Minggu, 19 Agustus 2012

Perampokan

Aku bekerja di sebuah perusahan jasa. Aku melakukan tugasku seitap hari dengan rutin, tugasku adalah mencatat semua sirkulasi barang dan biayanya. Semua itu kujalani hampir 2 tahun, tidak ada yang istimewa.

Hanya bosku yang tampan, tapi juga jahat, bosku berusia 27 tahun, ia sangat tampan, tapi aku tidak tahu apakah tubuhnya kekar atau tidak, karena ia selalu memakai setelan jas seperti biasanya seorang bussinesman. Wajahnya sangat tampan, rambutnya hitam pendek, hidungnya mancung. Sampai pada suatu hari, ketika aku sedang menunggu rombongan petugas keuangan, yang terdiri dari 3 petugas yang menerima konsumen dan seorang satpam yang bertugas mengawal brankas. Biasanya satpam yang membawa brankas keluar dari mobil kedalam kantor, ialah seorang pria yg sudah berumur 40-an dan gemuk sekali. Tapi kali ini aku tercengang melihatnya, dengan tangannya yg kekar, sorang satpam muda yg masih berusia sekitar 20-an menarik brankas dari mobil ke kantor.

Aku memperhatikan satpam itu sampai aku tidak mencatat barang yg masuk sampai aku ditegur. Lalu aku langsung menyerahkan tugasku kepada anak buahku, lalu aku langsung menuju ke kantor. Aku pura-pura melihat catatan sambil berusaha mencuri pandang ke satpam itu. Satpam itu benar-benar tampan, rambutnya yang hitam pekat dipotong pendek seperti ABRI, tapi tidak terlalu cepak. Kulitnya berwarna sawo matang muda, alisnya cukup tebal, matanya tajam, hidungnya agak mancung, bibirnya pas dengan proporsi wajahnya. Jakunnya kelihatan menari-nari ketika ia berbicara. Seragam satpamnya yang berupa kemeja putih tampak begitu pas dengan tubuhnya yg gempal. Celana biru tuanya tampak ketat membalut kakinya, dan sampai dibawah, ia memakai sepatu kulit hitam bertali.

Aku benar-benar ingin tahu siapa namanya, lalu aku mendekatinya ketika ia sedang duduk-duduk menjaga.

“Satpam baru ya mas?” tanyaku

“Iya baru mulai hari ini?” jawabnya dengan suaranya yg tegas

“Darimana?”

“Aku dari Bandung” jawabnya

Lalu aku meninggalkannya setelah bersalaman dengannya, namanya Bambang Hariyanto.

Aku melanjutkan pekerjaanku selama 1 tahun lagi, sambil terus mengagumi Bambang, namun setelah itu aku berencana untuk merampok perusahaan itu, karena walaupun aku sudah bekerja selama 5 tahun, aku tidak mendapat kenaikan gaji, dan tuntutanku selalu ditolak dengan alasan yg tidak masuk akal. Selain itu aku selalu diolok-olok didepan anak buahku oleh bosku. Bosku juga sering memaki-maki aku dengan kata-kata kotor, kalau aku salah, sedang kalau aku bebruat yg benar dan menguntungkan perusahaan, ia tidak berkata apa-apa. Tapi apa yg benar-benar membuatku marah adalah bosku menampar aku didepan banyak orang. Dan yang membuatku benar-benar ingin membalas dendam, adalah aku akan di PHK tanpa pesangon sepeserpun. Bosku belum memberi tahuku akan hal ini, tapi aku melihat diagendanya bahwa aku akan di PHK bulan depan.

Aku merencanakan ini bersama seorang temanku yg bernasib tak jauh dari aku. Kami merencanakan akan merampok tempat itu besok malam. Pada siang ini, aku dipanggil oleh bosku, aku langsung masuk kekantornya, dan aku menanyakan ada apa. Bosku mengatakan bahwa aku harus menjemput seorang bule dari bandara, bule itu adalah pengawas dari kantor pusat di Swedia. Langsung saja aku berangkat dengan bersungut-sungut.

Aku menunggu di bandara selama 2 jam sambil mengomel, lalu kulihat pesawat singapore airline yang dari swedia dan transit di singapura telah “landed”. Langsung saja aku cepat-cepat ke pintu keluar penumpang sambil mengacungkan tulisan bertuliskan “Mr. Matt Phillips”. Aku sudah sangat capek mengangkat tulisan itu terus, setiap ada orang bule yang keluar, aku mengangkat tulisanku tinggi-tinggi, tapi orang itu mengacuhkannya. Sampai akhirnya aku tidak lagi mengangkat tulisan itu karena terlalu capek. Lalu aku melihat ada seorang bule yang sangat ganteng. Bule itu berambut pirang cepak, matanya biru, hidungnya mancung. Dia mengenakan celana jeans biru yg agak ketat, lalu kaos biru dengan dirangkap kemeja kotak-kotak, Dia mengangkat 1 tas besar ditangan kirinya. Aku berharap dia adalah orangnya. Lalu aku mengangkat tulisan itu tinggi-tinggi. Dia melihat kearah sini, tapi diacuhkannya. Wah bukan itu orangnya pikirku. Lalu orang terakhir keluar. Mana Mr. Matt pikirku. Lalu aku mulai berjalan kemobil sambil membawa tulisan itu di sisiku. Lalu tiba-tiba dari belakang ada yang memanggilku..

“excuse me, I’m Mr. Matt Phillips”

Langsung saja aku menoleh, dan ternyata orang yang sangat ganteng itu orangnya

“Oh, hi Mr. Phillips. I’m sorry I didn’t see you before” aku meminta maaf

“Oh no, I’m sorry I didn’t notice you” belanya

“Ok, Mr. Phillips. Let’s go, my boss is waiting for you”

“Just call me Matt”

“Ok, Matt, Let’s go” kataku lagi

“ok, hey what’s you name anyway?” tanyanya

“Oh, My name is Tommy”

“Nice too meet you Tommy”

“Nice too meet you too Matt”sapaku lagi

Lalu kami menuju ke mobil dan berangkat ke kantor. Dalam perjalanan ke kantor kami berbicara yang aneh-aneh, tapi aku tetap memperhatikan ketampanannya, tubuhnya, dia begitu sempurna.

Setelah mengantar Matt ke bosku Chandra Budianto, aku tidak ada perkerjaan, aku langsung pulang untuk menyiapkan besok hari. Aku menyiapkan segala sesuatunya, aku pergi ke toserba, aku membeli tali, lakban, pisau, dan pistol mainan, aku juga membawa kain untuk menyumpal para penjaga. Besoknya aku menjalankan pekerjaanku sepaerti biasa. Waktu makan siang aku merencanakan segala sesuatu dengan rekanku Mario. Pada waktu kami pulang, kami langsung menuju kerumahku. Kami langsung mengenakan pakaian hitam-hitam dan topeng hitam. Aku langsung memasukkan semua perlengkapan kedalam tas. Kami langsung berangkat pukul 11 tepat.

Sesampainya dikantor, aku memarkir mobil agak jauh agar tidak ketahuan. Lalu kami mengendap-ngendap menuju ke pintu masuk. Disana diluar dugaan yang menjaga adalah satpam Bambang, bukankah ia harus mengantar brankas. Aku tidak peduli lagi, langsung saja kami menuju ke pos satpam itu. Bambang sedang membaca koran membelakangi kami. Lansung saja Mario mengeluarkan pisaunya dan menaruhnya di leher Bambang.

“Angkat tangan, Mas. Kalau tidak mau lehermu putus”

Bambang terlihat sangat kaget, dan ia berusaha melawan, ia berusaha meraih pistol di sabuk senjatanya, tapi Mario menekan pisau lebih kuat ke leher Bambang.

“Eit, jangan berani-berani, Angkat tangan” Bentak Mario

Bambang langsung mengangkat tangannya. Aku langsung mengambil sabuk senjatanya. Mario menendang Bambang, sampai Bambang jatuh terjerembab.

“Tetap telungkup, tangan dibelakang kepala” Perintah Mario

Aku sangat terangsang dengan adegan itu, seorang satpam tidak berdaya dihdapan seorang perampok…

“Hey, tunggu apa lagi? Ayo cepat ikat dia”Mario mengingatkanku

Langsung dari tas hitamku, aku mengambil seutas tali pramuka. Lalu aku langsung duduk diatas punggung Bambang. Bambang sempat merintih, karena aku duduk terlalu atas, sehingga dia tidak dapat bernafas.

“Kedua tangan ke belakang” Perintahku

Sekejap setelah Bambang meletakkan kedua tangannya kebelakang punggungnya, aku langsung mengikatnya dengan sangat-sangat erat. Lalu aku beralih kekakinya langsung aku mengikat kedua kakinya dengan tali yang lain tepat dipergelangan kakinya. Aku juga mengikat ujung sepatu kulitnya, untuk memastikan ia tidak akan pergi kemana-mana. Aku langsung membalik tubuh Bambang sehingga ia sekarang terikat telentang. Lalu aku menyobek kain kotor yg kubawa, aku lalu menggulunggnya menjadi bola. Sementara aku menggulung kain itu, Bambang meronta..

“Jangan, pak, tolong pak, saya jangan disumpal. Saya tidak akan berbicara pak, pak, saya mohon, jangan sumpal mulut saya” mohon Bambang

“Apakah kamu bisa menjamin itu?” Tanyaku

“Iya pak, saya berjanji tidak akan berbicara pak, kalau saya sampai berbicara, bapak boleh menyumpal mulut saya ini sesuka bapak” janji Bambang

“Hmmm, saya kira perjanjian itu cukup adil, mulai sekarang jangan mengeluarkan suara sedikitpun, keluar suara sedikit, saya akan menyumpal mulutmu yang nakal itu erat-erat. Mengerti!!!!” bentakku

“Iya pak saya janji”

“Loh, sudah aku bilang jangan bicara, kok masih bicara. Maaf, hmm….siapa namamu..Bambang Hariyanto. Maaf Bambang aku harus menyumpal mulutmu sesuai perjanjian”ejekku sambil melihat namanya yg tertulis dibajunya, agar ia tidak mengira kalau aku sudah mengenalnya.

“Jangan pak, saya tidak bermaksud begitu, pak, saya janji tidak berbicara lagi”

“Tidak bisa, janji adalah janji, sekarang buka mulutmu”

Bambang masih menutup mulutnya rapat-rapat

“Buka, Bambang, atau aku harus menjejalkannya dengan paksa?” Ancamku.

Bambang masih menutup mulutnya.

“Baik, kamu yg memintanya”

Langsung saja aku menjejalkan kain itu kemulutnya, tapi dia benar-benar menutup mulutnya, sehingga kain itu tidak dapat masuk dengan sempurna.

“Mar, tolong tutup hidungnya” pintaku

Mario langsung menutup hidung Bambang rapat-rapat, tapi entah bagaimana Ia tetap dapat menutup mulutnya. Sementara aku berusaha menjejalkan kain itu, Mario memepunyai ide lain, ia langsung meraba daerah alat kemaluan Bambang, ia langsung mencengkeram kemaluan Bambang dari luar celananya.

“Jangan..Arghhhhh….Mmphhh…mmphh…janmphh…nganmmmpphhhhh..mmmphhhh” itulah suara yang keluar dari mulut Bambang ketika aku berhasil menjejalkan kain itu kedalam mulutnya. Dengan satu tangan, aku berusaha menjaga agar kain itu tetap menyumpal mulut Bambang, sementara tangan yg satu menerima lemparan lakban dari Mario. Aku langsung membuka lakban hitam yg lebar itu lalu melekatkan ujung lakban itu dipipi kanan Bambang lalu aku melakban mulutnya berulang kali mengelilingi kepalanya. Setelah benar-benar erat, aku langsung menyobek lakban itu. Dan kutekan-tekan lakban itu kemulut Bambang untuk memastikan lakban itu melekat dengan baik. Aku dan Mario hanya berdiri mengagumi hasil karya kami. Seorang satpam yg tampan dan kekar terikat tak berdaya di kaki kami.

“Terima kasih Bambang atas kerjasamanya” ejekku

“Mphhh.mppphh” Jawabnya sambil meronta-ronta

“Ayo Mar, kita masih punya banyak pekerjaan” Kataku sambil menarik Mario keluar ruangan.

Tetapi sampai diluar kami mengintip kedalam. Kami melihat Bambang meronta-ronta dengan sangat keras, sambil kadang-kadang terdengar erangan dari mulutnya. Wajahnya penuh dengan keringat, bajunya juga basah oleh keringat, sehingga terlihat ketat. Rambutnya yg pendek terlihat berkilat oleh keringat. Penisku langsung menegang dibalik jeans hitamku yg ketat melihat adegan itu. Bambang tidak akan lepas. Tidak akan lepas dari ikatan itu dalam waktu dekat. Not a chance. Kami melihat Bambang meronta sekitar 15 menit, baru kami meneruskan perjalanan.

Baru berjalan 5 langkah, kami mendengar ada seorang pria memanggil Bambang dengan logat yg aneh. Kami langsung bersembunyi dibalik kotak-kotak. Sebentar kami menunggu, muncullah Matt, mengenakan kaos putih ketat (wow bodinya bagus, memang tidak seperti binaragwan, tapi jelas dia fitness berkala), Jeans biru, sepatu kets Nike. Matt masuk ke pos satpam, dan mencari Bambang. Kami langsung mengikuti dibelakangnya.

“Bambang ??!!, Where are you, we need you to……… What the hell… Who did this to you” Matt sangat terkejut melihat Bambang terikat dilantai. Langsung saja Matt jongkok dan mencoba melepas ikatan tangan Bambang.

“Eitt, wait, you can’t do that” Kataku. Matt langsung berbalik dan melihat kami

“Who are you, you can’t do this to him” Kata Matt

“Yes, we can. Now stand up, put you hands behind you head and sit on that chair” Perintahku sambil menodongkan pistol ke Matt dan menunjuk ke sebuah kursi besi hitam tanpa pegangan untuk tangan. Langsung saja ia jalan ke kursi itu dengan tangan dibelakang kepala. Setelah dia duduk, kami langsung maju ke dia.

“Hands behind you back” Perintah Mario

Langsung setelah tangannya dielakang, Mario negikat kedua tangan Matt jadi satu dengan erat lalu setelah ditali mati, ia juga mengikat kedua tangan mario ke salah satu besi di punggung kursi, agar Matt tidak mungkin lepas dari kursi itu. Lalu Mario jongkok di kaki kursi, ia menarik kaki kanan Matt ke kaki kanan kursi. Lalu diikatnya kaki Matt kekaki kursi, namun belum selesai mengikat, ia melepasnya lagi.

“Kenapa??”Tanyaku.

“Kalau kuikat begini, ia masih bisa berdiri sambil terikat di kursi, jadi kuikat kakinya ke kaki belakang kursi sampai kakinya tidak bisa menyentuh lantai, jadi ia tidak mungkin berjalan, atau berdiri” Jawabnya dengan penuh keyakinan.

“OHH, bagus, pemikiran yg bagus” Pujiku

Langsung ia menarik kaki Kanan Matt ke atas belakang, hampir sejajar dengan ikatan tangan Matt, sampai ujung sepatu Matt tidak dapat menyentuh Lantai, lalu diikat kebesi disekitarnya. Begitu juga dengan kaki kiri Matt. Sekarang Matt terikat erat kekursi tanpa mungkin untuk berdiri, sedikit ia bergerak dan kehilangan keseimbangan, ia pasti jatuh, dan itu pasti sakit. Tapi itu belum cukup, Mario mengambil tali lagi, dan mulai mengikat dada Mario ke kursi agar tidak bisa bergerak.

