tangan gwe dan memegang selangkangannya. "pengen gwe bantuin?"

Si mas penjaga laundry sempat kaget pas gwe nyelonong megang selangkangannya tapi lalu dia tersenyum

"Bentar ya mas," katanya. Dia lalu keluar menurunkan rollingdoor dan lalu memadamkan lampu ditempat biasa nerima baju laundry. Sementara itu gwe nyelonong masuk ke bagian dalam dan nggak lama dia muncul sambil ngeremas selangkangannya.

Gwe lalu berlutut depan dia dan membuka ikat pinggang celananya dan menurunkan resletingnya lalu menurunkan celana panjangnya sampai ke mata kaki. Kontol si mas penjaga laundry udah ngaceng dibalik boxernya. Gwe ngeremas kontol itu yang masih dibalik boxer dan menjilatinya juga. Desahan keenakan mengalir dari mulut si mas ini dan bagian kontol di boxernya udah basa sama ludah gwe. Lalu boxernya gwe turunin dan mencuat lha kontol si mas ini menabok mulut gwe.

Kebetulan gwe lagi haus akan peju lelaki, maka kontol si mas penjaga laundry itu langsung gwe kulum dan gwe sepong. Kontolnya keluar masuk mulut gwe sementara lidah gwe menyapu kepala kontolnya dan menjilati lobang pipisnya. Tampaknya si mas ini udah keenakan dan memang lagi sange sehingga belom puas gwe nyepong dia pejunya udah muncrat memenuhi mulut gwe.

Dan gwe amat terlatih menerima semburan peju dimulut mulai yang deras tiba-tiba sampai yang biasa ajah. Semuanya gwe telan langsung dan nggak ada yang menetes keluar. Kontolnya terus gwe kulum sampai balik ke ukuran normal dan nggak ada lagi peju yang menetes.

"Cepet banged sih. gwe belom puas kan," kata gwe.

"iya. lagi sange berat," jawabnya. "lanjut di kost saya mau?"

Dan gwe ngikutin dia pulang ke kostnya. Dan semaleman gwe puas ngulumin kontolnya dan dientot dengan berbagai macam gwe sama dia.

Setibanya di kost karyawan laundry yang bernama Eko itu gwe langsung nelanjangin dia dan mendorong dia jatuh terlentang diranjang. gwe lalu melepas semua baju gwe dan langsung naik keranjang dan kembali mengulum kontolnya lagi.

Eko kembali meracau mendesah keenakan saat gwe kembali melakukan apa yang tadi gwe lakukan dengan kontolnya. Kepala kontolnya kembali gwe emut dan gwe jilat-jilat terutama pada lobang pipisnya. kedua bijinya juga gwe emut bergantian dan lalu penisnya mulai gwe sepong lagi sampe nganceng.

Begitu udah nganceng penuh, gwe stop nyepongnya dan gwe langsung pada posisi nungging.

"cepetan! ngentotin gwe!" pinta gwe.

Eko langsung berlutut dibelakang gwe lalu melumurkan baby oil ke kontolnya dan sebelum menusukan kontolnya dia memainkan kontolnya dibelahan pantat gwe. gosh! gwe suka banged kalo sebelum dientot, kontol dimaenin dibelahan pantat gwe. Lalu perlahan si Eko mulai mendorong kontolnya masuk menerobos lobang pantat gwe. Sakit!! Jadi bottom biar udah sering dientot tetep ajah ngerasa sakit pas ada kontol yang menyeruak masuk ke lobang pantat gwe.

Eko tidak tau kalo gwe kesakitan. dengan penuh nafsu dia terus mendorong masuk kontolnya sampe semua batang kontolnya terbenam dalam lobang pantat gwe. dia lalu menarik sampe tinggal kepala kontolnya yang terbenam lalu mendorong masuk kembali. terus dari yang semula pelan sampe akhirnya Eko menggenjot pantat gwe dengan penuh nafsu.

Kita ngentot nggak ganti posisi sama sekali, sampe akhirnya Eko mendesah keras dan gwe ngerasa semburan pejunya dilobang pantat gwe. entah perasaan gwe atau apa, tapi kali ini rasanya semburan pejunya si Eko lebih banyak dari tadi waktu pas gwe sepong. setelah pejunya keluar semua Eko mencabut kontolnya dan berbaring terlentang di ranjang.

10 menit kemudian gwe mulai menyepong kontolnya lagi. kali ini terus gwe sepong sampe dia muncrat lagi dan untuk kedua kalinya malam itu gwe meminum pejunya yang super lezat.

15 menit kemudian, gwe kembali nyepong itu kontol sampe nganceng dan lalu gwe naikin Eko dan duduk diatas kontolnya sambil berodeo dan kontol si Eko keluar masuk pantat gwe sampe akhirnya dia muncrat lagi.

dan setelah itu Eko jatuh tertidur. mungkin dia nggak ngira akan ketemu wild bottom kayak gwe.

permainan kembali dilanjutkan saat subuh menjelang.

Selasa, 02 Juli 2013

Mantan Suami Teman

Udah lama gwe kesemsem sama lakinya temen gwe yang bernama Fauzan yang usianya sepuluh taon diatas gwe itu. Kesempatan langka yang paling menyenangkan adalah waktu kita pegi outing bareng dan gwe harus berbagi kasur dengannya di ruang tamu villa. Ya, cuma sampe disitu ajah.

Beberapa tahun kemudian temen gwe itu cerai dengan lakinya dan ini membuat gwe jadi bertambah ingin bobo bareng dengan Kang Fauzan ini. Toh kalo sampe kejadian nggak bisa dibilang selingkuh toh. kan udah cerai.

Sampe pada satu weekend pas gwe mau pulang sehabis nongkrong dengan temen di salah satu caffee di kawasan Cikini ada yang nyapa gwe dan ternyata itu si Kang Fauzan. Kita sempat ngobrol sebentar dan buntutnya dia bersedia nganterin gwe pulang karena dia kebetulan mau ke rumah temennya yang searah sama rumah gwe. Pas dijalan, si Kang Fauzan kelupaan barang yang mau dikasih ketemennya, so akhirnya kita mampir dulu ke kostnya dia. Yup semenjak cerai, si Kang Fauzan ini tinggal ngekos.

Kebetulan juga gwe kebelet pipis, jadinya gwe minta ijin untuk turun dan numpang pipis. Bareng Kang Fauzan, gwe masuk ke kos dia yang lumayan sederhana dan kebetulan ada kamar mandi didalam.

Begitu gwe kelar pipis dan keluar kamar mandi si Kang Fauzan udah ngalungin handuk dan ternyata dia mau mandi dulu sebab kemungkinan akan pulang malem dari rumah temennya. Dia nyalain tivi dan gwe duduk di ranjang sambil nungguin si Kang Fauzan mandi.

10 menit kemudian, Kang Fauzan keluar dengan hanya berbalut handuk dipinggangnya dan dengan satu handuk kecil mengeringkan rambutnya yang basah. Oh my. gwe nggak percaya bakal melihat pemandangan ini lagi. Emang sih body Kang Fauzan bukan seperti para lelaki L-men dan perutnya cenderung ndut karena usianya udah 40 lebih. Tapi itu nggak nutup keseksiannya. Pertama kali ngeliat dia berbalut handuk ini juga saat outing dan ingin mandi.

Kang Fauzan lalu duduk disebelah gwe dan apa yang dia lakukan selanjutnya diluar dugaan gwe. Kang Fauzan ngelepasin handuk yang melingkar dipinggangnya dan mulai mengocok kontolnya sambil nyengir ke gwe.

"mau sepongin kontol gwa?" tanyanya dengan suara parau karena nafsu.

Tawaran yang nggak mungkin gwe tolak.

Gwe lalu jongkok depan dia dan mulai mengulum kontol duda keren itu. Kang Fauzan agak memiringkan badannya dan menahannya dengan kedua tangannya. Dan gwe mulai mengeluarkan keahlian gwe menyepong kontol lelaki. Untuk lelaki yang ini gwe ingin memberikan service yang terbaik karena kontol ini punya lelaki yang udah lama gwe idam-idamkan dan akhirnya tersaji didepan gwe untuk gwe nikmatin dan gwe nggak akan nyia-nyiain kesempatan ini.

Ngerasa baju gwe ini akan mengganggu, sebelum berbuat lebih gwe ngelepasin baju gwe dulu dan diperhatikan oleh Kang Fauzan dan dia tersenyum begitu gwe nyopotin celana dalam gwe.

"Kenapa kang?"

"itu kontol apa cabe rawit?"

"ah sebodo, toh cuma buat pipis ajah."

Gwe lalu kembali berlutut dan kepala kontol duda keren ini gwe emut-emut dan perlahan batangnya mulai memanjang. Sambil gwe emut kepala kontolnya, lidah gwe ngejilatin lobang pipisnya. Kang Fauzan mulai mendesah keenakan dan sekarang dia udahan terlentang diatas ranjang. Gwe beralih ke biji pelernya dan gwe kulum secara bergantian dan juga gwe jilatin masing - masing. Dari biji pelernya gwe menyapu lidah gwe menyusuri batang kontolnya sampi ke kepalanya dan mulai mengulum batang kontolnya. Lidah gwe tetep ngejilatin kontol Kang Fauzan sementara mulut gwe mulai menyepong kontol duda keren itu keluar masuk mulut gwe.

Sekitar lima menitan gwe menyepong kontol itu, Kang Fauzan lalu bangun dan menarik gwe bediri. Dia lalu mendorong gwe ke ranjang terlungkup. Gwe naik membetulkan terlungkup gwe diatas ranjang sementara Kang Fauzan mengambil baby oil lalu naik keranjang dan berlutut diantara kaki gwe sambil melumurkan baby oil ke sekujur batang kontolnya dan dia mengoleskan lebih di kepala kontolnya lalu juga melumurkan baby oil itu ke lobang pantat gwe dan dengan jarinya menusukan masuk ke pantat gwe yang bikin gwe menggelinjang.

Kang Fauzan mulai berbaring meniban badan gwe dan dengan perlahan mulai menancapkan kontolnya ke lobang pantat gwe.

"Auw!!! AUUUWWWW!!!" rintih gwe saat kepala kontol duda itu mulai menerobos masuk.

"Sakit?"

