Minggu, 19 Agustus 2012

Perampokan

Aku bekerja di sebuah perusahan jasa. Aku melakukan tugasku seitap hari dengan rutin, tugasku adalah mencatat semua sirkulasi barang dan biayanya. Semua itu kujalani hampir 2 tahun, tidak ada yang istimewa.

Hanya bosku yang tampan, tapi juga jahat, bosku berusia 27 tahun, ia sangat tampan, tapi aku tidak tahu apakah tubuhnya kekar atau tidak, karena ia selalu memakai setelan jas seperti biasanya seorang bussinesman. Wajahnya sangat tampan, rambutnya hitam pendek, hidungnya mancung. Sampai pada suatu hari, ketika aku sedang menunggu rombongan petugas keuangan, yang terdiri dari 3 petugas yang menerima konsumen dan seorang satpam yang bertugas mengawal brankas. Biasanya satpam yang membawa brankas keluar dari mobil kedalam kantor, ialah seorang pria yg sudah berumur 40-an dan gemuk sekali. Tapi kali ini aku tercengang melihatnya, dengan tangannya yg kekar, sorang satpam muda yg masih berusia sekitar 20-an menarik brankas dari mobil ke kantor.

Aku memperhatikan satpam itu sampai aku tidak mencatat barang yg masuk sampai aku ditegur. Lalu aku langsung menyerahkan tugasku kepada anak buahku, lalu aku langsung menuju ke kantor. Aku pura-pura melihat catatan sambil berusaha mencuri pandang ke satpam itu. Satpam itu benar-benar tampan, rambutnya yang hitam pekat dipotong pendek seperti ABRI, tapi tidak terlalu cepak. Kulitnya berwarna sawo matang muda, alisnya cukup tebal, matanya tajam, hidungnya agak mancung, bibirnya pas dengan proporsi wajahnya. Jakunnya kelihatan menari-nari ketika ia berbicara. Seragam satpamnya yang berupa kemeja putih tampak begitu pas dengan tubuhnya yg gempal. Celana biru tuanya tampak ketat membalut kakinya, dan sampai dibawah, ia memakai sepatu kulit hitam bertali.

Aku benar-benar ingin tahu siapa namanya, lalu aku mendekatinya ketika ia sedang duduk-duduk menjaga.

“Satpam baru ya mas?” tanyaku

“Iya baru mulai hari ini?” jawabnya dengan suaranya yg tegas

“Darimana?”

“Aku dari Bandung” jawabnya

Lalu aku meninggalkannya setelah bersalaman dengannya, namanya Bambang Hariyanto.

Aku melanjutkan pekerjaanku selama 1 tahun lagi, sambil terus mengagumi Bambang, namun setelah itu aku berencana untuk merampok perusahaan itu, karena walaupun aku sudah bekerja selama 5 tahun, aku tidak mendapat kenaikan gaji, dan tuntutanku selalu ditolak dengan alasan yg tidak masuk akal. Selain itu aku selalu diolok-olok didepan anak buahku oleh bosku. Bosku juga sering memaki-maki aku dengan kata-kata kotor, kalau aku salah, sedang kalau aku bebruat yg benar dan menguntungkan perusahaan, ia tidak berkata apa-apa. Tapi apa yg benar-benar membuatku marah adalah bosku menampar aku didepan banyak orang. Dan yang membuatku benar-benar ingin membalas dendam, adalah aku akan di PHK tanpa pesangon sepeserpun. Bosku belum memberi tahuku akan hal ini, tapi aku melihat diagendanya bahwa aku akan di PHK bulan depan.

Aku merencanakan ini bersama seorang temanku yg bernasib tak jauh dari aku. Kami merencanakan akan merampok tempat itu besok malam. Pada siang ini, aku dipanggil oleh bosku, aku langsung masuk kekantornya, dan aku menanyakan ada apa. Bosku mengatakan bahwa aku harus menjemput seorang bule dari bandara, bule itu adalah pengawas dari kantor pusat di Swedia. Langsung saja aku berangkat dengan bersungut-sungut.