“Tunggu, aku ada ide, aku selalu ingin mnelakukannya” Aku lalu mengambil tali yg dipegang Mario, membuat simpul seperti tali laso. Aku lalu mundur beberapa langkah, Lalu yeehaaa, aku mencoba melempar laso ke tubuh Matt, tapi gagal. Kucoba lagi, dan berhasil, lasso itu masuk tepat ketubuh Matt, Lalu kutarik ujungnya, sehingga lasso itu semakin erat mengikat tubuh Matt dengan kursi, lalu kutarik makin kencang. Kini dada Matt benar-benar terikat dengan kursi.

“What are you doing to me? I didn’t do anything, please let me go, untie me”kata Matt

“can’t you see, we are having fun, we are tying you up” kataku

Lalu aku melilitkan sia tali itu ke tubuh Matt dan kursi, aku mengikat dada Matt dengan sangat erat ke kursi, sampai dadanya terlihat mengecil, walaupun ia bertubuh kekar.

“You don’t have to tie me that tight, I can’t even breathe”

“Of course I have to tie you that tight, I’m not stupid, do you think I’m gonna let you free in a moment”

Aku mulai jengkel dengan Matt, aku mengambil tali lagi, lalu kuikat paha, lutut, betis dan pinggang Matt kekursi dengan erat. Sehingga aku yakin Matt tidak bisa menggerakkan satupun ototnya.

“Please let me go” Mohonnya

“Shut Up!!!!”Bentak Mario, sambil mengambil kain dan lakban dari tas. Dan berusaha menjejalkannya ke mulut Matt

“Jangan, Kita pakai saja Kaosnya” Kataku

“Oh, Bagus” Kata Mario sambil tersenyum

Ia langsung merobek kaos ketat Matt dibagian dadanya, sebetulnya dia hanya butuh sedikit kain, tapi dia menyobek banyak, sehingga terlihat dada Matt, Otot dadanya yg terikat tak berdaya. Lalu Mario menggulung kain itu dan menjejalkannya. Lain dengan Bambang, Matt langsung membuka mulutnya pasrah, lalu Mario melakbannya dengan erat.

“Thanx, enjoy you chair” ejek Mario

Kami langsung keluar ruangan, dan kembali kami mengintip. Bambang mulai meronta-ronta lagi. Begitu juga dengan Matt, tapi rontaan Matt tidak terlalu keras karena takut jatuh. Bambang menyentak-nyetak tangannya berusaha melepaskan diri dari ikatan. Bamabng yg sudah berkeringat semakin berkeringat, bahkan dibagian kemaluannya agak basah. Juga Matt, dadanya yg terlihat juga berkeringat, bajua ketatnya yg tipis hampir tembus pandang oleh keringat..Lalu setelah keduanya berkeringat dan kecapaian Mereka berdua terdiam, kami sudah hendak meninggalkan mereka, tapi ketika kami berbalik, ada kegiatan, Bambang berusaha bersingsut-ingsut ke arah ikatan tangan Matt, ia berusaha duduk dan menempelkan mulutnya yg terlakban ketangan Matt yg terikat. Matt yg tidak bisa melihat kebelakang dengan leluasa, pertama masih bingung dengan apa yg Bambang lakukan, tetapi setelah ia menyentuh lakban Bambang, ia berusaha melepas lakban yg menyumpal mulut Bambang. Bambang masih berusaha untuk tetap terduduk, sedang Matt berusaha untuk membuka lakban Bambang. Tapi, Matt tidak menyadari kalau kursinya mulai miring. Dan seperti dugaan, Matt jatuh dengan kursinya kearah peruh Bambang. Bambang merintih kesakitan, dan Matt berusaha untuk berdiri lagi, tapi dengan semakin Matt bergerak, Bambang semakin kesakitan. Mereka saling terdiam, mereka tidak akan lepas segera.

Aku mulai berpikir, apa yang Matt lakukan disini, khan sudah malam, apakah Matt dan Chandra disini, apakah yg mereka lakukan bersama malam-malam. Apakah mereka gay???. Aku langsung menuju kekantor Chandra, dan benar, lampunya menyala. Pintu terbuka sedikit, dan kami melongok kedalam. Chandra

Memakai kemeja biru muda, dengan dasi biru tua, dan celana hitam ,sedang terduduk di mejanya. Kami tidak bisa masuk begitu saja, karena aku tahu Chandra menyimpan senapan otomatis di lacinnya, kalau kami masuk dan menodongnya, kami bisa mati tertembak dulu, karena kami sebenarnya tidak tahu cara memakai pistol.

“Bagaimana ini, Mar”

“Pertama orang yg dia kenal harus masuk, baru orang itu menyergapnya” usul mario

“Iya tapi siapa orangnya?”

“Kamu”

“Gila kamu ya, kalau dia tahu aku yg menyergapnya, pasti aku akan segera tertangkap nantinya setelah ia lapor polisi” Bantahku

Kami berdua termenung lama, baru Mario menemukan ide.

“Aku pakaian seragam satpamnya Bambang, lalu aku masuk, bilang saja aku satpam baru, dan menyergapnya.” Usulnya

“yap, ayo kita telanjangi Bambang, aku memang ingin melihat tubuhnya”

Kami bergegas kembali kekantor pos, untuk menelanjangi Bambang, tapi kami sangat terkejut, karena ada suara langkah kaki, masih ada orang lain disini. Kami menuju ke asal suara, tarnyata ada satpam lain lagi, ia baru keluar dari kamar mandi. Ia lebih tinggi sedikit dari Bambang, tapi tubuhnya juga tegap. Kulitnya lebih putih diabnding orang Indonesia pada umumnya. Rambutnya cepak, hidungnya tidak terlalu mancung.

“Angkat tangan” Bentakku, sambil menghadang dan menodongkan pistol kearahnya.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Dikerjain ABG

Malam minggu aku teronggok dikamar kosku di sekitar Muka Kuning karena badanku lagi menggigil didera demam tinggi yang tidak mereda. Dengan selembar spei yang super tipis menutupi badan yang tidak karuan ini guna mengurangi rasa dingin ini.

Tiba-tiba pintu kamar kos ku diketuk orang dan seraut wajah ABG mengintip. Aldo, teman lelaki anak ibu kos ku langsung masuk ke kamarku. Ia kelihatan sudah rapi, remaja 18 tahun yang duduk di bangku kelas 2 STM itu iba melihat diriku yang gak karuan ini.

Ia menanyakan Tantok, anak Ibu kosku, Lagi sakit ya bang, Kayaknya demam nih, apa gak ada selimut lagi nih, Ntar ya bang! Gak ada satupun dari pertanyaan itu sempat ku jawab. Dia keluar sebentar

Demikianlah Aldo, tipikal remaja abg yang ugal-ugalan, tidak sabaran tapi terkadang haus perhatian dan kasih sayang karena orang tua Aldo dan Tantok single parent yang sibuk dengan bisnis masing-masing.

Gak lama kemudian Aldo masuk kembali dengan menjinjing sebuah bungkusan plastik, Nih Aldo beliin bubur ayam kesukaan abang, walau sakit perut harus diisi yang bang, kini bahkan dia menyuapi diriku yang terbaring lemah. Kuterima aja kebaikan dirinya itu.

Makanya cepat baikan dengan kak Indah, kan enak ada yang urus. Aldo tahu aku lagi perang dingin dengan pacarku yang kerja di Muka kuning.

Sehabis disuapi Aldo, aku kembali berbaring lemah di ranjang

Masi menggigil ya, apa gak ada selimut lagi nih ? aku menggeleng lemah menjawab pertayaan terakhirnya.

Aldo menatap iba diriku yang teronggok lemah di ranjang, Biar aku angatin ya bang, katanya sambil membuka selimut atau tepatnya seprai yang menutupi diriku. Karuan aku diserang rasa dingin, aku buka pakaian abang ya, tu uda basah ama keringat

Dengan telaten Aldo membuka baju ku dan ketika dia akan memelorotkan ret sleting celana jeans ku, aku menolak. Gak apa bang, tar masuk angin, katanya memaksa, tu celana jeans nya juga udah kuyup kena keringat gitu. Terpaksa aku mengikuti apa maunya tu anak, badanku yang ringkih ini, tinggal ditutupi oleh kolor hitam yang contrahaz sekali dengan kulitku yang putih.

Aku kembali menyelimuti diri dengan sprei tipisku, gak ku hiraukan Aldo yang melucuti seluruh pakaian yang menutupi dirinya, kecuali kolornya dan segera bergabung menggunakan selimut titisku. Aku terkejut ketika Aldo memeluk erat diriku dari belakang sambil meraba perut ku. Dapat kurasakan kulit dada tipis dan perut Aldo menempel di belakangku. Apaan ini, Do ¿

Biar aku tularkan panas badanku ke abang kaya di film kuno itu lo bang, makanya aku buka pakaian abang dan aku.

Aneh juga rasanya, aku yang 25 tahun ini di peluk anak ABG, tapi masak bodohlah, emang aku merasakan lebih hangan setelah Aldo memeluk diriku, apa lagi tangan dan kakinya selalu meraba menggosok gosok seluruh badanku, ya…. Seluruh badanku, kayaknya hanya kontolku saja yang tidak di gosoknya.

Bahkan kontol abg itu merapat erat ketika menggosok diriku, dapat kurasakan kontol Aldo yang masih dibalut kolornya menempel erat berdenyut di belahan pantatku.

Benar juga, kini aku merasakan sedikit lebih hangat karena panas badan Aldo berpindah ke diriku. Setelah merasakan kehebatan metoda penyembuhan super aneh dari Aldo akhirnya aku pasrahkan saja diri ini, mau sekalian di telanjangi kek, masa bodohlah… yang penting cepat sembuh.

Berbalik bang, kini aku tidur beralaskan tangan Aldo, dapat kurasakan keharuman Swiss Army di ketiak Aldo. Bahkan kini dia membimbing kepalaku agar berbaring ke dadanya yang tipis, gak usah malu ya bang. Kini posisi badan kami saling berhadapan hanya saja badanku berada sedikit lebih rendah dimana jidatku pas di mulut aldo.

Dengan posisi seperti itu tentu saja seluruh badan kami paling depan saling menempel. Dada perut, bahkan kontol kami pun saling menempel erat. Dapat kurasakan jika aku atau Aldo bergerak sedikit maka kontol kami akan saling bergesekan. Sekarang tangan Aldo mengelus bagian punggung dan pantat ku. Sesekali tangan kanannya mengusap rambutku,... bahkan terkadang yang gilanya pipi kami sering beradu, dapat kurasakan hembusaan nafas hangat Aldo menerpa wajahku dan yang lebih gila lagi tu anak terkadang mencium jidatku, ubun-ubunku.

Terkadang ia melakukan itu semua sambil memadang dalam ke mataku yang sayu ini, dapat kurasakan tatapan yang penuh sejuta sayang cinta dan iba terhadap keadaan ku saat ini, somoga saja aku salah

Bang, aku pernah baca katanya kalau orang normal perlu pelukan minimal 8 kali 1 hari, maka orang lagi sakit kaya abang ini harus lebih dong, tapi harus tanpa pamrih bang, yang paling bagus saat berpelukan kaya gini coba biarkan menerima apa pun yang kita rasakan tanpa menolak sedikitpun walaupun dengan sesama jenis. Karena perhatiann dan kasih sayang itu bukan hanya di domonasi oleh dan untuk lawan jenis aja kan bang.

Gila nih abg bau kencur belajar pilisohi dimana pula dia, tapi aku jalani dan nikmati aja perlakuan dan cara pengobatan dia yang super aneh ini. Ku ikuti omongan dia, mengikuti segala perasaan ku yang terdalam ditengah pelukan abg itu. Ku pejam mata ini, kudengan desahan nafas dan degupan janntung Aldo yang berdegup kencang, ada perasaan bahagia, damai, sayang yang sangat dalam sekali, sama rasanya seperti saat aku memeluk keponakanku yang masih bayi. Gak tahu berapa lama aku di peluk Aldo, akhirnya aku tertidur pulas.

Dalam tidur aku bermimpi ketemu bidadari yang dikelilingi cahaya terang sekali dan dapat menyembukan sakitku dengan seketika. Saat akan berpisah dia memelukku tetapi hal itu tidak dapat kami lakukan karena ada pembatas antara kami. Aku berontak ingin memeluknya dan... terbangun seketika.

Ternyata Aldo lah yang aku peluk, demam tinggi ku sudah terbang entah kemana. Ku perhatikan wajah ABG yang tertidur pulas itu, penyelamatku. Gak tahu apa yang kurasanya malam ini. Wajahnya, rambutnya, matanya dan senyum damainya itu. Ditengah kecuekan dan kenakalan khas usia remaja tersembunyi kepedulian terhadap sesama.

Aku gak tahu perasaan ku ini, yang jelas setelah malam ini aku sangat sayang sekali dengan Aldo, ada keinginan untuk membahagiakan dan berkorban apapun demi dia. Aku ingin sekali memeluk dia. Dengan berbantalkan tanganku, ku peluk Aldo, kini posisi kami saling berhadapan, tetapi ada yang mengganjal kami terutama di daerah bawah perut. Ternyata kontol kami sama-sama tegang, biasa panggilan alam, saat subuh seperti ini kontol setiap anak lelaki pasti akan ngaceng sejadi-jadinya itu yang terjadi dengan kami. Sekilas kulirik kontol Aldo dengan palkon mengintip keluar, gak bisa menampung panjang kontol abg itu. Ku elus sedikit karena penasaran, setiap lelaki pasti selalu penasaran dengan kontol lelaki lain tul gak !

Ku biarkan Aldo tidur ber bantalkan dadaku, sekilas dia terbangun, kerana gerakanku, Udah mendingan ya bang? Masih ngantuk nih ! Ku biarkan abg penyelamatku tidur, kini ia bahkan mengendus ketiakku dan tanpa sadar mencium ketiakku dan tertidur pulas kembali. Duh.... aku kok semakin sayang dengan nih anak.

Kamis, 16 Agustus 2012

Diperbudak

Aku adalah seorang mahasiswa semester akhir. Sejak berusia 18 tahun aku merasakan bahwa aku mempunyai perilaku seks yang menyimpang. Sebagai laki-laki, aku justru lebih suka untuk didominasi. Aku sering membayangkan suatu keadaan dimana aku dicaci, dihina, direndahkan, dan disiksa secara sadis oleh seorang master.

Saat aku menginjak semester delapan, aku mendaftarkan diri pada sebuah situs BDSM dan berhasil berkenalan dengan seorang cowok yang suka menjadi dominan. Dia adalah david. Perkenalan awal lewat internet kemudian berlanjut ke pertemuan kami. Ternyata david adalah seorang manajer personalia di sebuah hotel. Dia tidak cakep banget namun berpenampilan macho apalgi tindiknya di puting susunya. Singkat cerita, kami pun saling cocok.

Sejak awal bulan Juli, kami pun sepakat untuk menjadi pasangan majikan dan budak. Aku berkewajiban untuk melayani david kapan pun dia menginginkanku. Aku juga harus mematuhi seluruh perintah-perintahnya dan menerima semua yang dilakukannya kepadaku. Termasuk hinaan dan siksaan. Sedangkan david, dia memiliki hak penuh untuk melakukan apa saja yang disukainya kepadaku. Aku tidak lebih dari barang-barang miliknya yang lain. Dan aku tidak menerima imbalan apapun. Imbalanku adalah kesenanganku.