"Pelan - pelan kang,"

Kang Fauzan dengan pelan tapi pasti terus mendorong kontolnya sampe masuk semua. Sakit dan pantat gwe terasa penuh. Perlahan Kang Fauzan menarik keluar kontolnya sampe cuma kepalanya ajah yang terbenam dan lalu mulai mendorong masuk. Awalnya perlahan tapi tak lama gerakannya memompanya mulai cepat dan akhirnya lobang pantat gwe abis digagahi oleh duda keren ini.

"Aahhh!! Ngentootttt! Keluaaaarrrrrrr!!!" dan croooootttttt kontol Kang Fauzan menumpahkan pejunya didalam lobang pantat gwe.Cukup banyak karena gwe ngerasa semburannya nggak ada abisnya. Seandainya gwe bisa hamil, gwe yakin akan langsung hamil pas semburan pertama ini. Banyak pejunya yang meleleh keluar lobang pantat gwe.

Kang Fauzan lalu bersandar di punggung gwe dengan napas ngos-ngosan.

"enak juga ya ngentotin pantat lu?" kata Kang Fauzan.

"Kok mau sih kang?" tanya gwe penasaran.

"Gwe lagi sange dan daripada nyari pecun harus bayar eh ketemu lu dan gwe yakin lu pasti mau dientot gwa kan?" katanya.

Dan malam itu gwe nginep di kost Kang Fauzan dan dia membatalkan berkunjung ke rumah temennya. Lumayan juga akhirnya gwe kesampean ngerasain kontol duda keren lelaki idaman gwe dan meminum pejunya.

Senin, 01 Juli 2013

Supir Baru

Di kantor gwe ada supir yang baru masuk sekitar sebulanan. Dan kebetulan dia menjadi supir untuk divisi gwe. Kalo dilihat sih orangnya biasa ajah. Nggak cakep dan juga nggak jelek. Bodynya juga biasa. Kurus tapi nggak kurus amat. Mulanya gwe biasa ajah ngeliat dia tapi lama-lama setelah sering pergi disupirin sama dia kok rasanya tertarik juga sama ini orang.

Suatu waktu gwe harus tugas keluar kota dan nginep selama 2 malam. Dan kebetulan gwe disuruh pake mobil kantor dan gwe milih si Udin, nama driver ini, untuk yang nyupirin gwe. Dan selain bawa keperluan buat kerja, gwe juga bawa baby oil dan kondom. Siapa tau gwe bisa nikmatin kontol si Udin.

Biasanya untuk hotel selalu ada jatah kamar untuk supir tapi dengan alesan menghemat, gw sengaja minta satu kamar.

"Loe sekamar ajah sama gwe. Ngirit!" kata gwe

"Saya nggak masalah lha selama situ juga nggak masalah," kata si Udin.

Malamnya setelah makan malam kita bedua nyantai dikamar hotel. Gwe rebahan sengaja menggunakan singlet dan celana pendek sementara si Udin dengan kaos lusuh yang sepertinya biasa dipake buat tidur dan celana boxer. Gwe baca buku sementara si Udin nonton tivi.

"loe nggak apa-apa sama bini loe pegi sampe dua hari gini din" tanya gwe. saatnya beraksi. napsu gwe udah diubun-ubun.

"saya belom punya bini kok," jawab si Udin.

"Ooo. kalo pacar punya dong?" tanya gwe lagi

"ya gitu lha," kata si Udin lagi.

"ngomong-ngomong udah pernah gituan blom sama pacarnya?" tanya gwe mulai menjurus.

"hahahahhaha," si Udin cengengesan

"ditanya kok malah cengengesan toh," kata gwe.

"malu ah ngomongnya," kata si Udin.

"malu kenapa? cuma sama gwe ajah," kata gwe.

"ya pernah sih,tapi udah ah nanti suka pengen kalo ngomongin gituan," kata si Udin.

Teng! Ucapan si Udin seperti bel pertanda untuk bertindak lebih jauh lagi.

"kalo pengen ngocok ajah sana," kata gwe lagi. lalu gwe bediri dan pindah duduk di pinggir ranjang si Udin yang lagi celentang. "atau apa mau gwe bantuin," kata gwe lagi dengan tangan meremas selangkangan si Udin.

Si Udin agak kaget begitu tangang gwe ngeluyur ke selangkangannya tapi dia diam ajah dan tampaknya menikmati lalu berkata,"katanya diisep enak ya? saya belom pernah diisep."

Nah! Si Udin tampaknya udah mulai sange dan pengen diisep.

Gwe hanya tersenyum lalu naik keranjang setelah ngelepasin boxer si Udin. Keliatan kontolnya udah mulai nganceng. gwe duduk diantara kaki si Udin dan mulai mengocok kontolnya. Si Udin mulai mendesah nikmat padahal baru dikocok ajah tuh kontol.

Gwe lalu terlungkup dan kontol si Udin tetep gwe kocok-kocok sementara lidah gwe mulai menyapu kepala kontolnya. Tuh kepala gwe jilat sampe basah sama ludah gwe yang kecampur sama precum si Udin. Lobang pipis itu kontol juga nggak luput gwe jilatin.

Puas jilatin kepala kontol si Udin gwe mulai mengulum itu kepala kontol dan gwe emut-emut sementara lidah gwe tetep menjilat-jilat. Desahan napas si Udin makin menjadi-jadi. Tampaknya dia emang keenakan kontolnya gwe sepong.

Perlahan gwe mulai mengulum seluruh batang kontol si Udin dan hanya 3/4 yang masuk. Dan gwe mulai mengisap kontol si Udin keluar masuk mulut gwe.

Si Udin bener-bener keenakan dan nggak lama setelah gwe isep kontolnya mulai memuntahkan pejunya. Lumayan banyak cairan kental putih itu muncrat. Untung gwe udah terbiasa dengan semburan peju yang muncrat didalam mulut gwe, Biarpun banyak nggak ada yang meleleh keluar mulut gwe, Semuanya abis gwe telan.

Kontol si Udin tetep gwe isep-isep sampe kembali melemas dan semua pejunya abis gwe telen.

"Gimana? enak?" tanya gwe

"ternyata enak ya diisep. apalagi yang ngisep homo," kata dia.

"tapi gwe belom puas. loe cepet banged keluarnya," kata gwe.

"abis enak," katanya si Udin sambil cengengesan.

Gwe lalu ke kamar mandi sebentar untuk kumur-kumut lalu ngambil baby oil dari tas gwe.

"Loe udah gwe isep, sekarang loe ngentotin gwe," kata gwe.

"eh?" si Udin bingung.

Gwe langsung naik keranjang setelah lepasin celana gwe dan duduk tepat diatas kontol si Udin dan mulai berodeo ngegesekin pantat gwe ke kontolnya yang perlahan mulai kembali nganceng lagi. Gwe narik kaos si Udin dan menyuruhnya ngelepasin. Dan akhirnya si Udin telanjang bulat terlentang dengan gwe masih berodeo diatas kontolnya. Setelah gwe ngerasa kontol si Udin nganceng penuh gwe bangkit dan pindah tengkurup di ranjang bagian gwe dengan kaki tebuka.

"ayo din, sodok pantat gwe. rasanya lebih rapet daripada memek cewek loe," kata gwe.

Si Udin bangkit dari ranjang dan lalu berlutut diantara kaki gwe sambil mengocok kontolnya untuk menjaga ereksinya.

"olesin baby oil dulu din. di kontol loe sama ke lobang pantat gwe," kata gwe sambil ngasih baby oil.

Udin melumurkan baby oil ke kontolnya dan meratakan keseluruh batang kontolnya dan lalu juga ngelumurin ke lobang pantat gwe dan lalu dengan jarinya mendorong masih ke lobang pantat gwe.

"mmhhhhhh" desah gwe nggak nyangka bakalan disodok pake jari.

"rapet ya," kata si Udin lalu mulai menindih gwe dan mengarahkan kontolnya ke lobang pantat gwe. Dengan perlahan Udin mulai mendorong masuk kontolnya.

"mmmhhhh" gwe mendesah lagi. biarpun sering disodok tapi setiap kali ada kontol masuk tetep ajah kerasa sakitnya.

Si Udin terus mendorong masuk kontolnya sampe udah semua batangnya masuk lalu dia narik keluar hingga tinggal kepala kontolnya yang masih didalam lobang pantat gwe lalu kembali didorong masuk dan terus begitu.

Mula-mula pelan-pelan itu kontol keluar masuk lobang pantat gwe dan nggak lama si Udin mulai menyodok dengan cepat dan mulai dia mengentot gwe dengan penuh gairah. Udin menyangga tubuhnya dengan tangannya dikiri kanan gwe seperti push up dan pantanya maju mundur dengan cepat mendorong kontolnya memompa lobang pantat gwe.

Cukup lama juga si Udin menggenjot gwe sampe akhirnya dengan erangan keras dia kembali menembakan pejunya didalam lobang pantat gwe. Sementara gwe sendiri udah ngecret dari tadi akibat sodokan si Udin. Si Udin menjatuhkan tubuhnya diatas punggung gwe. Kontolnya tetep didalam lobang pantat gwe menumpahkan pejunya sampe keluar semua dan kontolnya kembali ke ukuran normal.

Malam itu gwe nyepong si Udin tiga kali dan sekali lagi si Udin ngentotin gwe. Besok malamnya kita ngeseks semalaman suntuk.

Pulang dari tugas ini sebulan sekali gwe sama Udin rutin ngeseks di kamar hotel budget yang sekarang banyak bermunculan di Jakarta.

Minggu, 30 Juni 2013

Aladin 3

“Benar juga katamu itu Jafar. Wahai pemuda apakah tempat tinggalmu semegah istanaku ini?” tanya raja.

“Tuanku, jika hamba memiliki tempat tinggal semegah tuanku, itu artinya hamba tidak menghormati tuanku raja. Namun demikian tempat tinggal hamba cukup megah tuanku. Tuanku raja dan Putri Jasmin hamba undang untuk melihat tempat tinggal hamba besok,” sahut Aladin mantap. Ibu Aladin dan Ali kaget mendengar jawaban Aladin yang nekat. Sementara jin lampu tenang-tenang saja.

