Rabu, 15 Agustus 2012

Kesempatan Menikmati Mas Yatin Sampai Puas

Aku adalah seorang artis yang bergerak di bidang musik (tarik suara) dan sekali-sekali juga main sinetron dengan peran kecil-kecilan. Dengan penghasilan yang sampai saat cerita ini kutulis masih lumayan, aku bisa membeli sebuah rumah, mobil, hidup layak dan menggaji pembantu. Kebetulan Bik Inah sejak kecil ikut orangtuaku dan kini dia tidak keberatan mengurus rumahku. Aku sudah dianggap seperti anaknya sendiri.Akupun menganggap Bik Inah sebagai keluarga.

Diciptakan sebagai seorang homoseks murni tulen 100% dengan pekerjaan atau matapencaharian yang menjadi perhatian orang banyak sungguh tidak mudah. Sekarang dalam usiaku 25 tahun masih mudah, paling-paling aku dianggap "belum ada calon yang cocok" atau "belum ada jodoh". Tapi nanti, 5 - 10 tahun lagi mungkin akan jadi pertanyaan orang banyak, kenapa aku belum kawin juga. Mungkin kelak orang akan mulai mencurigai aku seorang gay. Tapi, sudahlah!. Toh bukan keinginanku jadi homoseks dan tidak mungkin aku membohongi diriku pura-pura kawin dengan perempuan! Tunggu saja nanti 5 tahun lagi, semua tantangan akan aku hadapi dengan gagah perkasa bagaikan lelaki tulen. Bukankah aku seorang homoseks yang lelaki sejati dan yang hanya doyan lelaki dan yang "absolutely male", seperti judul suatu situs gay?.

Demikianlah, hidupku jadi gersang tanpa siraman cinta dari siapa pun, kecuali kasih sayang kedua orang tua dan saudara kandungku!. Kesepianku kuisi dengan olahraga dan latihan nyanyi, sekali-sekali pesta dengan sesama selebriti. Tetapi pada suatu hari terjadilah perubahan dalam hidupku.

Sudah lama aku merasa perlu menambah kamar dan merubah bentuk garasi, sekaligus memperbaharui cat rumah yang sudah 5 tahun tidak pernah dicat ulang.Tetapi tidak mudah mencari pemborong atau tukang yang kerjanya baik, jujur dan tidak terlalu mahal upahnya.Setelah mencari-cari dan menelepon ke sana sini,akhirnya adikku menawarkan pemborong langganannya.

Si pemborong bernama Yatin, karena adikku memanggil dia Mas Yatin maka aku ikut-ikutan memanggilnya Mas Yatin. Mas Yatin berlatar pendidikan STM Bangunan, dia seumur dengan ku dan belum kawin, mungkin tingginya hanya sekitar 165 cm dengan berat sekitar 60 kg. Jika dipandang selintas dia biasa-biasa saja tapi jika dipandang agak lama, sebetulnya dia lumayan cakep dan jika bicara dengan dia, ada aura dan daya tarik dalam dirinya. Semula aku mengira aku yang mata-keranjang atau ngebet dengan lelaki. Tetapi kemudian banyak sekali cewek yang mencari Mas Yatin melalui telepon di rumahku. Dari suara, bahasa dan cara bicara para penelepon aku bisa menilai bahwa cewek-cewek yang mencari Mas Yatin adalah gadis terpelajar, mungkin mahasiswa atau murid SMA. Ini berarti, aku bukan sembarang ngebet lelaki, tapi memang Mas Yatin punya daya tarik tersendiri.

Apalagi kulitnya coklat terang, cenderung kuning langsat, dan tubuhnya atletis berkat kerja tukangnya. Pakaiannya juga modis dan dia dandy.

Dalam melaksanakan kontrak atau pekerjaan borongannya dia dibantu 3 orang tukang yang semuanya masih ada hubungan kerabat. Pertama jumpa Mas Yatin aku tidak terlalu memperhatikannya, pikiranku terkonsentrasi pada rencana kerjanya dan ongkos yang diperlukan. Setelah semua perjanjian dan kesepakatan beres, dia berjanji akan mulai bekerja keesokan harinya.