Aku akan bercerita sebagian pengalamanku selama jadi budak david. Saat itu hari sudah malam. Sekitar pukul delapan malam. Telepon hp ku berdering. Ternyata itu adalah david. Dia memintaku untuk datang ke alamat villa sewaannya dan melayaninya malam itu juga. Tentu saja aku tidak dapat menolak. Dia adalah majikanku. Dan aku pun berangkat malam itu.

David sudah menungguku saat aku tiba di villa. Dia hanya bercelana dalam saja.Dia memakai G-String.aku makin ngaceng melihat tubuh dia. Tanpa basa-basi lagi, dia lalu menyuruhku untuk melepas seluruh bajuku. Aku menurutinya. Kini tubuhku telanjang bulat tanpa selembar kain pun. david lalu mendekatiku. Dia memutari tubuhku dan meremas penisku dari belakang. Penisku pun mengeras. david pun meraba seluruh tubuhku dan membuatku semakin terangsang.

tiba-tiba dia berhenti,lalu david menyuruhku untuk telungkup dilantai lalu dia memasangkan borgol dikedua kaki dan tanganku yang sudah ditelikung ke belakang lalu dia menyuruhku untuk memasuki ruang belakang dengan merayap.Dia sudah memegang cambuk, yang siap diayunkan jika aku diam atau melambat, sepanjang aku merayap hamapir puluhan kali cambuk diayunkan ke tubuhku.Akhirnya aku sampai juga di ruang belakang.Di sana ternyata sudah terdapat tali panjang yang menggantung pada kayu besar yang melintang di tengah ruangan. Dia lalu mengikat kedua tanganku pada tali itu. Kini aku sama sekali tidak berdaya. Kedua tanganku diikat menyatu ke atas pada tali itu dan aku pun terpaksa harus berjinjit pada kedua ujung kakiku karena tali itu ternyata terlalu tinggi.

David mengelilingi aku sebentar, lalu dia pergi ke arah meja dan mengambil sebuah cambuk berwarna hitam. Semenit kemudian, dia sudah berdiri di belakangku. Dia lalu mendekatiku dan kemudian menyampirkan cambuknya dibadanku, lalu dia mulai meremas puting susuku, kontolkuaku berusaha tetap untuk berdiri tegak karena aku goyang-goyang terus. Aku diam saja. Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi berikutnya.

Tiba-tiba,dia berhenti meraba tubuhku, dan meraih cambuknya lalu Tar! Tar! Dua cambukan menghajar punggungku dengan keras. Aku berteriak keras. Rasanya sakit sekali. David tertawa puas melihat tubuh bugilku menggeliat menahan sakit yang amat sangat. Dia tidak berhenti sampai di situ. David terus mencambukku sampai sekitar 200 cambukan. Punggungku terasa amat sakit dan panas karena sobek dan mengeluarkan darah. Tubuhku sudah basah dengan keringat dan terasa lemas. Tapi anehnya, aku menikmatinya. Inilah yang kuimpikan sejak dulu, disiksa dan direndahkan.

Setelah puas dengan cambukan, dia melepas ikatan tanganku. Dia lalu memindahkanku ke kamar tidur. Dia lalu mengikat kedua tangan dan kakiku dengan tali ke masing-masing sudut tempat tidur. Kini aku telentang dalam keadaan terikat dan telanjang seperti huruf X.

David lalu mengambil kotak tempat dia menyimpan alat-alat penyiksaan dan mengambil dua buah jepitan buaya yang bergigi tajam dan terkenal kuat cengkeramannya. Aku menunggu dengan hati berdebar-debar. Seperti yang kuduga, David meraih putingku dia meraba-raba dulu memilin-milin putingku lalu tiba-tiba dia menjepitkan jepitan buaya itu hingga daging kedua putingku terjepit erat. Rasanya sakit sekali. Aku berteriak dan meronta. Tapi tubuhku terikat erat oleh tali di tempat tidur. Aku tidak berdaya.ternyata jepitan buaya itu ditengahnya ada jarumnya sehingga putingku tertusuk seperti ditindik.

Selang beberapa menit, aku pun kembali tenang. David kembali mendekatiku, dan kali ini dia membawa sebuah lilin merah dengan diameter besar, seperti yang sering dipakai di kuil-kuil. Dia lalu menyalakan lilin itu. Setelah lilin terbakar, David lalu memiringkan lilin yang dibawanya dan meneteskan lilin panas yang meleleh di atas tubuhku yang telanjang. Satu tetesan pertama mendarat tepat di atas putingku yang terjepit oleh jepitan buaya. Aku berteriak histeris. Rasanya seperti di neraka.Lalu dia meneteskan lilin itu ke bagian-bagian tubuhku yang sensitif. Dada, perut dan paha tidak luput dari tetesan cairan lilin panas. Tubuhku semakin berkeringat dan menggelinjang menahan panas. Aku merasakan siksaan yang amat sakit. Aku hanya dapat mengerang kesakitan dan memohon belas kasihan David.

Setelah sebagian besar tubuhku tertutup lilin panas yang mengering, David kemudian melepaskan ikatan kedua kakiku. Dia lalu mengangkat kedua kakiku ke atas dan kemudian ditekan dalam keadaan mengangkang ke arah dada. Kini aku hampir dapat mencium kedua lututku. David lalu mengikat kedua kakiku dengan tali pada ujung sudut-sudut tempat tidur yang digunakan untuk mengikat kedua tanganku. Kini aku semakin tidak berdaya. Selain ikatan tubuhku semakin kuat, aku juga telah banyak kehilangan tenaga.

Dalam keadaan seperti ini, kedua kakiku dalam keadaan mengangkang ke atas dan pantatku pun tepat berhadapan dengan David. Dia kembali menyalakan lilin. Saat itu aku sudah mulai ketakutan. "Ampun, Vid.., ampun. Tolong, ampuni saya. Jangan siksa saya lagi, Vid..!" aku merintih memohon belas kasihan David. Dia hanya tersenyum.

David lalu memiringkan lilin yang tadi dinyalakannya ke arah pantatku yang terbuka. Tes.. Tes.. Tes. Sekian banyak tetes lilin mengalir deras di daerah pantatku. Aku berteriak sekuat-kuatnya untuk menahan sakit. Tidak hanya sampai di situ saja siksaan yang kualami. Pada tetesan yang entah ke berapa puluh kalinya, David kemudian mengarahkan lilinnya ke anusku. Tidak dapat dielak lagi, cairan lilin panas itu menghujani daerah anusku dan sebagian masuk ke lubang anus.

Kali ini aku tidak hanya berteriak tapi juga membentur-benturkan pantatku ke tempat tidur untuk menahan sakit. David tertawa terbahak-bahak melihatku kesakitan dalam keadaan telanjang dan terikat tidak berdaya. Aku tidak lebih dari kelinci percobaan David.

Ternyata David belum puas. Dia masih kembali memiringkan lilinnya ke arah tubuhku. Kali ini sasarannnya adalah kemaluanku. Tanpa basa-basi lagi David meneteskan lilin-lilin panas bertubi-tubi ke arah kontolku, hampir seluruh kontolku tertutup lilinmerah itu. Aku kembali berteriak kesakitan. Badanku bergetar dan aku merasa ingin pingsan. David tertawa penuh kemenangan. Dia lalu mendekati wajahku dan berkata, "Rasakan, budak..!"

Sedetik kemudian, kedua tangan David menarik jepitan buaya di kedua putingku dengan tarikan keras dan panjang. Aku benar-benar berteriak histeris.Rasanya seperti putingku mau copot, karena jarumnya itu yangmembuat nya sakit sekali. Malam itu aku disiksa dengan cara-cara yang teramat sadis dan keji. Setelah puas menyiksaku dengan sadis, David melepaskan ikatanku.

David kemudian memakaikan sebuah kalung anjing di leherku dan menyuruhku untuk berjalan merangkak mengikutinya seperti seekor anjing. Dia ternyata membawaku ke halaman belakang. Di situ terdapat sebuah kandang anjing yang kosong. David meyuruhku untuk masuk ke dalamnya. Aku menuruti perintahnya. Dia lalu menutup pintu kandang dan menguncinya.

David kemudian meninggalkanku sendirian di kandang anjing. Dia pergi ke arah kota untuk minum-minum di kafe. Sementara itu, tubuhku menjadi sasaran nyamuk-nyamuk kelaparan. Aku benar-benar diperlakukan seperti budak malam itu. Dicaci, dihina, direndahkan dan disiksa secara sadis oleh majikanku.Sakitnya diputing susuku masih terasa, apalagi jepitannya ini belomdi lepas oleh david, sehingga terjepit juga oleh tubuh ku. Dan kini aku diperlakukan tidak lebih dari seekor binatang. Untungnya, malam itu aku dapat juga tidur walaupun hari sudah menjelang pagi.

Keesokan harinya, aku dibangunkan secara kasar oleh David pagi-pagi sekali. Mungkin sekitar pukul enam pagi. Tubuhku masih terasa sakit dan penat karena siksaan semalam. Tapi bagaimanapun juga aku berusaha untuk bangun. Aku tidak berani untuk melawan majikanku. Setelah aku keluar dari kandang jepitan buaya itu dilepas oleh David, rasanya puting susku seperti diiris puting susuku mengeluarkan darah sedikit.David tidak memperdulikannya.Aku kemudian diberinya pakaian yang pantas dan dipaksa untuk masuk ke mobil. Kami kemudian pergi ke arah luar kota.

Sekitar setengah jam perjalanan, kami melewati jalan raya kecil yang di kanan kirinya masih merupakan hutan, walaupun bukan hutan liar. Tiba-tiba David membelokkan mobilnya ke kiri dan masuk ke sebuah jalan tanah. Dia baru berhenti setelah kami tidak terlihat dari arah jalan raya karena terlindung pepohonan.

David lalu menyuruhku turun. Dia lalu memerintahkanku untuk melepaskan seluruh pakaianku. Aku tidak dapat menolak. Kini aku pun kembali telanjang bulat bersama David di tengah hutan. David kemudian menyuruhku untuk telungkup lagi,lalu menyuruhku untuk merayap kedepan, dia juga sudah memegang cambuk lagi untuk menghajar aku lagi, kemudian aku mulai merayap ditanah itu. Tubuh terasa sakit semua karena permukaan tanah yang banyak batu dan kerikilnya, aku mulai melambat, david tidak mau tahu dengan keadaan itu Tar..Tar..dua cambukan melayang ketubuhku aku harus mempercepat rayapanku lagi setelah hampir sejam merayap dantubuh ku sakit semua terutam punggung dan kontol ku yang langsung bergesekan dengan tanah. Akhirnya aku sampai disebuah sungai lumpur. Dia kemudian memerintahkan aku untuk mengotori seluruh badanku dengan lumpur sungai yang ada di situ. Aku pun melakukannya. David melihatku dengan tersenyum puas. Aku melumuri seluruh badanku dengan lumpur termasuk wajahku. Setelah selesai, David kemudian mengacak-acak rambutku, sehingga penampilanku seperti orang gila saat itu.

Tidak berhenti sampai di situ, David lalu memberiku tulang ayam goreng yang sudah sedikit dagingnya. Dia lalu mengatakan padaku bahwa dia akan membawa pergi pakaianku dan menungguku di seberang hutan yang lain yang telah ditunjukkannya padaku melalui peta. Jaraknya kurang lebih lima kilometer. Untuk mencapai tempat itu, aku harus berjalan melalui pinggir jalan raya dalam keadaan telanjang dan sambil memakan tulangan ayam. Aku benar-benar merasa direndahkan saat itu. Tapi sekali lagi, aku justru menikmatinya.

Tidak berapa lama, David benar-benar meninggalkanku sendirian di dalam hutan. Setelah David pergi, aku pun mulai berjalan ke arah jalan raya. Sampai di batas pepohonan yang menutupiku dengan jalan raya kecil itu, aku mulai ragu. Meskipun bukan jalan raya besar, jalan raya itu cukup ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Tetapi aku juga tidak tahu jalan lain untuk menuju tempat Nyonya Hana menunggu selain melalui jalan itu. Untuk berjalan melalui hutan, aku tidak berani mengambil resiko. Bisa-bisa aku tersesat karena tidak tahu arah sama sekali. Aku juga tidak dapat terus-terusan tinggal diam di situ karena aku tidak punya pakaian selembar pun. Bagaimanapun juga aku harus menemui David di seberang hutan.

Akhirnya, aku nekat juga. Pelan-pelan aku keluar dari pepohonan saat jalan raya sepi. Tetapi, itu tidak berlangsung lama. Sebentar kemudian sebuah mobil pick up yang bagian belakangnya penuh dengan penumpang terlihat dari jauh. Setelah dekat dan melihatku, mereka bersorak-sorak ramai mengejekku dengan kata-kata kotor. Ternyata, di bagian belakang mobil itu juga ada beberapa gadis yang ikut menumpang. Tanpa diduga, si sopir memperlambat laju mobilnya di dekatku untuk memberikan kesempatan kepada teman-temannya mengejekku dan mengolokku di depan para gadis itu.

Jarakku dengan mobil itu hanya sekitar 3 meter karena memang jalan raya kecil itu tidak punya bahu jalan yang cukup lebar. Gadis-gadis di situ menjerit menahan malu. Tetapi aku yakin bahwa mereka sudah melihat ke arahku. Aku benar-benar merasa sangat rendah saat itu. Aku diolok-olok di depan umum dalam keadaan bugil dan kotor. Akhirnya, mereka berlalu juga.

Kejadian seperti itu berulang terus sepanjang aku menempuh perjalananku. Aku dilecehkan dan dicemooh oleh orang-orang. Aku terpaksa harus berjalan dalam keadaan telanjang bulat dan tubuh penuh dengan kotoran. Wanita-wanita yang kebetulan melihatku, tersenyum menahan malu. Tapi kemudian mereka juga berbisik-bisik dan tertawa menghinaku. Aku hampir-hampir tidak kuat menahan pelecehan itu. Tapi aku tidak punya pilihan lain selain kembali kepada David. Kalau tidak, aku akan ditinggalkan selamanya di hutan tanpa pakaian. Cemoohan kepada diriku harus kutahan selama jarak lima kilometer.

Setelah berjalan sekian lama, akhirnya aku sampai juga ke sudut hutan yang sepi yang telah di tentukan David. Dia menungguku di sana sambil tertawa terbahak-bahak melihatku datang. Dia berdiri berkacak pinggang penuh kemenangan. Setelah puas menatap keadaaanku, David tidak memberiku pakaian, tetapi langsung menyuruhku untuk masuk ke mobil dan membawaku kembali ke villa. Untungnya, kaca mobil David sangat gelap, sehingga tubuh telanjangku tidak akan kelihatan dari luar.

Kami sampai di villa sudah siang. Mungkin sekitar pukul setengah dua belas. Saat itu matahari bersinar terik tanpa awan sedikit pun yang menutupinya. Hari itu menjadi siang yang sangat panas.

David kemudian membawaku ke halaman belakang villa. Di sana terdapat sebuah tiang melengkung berbentuk huruf U terbalik yang lebih tinggi dariku. Tanpa memberiku kesempatan untuk beristirahat, David langsung mengambil tali dan mengikat kedua tanganku di puncak tiang seperti keadaan tadi malam. Kedua tanganku terikat ke atas dan kakiku pun sedikit terangkat ke atas, sehingga aku hanya dapat bertumpu pada ujung jari-jari kaki.