“Baiklah, aku akan memenuhi undanganmu. Sekarang kalian boleh pergi. Persembahan kalian aku terima dengan senang hati,” kata sang raja materialistis.

“Kamu gila Aladin!” kata Ali dalam perjalanan pulang. “Tempat tinggal megah yang seperti apa yang engkau maksudkan?”

“Benar Aladin. Rumah kita hanya gubuk reyot seperti itu,” kata Ibu Aladin.

“Ibu dan Ali tenang saja. Bukankah kita memiliki jin lampu,” kata Aladin santai. “Jin lampu bisakah kau membuatkan aku istana yang sangat mirip seperti istana raja?”

“Tidak ada yang sulit buatku,” sahut jin lampu. Aladin tersenyum senang. Jin lampu benar-benar membuktikan apa yang dikatakannya. Setelah mengantarkan ibunya kembali ke rumah, Aladin bersama Ali dan jin lampu pergi mencari lahan kosong yang tidak dihuni orang untuk membangun istana buat Aladin. Setelah menemukan lahan kosong itu jin lampu mulai bekerja membuatkan Aladin istana yang sama megahnya dengan istana raja. Ali yang melihat pekerjaan jin lampu seorang diri membangun istana itu hanya terbengong-bengong. Dalam waktu semalam selesailah istana itu. Saat kokok ayam terdengar menyambut pagi di depan mata Aladin dan Ali sudah berdiri istana yang megah dan sangat mirip dengan istana milik raja.

“Gila, kau benar-benar luar biasa,” kata Ali memuji jin lampu. Ali terkagum-kagum melihat istana itu. Ia berkeliling melihat-lihat isi dalam istana. Tak sadar kalau Aladin dan jin lampu sudah tidak bersamanya lagi. Saat tersadar Ali sibuk mencari Aladin dan jin lampu.

Sementara itu Aladin dan jin lampu sudah asik bergumul di atas ranjang empuk di salah satu kamar istana itu. Atas pekerjaannya membuatkan istana, jin lampu meminta hadiah dari Aladin. Hadiahnya tak lain dan tak bukan adalah Aladin harus memuaskan birahinya. Dengan rela Aladin menyanggupinya. Saat Ali sibuk sendiri mengitari istana keduanya segera masuk ke dalam kamar dan memulai pergumulan birahi yang dahsyat.

“Ahhh… ahhh…. ahhhh…. Ahhhhh….,” jin mengerang-erang keenakan. Kedua tangannya berpegangan pada tiang tempat tidur. Sementara tubuhnya menungging seperti anjing. Dibelakangnya Aladin sibuk menggenjot-genjot dengan ganas sambil mulutnya menciumi punggung lebar jin lampu. Kedua tubuh kekar itu sudah basah kuyup bersimbah keringat. Bergerak-gerak memuaskan birahi mereka.

Sementara Ali terus sibuk mencari Aladin dan jin lampu. “Aladin, jin lampu. Dimana kalian?!!” teriaknya. Suaranya bergema di dalam ruangan istana megah nan luas yang tak berpenghuni itu. Satu per satu ruangan di periksanya sambil terus berteriak-teriak mencari. Hingga akhirnya pada satu ruangan Ali terkejut saat pintu ruangan itu dibukanya. “Aladin?!!!!!” serunya. Matanya membelalak. Di atas tempat tidur di dalam ruangan itu ia melihat pemandangan yang sangat tidak biasa baginya.

Aladin dan jin lampu tidur bersisian. Tubuh Aladin berada di belakang jin lampu. Kaki jin lampu mengangkang ke atas. Dibelakangnya Aladin sedang sibuk bergoyang pantat dengan cepat dan keras. Kontol Aladin didalam lobang pantat jin lampu. Bergerak keluar masuk dengan cepat dan keras. Sementara tangan Aladin sibuk mengocok-ngocok kontol jin lampu.

“Ahhh… ahhhh… ahhhh… ahhhh…,” keduanya mengerang-erang. Seruan Ali mengagetkan mereka. Erangan mereka terhenti. Kegiatan mereka terhenti. Masih dalam posisi seperti dilihat Ali, keduanya terkejut bukan alang kepalang.

“Apa yang kalian lakukan?” tanya Ali bingung. Matanya tak urung memandangi kontol keduanya yang besar.

Aladin segera melepaskan dirinya dari jin lampu. Dengan kontol masih mengacung keras didekatinya Ali. Kontolnya yang basah oleh ludah bergoyang-goyang seiring langkahnya. Mata Ali lekat menatapi kontol sahabatnya itu. Baru sekali ini ia melihat Aladin telanjang bulat seperti itu.

“Ali, duduklah. Aku akan menerangkannya padamu,” kata Aladin sambil menarik Ali untuk duduk di atas ranjang. Jin lampu pun ikut duduk bersila di atas ranjang. Aladin menceritakan segalanya tentang jin lampu. Ali mengangguk-angguk antara mengerti dengan bingung.

“Jadi……..engkau homosex ya Aladin?” tanya Ali.

“Tentu saja bukan. Jin lampu yang homosex. Aku hanya membantunya memuaskan birahinya. Jin lampu kan sudah menolongku, apa salahnya aku menolongnya,” sahut Aladin membela diri.

“Apakah engkau tidak merasa risih menggumuli laki-laki seperti dirimu juga?”

“Awalnya risih. Namun setelah merasakannya ternyata luar biasa nikmatnya. Tak ada salahnya kan memuaskan birahi bersama. Kami sama-sama puas,” sahut Aladin.

“Bagaimana dengan Putri Jasmin?”

“Ada apa dengannya? Aku tetap menyukainya. Aku yakin kontolku akan membuatnya terpuaskan,”

“Aku benar-benar bingung,” kata Ali. “Terserah kalianlah. Aku permisi dulu,”

“Mengapa terburu-buru. Kaupun bisa menikmatinya sekarang,” kata jin lampu mencegah Ali yang siap-siap untuk pergi.

“Maksudmu?” tanya Ali.

“Kita dapat melakukannya bertiga,” kata jin lampu tersenyum.

“Ya. Tentu saja. Mengapa tidak?” sahut Aladin gembira. Ali bingung. “Ayolah tak perlu ragu. Mari aku bantu melepaskan bajumu,” kata Aladin. Tangannya kemudian sibuk melepaskan pakaian Ali.

Pemuda itu benar-benar bingung. Ia seperti terhipnotis. Satu persatu pakaiannya lepas dari tubuhnya. Tubuhnya yang rammping kini terpampang di hadapan Aladin dan jin lampu. Putih bersih dan lumayan berotot. Ketiaknya bersih dari bulu. Jembutnya juga tidak terlalu lebat. Kontolnya yang masih tertidur menggantung diantara selangkangannya. Putih kemerahan. Jin lampu segera berjongkok di hadapan Ali. Mulutnya langsung menciumi kontol itu. Ali merinding.

“Ahhh. jangan….. jangan….,” katanya dalam erang. Namun tak ada usahanya untuk mengelak dari jin lampu.

“Nikmati saja,” bisik Aladin lembut. Aladin kemudian menuju ke arah belakang jin lampu. Tubuh kekar jin lampu kembali disuruhnya nungging. Rupanya Aladin ingin melanjutkan kembali entotannya di lobang pantat jin lampu.

Jin lampu segera memahami keinginan Aladin. Iapun merasa nanggung oleh sodokan lobang pantat Aladin. Segera ia menungging melebarkan paha sehingga kontol Aladin dapat dengan mudah menerobos lobang pantatnya. Sembari dientot mulut jin lampu sibuk mengulumi kontol Ali yang sudah menegang keras. Ketiganya kini asik menikmati permainan mesum sesama lelaki.

“Bagaimana Ali?” tanya Aladin sembari bergoyang-goyang pantat.

“Ahhhh… enak Aladin. Enak sekalihh…,” sahut Ali meringis malu.

“Mau yang lebih enak?” tanya Aladin lagi.

“Apa itu,”

“Aku entotin kamu seperti jin lampu,”

“Apa enggak sakit?”

“Awalnya sakit sedikit kan biasa. Buktinya jin lampu ketagihan dibeginiin,” sahut Aladin ia asik terus bergoyang. Gerakan pantatnya berbalasan dengan gerakan pantat jin lampu.

“Sepertinya enak ya ngentotin lobang pantat seperti itu Aladin,” kata Ali melihat Aladin keenakan.

“Enak sekali. Engkau ingin mencobanya?”

“Iya,” sahut Ali malu-malu.

“Kalau begitu silakan,” sahut Aladin. Dilepaskannya kontolnya dari lobang pantat jin lampu. Dengan penuh semangat Ali menuju ke belakang jin lampu. Dengan dibantu tangan Aladin, kontol Ali yang tidak terlalu besar berhasil masuk ke dalam lobang kenikmatan jin lampu. Ali mulai bergoyang-goyang.

“Ohhhhh… luar biasa… enakhh…,” katanya. Aladin tersenyum, jin lampu juga. Aladin kemudian berjongkok di belakang Ali.

“Li, kamu ngangkang sedikit. Aku ingin menikmati lobang pantat kamu yang masih perjaka ini,” kata Aladin. Ali yang sedang dilanda kenikmatan segera mengangkangkan pahanya. Tangan Aladin segerah melebarkan bongkahan pantat Ali. Lobang pantat Ali terlihat jelas oleh Aladin. Sangat rapat. Bentuknya seperti garis lurus yang berkeriput. Lidah Aladin segera menyapu lobang pantat itu.

Ali merinding. Sapuan lidah Aladin yang terasa basah dan hangat membuat darahnya berdesir. Aladin terus melakukan sapuan-sapuan. Sesekali jarinya menyodok-nyodok. Membuka celah sempit itu. Ali melenguh-lenguh.

Aladin terus melebar-lebarkan celah lobang pantat Ali. Usahanya cukup berhasil, dua jari Aladin kini bisa masuk menerobos celah sempit itu. Sodokan Aladin dirasakan Ali menambah kenikmatannya menggenjot. Ia semakin bernafsu.

Aladinpun semakin bersemangat mengerjai celah lobang pantat sahabatnya itu. Setelah sukses dengan dua jari, kini tiga jarinya mengobok-obok lobang kenikmatan Ali. Berulang-ulang Aladin meludahi celah pantat itu. Membuatnya licin dan lembab.