Aku menunggu di bandara selama 2 jam sambil mengomel, lalu kulihat pesawat singapore airline yang dari swedia dan transit di singapura telah “landed”. Langsung saja aku cepat-cepat ke pintu keluar penumpang sambil mengacungkan tulisan bertuliskan “Mr. Matt Phillips”. Aku sudah sangat capek mengangkat tulisan itu terus, setiap ada orang bule yang keluar, aku mengangkat tulisanku tinggi-tinggi, tapi orang itu mengacuhkannya. Sampai akhirnya aku tidak lagi mengangkat tulisan itu karena terlalu capek. Lalu aku melihat ada seorang bule yang sangat ganteng. Bule itu berambut pirang cepak, matanya biru, hidungnya mancung. Dia mengenakan celana jeans biru yg agak ketat, lalu kaos biru dengan dirangkap kemeja kotak-kotak, Dia mengangkat 1 tas besar ditangan kirinya. Aku berharap dia adalah orangnya. Lalu aku mengangkat tulisan itu tinggi-tinggi. Dia melihat kearah sini, tapi diacuhkannya. Wah bukan itu orangnya pikirku. Lalu orang terakhir keluar. Mana Mr. Matt pikirku. Lalu aku mulai berjalan kemobil sambil membawa tulisan itu di sisiku. Lalu tiba-tiba dari belakang ada yang memanggilku..

“excuse me, I’m Mr. Matt Phillips”

Langsung saja aku menoleh, dan ternyata orang yang sangat ganteng itu orangnya

“Oh, hi Mr. Phillips. I’m sorry I didn’t see you before” aku meminta maaf

“Oh no, I’m sorry I didn’t notice you” belanya

“Ok, Mr. Phillips. Let’s go, my boss is waiting for you”

“Just call me Matt”

“Ok, Matt, Let’s go” kataku lagi

“ok, hey what’s you name anyway?” tanyanya

“Oh, My name is Tommy”

“Nice too meet you Tommy”

“Nice too meet you too Matt”sapaku lagi

Lalu kami menuju ke mobil dan berangkat ke kantor. Dalam perjalanan ke kantor kami berbicara yang aneh-aneh, tapi aku tetap memperhatikan ketampanannya, tubuhnya, dia begitu sempurna.

Setelah mengantar Matt ke bosku Chandra Budianto, aku tidak ada perkerjaan, aku langsung pulang untuk menyiapkan besok hari. Aku menyiapkan segala sesuatunya, aku pergi ke toserba, aku membeli tali, lakban, pisau, dan pistol mainan, aku juga membawa kain untuk menyumpal para penjaga. Besoknya aku menjalankan pekerjaanku sepaerti biasa. Waktu makan siang aku merencanakan segala sesuatu dengan rekanku Mario. Pada waktu kami pulang, kami langsung menuju kerumahku. Kami langsung mengenakan pakaian hitam-hitam dan topeng hitam. Aku langsung memasukkan semua perlengkapan kedalam tas. Kami langsung berangkat pukul 11 tepat.

Sesampainya dikantor, aku memarkir mobil agak jauh agar tidak ketahuan. Lalu kami mengendap-ngendap menuju ke pintu masuk. Disana diluar dugaan yang menjaga adalah satpam Bambang, bukankah ia harus mengantar brankas. Aku tidak peduli lagi, langsung saja kami menuju ke pos satpam itu. Bambang sedang membaca koran membelakangi kami. Lansung saja Mario mengeluarkan pisaunya dan menaruhnya di leher Bambang.

“Angkat tangan, Mas. Kalau tidak mau lehermu putus”

Bambang terlihat sangat kaget, dan ia berusaha melawan, ia berusaha meraih pistol di sabuk senjatanya, tapi Mario menekan pisau lebih kuat ke leher Bambang.

“Eit, jangan berani-berani, Angkat tangan” Bentak Mario

Bambang langsung mengangkat tangannya. Aku langsung mengambil sabuk senjatanya. Mario menendang Bambang, sampai Bambang jatuh terjerembab.

“Tetap telungkup, tangan dibelakang kepala” Perintah Mario

Aku sangat terangsang dengan adegan itu, seorang satpam tidak berdaya dihdapan seorang perampok…

“Hey, tunggu apa lagi? Ayo cepat ikat dia”Mario mengingatkanku

Langsung dari tas hitamku, aku mengambil seutas tali pramuka. Lalu aku langsung duduk diatas punggung Bambang. Bambang sempat merintih, karena aku duduk terlalu atas, sehingga dia tidak dapat bernafas.