David lalu mengambil cambuk dan mencambuk tubuhku sekitar 30 cambukan keras. Aku hanya dapat berteriak kesakitan dan memohon ampun pada David. Tapi dia tetap tidak perduli. Punggungku kembali terasa sakit karena luka cambukan semalam belum sembuh. Tubuhku penuh dengan keringat karena sinar matahari yang amat panas.

Setelah puas mencambukku, David meninggalkanku begitu saja dijemur di bawah terik matahari yang menyengat. Tubuhku terasa sangat lemas. Mataku sudah berkunang-kunang. Yang kuingat, aku belum diberi makan oleh David sejak penyiksaan dimulai tadi malam. Tubuhku yang kotor dan bugil dibakar sinar matahari sepanjang siang itu. Keringatku membasahi tubuhku dengan deras membuatku semakin lemas.

Sementara itu, punggungku terasa amat sakit akibat cambukan dan bagian depan tubuhku dan daerah sekitar kemaluanku masih memerah akibat siksaan panas lilin tadi malam. Aku benar-benar merasa seperti di neraka. Aku hanya ingat aku dijemur lama sekali. Akhirnya aku tidak kuat. Aku pingsan di tiang siksaan.

Ketika aku sadar, aku sudah berada di dalam villa. Hari sudah sore. David ada di depanku membawa makanan. Aku sedikit gembira karena tubuhku sudah sangat lemas. David kemudian memberiku makan saat itu. Namun tentu saja aku tidak dapat makan seperti orang biasa. Aku adalah seorang budak.

David menaruh makanan yang dibawanya di mangkuk makanan anjing dan menyuruhku untuk makan dalam keadaaan merangkak dan hanya boleh menggunakan mulut seperti layaknya seekor anjing. Harga diriku benar-benar diinjak-injak. Aku tahu bahwa anjing pun masih mendapatkan perlakuan yang lebih baik. Setidaknya, anjing masih diberikan makanan secara teratur dan disayang oleh majikannya. Sedangkan aku, jatah makanku saja terlambat dan aku pun selalu disiksa secara sadis oleh majikanku. David benar-benar menempatkanku dalam posisi yang amat rendah. Bahkan lebih rendah dari anjing piaraannya.

Setelah makan, aku kembali diberi kalung anjing lalu dia membawaku menuju kamar mandi. Di sana tangan dan kakiku diikat dengan tali, kemudian pintu kamar mandi dikunci oleh David. Setelah itu, Nyonya Hana pergi entah kemana. Aku sangat capek saat itu. Aku langsung tertidur dan baru dibangunkan oleh David dini hari keesokannya. David mengatakan bahwa sewa villa telah habis dan aku harus meninggalkan villa sebelum jam tujuh pagi. Setelah itu, David langsung pergi meninggalkanku begitu saja yang masih telanjang bulat dan kotor seperti sampah.

Aku merasa puas setelah diperlakukan seperti itu dan David akan datang lagi utnuk meyiksa aku lagi.

Rabu, 15 Agustus 2012

Kesempatan Menikmati Mas Yatin Sampai Puas

Aku adalah seorang artis yang bergerak di bidang musik (tarik suara) dan sekali-sekali juga main sinetron dengan peran kecil-kecilan. Dengan penghasilan yang sampai saat cerita ini kutulis masih lumayan, aku bisa membeli sebuah rumah, mobil, hidup layak dan menggaji pembantu. Kebetulan Bik Inah sejak kecil ikut orangtuaku dan kini dia tidak keberatan mengurus rumahku. Aku sudah dianggap seperti anaknya sendiri.Akupun menganggap Bik Inah sebagai keluarga.

Diciptakan sebagai seorang homoseks murni tulen 100% dengan pekerjaan atau matapencaharian yang menjadi perhatian orang banyak sungguh tidak mudah. Sekarang dalam usiaku 25 tahun masih mudah, paling-paling aku dianggap "belum ada calon yang cocok" atau "belum ada jodoh". Tapi nanti, 5 - 10 tahun lagi mungkin akan jadi pertanyaan orang banyak, kenapa aku belum kawin juga. Mungkin kelak orang akan mulai mencurigai aku seorang gay. Tapi, sudahlah!. Toh bukan keinginanku jadi homoseks dan tidak mungkin aku membohongi diriku pura-pura kawin dengan perempuan! Tunggu saja nanti 5 tahun lagi, semua tantangan akan aku hadapi dengan gagah perkasa bagaikan lelaki tulen. Bukankah aku seorang homoseks yang lelaki sejati dan yang hanya doyan lelaki dan yang "absolutely male", seperti judul suatu situs gay?.

Demikianlah, hidupku jadi gersang tanpa siraman cinta dari siapa pun, kecuali kasih sayang kedua orang tua dan saudara kandungku!. Kesepianku kuisi dengan olahraga dan latihan nyanyi, sekali-sekali pesta dengan sesama selebriti. Tetapi pada suatu hari terjadilah perubahan dalam hidupku.

Sudah lama aku merasa perlu menambah kamar dan merubah bentuk garasi, sekaligus memperbaharui cat rumah yang sudah 5 tahun tidak pernah dicat ulang.Tetapi tidak mudah mencari pemborong atau tukang yang kerjanya baik, jujur dan tidak terlalu mahal upahnya.Setelah mencari-cari dan menelepon ke sana sini,akhirnya adikku menawarkan pemborong langganannya.

Si pemborong bernama Yatin, karena adikku memanggil dia Mas Yatin maka aku ikut-ikutan memanggilnya Mas Yatin. Mas Yatin berlatar pendidikan STM Bangunan, dia seumur dengan ku dan belum kawin, mungkin tingginya hanya sekitar 165 cm dengan berat sekitar 60 kg. Jika dipandang selintas dia biasa-biasa saja tapi jika dipandang agak lama, sebetulnya dia lumayan cakep dan jika bicara dengan dia, ada aura dan daya tarik dalam dirinya. Semula aku mengira aku yang mata-keranjang atau ngebet dengan lelaki. Tetapi kemudian banyak sekali cewek yang mencari Mas Yatin melalui telepon di rumahku. Dari suara, bahasa dan cara bicara para penelepon aku bisa menilai bahwa cewek-cewek yang mencari Mas Yatin adalah gadis terpelajar, mungkin mahasiswa atau murid SMA. Ini berarti, aku bukan sembarang ngebet lelaki, tapi memang Mas Yatin punya daya tarik tersendiri.

Apalagi kulitnya coklat terang, cenderung kuning langsat, dan tubuhnya atletis berkat kerja tukangnya. Pakaiannya juga modis dan dia dandy.

Dalam melaksanakan kontrak atau pekerjaan borongannya dia dibantu 3 orang tukang yang semuanya masih ada hubungan kerabat. Pertama jumpa Mas Yatin aku tidak terlalu memperhatikannya, pikiranku terkonsentrasi pada rencana kerjanya dan ongkos yang diperlukan. Setelah semua perjanjian dan kesepakatan beres, dia berjanji akan mulai bekerja keesokan harinya.

Rupanya, meskipun dia pemborong, Mas Yatin sering ikut membantu pekerjaan tukang-tukangnya. Kebetulan pada hari pertama mereka mulai kerja aku tidak ada kegiatan, sehingga sepanjang hari aku gunakan untuk mengawasi pekerjaan Mas Yatin dan tukang-tukangnya. Mula-mula dia bekerja dengan pakaian luarnya yang kotak-kotak merah dengan celana jeans biru. Ketika dia mulai memanjat tiang, maka agaknya supaya praktis bajunya ditanggalkan. Maka tampaklah tubuh Mas Yatin yang atletis dengan otot dada yang menonjol ke depan, ketat dihiasi dua puting susu yang ketat dan ledzat. Otot perutnya juga rata dan bagus. Lengannya kekar, otot biseps dan trisepsnya indah dan nikmat dipandang! Aku langsung ngaceng!. Apalagi waktu papasan di dapur, dia melempar senyum. Supaya tidak terlalu menyolok, diam-diam aku memperhatikannya dari tempat "yang strategis". Di balik pintu, di balik gorden, dan ah!, dia mengangkat kedua lengannya ke atas untuk memasang paku di dinding. Tampaklah ketiaknya yang bersih tanpa rambut selembar pun. Darahku menggelegak, jantung berdegup, air liurku jadi terbit dan kutelan. Mungkin juga cairan mazi-ku (pre-cum) terpancar, siapa tahu?.

Setelah kejadian itu, aku jadi sering mengajak ngobrol Mas Yatin atau pura-pura tanya ini itu. Supaya bisa dekat-dekat dengan dia. Keesokan harinya, aku tambah uang belanja Bik Inah agar disediakan makan siang untuk tukang-tukang itu. Bik Inah menurut saja. besoknya, karena aku masih libur, waktu makan siang tiba, aku bahkan pura-pura ikutan makan bersama dengan mereka di teras depan sehingga membikin Bik Inah heran, tapi dia tidak iseng bertanya padaku. Bahgia sekali aku duduk berdekatan dengan Mas yatin yang hari itu masih saja bertelanjang dada. Mas Yatin agak berkeringat waktu makan, aku sengaja mengendus-ngendus apakah ada bau keringat Mas yatin tapi tak berhasil. Bahkan aku pura-pura mengambil tempe di piring dekat Mas Yatin sehingga hidungku dekat sekali dengan ketiaknya tapi tak tercium bau apa-apa.

Aku makin terpikat pada Mas Yatin-ku dan akhirnya aku nekat mengajak dia menginap selama dia mengerjakan borongannya. Dia bilang, dia mau menginap, tapi tukang yang lain ingin pulang, karena mereka semua punya isteri dan anak. Mas Yatin merencanakan menginap esok malamnya. Tapi aku pengaruhi agar dia menginap mulai malam itu juga. Kebetulan memang para tukang biasa membawa alat mandi, demikian juga Mas Yatin. Supaya aku bisa bebas, aku menawari Bik Inah untuk istirahat dan menginap di rumah anaknya. Memang sudah biasa aku menawarkan atau menyuruh Bik Inah menginap di rumah keluarganya, supaya dia bisa libur dan istirahat.

Mungkin karena merasa terganggu dengan debu selama rumah diperbaiki, Bik Inah langsung mau dan sore itu juga dia pamit. Aku beri uang bekal secukupnya untuk taksi. Bik Inah biasanya hanya betah menginap satu malam di rumah keluarganya. Sekitar jam 06.00 sore tukang yang lain pulang dan jadilah aku hanya berdua dengan Mas Yatin-ku sayang.

Aku menelepon sebuah warung langgananku untuk mengirim makan malam ke rumah. Rupanya Mas Yatin membawa baju ganti dan malam itu. Setelah mandi dia mengenakan kaos hitam ketat - sehingga otot dadanya yang ketat tampak jelas - dengan celana jeans hitam. Tampan, macho dan merangsang sekali dia sampai kepalaku pening dan badanku lemas karena rangsangan seks yang menggila itu.

Aku ajak dia makan malam di meja, aku berkhayal dia pacar atau suamiku. Setelah makan, dia membereskan piring bekas dan mencucinya sampai bersih. Tidak sabar aku menunggu dia di sofa panjang untuk mendampingiku menonton TV. Segera dia kuajak nonton TV dan duduk di sampingku.

Aku mulai lupa diri.Aku pura-pura mengantuk dan melendotkan tubuhku ke tubuhnya. Dia diam saja seperti tidak terganggu. Aku makin nekat, jarinya kuremas. Dia masih diam, akhirnya aku peluk dan aku lumat bibirnya. Mula-mula dia kaget tapi tetap saja menurut seperti seekor kucing jinak. Aku makin kurang ajar, aku rebahkan dia aku tindihi dia, lalu aku tarik tubuhnya dan aku telentangkan di karpet. Aku terus bekerja, sementara TV menyuarakan siaran berita. Seperti seorang ibu yang merawat bayinya akau telanjangi dia bajunya satu-satu aku lepas, dia masih pasrah saja. Ah, Mas Yatin homo juga nih, pikirku. Akhirnya dia telanjang bulat. Aku bisa menikmati kontolnya yang besar dan disunat ketat serta dihiasi jembut hitam lebat dan tumbuh luas. Padahal ketiaknya bersih dari rambut, mungkin karena itulah jembutnya lebat pikirku. Setelah puas memandangi Mas Yatin yang telanjang bulat, aku mulai menikmati mangsaku. Kujilati seluruh tubuhnya sampai ke lobang pantatnya. Lalu kujilat dan sedot kontolnya. Dia menggelinjang dan melenguh bagaikan kerbau karena kenikmatan. Ketika kontolnya sudah merah berkilat aku "tinggal" dan mulutku menjilati puting susunya yang ketat dan ledzat. Turun lagi aku ke kontolnya kuremas, kumainkan lalu kusedot lagi. Akhirnya dia mengejang dan dia berdesis "SSSH.. SSSH.. SSH.." kenikmatan lalu dia memompa-mompakan kontolnya ke mulutku dan akhirnya "CCRROTT.. CCRROTT.. CCRROTT" pejuhnya yang sejuk muncrat di mulutku dan wajahku. Kujilati pejuh kuli ganteng yang asin-manis-anyir itu bagaikan menghirup telor mentah. Tubuh ketatnya berkeringat karena kegiatan intens itu.

Saking asyiknya "menyantap" Mas Yatin, aku lupa bahwa aku belum telanjang. Buru-buru kulucuti pakaianku dan aku gosok-gosokkan kontolku ke kontolnya dan jembutnya. Kontolku yang sudah tegang itu makin memerah dan berkilat. Akhirnya aku dorong Mas Yatin ke atas kursi aku tunggingkan dia lalu pantat perawannya aku sodok dengan kontolku. Dia menurut, tapi melenguh "AHH..AHH..AHH" mungkin kesakitan. Aku lupa diri, aku hanya memikirkan kenikmatan kontolku. Akhirnya aku tak tahan lagi dan kucabut kontolku dari lobang pantat Mas Yatin dan kusemburkan pejuhku di belahan pantatnya dan "CCRROTT.. CCRROTT.. CCRROTT" pejuhku terpancar dan berceceran di karpet dan di bokong Mas Yatin. Kutarik lagi tubuh Mas Yatin ke karpet aku baringkan lalu aku peluk dari sebelah depan dalam keadaan kami telanjang bulat, aku lumat lagi bibirnya. Kami ngaceng lagi tapi hanya sebentar. Mas Yatin kelelahan karena sepanjang hari kerja kuli, aku kelelahan karena lemas terangsang Mas Yatin sepanjang hari. Akhirnya, kami tertidur lelap telanjang bulat di karpet, sementara TV terus menyala.

Besoknya Bik Inah kembali. Terpaksa aku mencari kamar hotel supaya aku bisa dengan bebas menikmati tubuh Mas Yatin-ku tercinta setiap malam tanpa terganggu Bik Inah. Aku charter kamar hotel dua bulan buat Mas Yatin dan tiap malam aku menginap di situ. Biasanya aku kabur dari rumah setelah Bik Inah tertidur dan paginya aku pura-pura baru kembali lari pagi. Kamar yang dibangun aku tambah lagi supaya lebih lama aku bisa menikmati Mas Yatin sambil pura-pura memperpanjang kontrak borongannya. Simpananku di bank aku kuras. Tapi tak apa, kapan lagi aku menikmati hidup dan bisa menikmati kontol, jembut, puting susu, ketiak dan lobang pantat Mas Yatin?!.