Rupanya, meskipun dia pemborong, Mas Yatin sering ikut membantu pekerjaan tukang-tukangnya. Kebetulan pada hari pertama mereka mulai kerja aku tidak ada kegiatan, sehingga sepanjang hari aku gunakan untuk mengawasi pekerjaan Mas Yatin dan tukang-tukangnya. Mula-mula dia bekerja dengan pakaian luarnya yang kotak-kotak merah dengan celana jeans biru. Ketika dia mulai memanjat tiang, maka agaknya supaya praktis bajunya ditanggalkan. Maka tampaklah tubuh Mas Yatin yang atletis dengan otot dada yang menonjol ke depan, ketat dihiasi dua puting susu yang ketat dan ledzat. Otot perutnya juga rata dan bagus. Lengannya kekar, otot biseps dan trisepsnya indah dan nikmat dipandang! Aku langsung ngaceng!. Apalagi waktu papasan di dapur, dia melempar senyum. Supaya tidak terlalu menyolok, diam-diam aku memperhatikannya dari tempat "yang strategis". Di balik pintu, di balik gorden, dan ah!, dia mengangkat kedua lengannya ke atas untuk memasang paku di dinding. Tampaklah ketiaknya yang bersih tanpa rambut selembar pun. Darahku menggelegak, jantung berdegup, air liurku jadi terbit dan kutelan. Mungkin juga cairan mazi-ku (pre-cum) terpancar, siapa tahu?.

Setelah kejadian itu, aku jadi sering mengajak ngobrol Mas Yatin atau pura-pura tanya ini itu. Supaya bisa dekat-dekat dengan dia. Keesokan harinya, aku tambah uang belanja Bik Inah agar disediakan makan siang untuk tukang-tukang itu. Bik Inah menurut saja. besoknya, karena aku masih libur, waktu makan siang tiba, aku bahkan pura-pura ikutan makan bersama dengan mereka di teras depan sehingga membikin Bik Inah heran, tapi dia tidak iseng bertanya padaku. Bahgia sekali aku duduk berdekatan dengan Mas yatin yang hari itu masih saja bertelanjang dada. Mas Yatin agak berkeringat waktu makan, aku sengaja mengendus-ngendus apakah ada bau keringat Mas yatin tapi tak berhasil. Bahkan aku pura-pura mengambil tempe di piring dekat Mas Yatin sehingga hidungku dekat sekali dengan ketiaknya tapi tak tercium bau apa-apa.

Aku makin terpikat pada Mas Yatin-ku dan akhirnya aku nekat mengajak dia menginap selama dia mengerjakan borongannya. Dia bilang, dia mau menginap, tapi tukang yang lain ingin pulang, karena mereka semua punya isteri dan anak. Mas Yatin merencanakan menginap esok malamnya. Tapi aku pengaruhi agar dia menginap mulai malam itu juga. Kebetulan memang para tukang biasa membawa alat mandi, demikian juga Mas Yatin. Supaya aku bisa bebas, aku menawari Bik Inah untuk istirahat dan menginap di rumah anaknya. Memang sudah biasa aku menawarkan atau menyuruh Bik Inah menginap di rumah keluarganya, supaya dia bisa libur dan istirahat.

Mungkin karena merasa terganggu dengan debu selama rumah diperbaiki, Bik Inah langsung mau dan sore itu juga dia pamit. Aku beri uang bekal secukupnya untuk taksi. Bik Inah biasanya hanya betah menginap satu malam di rumah keluarganya. Sekitar jam 06.00 sore tukang yang lain pulang dan jadilah aku hanya berdua dengan Mas Yatin-ku sayang.

Aku menelepon sebuah warung langgananku untuk mengirim makan malam ke rumah. Rupanya Mas Yatin membawa baju ganti dan malam itu. Setelah mandi dia mengenakan kaos hitam ketat - sehingga otot dadanya yang ketat tampak jelas - dengan celana jeans hitam. Tampan, macho dan merangsang sekali dia sampai kepalaku pening dan badanku lemas karena rangsangan seks yang menggila itu.

Aku ajak dia makan malam di meja, aku berkhayal dia pacar atau suamiku. Setelah makan, dia membereskan piring bekas dan mencucinya sampai bersih. Tidak sabar aku menunggu dia di sofa panjang untuk mendampingiku menonton TV. Segera dia kuajak nonton TV dan duduk di sampingku.