Tak ada komplain, tak ada penolakan dari Ali. Ia membiarkan saja Aladin sibuk merojok lobang pantatnya. Ali sibuk menikmati gesekan kontolnya di lobang pantat jin lampu. Rojokan Aladin semakin buas. Lobang pantat Ali dirasakannya semakin beradaptasi dengan tusukan benda panjang dan tumpul. Perkiraan Aladin, sahabatnya itu sudah siap untuk ditusuk dengan kontol. Aladin kemudian berdiri di belakang Ali. Kontolnya yang tegak digosok-gosoknya di celah buah pantat sahabatnya.

“Sekarang aku akan memberikanmu kenikmatan yang sesungguhnya,” bisik Aladin lembut di telinga Ali. Jemarinya melebarkan buah pantat Ali. Ujung kepala kontolnya digesekkan di celah lobang pantat Ali. Mulut lobang pantat Ali yang terbuka diterobosnya perlahan. Ali mengerang. Kepala kontol Aladin mulai menyusup ke celah lobang pantat itu.

“Ahhhhhh….,” Ali mengerang. Gerakan pantatnya berhenti. Ia kesakitan. “Sakittt sekalihh…,” katanya.

“Jangan dilawan. Tarik nafas dalam-dalam,” kata Aladin. Sementara tangan yang satu melebarkan buah pantat, tangan Aladin yang lain mencengkeram pinggang Ali yang ramping. Ini dilakukannya agar menghentikan gerakan pantat Ali yang berusaha menghindar. Kontol Aladin menerobos terus ke dalam.

“Ahhhhh…… sakitthhhhh,…..,” kata Ali lagi. Aladin tak peduli. Ia terus mendorong. Aladin sedang menikmati sempitnya celah lobang pantat Ali yang menjepit kontolnya. Sensasinya sangat luar biasa. Sangat berbeda dari lobang pantat jin lampu yang sudah longgar. Tanpa merasa kasihan Aladin terus menjebol keperjakaan Ali. Kontolnya yang gemuk dan panjang terus bergerak masuk. Lobang pantat Ali terasa penuh.

Diiringi erangan kesakitan Ali, Aladin menancapkan seluruh batang kontolnya ke dalam lobang pantat sahabatnya itu. Ali merasakan lobang pantatnya sangat perih. Kontolnya yang tadi keras di dalam lobang pantat jin lamu mulai lemas. Jin lampu yang tadi keenakan ditancapin kontol Ali yang mengeras menjadi hilang birahi. Kontol Ali dilepaskannya dari lobang pantatnya. Kemudian ia berjongkok di depan Ali. Kontol Ali yang lemas segera dihisapnya. Wajahnya terbenam di selangkangan Ali.

Aladin mulai bergerak pantat maju mundur. Kontolnya memompa lobang pantat Ali dengan cepat. Ali mengerang-erang. Matanya terpejam-pejam menahan sakit. Sementara di depannya, pada selangkangannya, jin lampu sibuk mengulum. Tiga pemuda gagah itu basah kuyup bersimbah keringat. Aladin terus mengentot tanpa rasa kasihan. Saat itu yang ada dibenaknya hanyalah mereguk kenikmatan dari celah lobang pantat sahabatnya itu.

“Ohhh… ohhhh… ohhhhh…. Ohhhhhh…. Ohhhhh…… ohhhhh……,” erang Aladin.

“Ahhh..... ahhh..... ahhhh....,” racau Ali antara sakit dan nikmat.

Akhirnya tiba juga orgasme Aladin. Seperti biasa tubuhnya kelojotan. Pantatnya menekan keras. Membuat kontolnya terbenam dalam-dalam di lobang pantat Ali. Sesaat kemudian dari lobang kencingnya menyemburlah sperma. Ali mendongak menikmati sensasi semburan itu. Matanya terpejam, bibir bawahnya digigitnya dengan gigi atasnya.

Entah karena sensasi semburan sperma Aladin, atau karena kuluman mulut jin lampu, atau memang karena sudah saatnya, Ali pun orgasme. Kontolnya berdenyut-denyut. Spermanya tumpah ruah memenuhi mulut jin lampu.

Jin lampu mengocok-ngocok kontolnya sendiri. Iapun ingin segera menuntaskan birahinya. Beberapa menit kemudian iapun orgasme. Spermanya tumpah berceceran membasahi lantai. Tiga pemuda itu kemudian ambruk di atas ranjang. Lelah, usai memacu birahi mereka yang binal.

Sesuai dengan yang sudah dijanjikan, rombongan kerajaan tiba di istana Aladin siang harinya. Sang raja benar-benar takjub melihat istinana bikinan jin lampu itu. Sedemikian miripnya istana itu dengan istana kerajaan membuat raja mengira itu adalah istananya sendiri.

Sang raja yang punya sifat bawaan matre akhirnya langsung menyetujui lamaran Aladin pada Putri Jasmin, putri semata wayangnya. Segala hasutan Jafar sang menteri tak lagi dapat mempengaruhinya. Sang raja kemudian memerintahkan para menterinya untuk memeprsiapkan pernikahan antara Aladin dan Putri Jasmin secepatnya.

Sepekan kemudian raja melangsungkan pernikahan putrinya dengan Aladin di Istana kerjaan dalam sebuah pesta yang sangat megah. Tujuh hari tujuh malam lamanya. Seluruh negara-negara tetangga di undang memeriahkan pesta itu. Semua terlihat gembira dan bahagia. Ibu Aladin, Ali, dan juga jin lampu. Apalagi Aladin dan Putri Jasmin. Keduanya terlihat sangat bahagia dan senantiasa tersenyum di atas kursi pelaminan mereka. Keduanya asik bercanda-canda dalam kemesraan. Hanya ada satu orang yang tidak bahagia hari itu. Siapa lagi kalau bukan Jafar. Selama pesta berlangsung, ia sibuk memikirkan usaha untuk membalas sakit hatinya pada Aladin.

Sabtu, 29 Juni 2013

Aladin 2

“Pamanku benar-benar jahat,” batin Aladin. Ia terduduk sendiri merenungi nasibnya. Kini ia terkurung di dalam tanah bersama harta karun yang melimpah. Sementara sang paman meninggalkannya. Aladin memandangi harta karun di dalam kantong. Sebuah lampu yang terbuat dari emas tertangkap pandangannya. Aladin segera mengambil lampu itu. Ia berniat memindahkan api dari obornya ke sumbu lampu itu.

“Betapa kotonya lampu ini,” kata Aladin. Tangannya kemudian menggosok-gosok lampu itu membersihkannya dari tanah. Tiba-tiba terjadi keanehan. Dari ujung sumbu lampu itu keluar asap tebal. Asap itu terus membubung dan membentuk gumpalan kemudian perlahan-lahan gumpalan itu berbentuk wujud manusia. Aladin ketakutan.

Gumpalan asap menipis. Lalu hilang. Kini terlihatlah sesosok tubuh laki-laki, tinggi kekar berdiri tegak di hadapan Aladin. Laki-laki itu sangat gagah dan tampan. Aladin ketakutan sekaligus kebingungan melihat laki-laki itu. Yang membingungkan Aladin adalah laki-laki tampan itu tak menggenakan pakaian sama sekali. Tak ada sehelai benangpun melekat di tubuhnya yang berotot. Pada selangkangannya menggantung sebuah kontol besar, melengkung ke arah kanan. Rimbunan jembut memenuhi pangkal kontol itu.

“Sssiiiapa kau?” tanya Aladin.

“Aku adalah jin lampu lampu,” sahut laki-laki itu dengan suara berwibawa.

“Jin lampu lampu?”

“Ya. Engkau telah membebaskan diriku dari kurungan lampu itu ratusan tahun. Sebagai tanda terima kasih, aku akan memenuhi segala permintaanmu,” sahut jin lampu itu.

“Segala permintaan?”

“Ya. Apapun yang kau minta,”

“Benarkah kata-katamu itu?”

“Cobalah dulu,”

“Baiklah. Bebaskan aku dari sini beserta harta-harta ini,”

“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”

Tiba-tiba Aladin sudah berada di luar demikian juga seluruh kantong harta itu. Aladin merasa sangat senang. Jin lampu itu sudah berdiri di sebelahnya. Masih telanjang bulat. Aladin melirik pada batang kontol besar yang menggantung itu.

“Aku minta kau menggenakan pakaian,” kata Aladin.

“Kenapa engkau meminta seperti itu?”

“Aku merasa risih melihatmu telanjang bulat seperti itu,”

“Engkau merasa risih atau iri? Karena melihat kontolku ini?”

“Mmmm dua-duanya,”

“Mengapa engkau tidak memintaku agar membesarkan ukuran kontolmu. Agar engkau merasa bangga,”

“Ukuranku sudah cukup besar,” sahut Aladin.

“Tapi tidak sebesar punyaku kan,”

“Iya,”

“Makanya. Mintalah,”

“Baiklah. Aku minta agar kontolku lebih besar dari punyamu,”

“Permintaanmu adalah tugasku. Ting,”

Tiba-tiba Aladin merasa celananya menjadi sempit. Ia melirik ke bawah. Selangkangannya terlihat menonjol besar. Aladin segera membuka celananya.

“Astaga besar sekali,” serunya girang. Pada selangkangannya menggantung sebuah kontol yang besar. Panjangnya sekitar dua puluh sentimeter. “Padahal masih lemas. Bagaimana lagi kalau tegak?” seru Aladin.

“Cobalah tegakkan agar engkau mengetahui ukurannya,” kata Jin lampu.

“Maksudmu engkau menyuruhku onani? Buat apa tanganku capek. Aku hanya mau melakukannya apabila ada yang membantu,” sahut Aladin.

“Baiklah kalau begitu. Duduklah di batu itu aku akan membantumu,” kata jin lampu. Aladin segera duduk di atas batu, mengangkang memamerkan kontolnya yang besar dan rimbun dengan jembut lebat. Ia tak sabar dengan bantuan jin lampu. Ia yakin jin lampu akan menghadirkan seorang gadis cantik membantunya.

Jin lampu kemudian mendekati Aladin. Sekejab saja ia sudah menunduk di selangkangan Aladin. Mulut sang jin lampu langsung melahap kontol besar Aladin.