Setelah borongan Mas Yatin selesai, aku masih sering meneleponnya kalau kangen. Biasanya dia datang dengan setia menyerahkan tubuhnya yang ketat, nikmat dan ledzat kepadaku untuk dinikmati. Anehnya dia tidak mau diberi uang balas jasa. Mungkinkah kelak aku kawin resmi dengan Mas Yatin dan bisakah kami jadi pasangan homoseks pertama yang menikah resmi di negaraku?. Pernikahan antara artis dengan pemborong atau penyanyi dengan kuli?

Selasa, 14 Agustus 2012

Taruna Dijadikan Lelaki Sempurna

Tahun pertama pendidikan di akademi militer, enam bulan sesudah aku jadi taruna, aku bersama 19 orang taruna lainnya dipanggil Bagian Kesehatan Akademi. Di Klinik Akademi kami semua disuruh telanjang bulat. Rupanya akademi mempunyai catatan tentang taruna yang belum sunat. Karena itu kami diperiksa lagi untuk mengkonfirmasikannya. Kami berdiri bertelanjang bulat, berbaris 3 syaf.

Seorang dokter militer berpangkat kolonel yang ganteng dan bertubuh tinggi besar dan atletis memeriksa batang kemaluan kami. Kulup kami ditarik ke belakang dan kedepan untuk memastikan apakah kami benar-benar belum sunat, sekaligus memeriksa kondisi kesehatan alat kelamin kami. Pemeriksaan itu membuat kami ereksi, beberapa teman yang bertubuh kekar dan berlibido kuat bahkan mengeluarkan cairan mazi (pre-cum) karena terangsang, tapi tidak sampai memancarkan air mani. Dokter tidak berkomentar apa-apa.

Bersama asistennya yang tak kalah gantengnya mencatat semua hasil temuannya. Setelah pemeriksaan selesai, kami diberitahu bahwa mulai hari itu kami diwajibkan untuk ikut latihan binaraga selama 6 bulan.Latihan binaraga di akademi militer sangat berat karena pelatihnya biasanya sadis dan gemar menngunakan alat penyiksa, terutama cemeti. Bulan ke-6 tubuh kami menjadi sangat atletis dan berotot. Otot dada dan lengan serta tungkai kami menonjol dan perut kami rata berotot seperti tukang kayuh perahu. Untunglah kami lulus ke tingkat II. Tapi kami diberitahu bahwa hak cuti kami yang 19 orang tidak diberikan karena harus disunat dan harus tinggal di akademi sampai sembuh.

Pada hari sunat, kembali kami datang ke klinik. Kali ini kami berangkat dari asrama sudah bertelanjang bulat. Jadilah 19 orang taruna berjalan kaki ke klinik telanjang bulat. Tetapi klinik berada dalam kompleks akademi, jadi yang melihat kami adalah para pelatih akademi yang sudah biasa melihat taruna bertelanjang bulat. Di klinik kami diperiksa lagi dan diapelkan, seorang pejabat akademi memberikan sambutan singkat dan mengingatkan pentingnya sunat bagi kesehatan taruna dan sakitnya disunat karena dilakukan tanpa anestesi samasekali.

Tapi sebagai taruna kami dilarang mengamuk atau menjerit-jerit waktu disunat jika kesakitan. Karena sebagai taruna sudah biasa disiksa selama pendidikan tingkat I, seperti dicambuk dengan cemeti berujung paku, disetrum, bahkan paha kmai ditempeli besi panas, atau perut dan puting susu kami disundut rokok menyala sampai melepuh dan luka oleh pelatih atau taruna senior kami. Kami hanya diizinkan menyeringai (nyengir) atau menggeliat dan menggelinjang jika kesakitan. Setelah apel selesai kami dalam keadaan telanjang bulat dilatih bernafas teratur agar tenang dan relax untuk mengurangi sakit. Lalu bergiliran disunat.

Ruangan dikunci dan dijaga 2 orang Polisi Militer yang besar, berotot dan ganteng. Maksudnya untuk mencegah kami lari ketakutan. Sebelumnya pernah terjadi seorang taruna mau kabur karena ketakutan waktu melihat temannya menggeliat-geliat sangat kesakitan waktu disunat. Sebelum disunat kami dipijat dalam keadaan telanjang bulat. Lalu didudukkan setengah berbaring di meja operasi dengan kedua lengan terangkat ke atas, dirantai dan diborgol. Pinggang diikat sabuk lebar dan difiksasi kuat.

Kedua tungkai mengangkang dan pergelangan kaki diborgol pada besi meja operasi. Rambut kemaluan tidak dicukur sesuai dengan prosedur bedah modern. Aku merasakan ketatnya borgol dan fiksasi sehingga tidak bisa bergerak sama sekali. Setelah semua siap, seorang dokter berpangkat kolonel, ganteng berkumis dan sangat berotot mulai bekerja. Dia mengatakan :"Siap,ya.Ini akan sakit sekali! Sekarang bernafas teratur!".

Ketika aku sedang mengatur nafas ia mulai menggunting kulupku. Supaya aku kaget dan makin kesakitan ia menggunting sambil menyentakkannya. Sehingga aku kaget, nanar dan kesakitan. Tubuhku berguncang menggeliat dan wajahku menyeringai kesakitan. Gunting dilanjutkan pelan-pelan supaya aku merasakan pedihnya disunat. Aku hampir pingsan kesakitan, keringat bercucuran sekujur tubuhku yang telanjang bulat ! Untunglah aku tahan.

Pekerjaan itu dilakukan setengah jam karena dibuat agar taruna benar-benar merasakan pedihnya siksaan itu. Selesai sunat kami tidak diberi obat apa-apa bahkan luka sunat pun tidak diperban. Setelah borgol dilepas kami langsung disuruh berdiri. Agak sempoyongan karena masih terasa nyerinya kulup digunting. Lalu di suruh berbaring di atas lantai tanpa alas apapun di ruangan lain.

Alasannya, dinginnya lantai dapat mengurangi nyeri. Maka tampaklah 19 orang taruna yang telanjang bulat berbaring di atas lantai dan umumnya tampak sangat kesakitan. Kami diopname selama 5 hari. Selama diopname di klinik kami tidak diizinkan mengenakan selembar benang pun, alias harus telanjang bulat. Dengan alasan agar luka sunat cepat sembuh. Demikianlah kejamnya cara menyunat taruna di akademi militer. Oleh karena itu bagi mereka yang belum sunat, dianjurkan sunat dulu jika diterima jadi taruna akademi militer.

Senin, 13 Agustus 2012

Sang Komandan

Setelah 3 tahun bertugas di suatu kesatuan militer aku ditempatkan di kesatuan lain. Tak perlu kubilang nama kesatuannya atau di angkatan mana atau pun di negara mana. Aku tamatan suatu akademi militer dan saat kejadian ini sudah berpangkat kapten. Kesatuanku yang baru adalah kesatuan tempur yang prestijius. Tidak heran jika anggotanya orang pilihan. Kata orang aku termasuk pinter dan gagah, bahkan ganteng. Aku sendiri tidak terlalu perduli pada diriku. Tapi sebagai seorang militer, aku rajin berolahraga dan latihan bela diri. Oleh karena itu, kata orang, tubuhku "bagus". Mungkin karena atletis dan cukup berotot.

Memang sudah sifat-ku yang tegas dan correct, sehingga aku disegani oleh anak buah dan teman sejawat. Hanya orang menyayangkan, karena waktu itu aku belum berkeluarga pada usia 24 tahun. Yang unik adalah ada banyak kemiripan antara aku dengan Komandanku, Letnan Kolonel Budi.Hanya dia sedikit lebih besar dan lebih berotot. Aku kagum padanya, seakan tidak ada kekurangan pada dirinya sebagai perwira, pria, dan manusia. Perbedaan lain antara aku dan Pak Budi adalah bahwa kadang-kadang dia keras atau lebih tepat kasar, yang menyebabkan kami anak buahnya banyak yang bukan hanya segan tapi juga takut. Pak Budi berkeluarga dan punya 2 anak.

Tapi pada suatu hari kekagumanku berubah!.Begini kejadiannya. Pak Budi dan aku punya satu hobby yang sama, yaitu mendaki gunung, dan pada hari libur kadang-kadang kami mendaki gunung berdua saja. Sebagai tentara aku tidak bisa menolak perintahnya. Walaupun sebagai atasan Pak Budi tidak pernah reseh, tapi kadang-kadang aku malas juga berjam-jam berdua saja dengan atasanku, tidak bisa santai. Apalagi tiap kali aku akan mendaki gunung bersama Pak Budi, selalu saja Perwira Operasi mengingatkan aku bahwa aku bertanggungjawab atas keselamatan Komandan. Pada suatu hari libur aku diajak atau lebih tepat diperintah, untuk mendaki gunung bersama Pak Budi.

Waktu itu memang libur panjang karena kebetulan Senin itu hari libur nasional. Seperti biasa kami berdua diantar dengan jeep dinas oleh supir Komandan dan didrop di suatu tempat.Lalu kami berdua saja mendaki gunung. Pulangnya, kadang-kadang kami jalan kaki sampai asrama. Karena memang letak asrama kesatuanku di lingkari oleh gunung-gunung yang sering jadi sasaran pendakian para pecinta alam. Jika mendaki gunung kami mengenakan pakaian dan sepatu olahraga dengan membawa bekal secukupnya dalam ransel kami masing-masing. Yang aku heran (dan kagum) pada keadaan apa pun tidak pernah tercium bau keringat Pak Budi. Yang kadang-kadang tercium olehku adalah bau parfum tapi sangat ringan dan samar-samar.

Aku perhatikan juga Pak Budi tidak pernah mengenakan kaos dalam jika mendaki gunung. Kebiasaan lain adalah jika sedang istirahat di tengah pendakian ia sering melepas pakaian luarnya. Padahal ia biasa mengenakan celana dalam pria yang minim, berbentuk kancut. Sehingga bukan saja aku bisa melihat bentuk tubuhnya yang kekar dan berotot, tetapi juga bayangan batang kemaluannya!. Termasuk batas antar tudung batang kemaluannya terlihat jelas. Apalagi karena ukuran alat kelamin Pak Budi cukup besar, proporsional dengan orangnya yang tinggi besar. Pak Budi berkulit coklat terang dan kulitnya mulus. Ketiaknya hampir tidak ada rambutnya.

Rambut tungkainya ada tapi tak seberapa. Waktu dia berbaring dengan lengan ke atas aku bisa melihat pertumbuhan rambut di kedua belah ketiaknya dengan jelas. Karena model kancutnya rendah, sekali-sekali aku bisa melihat sebagian rambut kemaluannya yang hitam. Walaupun sama-sama laki-laki aku sering salah tingkah menghadapi ulah Komandan seperti itu. Tapi Pak Budi sendiri sama sekali tidak risih. Bahkan pernah kami bermalam di tepi danau dan aku diajak mandi bareng. Meskipun agak risih, aku ikuti juga. Jadilah kami mandi berdua bertelanjang bulat di suatu pancuran. Dalam keadaan seperti itu Pak Budi bersikap seperti tentara dan pria tulen dan sepertinya tidak memperhatikan ketelanjanganku atau dirinya. Dalam keadaan seperti itu aku makin mengenal "bagian dalam" Komandanku, termasuk bentuk dan ukuran batang dan biji kemaluannya serta pertumbuhan rambut kemaluannya.

Aku berpikir, pasti isterinya berbahagia sekali punya suami seperti Pak Budi yang komplit luar dalam dan ukuran batang kemaluan yang mungkin hanya bisa disaingi oleh kuda jantan saja!. Untungnya tempat pendakian yang sering kami pilih jarang didatangi pecinta alam, sehingga kami bebas melakukan apa yang kami mau! Pada pendakian yang terakhir ini (Setelah itu Pak Budi pindah kesatuan lain dan naik pangkat jadi kolonel), terjadilah sesuatu yang tidak aku sangka-sangka. Sekitar jam 17:00 sampailah kami di puncak. Karena sudah mendaki hampir 5 jam kami langsung beristirahat. Sambil istirahat Pak Budi, seperti biasa ia melepaskan pakaian luarnya, hanya berkancut saja.

Setelah istirahat sekitar 15 menit ia langsung mengajak aku mandi di sumber air di sekitar situ. Kami berjalan ke sumber air yang berupa kolam kecil, tapi airnya jernih dan mengalir terus dan menjadi salah satu sumber air bagi sungai yang mengalir di lereng ke arah kaki gunung. Ransel kami tinggal dan Pak Budi berjalan hanya memakai kancut. Sekali-sekali muncul perasaan aneh dalam diriku, seperti kagum seperti nikmat melihat tubuh bosku, Pak Budi yang kekar, jantan dan nyaris telanjang itu. Sampai di tempat pemandian Pak Budi langsung telanjang bulat dan mulai menyiduk air dengan dengan batok kelapa yang rupanya ditinggalkan oleh pendaki sebelumnya dan dijadikan gayung. Aku juga terpaksa telanjang bulat dan mulai mandi.

Selesai mandi Pak Budi dan aku mulai mengeringkan badan dengan handuk kecil. Dalam keadaan begitu, tiba-tiba Pak Budi memelukku, menyeretku ke rerumputan, mendorongku sampai aku terbaring lalu mulai menggumuli aku. Aku tidak tahu harus bersikap apa dan bagaimana dengan bosku itu. Dia tidak bilang apa-apa tapi terus "bekerja" (sesuai dengan motto Pak Budi : "Sedikit bicara banyak bekerja"). Tiba-tiba aku merasa nikmat, bahagia dan penuh penyerahan diri pada bosku, komandanku, Pak Budi-ku yang aku hormati dan aku kagumi selama ini !.

Di situ dia lakukan semua hal yang pernah kudengar tentang apa yang biasa dilakukan seorang pria homoseks pada partner seksnya. Puting susuku, leherku, dadaku dijilati. Bibirku dilumat dengan bibirnya dan mulutnya yang gagah dan jantan. Kulirik batang kemaluannya, tegak dan tegang sekali, memerah-ungu dan berkilat. Rupanya ini menular juga pada batang kemaluanku yang juga demikian tegang sampai terasa kencang dan agak sakit. Terus digumuli aku di rumput, lalu dia membikin posisi kami 69. Aku menuruti saja apa yang diperbuat.

Dia mulai mengulum batangku, aku menuruti dengan mengulum batangnya, terus, terus, terus, sampai akhirnya terpancar air mani kami berdua. Relaks dan lega! Tubuh kami yang sudah bersih setelah mandi, sekarang berlumuran keringat, bercampur air ludah dan air mani. Setelah puncak syahwat lewat, Pak Budi memelukku dengan hangat dan penuh kasih sayang kebapaan, kami berpelukan telanjang bulat di rumput dan mulai mengantuk. Tapi Pak Budi-ku, militer tulen yang selalu waspada dan siaga, segera mengajak mandi lagi. Setelah mandi kami lalu kembali ke lokasi kemah dan berpakaian.

Selesai berpakaian, Pak Budi mengajak makan bekal yang dkami bawa dan kembali pada sikapnya sehari-hari sebagai Komandan, atasan, dan tentara! Aku pun tetap bersikap hormat seperti biasanya padanya. Sesudah kejadian itu kami tidak pernah membicarakannya. Kami bersikap dan berkomunikasi seperti biasanya. Aku tetap hormat pada Pak Budi, tetapi sekarang ditambah rasa sayang dan cinta! Sayangnya, itulah kenangan terakhirku dengan Pak Budi-ku. Dia sekarang sudah bintang tiga. Aku juga sudah beristeri dan beranak satu. Tiap kali mendengar nama Pak Budi jantungku masih berdebar, teringat masa indah dengan mantan Komandanku. Melalui forum ini aku sampaikan salam hormatku padanya. Jika aku berjumpa dengannya aku akan memberi hormat dalam sikap sempurna sambil berkata : "SIAP JENDERAL!!!"