Aku mulai lupa diri.Aku pura-pura mengantuk dan melendotkan tubuhku ke tubuhnya. Dia diam saja seperti tidak terganggu. Aku makin nekat, jarinya kuremas. Dia masih diam, akhirnya aku peluk dan aku lumat bibirnya. Mula-mula dia kaget tapi tetap saja menurut seperti seekor kucing jinak. Aku makin kurang ajar, aku rebahkan dia aku tindihi dia, lalu aku tarik tubuhnya dan aku telentangkan di karpet. Aku terus bekerja, sementara TV menyuarakan siaran berita. Seperti seorang ibu yang merawat bayinya akau telanjangi dia bajunya satu-satu aku lepas, dia masih pasrah saja. Ah, Mas Yatin homo juga nih, pikirku. Akhirnya dia telanjang bulat. Aku bisa menikmati kontolnya yang besar dan disunat ketat serta dihiasi jembut hitam lebat dan tumbuh luas. Padahal ketiaknya bersih dari rambut, mungkin karena itulah jembutnya lebat pikirku. Setelah puas memandangi Mas Yatin yang telanjang bulat, aku mulai menikmati mangsaku. Kujilati seluruh tubuhnya sampai ke lobang pantatnya. Lalu kujilat dan sedot kontolnya. Dia menggelinjang dan melenguh bagaikan kerbau karena kenikmatan. Ketika kontolnya sudah merah berkilat aku "tinggal" dan mulutku menjilati puting susunya yang ketat dan ledzat. Turun lagi aku ke kontolnya kuremas, kumainkan lalu kusedot lagi. Akhirnya dia mengejang dan dia berdesis "SSSH.. SSSH.. SSH.." kenikmatan lalu dia memompa-mompakan kontolnya ke mulutku dan akhirnya "CCRROTT.. CCRROTT.. CCRROTT" pejuhnya yang sejuk muncrat di mulutku dan wajahku. Kujilati pejuh kuli ganteng yang asin-manis-anyir itu bagaikan menghirup telor mentah. Tubuh ketatnya berkeringat karena kegiatan intens itu.

Saking asyiknya "menyantap" Mas Yatin, aku lupa bahwa aku belum telanjang. Buru-buru kulucuti pakaianku dan aku gosok-gosokkan kontolku ke kontolnya dan jembutnya. Kontolku yang sudah tegang itu makin memerah dan berkilat. Akhirnya aku dorong Mas Yatin ke atas kursi aku tunggingkan dia lalu pantat perawannya aku sodok dengan kontolku. Dia menurut, tapi melenguh "AHH..AHH..AHH" mungkin kesakitan. Aku lupa diri, aku hanya memikirkan kenikmatan kontolku. Akhirnya aku tak tahan lagi dan kucabut kontolku dari lobang pantat Mas Yatin dan kusemburkan pejuhku di belahan pantatnya dan "CCRROTT.. CCRROTT.. CCRROTT" pejuhku terpancar dan berceceran di karpet dan di bokong Mas Yatin. Kutarik lagi tubuh Mas Yatin ke karpet aku baringkan lalu aku peluk dari sebelah depan dalam keadaan kami telanjang bulat, aku lumat lagi bibirnya. Kami ngaceng lagi tapi hanya sebentar. Mas Yatin kelelahan karena sepanjang hari kerja kuli, aku kelelahan karena lemas terangsang Mas Yatin sepanjang hari. Akhirnya, kami tertidur lelap telanjang bulat di karpet, sementara TV terus menyala.

Besoknya Bik Inah kembali. Terpaksa aku mencari kamar hotel supaya aku bisa dengan bebas menikmati tubuh Mas Yatin-ku tercinta setiap malam tanpa terganggu Bik Inah. Aku charter kamar hotel dua bulan buat Mas Yatin dan tiap malam aku menginap di situ. Biasanya aku kabur dari rumah setelah Bik Inah tertidur dan paginya aku pura-pura baru kembali lari pagi. Kamar yang dibangun aku tambah lagi supaya lebih lama aku bisa menikmati Mas Yatin sambil pura-pura memperpanjang kontrak borongannya. Simpananku di bank aku kuras. Tapi tak apa, kapan lagi aku menikmati hidup dan bisa menikmati kontol, jembut, puting susu, ketiak dan lobang pantat Mas Yatin?!.

Setelah borongan Mas Yatin selesai, aku masih sering meneleponnya kalau kangen. Biasanya dia datang dengan setia menyerahkan tubuhnya yang ketat, nikmat dan ledzat kepadaku untuk dinikmati. Anehnya dia tidak mau diberi uang balas jasa. Mungkinkah kelak aku kawin resmi dengan Mas Yatin dan bisakah kami jadi pasangan homoseks pertama yang menikah resmi di negaraku?. Pernikahan antara artis dengan pemborong atau penyanyi dengan kuli?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.