“Mau apa kau?” tanya Aladin bingung. Jin lampu tampan itu sudah sibuk mengulum-ngulum kontol besar Aladin. “Bukan ini maksudku,” kata Aladin. Ia berusaha melepaskan diri dari mulut jin lampu. Namun usahanya gagal karena jin lampu itu sudah sedemikian bernafsu mengerjai kontol Aladin.

“Nikmati saja. Sudah ratusan tahun aku tidak merasakan nikmatnya kontol dalam mulutku.. mmhhh… mmhhh…,”

“Kau menyukai kontol?” tanya Aladin bingung.

“Mmmhhhpp… Iya. Aku jin lampu yang suka kontol. Apalagi kontol-kontol pemuda tampan seperti engkau, Mmmhhhh…mmmmhhhh…,”

“Jadi…..,”

“Mmmhhh…benar. Aku jin lampu homosex. Aku dikurung dalam lampu itu adalah sebagai hukuman dari tuanku yang sebelumnya. Ia sangat gagah dan tampan. Dan kontolnya besar sekali. Aku sangat menyukai kontolnya itu,” jin lampu tampan itu menghentikan kulumannya di kontol Aladin. Lalu duduk bercerita di samping Aladin. “Sebenarnya diapun sangat suka kukulum kontolnya. bukan hanya kuluman kontolku dia suka, lobang pantatkupun sangat suka dientotnya. Akhirnya dia menikah dengan seorang putri cantik. Sejak itu aku dan dia sangat jarang bermain kontol. Suatu waktu aku sangat terangsang. Aku tak tahan lagi menahan nafsuku. Saat dia tidur bersama istrinya di kamarnya, kudatangi dia. Mereka sedang tertidur lelap,” jin lampu tampan itu terdiam sejenak. Aladin terus mendengarkan dengan antusias.

“Sepertinya mereka usai ngentot berdua. Keduanya tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Sperma tuanku kulihat berceceran di sekitar memek istrinya. Aku sangat suka dengan rasa gurihnya sperma tuanku. Ku jilat ceceran sperma di memek istrinya itu. Setelah bersih mulutku langsung mengulum sumber memek itu. Kontol tuanku kuhisap kuat. Dia terbangun. Melihatku dia tersenyum. Rupanya di juga rindu dengan mulutku. Dia berbisik padaku agar melakukannya dengan perlahan dan jangan berisik agar istrinya yang tertidur di sebelahnya tidak terbangun. Aku melakukan kuluman di kontolnya sesuai dengan permintaannya. Rupanya dia tak cukup puas dengan mulutku saja. Dia juga rindu lobang pantatku. Kemudian dia menyuruhku menduduki kontolnya. Kulakukan apa yang disuruhnya. Kami mengentot dengan lembut. Pantatku berputar-putar memilin-milin dan membenamkan kontolnya yang besar di lobang pantatku. Istrinya terus terlelap di sebelahnya,”

“Gila. Kalian melakukannya dengan istrinya tidur di sebelahnya,”

“Ya. Dia benar-benar rindu pantatku. Dia bergoyang dengan sangat bersemangat. Pantatku diremas-remasnya. Aku melayaninya dengan tak kalah bersemangat. Kami bergoyang dengan cepat dan keras. Tak lagi memperdulikan keberadaan istrinya. Tempat tidur berderak-derak. Nasib sial, istrinya terbangun. Waktu itu keadaannya sudah nanggung sekali. Aku sudah hampir orgame. Tuanku juga. Istrinya terkejut melihat tubuhku yang telanjang bulat sedang menduduki kontol suaminya. Tuanku langsung marah-marah padaku. Ia mengatakan bahwa ia terasa bermimpi mengentot istrinya. Ternyata aku. Selanjutnya untuk menyenangkan istrinya ia mengurungku dalam lampu itu dan membuangku ke laut. Begitulah aku dibuang dalam keadaan ngentot nanggung dan telanjang bulat. Karenanya begitu melihatmu tadi aku langsung terangsang. Engkau begitu gagah dan tampan seperti tuanku dulu. Kalau seandanya tadi yang menolongku adalah laki-laki yang tidak menarik atau seorang wanita maka aku hanya akan memenuhi tiga permintaannya saja. Tapi karena engkau yang menolongku maka semua permintaanmu akan aku kabulkan asal aku selalu di dekatmu dan bisa menikmati kontolmu,”

“Mmmmm begitu,” Aladin menimbang-nimbang. Ia belum pernah diisep kontol oleh laki-laki. Tadinya ia merasa sangat aneh. Namun ternyata hisapan jin lampu tampan itu bisa merangsang kontolnya juga. Lagipula jin lampu ini dapat dimanfaatkannya untuk memenuhi segala keinginannya. Akhirnya Aladin memutuskan untuk menerima saja kelakuan jin lampu yang gagah ini. “Engkau boleh melanjutkan hisapanmu tadi. Yang penting segala permintaanku harus engkau kabulkan,”

“Tentu saja,”

“Tapi ada yang ingin aku tanyakan padamu terlebih dahulu,”

“Apa yang ingin engkau tanyakan?”

“Engkau terlihat sangat gagah dan tampan. Begitu jantan malah. Mengapa engkau bisa menyukai laki-laki? Apakah wanita cantik tidak bisa memuaskanmu?”

“Aku bisa memuaskan birahiku pada wanita. Namun entah mengapa aku lebih menikmatinya bila melakukannya dengan laki-laki sepertiku. Apalagi bila laki-laki itu tampan dan jantan seperti engkau. Aku sangat menyukainya. Mungkin sudah takdirku diciptakan seperti ini,” jawab jin lampu dengan lirih. Ia terlihat sedih.

“Maafkan pertanyaanku jin lampu kalau itu menyinggung perasaanmu,”

“Tidak apa-apa. Aku bisa memahami kebingunganmu. Bolehkah kita melanjutkan lagi permainan yang tadi tertunda,”

“Baiklah. Silakan engkau mengisap kontolku lagi,”

“Bolehkah bila aku menduduki kontolmu?”

“Kau menginginkannya? Apakah bisa? Lobang pantatmu kan sempit. Sementara kontolmu besar begini. Apakah engkau tidak kesakitan?”

“Aku sangat merindukan sodokan kontol di lobang pantatku. Aku sudah biasa. Rasanya sangat nikmat kok. Tidak ada sakit sama sekali. Bolehkah?”

“Baiklah. Terserah padamu saja,”

Jin lampu tampan dan gagah itu segera mengangkangi selangkangan Aladin. Posisi mereka berdua saling berhadapan muka. Perlahan-lahan jin lampu itu menurunkan pantatnya memasukkan kontol Aladin ke dalam lobang pantatnya. Aladin memandangi daerah selangkangannya. Dilihatnya kontolnya yang besar dan tegang itu sedikit demi sedikit masuk ke dalam lobang pantat jin lampu. Kontolnya dirasakannya seperti dibungkus oleh sesuatu yang hangat dan empuk. Aladin mengerang. Kontolnya terasa diremas dengan kuat.

“Ohhhh… enaknya..,” erang Aladin.

“Kau menyukainya?” tanya jin lampu.

“Yahhh… trusshhhhh…,”

Jin lampu terus menekan pantatnya ke arah bawah. Tak lama kontol Aladin tertelan seluruhnya dalam lobang pantat jin lampu. Jin lampu itu terlihat begitu menikmati kontol Aladin di dalam lobang pantatnya. Ia tersenyum pada Aladin. Selanjutnya ia menggerakkan bongkahan pantatnya naik turun dengan lembut. Aladin kembali mengerang. Jin lampu memegangi bahu Aladin dengan kedua tangannya. Tungkai kakinya bergerak-gerak menaik turunkan pantatnya.

Kehidupan jalanan membuat Aladin terbiasa ngentot dengan pelacur jalanan. Kontolnya sudah seringkali dikocok-kocok oleh memek wanita. Namun kocokan lobang pantat jin lampu dirasakannya sangat berbeda dari kocokan memek yang pernah dirasakannya. Gesekan lobang pantat jin lampu pada daging batang kontolnya merupakan sensasi yang sangat luar biasa dirasakannya. Aladin sangat menikmatinya. Ia kini mulai merlakukan gerakan pantat balasan. Pinggang ramping jin lampu dicengkeramnya dengan erat. Pantatnya bergerak naik turun. Ia tak memperdulikan lagi kalau jin lampu itu laki-laki juga sepertinya. Bibirnya mencari bibir jin lampu yang tipis dan merah. Dilumatnya bibir jin lampu dengan penuh nafsu diantara erangan dan dengusan nafasnya yang keras. Kedua lelaki tampan itu berciuman sambil terus bergoyang pantat seirama.

Kulit mereka yang putih mulai terlihat memerah. Keringat mengucur deras membasahi setiap lekuk tubuh mereka yang berotot. “Ohhhhh…. Ohhhhh….. ohhhhh….. ohhhhhhh….. ohhhhhh…..,” tak ada suara lain selain erangan-erangan kenikmatan dan suara kecipak dan tepukan buah pantat jin lampu dengan paha Aladin.

Otot-otot mereka terlihat semakin mengencang. Goyangan pantat yang mereka lakukan juga semakin cepat dan tak beraturan. Masing-masing ingin melakukan gerakan menekan lebih dulu. Aladin menyarangkan wajahnya di dada bidang jin lampu. Mulutnya menciumi dan menggigit-gigit pentil jin lampu yang kecoklatan dalam keadaan tegak keras.

Keduanya terus bergerak. Kontol jin lampu yang tegak menggesek-gesek perut Aladin yang berotot. Jin lampu mulai mengerang-erang keras. Wajahnya menengadah. Matanya terpejam-pejam. Rupanya orgasmenya akan segera tiba. Tak lama pantatnya menekan keras. Kontol Aladin terbenam dalam di lobang pantatnya. Tangannya mencengkeram bahu Aladin kuat-kuat. “Heh… heh…. Hehh…. Ahhhh…. Ahhh…. ahhh…. ahhh…,” jin lampu mengerang kuat. Tubuhnya kelojotan. Dari lobang kencingnya menyembur sperma. Kencang dan deras. Menyemprot-nyemprot membasahi perut dan dada Aladin.