Dibentuk Jadi Laki-laki

Sekarang aku sudah jadi perwira menengah, akan tetapi pengalaman sadis sebagai taruna akademi militer tidak dapat kulupakan begitu saja. Aku baru berumur 18 tahun waktu diterima jadi calon taruna. Tidak usah kusebutkan akademi militer apa dan dimana, bahkan di negara mana, karena aku terikat sumpah untuk tidak cerita. Waktu itu ada sekitar 100 orang calon taruna baru dan kami yang diterima untuk tahun itu diharuskan mendaftar di suatu kota. Sebelumnya kami sudah diseleksi baik tes akademik, kesemaptaan, fisik, mental, psikologi maupun penampilan lahiriah.

Dari kota itu kami dibawa ke suatu asrama yang disebut asrama transito dan kami tinggal 2 minggu di situ. Di asrama transito kami mendapatkan pendidikan awal. Tahap ini merupakan tahap peralihan dari suasana sipil ke suasana pendidikan militer yang ternyata bukan hanya keras tetapi juga dan sadis. Tahap peralihan ini sangat penting untuk mencegah drop out calon taruna akibat mental breakdown karena shock tiba-tiba menghadapi kekejaman yang luar biasa. Di asrama transito itu kami mulai dilatih disiplin, baris berbaris, dan bersikap secara militer. Dalam dua minggu itu pendidikan diatur makin hari makin keras dan makin kejam.

Kami diberi seragam pra-catar (pra calon taruna)dua setel dengan 3 buah supporter, kaos kaki 2 pasang dan sepasang sepatu lars militer. Supporter yang diberikan dirancang kuat untuk mencegah hernia. Tapi, karena ketatnya, kadang-kadang terasa sakit dan membuat batang kemaluan menjadi tegang.

Waktu seragam dibagikan, kami harus menyerahkan semua barang pribadi termasuk pakaian dan tas, sehingga kami telanjang bulat semua. Ketika barang-barang diserahkan, seragam tidak segera dibagi. Kami meyerahkan barang-barang pukul 08:00 pagi, tetap seragam baru diberikan malam hari pukul 20:00. Sehingga ke-100 orang bertelanjang bulat sepanjang hari. Meskipun demikian kegiatan hari itu tetap dilaksanakan, baik kegiatan di kelas maupun di lapangan.

Untuk pertama kali itu aku merasakan melakukan kegiatan bertelanjang bulat sehari penuh. Setelah seragam dibagikan, kami hanya mengenakan baju pada apel pagi dan sore. Di luar apel, kami tidak diizinkan mengenakan baju, bertelanjang dada. Pada waktu tidur, kami semua diharuskan bertelanjang bulat. pada minggu ke-dua pelatih yang sangar mulai masuk. Semuanya bertubuh kekar dan berotot. Umumnya mereka gagah dan ganteng. tapi sikapnya kejam dan sadis. Pada waktu memberikan latihan atau pelajaran mereka selalu memegang pecut atau cemeti.

Jika kami, capratar berbuat kesalahan sedikit saja maka kesempatan mereka mengayunkan pecutnya dengan sekuat tenaga ke tubuh kami yang bertelanjang dada. Biasanya ke punggung, tetapi tidak jarang ke lengan atau dada. karena kuatnya lecutan meninggalkan bilur dan lecet di tubuh kami dan kadang-kadang mengeluarkan darah segar.

Jika dihajar dengan cemeti kami tidak boleh mengaduh atau 'berbunyi' apa pun, tapi boleh menggeliat atau menyeringai (nyegir) kesakitan. Banyak teman kami yang mulai shock karena diperlakukan demikian. tetapi aku sangat menikmati. Karena kebetulan aku gay dan suka S/M, kadang-kadang aku sengaja berbuat kesalahan jika pelatihnya ganteng. Sehingga kau dilecut habis-habisan, tapi aku menjadi terangsang dan sangat menikmatinya. Waktu mandi,luka lecutan teras perih tapi justru membuat aku ereksi!.

Masa pendidikan berikutnya terasa lebih keras dan kejam, bahkan ada acara 'pembentukan' yang tidak lain adalah penyiksaan dan ada latihan jadi tawanan. taruan pura-pura jadi tawanan dan diberi pesan rahasia. Lalu pelatih atau taruna senior berusaha mengorek rahasia itu dengan interogasi dan siksaan-siksaan.Kalau taruna tidak tahan, rahasia bocor dan ia tidak lulus. Dia harus mengulangi lagi latihan itu pada kesempatan berikutnya sampai lulus.Kalau tidak lulus, tidak naik tingkat. Waktu aku latihan jadi tawanan, pelatihku ganteng tapi sadis bukan main.

Waktu rahasia tidak terkorek, ia mengambil besi panas dan ditempelkan ke paha-ku. Aku menggelinjang dan menyeringai kesakitan tapi tidak berani 'berbunyi'. Melihat aku tersiksa ia makin menikmati dan memperlama tempelan besi panasnya. hasilnya adalah luka lepuh yang berkibat parut kehitaman di paha kiriku sampai sekarang. Itu 'hadiah' pelatih ganteng yang sekarang sudah perwira tinggi. Seorang temanku yang belum sunat, bahkan disunat tanpa anestesi sebagai siksaan. Hampir saja ia pingsan kesakitan.

Minggu, 12 Agustus 2012

Bentrokan Di Malam Minggu Yang Membawa Nikmat

Pada suatu malam minggu telah terjadi bentrokan di muka markas kesatuan kami - suatu kesatuan militer dari suatu negara. Entah apa alasannya maka terjadi bentrokan itu, yang pasti sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab di bidang kepolisian militer (PM) aku segera dilapori.

Segera aku meluncur ke markas dan setibanya di sana aku dapati 14 pemuda remaja sudah dimasukkan tahanan di markas itu (kami punya kamar tahanan atau sel tersendiri). Tak perlu kuceritakan apa masalahnya, agaknya berkaitan dengan kebut-kebutan motor. Perwira piket melaporkan kepadaku bahwa semua barang-barang ke-14 pemuda itu sudah dirampas termasuk handphone mereka. Jadi tidak usah khawatir bahwa mereka akan menelepon orang tua mereka atau minta "orang berkuasa" agar mereka dibebaskan sebelum urusan mereka diselesaikan.

Waktu aku tiba di tempat tahanan, kujumpai 14 pemuda remaja mereka memandangku dengan pandangan bercampur baur.Karena aku mengenakan seragam militer, ada yang bersikap agak takut, ada yang berwajah marah dan menantang, ada juga yang terkesan melecehkan. Apa pun juga cara mereka memandangku, yang jelas mereka muda-muda dan cukup ganteng, sehingga aku berpikir untuk membuat rencana agar bisa "mencicipi" mereka, paling tidak yang ganteng-ganteng.

Tanpa basa-basi aku tanya apakah ada di antara mereka yang luka atau sakit karena bentrokan tadi. Karena tidak ada yang menjawab, aku langsung dekati satu-persatu. Satu-dua orang tampak ada memar di wajahnya, tapi tidak serius. Meskipun demikian aku panggil juga petugas piket dari poliklinik markas. Lalu aku bilang dengan tegas agar sebaiknya mereka diperiksa dokter, agar bisa ketahuan dan diobati jika ada bagian badan mereka yang luka. Karena bentrokan fisik tadi mungkin menimbulkan retak atau luka atau kerusakan pada alat dalam mereka. Rupanya karena masih muda atau karena kebodohan mereka, mereka menurut.

Maka, mereka yang kelihatan mempunyai memar atau luka di badannya aku ajak dengan ramah bergantian ke kamar sebelah untuk diperiksa dan diobati di luar sel. Mereka menurut saja. Di kamar periksa sudah ada bintara piket dari poliklinik. Dia membawa obat dan alat periksa.

Pemuda pertama yang diperiksa lumayan ganteng, dia mengenakan jacket dan kaos hitam dengan celana jeans - kontras dengan kulitnya yang terang. Wajahnya agak mirip Arie Wibowo tapi menurutku pemuda ini jauh lebih ganteng dari bintang laga sinetron itu. Mungkin karena malam itu malam minggu, kelihatannya ia sedang akan berangkat pacaran, karena pakaian dan tubuhnya harum oleh parfum.

Ruang ruang periksa itu biasa dipakai untuk memeriksa kesehatan tahanan, sekaligus juga ruang interogasi sesekali merangkap kamar siksa tahanan. Sebelum pemuda itu masuk, alat-alat siksa aku suruh simpan di lemari yang ada.

Belakangan baru aku sadar bahwa bintara piket itu juga berwajah lumayan ganteng, apalagi tubuhnya kekar sekali. Aku jadi ngaceng berdekatan bintara itu. Waktu aku berdiri lebih dekat dengan si bintara, tercium samar-samar bau parfum atau deodorant dari si bintara berotot ketat itu. Aku sudah bukan ngaceng lagi, bahkan kontolku terasa mulai memancarkan mazi (pre cum) dan puting susuku juga mulai terasa ketat.

Agaknya si bintara juga tidak kurang "insiatif". Dengan ramah pemuda ganteng itu di suruh melepas baju dan celana luarnya, lalu di suruh berbaring di meja periksa. Ia mengeluarkan tensimeter dari tas dan mengukur tekanan darah si pemuda, lalu juga denyut nadinya. Si pemuda ganteng itu diperiksa hanya mengenakan kancut coklat yang rendah dan ketat hampir seperti G-string ukurannya. Tubuhnya atletis dan otot dadanya terbentuk bagus dengan 2 puting susu yang ketat dan melenting. Otot perutnya juga lumayan ketat. Karena, kancutnya rendah, batas-atas pertumbuhan jembutnya tampak jelas menghitam.

Si bintara mulai meraba-raba tubuh pemuda itu. Dengan alasan memeriksa apakah ada "kerusakan pada alat dalam". Aku tahu bahwa pendidikan bintara itu perawat, bukan dokter. Jadi mestinya dia tidak punya pengetahuan dalam hal memeriksa pasien.

Dari cara bintara itu memegang dan meraba pemuda itu, aku bisa "mencium" bahwa dia menikmatinya. Berarti dia seorang gay atau bi-sex. Tapi karena aku juga menikmati "acara" itu dan kubiarkan saja dia "bekerja". Aku juga berniat nanti akan mencicipi tubuh ketat bintara itu.

Setelah semua bagian tubuh pemuda itu diraba, bintara menurunkan kancut pemuda ganteng itu, sehingga ia telanjang bulat. Pemuda itu menurut saja. Tampaklah kontol pemuda itu yang lumayan besar bagaikan kontol kuda dan tampak setengah tegang dengan latar belakang jembut muda yang hitam tebal dan merangsang. Si Bintara meraba kontol pemuda itu dengan alasan untuk "memeriksa". Segera saja kontol "kuda" itu mengencang, merah berkilat dan tegak menempel ke dinding perutnya itu. Si pemuda melenguh kenikmatan. Melihat situasi yang "kondusif" itu aku mulai bertindak. Aku berbisik kepada bintara itu, dengan nada perintah :"ISAP".

Si bintara mengambil sikap tegap dan berkata; "Siap, Overste". Segera bintara yang berotot ketat itu mengenyot kontol pemuda itu. Pemuda tampan itu menggeliat dan mengejang-ngejangkan tubuhnya keenakan dan ia berusaha mengetatkan tubuhnya untuk menambah agar rasa nikmat di kontolnya bisa menjalar ke seluruh tubuh. Tangan pemuda itu mulai meraba-raba puting susunya sendiri. Aku juga tak mau ketinggalan. Aku peluk dada dan kepalanya dengan lenganku yang kekar dan aku nikmati bibirnya yang ganteng sepuas-puasku. Aku elus-elus punggungnya, lalu aku cicipi lehernya dan puting susunya dengan mulut dan lidahku. Ah, benar-benar malam mimggu yang berkesan! Dia memang ganteng dan rasanya nikmat sekali. Apalagi dia sangat "kooperatif".

Setelah "bermain" sekitar setengah jam, aku memberi komando pada bintara "Cukup". Bintara mempercepat kulumannya pada kontol pemuda itu dan akhir "CRROTT..CRROTT..CRROTT" pemuda itu mengocrotkan maninya ke mulut bintara dan bintara sibuk menjilati mani yang muncrat bak kawah "Candra Dimuka" itu. Lalu menjilati semua ceceran pejuh itu dengan lidah dan mulutnya sampai bersih.

Bintara mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air di wastafel lalu membersihkan tubuh pemuda ganteng yang masih telanjang bulat itu. Setelah dia bersih dari pejuh, ludah, dan keringat dan bau sperma tidak tercium lagi, bintara membantu pemuda itu mengenakan pakaiannya. Sambil si bintara mengenakan pakaian pemuda itu aku masih menciumi bibir pemuda itu yang lembut dan ranum itu. Setelah pemuda itu rapi aku tanyai sedikit peristiwa itu sambil mengelus-ngelus punggungnya yang keras. Lalu aku buat catatan dan berita acara pemeriksaan, kemudian aku perintahkan perwira piket menghubungi keluarga pemuda itu untuk mengurus pembebasannya. Bintara itu aku perintahkan menunggu di kamar periksa. Lalu ke-13 tahanan sisanya diperiksa sekedarnya dan kuserahkan kepada perwira piket untuk memproses lebih lanjut.

Aku pergi ke kamar kerjaku bersama bintara kesehatan itu. Di kamar kerja itu bintara ketat itu aku nikmati. Karena dia tentara, aku menikmati bintara itu dengan cara militer yang sadis. Setelah dia telanjang bulat aku telikung tangannya dan aku pasangkan borgol di pergelangannya. Sehingga otot dadanya yang coklat ketat tampak makin merangsang, kontolnya yang hitam besar dan tersunat itu juga sudah tegang sempurna. Aku ambil cemeti dari lemari dan aku hajar tubuh bintara dengan cemeti, dia melenguh kesakitan dan kenikmatan.

Setelah puas aku menghajar tubuh ketatnya samapi penuh bilur, lebam dan lecet hasil lecutanku, barulah aku memberikan kenikmatan seks kepadanya. Aku sedot kontol kudanya sampai memancarkan pejuh dan berceceran di lantai kamar kerjaku yang dilapis karpet itu. Lalu aku sodok lobang pantatya dengan kontolku sampai dia melenguh-lenguh keenakan dan kesakitan. Persis seperti sapi akan disembelih. Dia berkeringat dan babak belur malam itu, pantatnya mengeluarkan darah!. Karena aku menyodok pantatnya terlalu kasar. Tapi tidak apa-apa, bukan tentara namanya kalau tak tahan sakit dan tak tahan sodokan kontol atasan! Aku sebetulnya masih ingin menikmatinya lagi lebih lama, tapi kalau terlalu lama "bermain" di kamar kerjaku, aku takut ketahuan.

Dengan berat hati aku suruh dia berpakaian, setelah rapi dia memberi hormat, mohon izin dan berlalu. Seperempat jam kemudian aku telepon dia di poliklinik dan memerintahkan agar dia lapor dan menghadap aku besok paginya. Setelah kejadian itu, bintara kesehatan yang ketat ototnya dan masih lajang itu tinggal di rumahku. Di luar jam dinas dia punya tugas "melayani" aku sampai puas. Ah, nikmatnya jadi orang berkuasa!