“Kedua tangan ke belakang” Perintahku

Sekejap setelah Bambang meletakkan kedua tangannya kebelakang punggungnya, aku langsung mengikatnya dengan sangat-sangat erat. Lalu aku beralih kekakinya langsung aku mengikat kedua kakinya dengan tali yang lain tepat dipergelangan kakinya. Aku juga mengikat ujung sepatu kulitnya, untuk memastikan ia tidak akan pergi kemana-mana. Aku langsung membalik tubuh Bambang sehingga ia sekarang terikat telentang. Lalu aku menyobek kain kotor yg kubawa, aku lalu menggulunggnya menjadi bola. Sementara aku menggulung kain itu, Bambang meronta..

“Jangan, pak, tolong pak, saya jangan disumpal. Saya tidak akan berbicara pak, pak, saya mohon, jangan sumpal mulut saya” mohon Bambang

“Apakah kamu bisa menjamin itu?” Tanyaku

“Iya pak, saya berjanji tidak akan berbicara pak, kalau saya sampai berbicara, bapak boleh menyumpal mulut saya ini sesuka bapak” janji Bambang

“Hmmm, saya kira perjanjian itu cukup adil, mulai sekarang jangan mengeluarkan suara sedikitpun, keluar suara sedikit, saya akan menyumpal mulutmu yang nakal itu erat-erat. Mengerti!!!!” bentakku

“Iya pak saya janji”

“Loh, sudah aku bilang jangan bicara, kok masih bicara. Maaf, hmm….siapa namamu..Bambang Hariyanto. Maaf Bambang aku harus menyumpal mulutmu sesuai perjanjian”ejekku sambil melihat namanya yg tertulis dibajunya, agar ia tidak mengira kalau aku sudah mengenalnya.

“Jangan pak, saya tidak bermaksud begitu, pak, saya janji tidak berbicara lagi”

“Tidak bisa, janji adalah janji, sekarang buka mulutmu”

Bambang masih menutup mulutnya rapat-rapat

“Buka, Bambang, atau aku harus menjejalkannya dengan paksa?” Ancamku.

Bambang masih menutup mulutnya.

“Baik, kamu yg memintanya”

Langsung saja aku menjejalkan kain itu kemulutnya, tapi dia benar-benar menutup mulutnya, sehingga kain itu tidak dapat masuk dengan sempurna.

“Mar, tolong tutup hidungnya” pintaku

Mario langsung menutup hidung Bambang rapat-rapat, tapi entah bagaimana Ia tetap dapat menutup mulutnya. Sementara aku berusaha menjejalkan kain itu, Mario memepunyai ide lain, ia langsung meraba daerah alat kemaluan Bambang, ia langsung mencengkeram kemaluan Bambang dari luar celananya.

“Jangan..Arghhhhh….Mmphhh…mmphh…janmphh…nganmmmpphhhhh..mmmphhhh” itulah suara yang keluar dari mulut Bambang ketika aku berhasil menjejalkan kain itu kedalam mulutnya. Dengan satu tangan, aku berusaha menjaga agar kain itu tetap menyumpal mulut Bambang, sementara tangan yg satu menerima lemparan lakban dari Mario. Aku langsung membuka lakban hitam yg lebar itu lalu melekatkan ujung lakban itu dipipi kanan Bambang lalu aku melakban mulutnya berulang kali mengelilingi kepalanya. Setelah benar-benar erat, aku langsung menyobek lakban itu. Dan kutekan-tekan lakban itu kemulut Bambang untuk memastikan lakban itu melekat dengan baik. Aku dan Mario hanya berdiri mengagumi hasil karya kami. Seorang satpam yg tampan dan kekar terikat tak berdaya di kaki kami.

“Terima kasih Bambang atas kerjasamanya” ejekku

“Mphhh.mppphh” Jawabnya sambil meronta-ronta

“Ayo Mar, kita masih punya banyak pekerjaan” Kataku sambil menarik Mario keluar ruangan.

Tetapi sampai diluar kami mengintip kedalam. Kami melihat Bambang meronta-ronta dengan sangat keras, sambil kadang-kadang terdengar erangan dari mulutnya. Wajahnya penuh dengan keringat, bajunya juga basah oleh keringat, sehingga terlihat ketat. Rambutnya yg pendek terlihat berkilat oleh keringat. Penisku langsung menegang dibalik jeans hitamku yg ketat melihat adegan itu. Bambang tidak akan lepas. Tidak akan lepas dari ikatan itu dalam waktu dekat. Not a chance. Kami melihat Bambang meronta sekitar 15 menit, baru kami meneruskan perjalanan.

