Minggu, 12 Agustus 2012

Bentrokan Di Malam Minggu Yang Membawa Nikmat

Pada suatu malam minggu telah terjadi bentrokan di muka markas kesatuan kami - suatu kesatuan militer dari suatu negara. Entah apa alasannya maka terjadi bentrokan itu, yang pasti sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab di bidang kepolisian militer (PM) aku segera dilapori.

Segera aku meluncur ke markas dan setibanya di sana aku dapati 14 pemuda remaja sudah dimasukkan tahanan di markas itu (kami punya kamar tahanan atau sel tersendiri). Tak perlu kuceritakan apa masalahnya, agaknya berkaitan dengan kebut-kebutan motor. Perwira piket melaporkan kepadaku bahwa semua barang-barang ke-14 pemuda itu sudah dirampas termasuk handphone mereka. Jadi tidak usah khawatir bahwa mereka akan menelepon orang tua mereka atau minta "orang berkuasa" agar mereka dibebaskan sebelum urusan mereka diselesaikan.

Waktu aku tiba di tempat tahanan, kujumpai 14 pemuda remaja mereka memandangku dengan pandangan bercampur baur.Karena aku mengenakan seragam militer, ada yang bersikap agak takut, ada yang berwajah marah dan menantang, ada juga yang terkesan melecehkan. Apa pun juga cara mereka memandangku, yang jelas mereka muda-muda dan cukup ganteng, sehingga aku berpikir untuk membuat rencana agar bisa "mencicipi" mereka, paling tidak yang ganteng-ganteng.

Tanpa basa-basi aku tanya apakah ada di antara mereka yang luka atau sakit karena bentrokan tadi. Karena tidak ada yang menjawab, aku langsung dekati satu-persatu. Satu-dua orang tampak ada memar di wajahnya, tapi tidak serius. Meskipun demikian aku panggil juga petugas piket dari poliklinik markas. Lalu aku bilang dengan tegas agar sebaiknya mereka diperiksa dokter, agar bisa ketahuan dan diobati jika ada bagian badan mereka yang luka. Karena bentrokan fisik tadi mungkin menimbulkan retak atau luka atau kerusakan pada alat dalam mereka. Rupanya karena masih muda atau karena kebodohan mereka, mereka menurut.

Maka, mereka yang kelihatan mempunyai memar atau luka di badannya aku ajak dengan ramah bergantian ke kamar sebelah untuk diperiksa dan diobati di luar sel. Mereka menurut saja. Di kamar periksa sudah ada bintara piket dari poliklinik. Dia membawa obat dan alat periksa.

Pemuda pertama yang diperiksa lumayan ganteng, dia mengenakan jacket dan kaos hitam dengan celana jeans - kontras dengan kulitnya yang terang. Wajahnya agak mirip Arie Wibowo tapi menurutku pemuda ini jauh lebih ganteng dari bintang laga sinetron itu. Mungkin karena malam itu malam minggu, kelihatannya ia sedang akan berangkat pacaran, karena pakaian dan tubuhnya harum oleh parfum.

Ruang ruang periksa itu biasa dipakai untuk memeriksa kesehatan tahanan, sekaligus juga ruang interogasi sesekali merangkap kamar siksa tahanan. Sebelum pemuda itu masuk, alat-alat siksa aku suruh simpan di lemari yang ada.

Belakangan baru aku sadar bahwa bintara piket itu juga berwajah lumayan ganteng, apalagi tubuhnya kekar sekali. Aku jadi ngaceng berdekatan bintara itu. Waktu aku berdiri lebih dekat dengan si bintara, tercium samar-samar bau parfum atau deodorant dari si bintara berotot ketat itu. Aku sudah bukan ngaceng lagi, bahkan kontolku terasa mulai memancarkan mazi (pre cum) dan puting susuku juga mulai terasa ketat.