Cerita 1001 Malam

Memang sudah lama ada rencana Umrah lagi, tapi baru kesampaian tahun lalu. Udara sangat menyenangkan karena sudah lewat Fall, mulai dingin. Saya menginap di Hotel Mawaddah tidak jauh dari Hilton Mecca. Persis disebelah hotel saya menginap terdapat sebuah Wartel yang selalu penuh sesak. Kadang saya perlu menelpon tapi harus menunggu terlalu lama, jadi penjaga Wartel yang namanya Ahmad sering mengajak saya ngobrol supaya saya tidak kecewa. Suatu malam sepulang Taraweh saya lewat Wartel tersebut dan saya melihat Ahmad sedang bicara dengan seorang anak muda Arab yang kulitnya putih bersih, berkumis tipis dan bermata indah, jenis Arab ganteng bukan macam Arab Tanah Abang yang sering kita lihat. Apa boleh buat meskipun berdarah biru darah perek saya lebih kenceng, jadi tergodalah nafsu untuk berkenalan dengan Arab muda itu, eh siapa tahu di bulan penuh berkah ini ada sesuatu yang penuh kejutan.

Saya masuk dan seperti biasa Wartel penuh manusia, pria-prianya ada yang ganteng ada yang jelek ada yang peyot ada yang gagah. Tapi apa boleh buat hati sudah tertambat kepada Arab muda tadi.
Eh si Ahmad ternyata menegur lebih dahulu "sorry sorry penuh sekali, mau tunggu ?"
saya pura-pura cemberut dan menjawab "tidak apa khan kamu jadi banyak rejeki" Ahmad tertawa dan dia menunjuk pemuda Arab ganteng yang di dekatnya
"ini dia yang banyak rejeki, dia yang punya wartel, saya hanya pekerja"
"oooh muda begini sudah sukses ya ? umur berapa ? eh maaf kita kenalan dulu, nama saya Gub, siapa namamu ?" kata saya sambil mengulurkan tangan.
"Nama saya Faisal" jawab Arab ganteng itu pendek, ia mengulurkan tangannya sambil tersenyum, giginya bagus seperti iklan pasta gigi.
" Kamu dari Indonesia ? saya punya saudara di Surabaya" sambung si Faisal pangeran ganteng ini.

Kami lantas ngobrol ngalor ngidul sementara pikiran saya pusing bagaimana cara menciduk mahluk tampan yang membuat saya tidak berkedip ini. Akhirnya saya mengajak dia ngobrol di tempat saya
"wah rame begini ngobrol saya kurang dengar, kamu mau ngopi di coffee shop sebelah ?" saya menawarkan.
Faisal menjawab " jam segini belum bisa, nanti saya pasti datang, kamu nginap di sebelah khan ? kamar no berapa ? biar nanti saya telp dari bawah"
Mendengar hal itu saya menjadi lemas, maklum hati sudah bertaut tapi takut ditipu, tapi sungguh saya percaya Ramadhan bulan yang penuh berkah.
"saya di kamar 1017, jangan sampai bikin saya kecewa ya, sampai jumpa" kata saya terus terang dan ngeloyor pergi.

Perasaan saya sungguh kacau balau, tidak berhasil mengajaknya. Sebagai pelampiasan saya jalan keliling-keliling melihat toko-toko. Di sebuah toko perhiasan saya melihat melalui etalage aneka perhiasan dan saya tertarik membeli sebuah cincin. Penjualnya duduk di balik etalage sambil membaca sesuatu. Saya mengetuk-ngetuk meja kaca supaya ia berdiri, ternyata penjual ini ganteng seperti Imran Abbas.
Saya melotot diam saja melihat wajahnya, sehingga ia membentak "mau apa ? lihat apa ?"
tanpa basa basi saya menjawab "bukan main wajah kamu ganteng sekali, kamu dari mana ?"
Ia hanya menjawab "Lebanon, mau cari apa ?"
saya buru-buru menjawab "mau cincin yang ini" lantas ia mengeluarkan cincin itu dan menarik tangan saya dengan kasar, memasukkan cincin di jari manis saya.
"terlalu besar" ia mengeluh, matanya mencari-cari yang kiranya pas di jari saya. Ia memilih sesuatu yang terlalu bagus dan pasti lebih mahal
"ini dicoba pasti pas" Betul saja cincin emerald itu memang pas betul di jari saya.
"berapa yang ini ?" tanya saya
"1200 Real bisa discount" katanya sambil mengumbar sebuah senyum yang menakjubkan.
"waaaah, uang saya hanya segini" kata saya sambil meremas pergelangan tangannya, bulu-bulu tangannya lebat dan tampak kontras dengan kulitnya yang putih.
"kita bicara saja di dalam, saya kasih lihat koleksi lain barangkali kamu juga suka". Saya masuk ke dalam area penjualan dan ia menggenggam tangan saya lantas mendorongnya ke arah selangkangan.
"saya kasih discount ! tapi kamu harus mengerti mau saya" katanya mendesak. Saya pura-pura kaget sambil meremas lembut selangkangannya yang menonjol.
"saya takut" jawab saya sambil menunduk.
"please please hanya kocok dan kamu saya kasih discount 100 Real" jawabnya.
Saya katakan lagi "saya hanya bawa uang 800 Real"
"sudah sisanya bisa besok, yang penting sekarang kamu mau" katanya mendesak lagi. Lebanon itu lantas menyuruh saya menunduk di bawah meja, ia berdiri ke pintu pura-pura melihat orang lewat, setelah itu ia menutup pintu toko dan mematikan lampu. Tanpa banyak cingcong ia menyingkapkan baju Gamishnya dan langsung mengeluarkan kontolnya yang puanjaaaang bukan kepalang. Seperti kucing mendapat ikan kontol itu langsung saya cium, lebih dari sekedar dikocok tapi kontol itu saya jilat-jilat sampai puas. Si Lebanon memukul-mukul punggung saya tidak sabar supaya saya memasukkan kontol sepanjang lebih dari 20 cm itu ke dalam mulut. Saking panjangnya kontol itu hanya muat sepertiga dalam mulutku. Ia mendesis-desis keenakan dan menyelonjorkan badannya di lantai.

Dalam situasi seperti ini kapan lagi saya bisa menikmati kontol istimewa panjang, langsung saya mengangkat Gamish yang kupakai melepas celana dan duduk di atas kontol keras itu.......bleeeeeees bleeees dan bleeeees akhirnya dengan susah payah kontol itu terbenam sudah dalam lubang kenikmatan. Sungguh mati sakitnya minta ampun, tapi itulah kata pepatah 'bersakit-sakit dahulu, teriak enak kemudian'. Kontol Arab made ini Lebanon itu keras seperti kayu, saya duduk setengah melayang dan memutarkan pinggul saya ke kiri ke kanan seperti Aladin di karpet terbang. Rupanya si Lebanon merasa super enak sehingga ia menghentak-hentakkan pantatnya bolak balik, ia memukul, mencubit paha saya karena keenakan. Matanya melotot lidahnya digigit menahan rasa geli, enak campur aduk.

Saya kerahkan segala daya dan kemampuan supaya ia merasa puas sepuas-puasnya, selain itu memang belum pernah saya menemukan kontol sepanjang ini. Kira-kira saya bergoyang 12 menit ketika tiba-tiba si Lebanon yang entah siapa namanya ini memeluk saya sambil posisi duduk, ia menjilat-jilat pipi dan bibir saya sambil meremas punggung saya kuat-kuat ......ooooohhhh.... ooooooohh.... aaaaahhhhh... aaahhhhh.... creeeeeeeeet creeeeet creeeeeeeeeet ! suara ia mendesah bercampur suara pejunya menyembur tidak kira-kira dalam lubang pantat saya. Saya terus goyangkan pinggul supaya dia kapok sehingga ia setengah menjerit minta saya berhenti.
"stop stop stop" ia memukul-mukul saya dan memeluk saya sambil menggigit bagian mana saja yang bisa dicapainya, leher, pipi dan bibir maupun hidung saya. Saya berhenti goyang dan memeluk dia sambil mengelus-ngelus rambutnya, punggungnya yang basah oleh keringat, pelan-pelan saya mencabut kontol dari lubang pantat saya.......seeeeeeer bleb bleb seeeeer...banjir sperma keluar dari lubang pantat, bukan main banyaknya Lebanon edan ini menyemburkan peju sehingga berleleran membasahi lantai.

Saya kembali ke hotel sambil memakai cincin seharga 1200 US itu, bukan main indahnya cincin ini, tetapi bukan main sakitnya pantat saya, perih ngilu dan berdenyut-denyut. Buru-buru saya masuk kamar mandi meandi bersih-bersih, sambil handukan saya melihat sebuah pesan masuk di telepon "Faisal !" saya merasa terkejut tidak mengira bahwa Faisal jadi menelpon, tapi saya merasa lemah karena sudah main dengan Lebanon itu. Saya tidur-tiduran telanjang menonton TV ketika pintu kamar diketuk halus, hanya memakai handuk besar saya mebuka pintu dan terkejut binti terkejut,

Faisal berdiri sambil tersenyum "kita jadi minum kopi ?"
ia bertanya. "ooh saya kira kamu tidak jadi datang, tadi telpon ya ?"
"saya dibawah" jawab saya.
"mana mungkin ? saya menunggu di coffee shop hampir sejam lebih, tapi kamu tidak telpon saya" sergahnya.

Saya mempersilahkan dia masuk, dia duduk di sofa dengan kaki dilipat, ia mengambil sebuah majalah dengan cepat dan meletakkan dipangkuannya, saya juga cepat-cepat menyambar Gamish memakainya tanpa memakai pakaian dalam. Kami serba dalam keadaan salah, saya merasa dia datang bukan pada waktu yang tepat, sementara saya lihat dia seperti salah tingkah. Dalam kamar saya terdapat sebuah pantry, jadi saya merasa lebih baik buru-buru mebuatkan kopi dan menyuruhnya minum dan pulang.

Saya menanyakan "Faisal mau kopi dengan gula atau tanpa gula ?" tiba-tiba saya mencium bau sangat harum di belakang saya
"tanpa gula lebih bagus" jawab Faisal yang sudah brada di belakang punggung saya, tangannya meraba-raba punggung saya dan perlahan-lahan merosot ke pantat.
"kamu sudah tau ya ? kalau saya suka ini ?" tanya Faisal nakal sambil mencolek lubang pantat saya. Tapi saat itu saya betul-betul kurang bergairah, saya sudah puas dengan si Lebanon tadi.
"maaf Faisal ini bukan waktu yang tepat, bagaimana kalau besok saja ?" jawab saya lembut supaya ia tidak tersinggung.

Tapi Faisal sudah dimabuk nafsu, ia mendorong saya ke pinggir meja pantry sehingga kopi tumpah, kontolnya sudah ngaceng dibalik baju Gamisnya
"jadi kamu mau main-main bercanda dengan saya ?" Faisal tanpa disangka menjadi marah
"apa maksudnya kamu suruh saya datang dan kamu muncul pakai handuk ? dan sekarang kamu sengaja tidak pakai pakaian dalam ?" ia terus mendorong saya sambil mengangkat Gamishnya. Wahai saudara seiman.....betapa terkejutnya hamba melihat alat kelamin Faisal begitu indah, kepalanya besar seperti rempela ayam yang siap digoreng....besaaaar dan bening seperti pualam. Meski tidak sepanjang punya si Lebanon, kontol Faisal mungkin patut mendapat penghargaan kontol terindah di dunia, bersih, sempurna bentuknya. Hati yang sudah menolak seketika berubah pendapat.

Maka jongkoklah saya seolah penyembah berhala, kontol Faisal saya jilati penuh kemesraan, hati ini terasa girang bahagia melayang di udara.
Faisal mendorong-dorong kepala saya sambil berkata "isap-isap cepat sudah tidak tahan saya" kontol indah itu cepat-cepat saya kulum jilat kulum jilat berkali-kali sehingga menjadi sangat sangat keras. Mungkin sepotong handuk basah atau bahkan penggorenganpun tidak akan jatuh kalau digantung di kontolnya. Tanpa malu-malu saya geret Faisal ke tempat tidur, ia melepas semua yang melekat dibadannya dan merebahkan diri mengangkang di atas kasur. badannya haru, tanpa mau rugi saya melepas baju yang basah oleh kopi dan terjun ke atas tempat tidur, mencium keteknya, menjilat pentilnya sambil meremas-remas kontolnya yang semakin keras.

Ia membalas dengan kecupan di leher dan di putingku, mulutnya merambat ke atas dan akhirnya melumat bibir saya dengan penuh nafsu, jari-jarinya merogoh pantat dan mencari-cari lubang anusku yang belum sembuh terkena rudal Hizbullah Lebanon. Saya menghindari tangannya merogoh lubang pantat, supaya ia tidak penasaran saya ganti posisi merebahkan dia dan mengangkat kakinya ke atas. Saya ciumi paha dan selangkangannya, bijinya saya kilik-kilik dengan lidah sesekali saya slomot dan membuat ia terengah-engah. Lantas lidah saya bermain turun ke bawah hingga anusnya yang bersih dan harum saya jilat-jilat dan saya tiup-tiup, ia terpekik kegelian dan terasa nikmat. Kontolnya saya kocok dengan irama berputar sehingga ia kelojotan, sekali lagi saya balikkan badannya sehingga pantatnya yang indah mendongak seperti kubah mesjid kembar. Lubang pantatnya saya gelitiki dengan lidah, kedua tangan saya memainkan ujung-ujung pentilnya.

Tiba-tiba Faisal duduk dan berkata "kamu super hebat, istimewa belum pernah saya merasakan ini" lantas ia memeluk saya melumat danmeainkan lidahnya di dalam mulut saya
"isap-cepat-isaaaaap saya tidak tahan lagi, saya mau keluarkan air suci di mulutmu" katanya. Segera saya sambar kontol yang sudah merah berdenyut-denyut seperti petasan mau meledak. Pertama kepalanya saya jilat-jilat dan digelitik dengan lidah kemudian setengahnya saya masukan dalam mulut, demikian berulang-ulang sehingga Faisal menggigil dan bergetar keenakan, matanya setengah tertutup setengah terbuka, mulutnya membentuk huruf O seperti orang tercekat.