Orgasme menyebabkan lobang pantat jin lampu berkontaksi. Rongga lobang pantatnya mendenyut-denyut kuat. Hal ini membuat Aladin merasakan kontolnya diemas dengan sangat kuat. Pengaruhnya luar biasa. Aladin tak lagi bisa menahan orgasmenya. Otot-ototnya mengejang. Perutnya kembang kempis. Nafasnya tersengal-sengatl. Dari mulutnya keluar erangan. “Ohhhhhh… ohhhhhhhh…………….. ohhhhhhh……,” mulutnya mnghisap pentil dada jin lampu kuat-kuat. Pinggang ramping jin lampu dicengkeramnya kuat. Pantatnya menekan ke atas. Sesaat kemudian spermanya menyembur deras memenuhi lobang pantat jin lampu. “Ohhhhhhhhhh………..,”

Jin lampu memeluk leher Aladin erat. Bahu Aladin digigit-gigitnya. Ia sangat keenakan menerima semburan sperma hangat Aladin di rongga lobang pantatnya. Untuk beberapa saat keduanya tetap saling menekan pantat, menikmati orgasme mereka yang dahsyat. Otot-otot mereka menegang. Berkilauan karena basah bersimbah keringat.

Jin lampu tetap duduk di atas pangkuan Aladin. Keduanya saling menatap untuk waktu yang lama.

“Bagaimana Aladin?” tanya jin lampu lembut. Ia beringsut dari atas pangkuan Aladin. Kontol Aladin yang sudah lemas lepas dari lobang pantat jin lampu.

“Hehehe.. huihh… rasanya luar biasa,” sahut Aladin cengengesan. Ia memandangi kontolnya yang belepotan spermanya sendiri.

“Kau menyukainya?”tanya jin lampu. Tangannya mengelap sisa-sisa ceceran sperma Aladin di lobang pantatnya dengan celana panjang Aladin.

“Sangat. Hah.. hah.. rasanya aku keranjin lampugan. Hei mengapa kau mengelap sperma itu dengan celanaku?”

“Santai saja. Aku akan mengganti pakaianmu nanti. Kita dapat mengulanginya kapanku kita mau,”

“Baiklah. Saat ini engkau harus membantuku,” Aladin mengelap sperma di kontol dan badannya dengan celananya juga.

“Aku siap melaksanakan apapun yang kau perintahkan,”

“Kita harus kembali ke rumahku. Sebentar lagi hari hampir gelap,”

“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”

Selanjutnya dihadapan mereka muncul sebuah permadani.

“Untuk apa permadani ini?” tanya Aladin bingung.

“Naikilah permadani,” kata jin lampu.

Aladin mengikuti apa yang dikatakan jin lampu. Semua kantong berisi harta dinaikkannya juga ke atas permadani itu. Selanjutnya terjadi keanehan. Permadani itu mulai melayang di udara.

“Hei ini permadani terbang!” seru Aladin.

“Ya, duduklah Aladin. Kita akan melintasi udara dan kembali ke kampungmu,”

“Baiklah. Tapi sebelumnya berikan dulu akau pakaian. Dan aku juga menginginkan engkau berpakain juga. Warga kampungku akan bingung melihatmu telanjang bulat seperti itu nantinya,”

“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”

Pakaian baru, bersih dan indah langsung melekat di tubuh keduanya. Aladin sangat senang akan hal itu. Ia tertawa-tawa senang. “Kalau begitu kita kembali ke kampungku sekarang,” kata Aladin kemudian.

Permadani terbang membubung tinggi ke angkasa. Melayang seperti burung elang, membawa Aladin terbang kembali ke kampungnya. Jin lampu melayang di samping permadani terbang mendampingi Aladin yang tertawa kegirangan, takjub melihat pemandangan di bawahnya.

Hari mulai gelap. Kampung Aladin sudah terlihat dari udara. Begitu indah oleh nyala lampu minyak yang berkilauan. Seperti untaian mutiara berkilau dilihat dari atas permadani terbang. “Itu rumahku,” tunjuk Aladin pada sebuah rumah reyot di sudut desa. Permadani melayang turun, begitu pula jin lampu.

Dengan sukses mereka mendarat di atas atap rumah Aladin yang datar. Permadani terbang perlahan-lahan menghilang. Jin lampu kemudian membawa Aladin turun ke bawah. Melayang-layang dalam pangkuan jin lampu Aladin bergerak turun hingga sampai ke tanah.

“Ahh.. senangnya tiba di rumah. Benar-benar perjalanan yang sangat melelahkan,” kata Aladin.

“Lelah karena perjalanan atau karena ngentotin aku?” bisik jin lampu nakal. Lidahnya menggelitik daun telinga Aladin.

“Dua-duanya,” jawab Aladin cengengesan. “Kamu jangan nakal begitu dong kalo disini. Nanti rahasia kita terbongkar,” kata Aladin berbisik.

“Siap boss,” jawab jin lampu tersenyum lucu.

Pintu rumah Aladin sudah tertutup rapat. Aladin mengetuk pintu dengan sumringah. Ia sudah tak sabar memamerkan harta karun yang ditemukannya kepada ibunya. Tak lupa pintu membuka, wajah ibunya yang berselendang nongol dari balik pintu.

“Aladin darimana saja engkau? Ali mencarimu sejak tadi. Aa yang engkau bawa itu? Siapa pula pemuda ini?” pertanyaan beruntun mengalir dari mulut sang ibu.

“Sabar bu, sabar. Satu per satu kalau bertanya. Biarkan aku masuk dulu, nanti aku jawab semua pertanyaan ibu,”

“Masuklah. Hei darimana kau dapat pakaian bagus ini? Kau mencuri lagi ya?” sang ibu masih terus bertanya. Aladin hanya tersenyum-senyum, pintu rumah di kuncinya. Kemudian ditariknya tangan sang ibu untuk duduk di dekatnya.

“Ibu benar-benar gak sabar nih. Ibu duduk dulu. Lihat nih apa yang aku bawa,” kantong yang dibawa Aladin langsung dibongkarnya. Mata sang ibu membelalak. Mulutnya menganga lebar. Tak percaya melihat begitu banyak perhiasan di depan matanya. Berserakan di lantai rumahnya yang reyot.

“Aladin…. Kau…, kau mencurinya dari mana…?” tanya sang ibu terbata-bata. Matanya melotot antara marah dan tak percaya.

“Sssttt…… aku tidak mencurinya bu,” Aladin kemudian menceritakan apa yang dilakukannya bersama pamannya, Karim. Juga pertemuannya dengan jin lampu. Tentu saja adegan hardcore sejenis tak diceritakannya pada sang ibu. Bisa berabe kan.

“Jin? Mana mungkin. Pemuda ini seperti layaknya manusia biasa,” kata sang ibu tak percaya.

“Jin lampu, masuklah lagi ke dalam lampu agar ibuku percaya,” kata Aladin.

“Perintahmu adalah tugasku. Ting,” tubuh jin lampu berubah menjadi asap. Kemudian asap itu menyusup ke dalam lampu yang ditemukan Aladin.

“Benarkah semua ini Aladin?” sang ibu masih belum percaya.

Aladin tersenyum-senyum. Jemarinya menggosok-gosok lampu itu, lalu kembali asap mengepul dari ujung sumbu lampu. Asap itu kemudian berubah kembali menjadi jin lampu. Sang ibu benar-benar bingung. Ia tetap antara yakin dan tidak. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Aladin segera memasukkan kembali perhiasan itu kedalam empat kantong yang dibawanya. “Siapa itu?!” tanyanya keras. Ia kuatir itu pamannya.

“Ali!” sahut suara dari luar. Aladin segera menuju pintu. Dibukanya pintu. Wajah Ali yang penuh kekuatiran segera menyambutnya.

“Aku sungguh-sungguh kuatir padamu Aladin,” kata Ali. “Kemana saja engkau?” tanyanya.

“Masuklah dulu,” kata Aladin. Ali ditariknya masuk ke dalam rumah. Pintu kembali dikuncinya. “Duduklah dan jangan banyak tanya. Dengarkan saja ceritaku,” Aladin menceritakan lagi apa yang telah diceritakannya tadi pada ibunya. Ali hanya melongo-longo. Semakin melongo saat melihat perhiasan yang dibawa Aladin dan jin lampu memamerkan kemampuanya masuk ke dalam lampu mungil yang ditemukan Aladin.

“Engkau kaya raya kawan. Engkau bisa melamar Putri Jasmin kini,” kata Ali.

“Benar. Aku kaya raya sekarang. Aku dapat melamar Putri Jasmin sekarang. Maukah engkau melamar putri cantik itu untukku ibu?” tanya Aladin. Ibunya mengangguk-angguk, tetap dengan kebingungannya.

“Jin lampu, sediakan makanan buat kami sekarang. Aku sangat lapar. Ibu dan Ali pasti juga sangat lapar. Hidangkan makanan yang enak buat kami,” kata Aladin bersemangat.

“Perintahmu adalah tugasku. Ting,”

Berbagai hidangan lezat langsung terhidang di hadapan mereka. Makanan yang selama ini tak pernah bisa dirasakan oleh ketika orang miskin itu. Dengan lahap mereka menyantap makanan itu. Hingga kekenyangan dan tak dapat berkata apa-apa lagi. Jin lampu tersenyum bahagia melihat kebahagian tuan barunya yang tampan beserta keluarganya itu. Malam itu keluarga Aladin tidur dengan nyenyak. Mereka tidur diatas timbunan perhiasan yang berkilauan. Jin lampu masuk kembali ke dalam lampu. Iapun tertidur nyenyak di dalam sana.

Matahari bergerak naik. Aladin dan keluarganya sudah bersiap-siap diri. Mereka berniat untuk melamar Putri Jasmin hari itu. Pakaian indah sudah mereka kenakan pemberian jin lampu. Ibu Aladin sibuk mematut-matut bayangan dirinya di cermin buruk miliknya. Ia merasa senang dengan pakaian dan segala perhiasan yang dikenakannya hari itu.

Dengan permadani terbang mereka menuju istana. Jin lampu melayang disamping permadani terbang mendampingi perjalanan ketiga orang yang sedang berbahagia itu. Harta karun mereka bawa dalam peti besar yang indah. Harta karun itu akan mereka berikan sebagai persembahan untuk melamar sang putri.