Baru berjalan 5 langkah, kami mendengar ada seorang pria memanggil Bambang dengan logat yg aneh. Kami langsung bersembunyi dibalik kotak-kotak. Sebentar kami menunggu, muncullah Matt, mengenakan kaos putih ketat (wow bodinya bagus, memang tidak seperti binaragwan, tapi jelas dia fitness berkala), Jeans biru, sepatu kets Nike. Matt masuk ke pos satpam, dan mencari Bambang. Kami langsung mengikuti dibelakangnya.

“Bambang ??!!, Where are you, we need you to……… What the hell… Who did this to you” Matt sangat terkejut melihat Bambang terikat dilantai. Langsung saja Matt jongkok dan mencoba melepas ikatan tangan Bambang.

“Eitt, wait, you can’t do that” Kataku. Matt langsung berbalik dan melihat kami

“Who are you, you can’t do this to him” Kata Matt

“Yes, we can. Now stand up, put you hands behind you head and sit on that chair” Perintahku sambil menodongkan pistol ke Matt dan menunjuk ke sebuah kursi besi hitam tanpa pegangan untuk tangan. Langsung saja ia jalan ke kursi itu dengan tangan dibelakang kepala. Setelah dia duduk, kami langsung maju ke dia.

“Hands behind you back” Perintah Mario

Langsung setelah tangannya dielakang, Mario negikat kedua tangan Matt jadi satu dengan erat lalu setelah ditali mati, ia juga mengikat kedua tangan mario ke salah satu besi di punggung kursi, agar Matt tidak mungkin lepas dari kursi itu. Lalu Mario jongkok di kaki kursi, ia menarik kaki kanan Matt ke kaki kanan kursi. Lalu diikatnya kaki Matt kekaki kursi, namun belum selesai mengikat, ia melepasnya lagi.

“Kenapa??”Tanyaku.

“Kalau kuikat begini, ia masih bisa berdiri sambil terikat di kursi, jadi kuikat kakinya ke kaki belakang kursi sampai kakinya tidak bisa menyentuh lantai, jadi ia tidak mungkin berjalan, atau berdiri” Jawabnya dengan penuh keyakinan.

“OHH, bagus, pemikiran yg bagus” Pujiku

Langsung ia menarik kaki Kanan Matt ke atas belakang, hampir sejajar dengan ikatan tangan Matt, sampai ujung sepatu Matt tidak dapat menyentuh Lantai, lalu diikat kebesi disekitarnya. Begitu juga dengan kaki kiri Matt. Sekarang Matt terikat erat kekursi tanpa mungkin untuk berdiri, sedikit ia bergerak dan kehilangan keseimbangan, ia pasti jatuh, dan itu pasti sakit. Tapi itu belum cukup, Mario mengambil tali lagi, dan mulai mengikat dada Mario ke kursi agar tidak bisa bergerak.

“Tunggu, aku ada ide, aku selalu ingin mnelakukannya” Aku lalu mengambil tali yg dipegang Mario, membuat simpul seperti tali laso. Aku lalu mundur beberapa langkah, Lalu yeehaaa, aku mencoba melempar laso ke tubuh Matt, tapi gagal. Kucoba lagi, dan berhasil, lasso itu masuk tepat ketubuh Matt, Lalu kutarik ujungnya, sehingga lasso itu semakin erat mengikat tubuh Matt dengan kursi, lalu kutarik makin kencang. Kini dada Matt benar-benar terikat dengan kursi.

“What are you doing to me? I didn’t do anything, please let me go, untie me”kata Matt

“can’t you see, we are having fun, we are tying you up” kataku

Lalu aku melilitkan sia tali itu ke tubuh Matt dan kursi, aku mengikat dada Matt dengan sangat erat ke kursi, sampai dadanya terlihat mengecil, walaupun ia bertubuh kekar.

“You don’t have to tie me that tight, I can’t even breathe”

“Of course I have to tie you that tight, I’m not stupid, do you think I’m gonna let you free in a moment”

Aku mulai jengkel dengan Matt, aku mengambil tali lagi, lalu kuikat paha, lutut, betis dan pinggang Matt kekursi dengan erat. Sehingga aku yakin Matt tidak bisa menggerakkan satupun ototnya.

