Senin, 13 Agustus 2012

Dibentuk Jadi Laki-laki

Sekarang aku sudah jadi perwira menengah, akan tetapi pengalaman sadis sebagai taruna akademi militer tidak dapat kulupakan begitu saja. Aku baru berumur 18 tahun waktu diterima jadi calon taruna. Tidak usah kusebutkan akademi militer apa dan dimana, bahkan di negara mana, karena aku terikat sumpah untuk tidak cerita. Waktu itu ada sekitar 100 orang calon taruna baru dan kami yang diterima untuk tahun itu diharuskan mendaftar di suatu kota. Sebelumnya kami sudah diseleksi baik tes akademik, kesemaptaan, fisik, mental, psikologi maupun penampilan lahiriah.

Dari kota itu kami dibawa ke suatu asrama yang disebut asrama transito dan kami tinggal 2 minggu di situ. Di asrama transito kami mendapatkan pendidikan awal. Tahap ini merupakan tahap peralihan dari suasana sipil ke suasana pendidikan militer yang ternyata bukan hanya keras tetapi juga dan sadis. Tahap peralihan ini sangat penting untuk mencegah drop out calon taruna akibat mental breakdown karena shock tiba-tiba menghadapi kekejaman yang luar biasa. Di asrama transito itu kami mulai dilatih disiplin, baris berbaris, dan bersikap secara militer. Dalam dua minggu itu pendidikan diatur makin hari makin keras dan makin kejam.

Kami diberi seragam pra-catar (pra calon taruna)dua setel dengan 3 buah supporter, kaos kaki 2 pasang dan sepasang sepatu lars militer. Supporter yang diberikan dirancang kuat untuk mencegah hernia. Tapi, karena ketatnya, kadang-kadang terasa sakit dan membuat batang kemaluan menjadi tegang.

Waktu seragam dibagikan, kami harus menyerahkan semua barang pribadi termasuk pakaian dan tas, sehingga kami telanjang bulat semua. Ketika barang-barang diserahkan, seragam tidak segera dibagi. Kami meyerahkan barang-barang pukul 08:00 pagi, tetap seragam baru diberikan malam hari pukul 20:00. Sehingga ke-100 orang bertelanjang bulat sepanjang hari. Meskipun demikian kegiatan hari itu tetap dilaksanakan, baik kegiatan di kelas maupun di lapangan.

Untuk pertama kali itu aku merasakan melakukan kegiatan bertelanjang bulat sehari penuh. Setelah seragam dibagikan, kami hanya mengenakan baju pada apel pagi dan sore. Di luar apel, kami tidak diizinkan mengenakan baju, bertelanjang dada. Pada waktu tidur, kami semua diharuskan bertelanjang bulat. pada minggu ke-dua pelatih yang sangar mulai masuk. Semuanya bertubuh kekar dan berotot. Umumnya mereka gagah dan ganteng. tapi sikapnya kejam dan sadis. Pada waktu memberikan latihan atau pelajaran mereka selalu memegang pecut atau cemeti.

Jika kami, capratar berbuat kesalahan sedikit saja maka kesempatan mereka mengayunkan pecutnya dengan sekuat tenaga ke tubuh kami yang bertelanjang dada. Biasanya ke punggung, tetapi tidak jarang ke lengan atau dada. karena kuatnya lecutan meninggalkan bilur dan lecet di tubuh kami dan kadang-kadang mengeluarkan darah segar.

Jika dihajar dengan cemeti kami tidak boleh mengaduh atau 'berbunyi' apa pun, tapi boleh menggeliat atau menyeringai (nyegir) kesakitan. Banyak teman kami yang mulai shock karena diperlakukan demikian. tetapi aku sangat menikmati. Karena kebetulan aku gay dan suka S/M, kadang-kadang aku sengaja berbuat kesalahan jika pelatihnya ganteng. Sehingga kau dilecut habis-habisan, tapi aku menjadi terangsang dan sangat menikmatinya. Waktu mandi,luka lecutan teras perih tapi justru membuat aku ereksi!.

Masa pendidikan berikutnya terasa lebih keras dan kejam, bahkan ada acara 'pembentukan' yang tidak lain adalah penyiksaan dan ada latihan jadi tawanan. taruan pura-pura jadi tawanan dan diberi pesan rahasia. Lalu pelatih atau taruna senior berusaha mengorek rahasia itu dengan interogasi dan siksaan-siksaan.Kalau taruna tidak tahan, rahasia bocor dan ia tidak lulus. Dia harus mengulangi lagi latihan itu pada kesempatan berikutnya sampai lulus.Kalau tidak lulus, tidak naik tingkat. Waktu aku latihan jadi tawanan, pelatihku ganteng tapi sadis bukan main.

Waktu rahasia tidak terkorek, ia mengambil besi panas dan ditempelkan ke paha-ku. Aku menggelinjang dan menyeringai kesakitan tapi tidak berani 'berbunyi'. Melihat aku tersiksa ia makin menikmati dan memperlama tempelan besi panasnya. hasilnya adalah luka lepuh yang berkibat parut kehitaman di paha kiriku sampai sekarang. Itu 'hadiah' pelatih ganteng yang sekarang sudah perwira tinggi. Seorang temanku yang belum sunat, bahkan disunat tanpa anestesi sebagai siksaan. Hampir saja ia pingsan kesakitan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.