Kemegahan istana sudah terlihat dari angkasa. Kubahnya menjulang tinggi. Berkilauan oleh pantulan cahaya matahari. Kubah itu terbuat dari emas. Sangat indah. Aladin dan ibunya juga Ali terkagum-kagum melihat kemegahan istana itu.

Akhirnya mendaratlah mereka di istana. Para pengawal kebingungan melihat kedatangan rombongan yang ajaib itu. Mereka belum pernah melihat sebuah permadani dapat menerbangkan orang. Singkat cerita, mereka berempat dihadapkan pada sang raja.

“Siapa kalian? Dan ada keperluan apa kalian mendatangiku kemari?” tanya sang raja dengan penuh wibawa.

“Kami adalah bangsawan dari selatan tuanku raja. Nama hamba Aladin, hamba datang kemari bersama dengan ibu dan Saudara hamba ini beserta seorang pengawal,” sahut Aladin. Jin lampu ditunjuknya sebagai pengawal.

“Kedatangan kami kemari adalah untuk melamar putri tuanku raja bagi putraku ini,” kata Ibu Aladin melanjutkan.

“Melamar putriku? Hahahaha,” sang raja tertawa terbahak-bahak. Aladin dan rombongan kebingungan. “Berani sekali kalian datang kemari untuk melamar putriku. Sudah banyak pangeran-pangeran kaya yang datang untuk melamar, namun semuanya ditolak oleh putriku. Lalu kalian datang kemari mengaku-ngaku sebagai bangsawan. Persembahan apa yang dapat kalian berikan kepadaku sehingga aku bisa mmpercayai bahwa kalian memang bangsawan dan layak melamar putriku,”

“Inilah persembahan yang kami bawa untuk tuanku,” kata ibu Aladin. Harta karun yang ditemukan Aladin kemudian digelar dihadapan sang raja.

Raja terkejut melihat perhiasan emas yang sangat banyak terhampar di hadapan matanya. Sifat materialistisnya langsung keluar. “Boleh juga persembahan yang kalian bawa. Namun terlebih dahulu aku akan bertanya pada menteri kepercayaanku. Panggil Jafar kemari dan juga putriku!” perintah raja pada pengawalnya.

Tak lama berturut-turut datanglah Putri Jasmin dan Jafar, menteri kepercayaan raja. Putri Jasmin terlihat senang melihat kedatangan Aladin. Lelaki yang pernah dilihatnya di pasar.

“Putriku, pemuda ini datang bersama ibunya untuk melamarmu. Bagaimana pendapatmu?” tanya raja.

“Hamba terserah keputusan ayahanda saja. Namun kalau hamba melihat pemuda ini kelihatannya baik,” sahut Putri Jasmin lembut. Dia menunduk malu-malu. Raja mengangguk-angguk. Aladin merasa senang mendengar tanggapan Putri Jasmin. Sementara wajah Jafar sang menteri terlihat sewot.

“Tuanku, maafkan hamba menyela,” kata Jafar.

“Ada apa Jafar?” tanya sang raja pada menterinya yang terlihat gagah itu.

“Tuanku, hamba rasa kita perlu mengetahui kekayaan pemuda ini dulu. Tuanku adalah raja paling kaya di muka bumi ini. Adalah sangat tidak pantas apabila tuanku memiliki menantu yang tidak jelas asal-usul dan kekayaannya,” kata Jafar sambil melirik tajam pada Aladin. Sesungguhnya Jafar ini juga mencintai Putri Jasmin. Ia tak rela apabila putri cantik itu menikah dengan orang lain. Karena itu selama ini ia selalu berusaha menghalangi apabila ada yang bernita melamar sang putri.

“Bagaimana maksudmu?” tanya raja.

“Tuanku, menurut hamba kita perlu mengetahui dulu, apakah Putri Jasmin nantinya akan tinggal di tempat yang layak baginya. Selama ini putri tuanku tinggal di tempat semegah ini, apakah pemuda ini memiliki tempat tinggal yang semegah istana tuanku. Hamba kuatir nantinya Putri Jasmin tidak betah tinggal di tempat yang tidak sesuai untuknya,” kata Jafar. Aladin semakin tak suka dengan menteri tampan itu. Sementara Putri Jasmin juga terlihat tak suka. Namun untuk membatah Jafar ia malu karena dianggap perempuan rendahan yang gila laki-laki. Ibu Aladin, Ali, dan jin lampu juga kesal mendengar ucapan Jafar.

Jumat, 28 Juni 2013

Aladin

Zaman dahulu kala di Negeri Cina tinggallah seorang pemuda miskin Aladin namanya. Kemiskinannya membuat Aladin melakukan segala hal untuk menghidupi dirinya bersama dengan ibunya yang sudah tua renta. Kadangkala Aladin mengemis di pasar, menjadi kuli membantu para pedagang mengangkat barang dagangan mereka, dan juga mencuri.

Sesungguhnya Aladin adalah pemuda yang baik. Kalau sangat tidak kepepet maka ia sangat tidak suka untuk mencuri. Namun kebutuhan hidup menyebabkan ia tak tahan untuk mencuri dari orang-orang kaya yang sombong yang suka memamer-mamerkan perhiasan mereka saat berjalan-jalan di tengah keramaian.

Aladin memiliki seorang sahabat setia. Ali namanya. Ali berusia lima tahun lebih muda dari Aladin. Meskipun usia mereka terpaut jauh namun keduanya sangat akrab. Saat ini usia Aladin baru sembilan belas tahun. Keduanya senantiasa bersama-sama melakukan pekerjaan untuk memperoleh uang membiayai hidup mereka yang miskin. Ali adalah anak yatim piatu. Karena itu seringkali ia menumpang tidur di rumah Aladin. Apabila tidak menumpang, maka remaja tanggung itu akan tidur di emperan-emperan toko. Menjadi gelandangan.

Sesungguhnya Aladin mengajak Ali untuk tinggal bersama dengannya dan ibunya yang renta. Namun Ali sangat sungkan memenuhi ajakan Aladin itu. Kebaikan Aladin dan ibunya selama ini sudah membuatnya berhutang budi. Ia tak mau berhutang budi lebih banyak lagi. Karena tidak tahu bagaimana harus membalas nantinya.

Suatu hari Aladin dan Ali bekerja di toko menjual tepung gandum milik pedangang di pasar. Tiba-tiba lewatlah iring-iringan putri kerajaan melintasi pasar. Putri Jasmin, demikian nama putri cantik itu sedang duduk diatas tandu yang diangkat oleh empat pengawal istana bertubuh kekar. Tandu itu ditutupi dengan kain sutra transparan berwarna merah.

Disaat Putri Jasmin lewat, Aladin sedang memanggul karung besar berisi tepung gandum di punggungnya. Sebelah tangannya terentang ke atas memegang ujung karung, sementara tangan yang lain terentang ke bawah menahan bobot karung. Aladin menggenakan rompi kecil menutup bagian atas tubuhnya. Otot-ototnya yang terbentuk sempurna rerlihat jelas, berkilauan oleh pantulan cahaya matahari di tubuhnya yang basah bersimbah keringat. Bulu ketiaknya yang lebat, basah melambai-lambai dari lipatan lengannya yang terentang ke atas.

Dari atas tandu Putri Jasmin tak kuasa untuk menahan pandangannya dari pemuda Aladin. Darahnya mendesir melihat pemuda tampan yang jantan itu. Jemarinya yang lentik dan lembut menyibakkan kain sutra penutup tandunya agar dapat melihat lebih jelas sosok Aladin yang tampan dan jantan itu. Cadar yang menutupi wajahnya yang cantik disingkapkannya. Ia tersenyum menggoda pada Aladin. Kecantikan Putri Jasmin membuat Aladin terpesona. Ia memandangi sang putri tanpa berkedip. Keduanya saling menatap untuk waktu yang cukup lama. Cinta tubuh diantara mereka saat itu juga.

Rombongan itu menjauh. Namun Aladin tetap memandang ke arah tandu berisi Putri Jasmin.

“Aladin,” tegur Ali yang juga sedang mengangkat karung berisi gandum sama seperti Aladin. “Apa yang kau lamunkan?”

Aladin tersadar. Wajahnya tersipu. Malu tertangkap basah oleh Ali sedang melamunkan Putri Jasmin. “Tidak ada apa-apa,” sahutnya. Ia segera berlalu membawa karungnya menuju gudang. Ali hanya menggeleng-geleng saja melihat kelakuan sahabatnya yang aneh.

Malam itu, baik Aladin maupun Putri Jasmin saling membayangkan satu sama lain diatas peraduan mereka masing-masing. Berbaring telentang dengan kedua lengan menjadi bantal Aladin menatap langit-langit kamarnya membayangkan kecantikan Putri Jasmin. Baru sekali itu ia melihat seorang gadis sedemikian cantik seperti itu. Peraduannya yang hanya terbuat dari kayu yang sudah reot tak dirasakannya menyakitkan punggungnya seperti malam-malam sebelumnya. Membayangkan kecantikan Putri Jasmin membuat tempat tidurnya dirasakannya begitu empuk malam itu.

Sementara itu diatas peraduannya yang sangat empuk Putri Jasmin senyum-senyum sendiri mengingat rupa Aladin. Ia sangat bergairah melihat ketampanan wajah dan kejantanan tubuh pemuda yang dekil itu. Dada Aladin yang bidang penuh dengan bulu dan bulu ketiak yang lebat dilipatan lengan berorot Aladin begitu menggodanya.

“Mengapa pemuda setampan dan segagah dia bisa hidup dalam kemiskinan seperti itu?” tanyanya membatin.

Sejak saat itu Aladin menjadi sangat bersemangat bekerja. Ia berniat mengumpulkan uang untuk melamar Putri Jasmin.

“Kau gila!” kata ibunya yang renta suatu hari saat Aladin menceritakan hasratnya meminang Putri Jasmin pada ibunya.

“Mengapa ibu berkata seperti itu?”

“Gaji yang engkau kumpulkan sampai engkau mati sekalipun tak cukup untuk melamar putri itu anakku. Hentikanlah khayalanmu itu. Bekerjalah yang baik untuk bisa menghidupi kita berdua. Kalau engkau sudah ingin sekali kawin, akan aku lamarkan untukmu gadis-gadis miskin di desa kita ini,” kata ibunya.