“Please let me go” Mohonnya

“Shut Up!!!!”Bentak Mario, sambil mengambil kain dan lakban dari tas. Dan berusaha menjejalkannya ke mulut Matt

“Jangan, Kita pakai saja Kaosnya” Kataku

“Oh, Bagus” Kata Mario sambil tersenyum

Ia langsung merobek kaos ketat Matt dibagian dadanya, sebetulnya dia hanya butuh sedikit kain, tapi dia menyobek banyak, sehingga terlihat dada Matt, Otot dadanya yg terikat tak berdaya. Lalu Mario menggulung kain itu dan menjejalkannya. Lain dengan Bambang, Matt langsung membuka mulutnya pasrah, lalu Mario melakbannya dengan erat.

“Thanx, enjoy you chair” ejek Mario

Kami langsung keluar ruangan, dan kembali kami mengintip. Bambang mulai meronta-ronta lagi. Begitu juga dengan Matt, tapi rontaan Matt tidak terlalu keras karena takut jatuh. Bambang menyentak-nyetak tangannya berusaha melepaskan diri dari ikatan. Bamabng yg sudah berkeringat semakin berkeringat, bahkan dibagian kemaluannya agak basah. Juga Matt, dadanya yg terlihat juga berkeringat, bajua ketatnya yg tipis hampir tembus pandang oleh keringat..Lalu setelah keduanya berkeringat dan kecapaian Mereka berdua terdiam, kami sudah hendak meninggalkan mereka, tapi ketika kami berbalik, ada kegiatan, Bambang berusaha bersingsut-ingsut ke arah ikatan tangan Matt, ia berusaha duduk dan menempelkan mulutnya yg terlakban ketangan Matt yg terikat. Matt yg tidak bisa melihat kebelakang dengan leluasa, pertama masih bingung dengan apa yg Bambang lakukan, tetapi setelah ia menyentuh lakban Bambang, ia berusaha melepas lakban yg menyumpal mulut Bambang. Bambang masih berusaha untuk tetap terduduk, sedang Matt berusaha untuk membuka lakban Bambang. Tapi, Matt tidak menyadari kalau kursinya mulai miring. Dan seperti dugaan, Matt jatuh dengan kursinya kearah peruh Bambang. Bambang merintih kesakitan, dan Matt berusaha untuk berdiri lagi, tapi dengan semakin Matt bergerak, Bambang semakin kesakitan. Mereka saling terdiam, mereka tidak akan lepas segera.

Aku mulai berpikir, apa yang Matt lakukan disini, khan sudah malam, apakah Matt dan Chandra disini, apakah yg mereka lakukan bersama malam-malam. Apakah mereka gay???. Aku langsung menuju kekantor Chandra, dan benar, lampunya menyala. Pintu terbuka sedikit, dan kami melongok kedalam. Chandra

Memakai kemeja biru muda, dengan dasi biru tua, dan celana hitam ,sedang terduduk di mejanya. Kami tidak bisa masuk begitu saja, karena aku tahu Chandra menyimpan senapan otomatis di lacinnya, kalau kami masuk dan menodongnya, kami bisa mati tertembak dulu, karena kami sebenarnya tidak tahu cara memakai pistol.

“Bagaimana ini, Mar”

“Pertama orang yg dia kenal harus masuk, baru orang itu menyergapnya” usul mario

“Iya tapi siapa orangnya?”

“Kamu”

“Gila kamu ya, kalau dia tahu aku yg menyergapnya, pasti aku akan segera tertangkap nantinya setelah ia lapor polisi” Bantahku

Kami berdua termenung lama, baru Mario menemukan ide.

“Aku pakaian seragam satpamnya Bambang, lalu aku masuk, bilang saja aku satpam baru, dan menyergapnya.” Usulnya

“yap, ayo kita telanjangi Bambang, aku memang ingin melihat tubuhnya”

Kami bergegas kembali kekantor pos, untuk menelanjangi Bambang, tapi kami sangat terkejut, karena ada suara langkah kaki, masih ada orang lain disini. Kami menuju ke asal suara, tarnyata ada satpam lain lagi, ia baru keluar dari kamar mandi. Ia lebih tinggi sedikit dari Bambang, tapi tubuhnya juga tegap. Kulitnya lebih putih diabnding orang Indonesia pada umumnya. Rambutnya cepak, hidungnya tidak terlalu mancung.

“Angkat tangan” Bentakku, sambil menghadang dan menodongkan pistol kearahnya.

2 komentar:

Firman Darmayuda mengatakan...

kok nanggung certanya

fong87 mengatakan...

Ceritanya terpotong ya min kok ngegantung gt mana lanjutannya dah dari taun 2012 ampe 2020 kok blm ada lanjutannya

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.