5 menit kontolnya saya isap, jilat, kulum sampai membuat mulut saya pegal, tapi kontol itu kuat juga menahan letusan air suci perwita sari...akhirnya Faisal mendesis desis dan mendesis semakin cepat sluuuup sruuuut sluuupppp saya juga mempercepat isapan dan permainan oral saya supaya Faisal mencapai klimax...... benar saja.......sreeeeeeeeet ough srrrreeeeeeet sreeeeeeeettttt.....aaaaaaaaaaaah aaakh ! suara Faisal mencapai klimax membuat saya bahagia. Ia memenuhi janjinya memenuhi mulut saya dengan air suci perwita sari, perlu tegukan 2 kali supaya peju itu meluncur ke dalam kerongkongan, saya menelannya bulat-bulat. Faisal segera terkapar terengah-engah, saya masuk kamar mandi membilas tubuh saya,
Faisal menyusul dan meukul pantat saya "kamu hebat, saya puaaaas sekali, kamu bikin saya letih tapi sumpaaaaah nikmat saya puaaaaasssss"

Saya naik ke tempat tidur dan pura-pura kecapean, maksudnya saya ingin Faisal segera pulang. Tapi diluar dugaan keluar dari kamar madi Faisal malah naik ke atas tempat tidur dan memeluk saya "sayangku saya tidur di sini ya, nanti kita Sholat Subuh sama-sama" ia lantas memeluk saya seperti guling dan terleap dalam keadaan telanjang bulat. Wajahnya begitu teduh dan damai, rupanya ia betul-betul puas. Saya memejamkan mata dan bersyukur mendapat 2 kontol istimewa di bulan penuh berkah.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Kebahagiaan Yang Tercapai 2

Hubunganku dengan Pak Suhan kini layaknya seperti sepasang kekasih. Kami sering meluangkan waktu bersama, jalan, makan malam bahkan bercinta. Namun kami sangat berhati-hati dalam menjaga rahasia. Semua temanku hanya menanggap kami sangat akrab dan agaikan ayah dan anak aja. Begitu pula dengan keluarganya, terutama istrinya tidak pernah menaruh curiga sedikit pun. Bahkan dia sepertinya senang kami berteman dan sangat mempercayai aku untuk menjaga suaminya.

Suatu hari, aku mendapat voucher untuk menginap di salah satu hotel berbintang di kota kami selama 2 malam. Tentunya aku sangat ingin membagi kesenangan ini dengan Pak Suhan, apalagi dia tidak pernah bermalam di sebuah hotel yang cukup berbintang. Maka, aku pun menghubunginya sewaktu di rumah. wah, dia sangat antusias sekali untuk ikut, dan kami berencana untuk mulai booking kamar pada hari Jumat malam hingga hari Minggu (saat week-end). Dia sudah mendapat ijin dari istrinya karena toh hotelnya juga di kota yang sama, dan istri beserta semua anak-anaknya juga berencana untuk menginap di rumah salah satu kakaknya.

Maka, pada hari Jumat malam setelah kami makan malam bersama, aku dan Pak Suhan pun masuk ke kamar hotel tersebut. Kamar itu hanya memiliki satu tempat tidur yang cukup besar. Setelah berganti pakaian tidur, aku pun merebahkan tubuhku di sana. Aku melirik Pak Suhan, dan dia pun bersiap-siap untuk salin pakaian. Aku bangkit dan menghampirinya.

"Sini pak, biar aku bantu" Aku pun mulai membuka satu persatu pakaiannya. Sambil membuka bajunya tak tahan aku pun juga membelai tubuhnya. Lehernya yang kokoh, terus turun ke dadanya yang bidang berotot. Ooh... Pak Suhan sangat menikmati belaianku. Dia memejamkan matanya. Aku pun mulai membuka kaus dalamnya dan dia kini bertelanjang dada. Pak Suhan lalu menarik tubuhku ke pelukannya. Aku pun merapatkan tubuhku ke tubuhnya yang hangat seraya membelai punggungnya yang kokoh. Dia pun memeluk erat tubuhku, membelai punggung dan pantatku.

Kami bertatapan. Matanya sangat teduh memandangku. Aku membelai wajahnya yang kebapakan, terus ke kumis dan janggutnya yang seksi dan gagah.
"Pak Han, Bapak ganteng deh, gagah dan jantan..", bisikku, dan dia pun tersenyum akan pujianku itu. Aku mendekatkan bibirku ke keningnya, dan kukecup lembut. Dia pun melakukkan hal yang sama ke wajahku. Selama beberapa saat kami saling mengecup penuh kelembutan.

Pak Suhan menyelipkan kedua lengannya ke balik baju di punggungku. Dia sangat suka dengan kehalusan kulit pungungku. Dan dia mulai membelai-belai mesra seraya bibirnya menjelajahi mukaku. Ooh, aku merasakan desahan nafasnya menandakan dia sangat terangsang. Aku pun merintih-rintih kecil seraya melancarkan ciuman dan jilatan di muka dan lehernya. Tak luput telinganya yang kiri dan yang kanan basah karena jilatanku. Aku menggesekan

tubuhku ke tubuhnya. Tak lama, Pak Suhan membuka bajuku sehingga aku telanjang dada. Ooh, kini aku dipeluk tanpa sehelai benang, kulit kami saling bergesekan dan sangat nikmat, apalagi dada Pak Suhan ditumbuhi rambut-rambut tipis yang membuat kulit tubuhku seperti kesetrum karena nikmat gelitiknya.

Pak Suhan membimbingku ke arah tempat tidur. Kami pun bergulingan di sana, bibir kami bertautan, saling mengulum, menjilat. Bunyi kecupan dan desahan mulai bersahutan. Ooh, aku sayang padanya. Aku mencurahkan seluruh birahiku kepadanya dan dia pun juga melakukannya. Seluruh tubuh, pundak dan dada Pak Suhan aku cumubu, jilat dan gigit-gigit kecil. Erangan jantan Pak Suhan menandakan bahwa dia sangat menikmati pelayananku. Dia pun melakukan yang sama. Kedua putingku dihisapnya dengan mesra dan gemas. Aku merintih nikmat karena hisapannya. Tubuhku menggelinjang dan kedua tanganku menggosok-gosok

punggungnya. kami pun bergulingan lagi di tempat tidur itu. Sewaktu aku menindih tubuhnya, aku kembali melancarkan cumbuanku ke kedua putingnya yang coklat mengeras itu. Aku jilati dan hisap, aku benamkan wajahku ke rambut-rambut hangat di sana. Rambutnya sudah mulai memutih dan ini semakin membuatku terangsang.

Sementara aku menindih dan meresapi kehangatan rambut dadanya, Pak Suhan membelai-belai kulit punggungku.
"Dit, kulit kamu halus sekali...Bapak suka", Pak Suhan berbisik sambil mengecup telingaku. Mendengar itu aku bahagia sekali, aku pun mengecup dagu dan janggutnya, lalu bibirnya, kemudian aku menatapnya penuh sayang sambil kembali membelai wajahnya. Lalu aku memegang lengan kanan Pak Suhan, aku belai-belai rambut-rambut yang ada di situ, lalu aku menciuminya dengan penuh nafsu, karena aku memang sangat bernafsu dengan semua rambut-rambut yang tumbuh di seluruh tubuh Pak Suhan. Cumbuanku pun naik ke lengan atas dan bisepnya yang cukup kekar. Kini seluruh tangan Pak Han basah karena ciuman dan jilatan lidahku. Pak Suhan sangat menyukainya dan dia pun menyerahkan tangan kirinya untuk kuperlakukan sama. Oh, nikmatnya lengan jantan Pak Suhan...tak henti-hentinya aku menghisap dan menjilatinya, atas dan bawah. Lalu aku mengangkat kedua lengannya ke atas sehingga kedua rambut ketiaknya terlihat.

Hmmm...aku pun mendekati ketiak itu dan kubenamkan wajahku di sana. Aroma jantan bercampur deodorant kembali merasuki indra penciumanku, membuatku semakin bernafsu. Ooh, aku pun meciumi dan menijilati setiap titik ketiaknya, kiri dan kanan. Erangan Pak Suhan kembali terdengar. Kini tubuhnya mulai bergerak-gerak karena rasa nikmat yang aku ciptakan untuknya. Ya, rasa nikmat yang aku persembahkan hanya untuknya yang paling aku sayang.

Setelah puas, aku pun beralih ke perutnya. Walau perutnya agak gemuk, namun sangat sexy. Kulitnya agak putih dan juga ditumbuhi rambut-rambut di sekitar pusarnya, terus turun ke bawah. Suara-suara cumbuan dan ciuman kembali terdengar di daerah perut Pak Suhan. Desahan nafas Pak Suhan semakin berat, ditambahi dengan erangan-erangan kecil...dia sungguh menikmati pelayananku. Sembari aku menjilati pusarnya, aku pun mulai membuka ikat pinggang dan kancing celana panjangnya. Lalu aku turunkan rislutingnya dan aku pelorotkan celana panjangnya. Kini dia hanya ditutupi oleh celana dalam putihnya yang ketat.

Oh, Pak Suhan sungguh sexy dan jantan dengan posisi ini. Kulihat penisnya yang masih terlindung di celana dalamnya itu sudah mengeras sempurna. Terlihat ada cairan membasahi bagian depan celana dalamnya. Aku pun mendekati bagian yang basah itu dan aku mencium aroma air mani yang khas. Rupanya Pak Suhan sudah sangat terangsang sehingga telah meneteskan precumnya. Yeah, aku pun mulai menjilati tonjolan celana dalam itu, meresapi kerasnya penisnya. Sembari itu, aku membelai-belai kedua pahanya yang kekar dan berbulu. Ooh, pinggul Pak Suhan bergerak naik turun, ke kiri dan ke kanan mengikuti irama rangsangan dan cumbuanku, disertai dengan desahannya yang semakin mengeras.
"Ooooh...aaagh, ssh...yaaagh.." Wajah Pak Suhan merah padam karena birahinya, dadanya naik turun, nafasnya semakin berat. Peluh mulai muncul di keningnya.

Aku pun turun menjilati paha bagian dalam dan betisnya. Kuperlakukan hal yang sama seperti aku mencumbui lengannya, kiri dan kanan hingga basah selama beberapa saat. Kemudian kembali aku menciumi tonjolan penisnya. Lalu aku pun mulai membuka celana dalamnya sehingga Pak Suhan kini benar-benar telanjang bulat, berbaring terlentang di hadapanku. Penisnya yang telah berdiri sempurna itu sungguh membuatku sangat bernafsu. Walaupun ukurannya normal saja, namun terlihat kokoh dengan adanya urat-urat yang muncul di sekeliling batangnya. Rambut kelaminnya sungguh lebat mengelilingi pangkal batang penisnya itu. Kedua zakarnya yang mengetat pun tidak kalah sexy-nya. Kepala penisnya yang seperti cendawan berwarna merah keunguan, dari ujungnya mengeluarkan cairan basah dan bening, jatuh di bawah pusarnya seperti untaian benang kristal. Hmmm...aku pun menghirup aroma cairan kejantannya itu.

Lalu dengan penuh nafsu aku pun melahap kepala penisnya, lalu langsung aku sedot-sedot tanpa ampun. Aku resapi rasa cairan kejantanannya itu. Rasanya sungguh nikmat, manis campur sedikit asin, agak lengket. Lalu aku hisap dan jilat naik turun dengan irama cepat, membuat pinggul Pak Suhan semakin bergerak-gerak dan geraman nikmat Pak Suhan semakin keras. Aku lihat Pak Suhan memejamkan matanya, kepalanya bergerak-gerak ke kiri dan kanan, wajahnya yang basah keringatan itu semakin merah padam. Oh, aku telah berhasil membawanya ke kenikmatan yang tiada taranya. Lalu aku melanjutkan kegiatan oralku dan kedua tanganku pun meraba dan meremas dadanya yang kekar berotot sambil memijit-mijit kecil kedua putingnya. Cukup lama juga aku menyedot penisnya namun dia belum juga ejakulasi. Yah, dia memang cukup berpengalaman menahan orgasmenya, dan dia sungguh perkasa.

Setelah beberapa lama aku nikmati penisnya, aku pun kembali bergerak ke atas, menindih tubuhnya. Lalu aku pun membuka celanaku semuanya sehingga juga telanjang bulat. Lalu aku menindih penisnya dengan pantatku, sementara penisku berdiri dengan gagahnya. Pak Suhan membuka matanya dan memandangku sementara aku menggerak-gerakan pinggulku, sambil menindih penisnya. Sambil begitu, kedua tangan Pak Suhan pun mulai meraba dadaku, meremas-remas kedua putingku dan membelai-belai seluruh kulit dadaku dan turun ke perutku. Kemudian tangan kirinya mulai memeras dan memijat pantatku sementara tangan kanannya mengocok-ngocok penisku yang kini juga mengeluarkan precum kenikmatan.

Selama beberapa saat kami bergerak-gerak seperti itu saling merangsang, sambil berdesis-desis. Aku memejamkan mataku menikmati setiap kocokan Pak Suhan. Lalu tiba-tiba Pak Suhan menarik tubuhku hingga jatuh ke dadanya, memeluk tubuhku, dan menggulingkan kedua tubuh kami hingga dia berada di atas. AAh..rupanya dia mulai ambil peran dan agresif secara jantan. Dia kembali meciumi bibirku penuh nafsu, dan menjilati seluruh wajahku. Terlihat sekali dia melakukan itu semua dengan penuh nafsu birahi. Namun memang jilatan dan hisapannya sungguh membuatku menggelinjang kenikmatan. Aku merintih-rintih kecil seraya Pak Suhan mencumbui setiap titik dada dan putingku, lalu turun ke perut dan pusarku yang mulus dan putih ini. Selama beberapa saat dia mencumbuiku disana, dengan penuh nafsu tapi sungguh memberikan rasa nikmat menggetarkan seluruh syarafku. Janggut dan kumisnya pun memberi sensasi yang luar biasa.
"Oooh..Paak...sshh..uuuh" Tak kuasa aku merintih dan menggelinjang, pinggulku kuangkat, mengekspresikan rasa nikmat yang kurasa.

Lalu Pak Suhan pun mulai menghisap penisku yang sudah meneteskan cairan bening. Yeeah, hisapannya sungguh lembut sekaligus bernafsu memberi sensasi kenikmatan hingga ke ubun-ubun kepalaku. Gelinjangan tubuhku semakin kuat hingga keringatku pun mulai mengucur di sekujur tubuh. Ooh, aku seperti di awang-awang. Kuresapi setiap sedotan dan hisapan dari Pak Suhan. Sungguh kenikmatan ini tak kuasa kubendung lagi. Cukup lama aku menahan gelombang-gelombang di setiap syarafku hingga akhirnya aku tidak tahan lagi. Melihat gelagat itu, Pak Suhan pun memelukku, sambil mencium bibirku dia mengocok penisku dengan lembut, makin lama makin keras. Oooh....aku tak kuasa menahannya lagi, aku memeluk punggung Pak Suhan, aku benamkan wajahku di pundaknya, eranganku semakin liar hingga akhirnya tubuhku pun mengejang dengan kuat, menggelinjang sambil merintih-rintih...

"Aaarghh..paaak... yeeaargh..sshhh..uuoooh..!!!" Kocokan Pak Suhan di penisku mengikuti semakin liar hingga akhirnya aku pun memuntahkan spermaku, bergelombang muncrat ke udara dan mendarat di dada dan perutku..croot..creett..yyeah..nikmat sekali hingga ke ubun-ubun...Pak Suhan memang pandai mengocok penisku karena dia sudah mengetahui titik-titik kenikmatanku. Tubuhku terus bergetar dan meronta-ronta namun ditahan dengan tindihan Pak Suhan hingga akhirnya tubuhku melemas kembali.

Sekarang aku terlentang lemas, dengan nafas menderu-deru, dada dan perutku basah dan lengket karena keringat dan sperma yang pekat. Perlahan Pak Suhan melepas pelukannya, memandang wajahku sambil tersenyum melihat kepuasan yang tergambar di wajahku. Lalu dia menyeka keringat yang ada di keningku, dan wajahnya turun ke dadaku. Disana dia menjilati keringatku terus turun ke bawah hingga semua spermaku yang tercecer di tubuhku habis dijilatinya. Hhmm...Pak Suhan memang istimewa, dia sangat menyayangiku dan selalu berusaha memuaskanku...Ooh..aku pun ingin melakukan hal yang sama, malam masih panjang dan dia pun belon mencapai puncaknya.
 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.