Sejak itu Aladin tak lagi menceritakannya keinginannya pada sang ibu. Namun hasrat untuk melamar Putri Jasmin tetap menggelora di jiwanya.

Suatu hari Karim paman Aladin menyuruhnya untuk mengunjungi sang paman ke rumahnya. Biasanya kalau sang paman menyuruhnya kesana pasti ada pekerjaan yang akan diberikan sang paman pada keponakannya itu. Meskipun sang paman terkenal kejam dan pelit namun dengan membantu pamannya paling tidak ia memperoleh sedikit uang.

“Hari ini aku tidak bekerja di toko gandum,” kata Aladin pada Ali, saat remaja tanggung sahabatnya itu datang menjemputnya ke rumah untuk bersama-sama berangkat ke toko gandum.

“Mengapa?” tanya Ali.

“Pamanku menyuruhku datang ke rumahnya. Mungkin ada pekerjaan yang akan diberikannya padaku,” jawab Aladin.

“Baiklah kalau begitu. Aku berangkat sendirian ke sana,” Ali kemudian berlalu meninggalkan Aladin. Tatapan Aladin mengikuti sosok Ali yang tinggi dan atletis diusianya yang semuda itu, hingga sosoknya hilang di persimpangan jalan.

Kemudian Aladin berangkat menuju rumah sang paman. Sesampainya di sana dilihatnya kediaman sang paman sepi. Karena sudah terbiasa, tanpa permisi Aladin memasuki rumah sang paman. Tak ada orang di dalam rumah yang cukup besar itu. Aladin masuk semakin dalam. Di depan kamar pamannya yang hanya ditutupi sehelai tirai terbuat dari kain, Aladin mendengar suara-suara merintih dari dalam kamar itu.

“Dasar paman. Masih tak pernah berubah. Siang-siang begini disempatkannya juga buat ngentot,” batin Aladin. Perlahan-lahan Aladin menyibak tirai itu. Ia berniat untuk mengintip sang paman. Seringkali Aladin memergoki sang paman sedang memuas-muaskan birahi di kamarnya. Kalau tidak dengan istrinya, biasanya dengan para budak yang ada di rumahnya.

Aladin sangat terkejut saat matanya melongok ke dalam kamar pamannya itu. Pemandangan yang dilihatnya kali ini sangat berbeda dengan yang biasa dilihatnya. Di atas ranjang dengan tubuh telanjang bulat sang paman bersimpuh. Pantatnya bergerak cepat maju mundur. Sang paman kelihatan sangat bernafsu. Tangannya tak berhenti meremas-remas pantat yang sedang di entotnya itu. Didepannya menungging dengan tangan lurus ke tempat tidur seorang bocah laki-laki. Pamannya begitu asik melakukan sodomi pada bocah laki-laki itu!

Aladin hampir tak mempercayai apa yang dilihatnya. Bocah laki-laki bertubuh ramping namun cukup berotot itu terlihat sangat kesakitan saat dibool oleh sang paman. Tubuhnya yang putih mulus terlihat menegang dan memerah. Matanya yang sipit terpejam-pejam dengan mulut menganga menahan erangan. Dibelakangnya Paman Aladin asik menyodok-nyodokkan kontolnya yang besar diantara paha sang bocah yang merenggang. Buah pantatnya terlihat memerah oleh remasan dan tepukan paha sang paman yang kokoh.

“Ohhhh…. Ohhhhh…. Benar-benar sempithhh…. Sempithhhsshhhh ssshhekalihhh….. jauh lebih sempithhh dari memekhhhh… ohhhh…,” racau sang paman keenakan.

Sementara bocah itu terus menahan sakit. Wajahnya yang tampan terlihat sangat kepayahan. Dari tempatnya berdiri Aladin bisa melihat kontol sang bocah yang lemas menggantung bersama dengan dua buah pelirnya di selengkangannya bergoncang-goncang cepat akibat genjotan sang paman. Aladin tak menyangka pamannya bisa juga memperoleh kenikmatan dengan membool lobang pantat bocah itu.

Lama juga sang paman asik bergoyang pantat. Akhirnya aksi senggama itu usai dengan tubuh sang paman berkelojotan. Pantatnya menekan keras ke pantat sang bocah. Mulutnya menciumi punggung sang bocah yang mulus. “Ohhhh… ohhhhhhhhhh…,” sang paman menjerit. Spermanya tumpah ruah di dalam lobang pantat bocah itu. Selanjutnya tubuh keduanya ambruk. Kontol sang paman terlepas dari jepitan lobang pantat sang bocah. Aladin memandangi sang bocah yang mengangkang. Lobang pantatnya terlihat memerah, menganga lebar dengan cairan putih kental belepotan di sekitarnya.

“Ohhhhh… nikmatnyahhh…. Lobang pantamu luar biasa bocah…. Sangat menjepit kontolkuhh…,” desah sang paman sembari menciumi dada sang bocah yang mungil.

Aladin segera berlalu dari tempatnya mengintip. Ia tak mau ketahuan sang paman. Sepuluh menit berlalu. Sang paman belum keluar dari kamar. Suasana kamar hening. Tak lama kemudian tirai kamar itu tersibak. Sang paman keluar bersama-sama dengan bocah itu. Sang bocah yang hanya menggenakan sehelai kain kecil penutup kontolnya berjalan mengangkang-ngangkang kepayahan meninggalkan kamar. Ia sempat menatap Aladin dengan tatapan sayu. Sementara sang paman yang melihat Aladin langsung tersenyum lebar melihat kehadiran keponakannya. Sang bocah berjalan ke belakang rumah dengan gontai. Tetap dengan mengangkang-ngangkang.

“Aladin keponakanku. Sudah lamakah engkau tiba?”

“Baru saja paman. Ada apa bocah itu di dalam kamar paman?” tanya Aladin memancing.

“Oh. Tubuhku rasanya sangat penat. Istriku kebetulan sedang tidak ada di rumah. Jadi aku minta padanya untuk memijatku tadi,” sahut sang paman mengelak.

“Dasar bejat,” kata Aladin. Tapi hanya dalam hati. Yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata ini,”Ada apa paman memanggilku?”

“Aku memerlukan bantuanmu Aladin. Sssttt…” tiba-tiba suara sang paman membisik. “Aku mendapatkan informasi bahwa ada harta karun yang tersimpan di sebuah gua di tengah hutan. Bersama denganmu kita akan mengambilnya. Setelah mendapatkannya maka harta karun itu akan kita bagi dunia Aladin. Bagaimana?”

“Harta karun?” Aladin takjub mendengarnya.

“Ya,”

Aladin berfikir sejenak. Mengapa pamannya tidak mengambil sendiri. Mengapa pamannya berbaik hati berbagi dengannya.

“Mengapa paman mengajakku?” tanya Aladin.

“Aladin. Engkau kan masih muda dan tubuhnya kekar dan kuat. Sedangkan aku sudah tak lagi muda. Tentu saja aku tak berani mengambil harta itu sendiri. Bagaimana bila ada perampok di jalan. Denganmu aku yakin akan bisa membawa harta itu dengan selamat kemari,”

“Mmmm… begitu ya,” Aladin menimbang-nimbang. “Baiklah kalau begitu paman. Mari kita mengambilnya,”

“Kalau begitu besok kita berangkat mengambil harta itu,” sahut sang paman.

Keesokan harinya berangkatlah Aladin bersama pamannya ke hutan. Aladin sangat bersemangat. Ia sudah mengkhayalkan dengan harta karun yang didapatnya maka ia akan kaya raya dan dapat melamar Putri Jasmin.

Dengan menggunakan dua ekor kuda yang besar mereka melaju menuju hutan. Tak lupa mereka membawa empat kantong besar sebagai tempat harta karun yang mereka peroleh nanti. Hutan yang mereka masuki sangat lebat. Dengan peta harta karun yang diperoleh sang paman entah dari siapa akhirnya mereka menemukan lokasi tempat harta karun itu berada.

Gua yang dimaksud oleh sang paman ternyata adalah sebuah celah sempit didalam tanah berada diantara kumpulan batu karang besar.

“Dengan tali ini masuklah engkau ke dalam Aladin, aku akan memegangi tali ini dari atas,” kata sang paman. Aladin mengikuti kata-kata sang paman. Perlahan-lahan dengan bergelayutan pada tali Aladin menuruni celah itu. Kedalamannya cukup jauh. Sesampai didalam suasananya sangat gelap. Aladin yang sudah mempersiapkan obor segera menghidupkannya.

Di dasar celah itu ternyata masih terdapat lorong-lorong lagi. Aladin dengan diterangi obor berjalan masuk ke dalam lorong itu. Dan di dalam lorong itulah Aladin menemukan harta karun yang baru pertama kali dilihatnya seumur hidupnya. Berbagai macam perhiasan terbuat dari emas menumpuk.

“Bagaimana Aladin? Kau sudah menemukannya?” tanya sang paman dari atas.

“Sudah paman, sudah,” teriak Aladin.

“Kalau begitu isikanlah harta itu ke dalam kantong-kantong ini,” kata sang paman. Kemudian empat kantong besar di lemparkan sang paman ke dalam.

Aladin segera mengisi kantong itu. Setelah mengisinya Aladin menyandangkan kantong-kantong itu ke bahunya.

“Sekarang angkatlah aku paman,” kata Aladin.

“Kantong itu saja dahulu yang engkau ikatkan ke ujung tali Aladin. Agar aku bisa menariknya,” sahut sang paman.

“Tidak paman. Angkatlah aku bersama-sama dengan kantong ini,”

“Tidak usah. Kantong itu saja dahulu,” sang paman rupanya sudah berniat jahat pada keponakannya itu. Rencananya setelah mengangkat semua kantong ia akan meninggalkan Aladin sendiri disana. Aladin mulai mencurigai pamannya.

“Kalau begitu aku tidak akan mengikatkan kantong-kantong ini di ujung tali,” kata Aladin.

“Kau benar-benar kurang ajar!” sang paman mulai marah.

“Paman pasti akan meninggalkan aku nantinya,” balas Aladin.

Akhirnya bereka berdebat terus. Sang paman yang marah karena rencananya tak kesampaian akhirnya menutup lobang itu dengan batu dan meninggalkan Aladin. Tinggallah Aladin sendiri di dasar tanah.
 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.