Agaknya si bintara juga tidak kurang "insiatif". Dengan ramah pemuda ganteng itu di suruh melepas baju dan celana luarnya, lalu di suruh berbaring di meja periksa. Ia mengeluarkan tensimeter dari tas dan mengukur tekanan darah si pemuda, lalu juga denyut nadinya. Si pemuda ganteng itu diperiksa hanya mengenakan kancut coklat yang rendah dan ketat hampir seperti G-string ukurannya. Tubuhnya atletis dan otot dadanya terbentuk bagus dengan 2 puting susu yang ketat dan melenting. Otot perutnya juga lumayan ketat. Karena, kancutnya rendah, batas-atas pertumbuhan jembutnya tampak jelas menghitam.

Si bintara mulai meraba-raba tubuh pemuda itu. Dengan alasan memeriksa apakah ada "kerusakan pada alat dalam". Aku tahu bahwa pendidikan bintara itu perawat, bukan dokter. Jadi mestinya dia tidak punya pengetahuan dalam hal memeriksa pasien.

Dari cara bintara itu memegang dan meraba pemuda itu, aku bisa "mencium" bahwa dia menikmatinya. Berarti dia seorang gay atau bi-sex. Tapi karena aku juga menikmati "acara" itu dan kubiarkan saja dia "bekerja". Aku juga berniat nanti akan mencicipi tubuh ketat bintara itu.

Setelah semua bagian tubuh pemuda itu diraba, bintara menurunkan kancut pemuda ganteng itu, sehingga ia telanjang bulat. Pemuda itu menurut saja. Tampaklah kontol pemuda itu yang lumayan besar bagaikan kontol kuda dan tampak setengah tegang dengan latar belakang jembut muda yang hitam tebal dan merangsang. Si Bintara meraba kontol pemuda itu dengan alasan untuk "memeriksa". Segera saja kontol "kuda" itu mengencang, merah berkilat dan tegak menempel ke dinding perutnya itu. Si pemuda melenguh kenikmatan. Melihat situasi yang "kondusif" itu aku mulai bertindak. Aku berbisik kepada bintara itu, dengan nada perintah :"ISAP".

Si bintara mengambil sikap tegap dan berkata; "Siap, Overste". Segera bintara yang berotot ketat itu mengenyot kontol pemuda itu. Pemuda tampan itu menggeliat dan mengejang-ngejangkan tubuhnya keenakan dan ia berusaha mengetatkan tubuhnya untuk menambah agar rasa nikmat di kontolnya bisa menjalar ke seluruh tubuh. Tangan pemuda itu mulai meraba-raba puting susunya sendiri. Aku juga tak mau ketinggalan. Aku peluk dada dan kepalanya dengan lenganku yang kekar dan aku nikmati bibirnya yang ganteng sepuas-puasku. Aku elus-elus punggungnya, lalu aku cicipi lehernya dan puting susunya dengan mulut dan lidahku. Ah, benar-benar malam mimggu yang berkesan! Dia memang ganteng dan rasanya nikmat sekali. Apalagi dia sangat "kooperatif".

Setelah "bermain" sekitar setengah jam, aku memberi komando pada bintara "Cukup". Bintara mempercepat kulumannya pada kontol pemuda itu dan akhir "CRROTT..CRROTT..CRROTT" pemuda itu mengocrotkan maninya ke mulut bintara dan bintara sibuk menjilati mani yang muncrat bak kawah "Candra Dimuka" itu. Lalu menjilati semua ceceran pejuh itu dengan lidah dan mulutnya sampai bersih.

Bintara mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air di wastafel lalu membersihkan tubuh pemuda ganteng yang masih telanjang bulat itu. Setelah dia bersih dari pejuh, ludah, dan keringat dan bau sperma tidak tercium lagi, bintara membantu pemuda itu mengenakan pakaiannya. Sambil si bintara mengenakan pakaian pemuda itu aku masih menciumi bibir pemuda itu yang lembut dan ranum itu. Setelah pemuda itu rapi aku tanyai sedikit peristiwa itu sambil mengelus-ngelus punggungnya yang keras. Lalu aku buat catatan dan berita acara pemeriksaan, kemudian aku perintahkan perwira piket menghubungi keluarga pemuda itu untuk mengurus pembebasannya. Bintara itu aku perintahkan menunggu di kamar periksa. Lalu ke-13 tahanan sisanya diperiksa sekedarnya dan kuserahkan kepada perwira piket untuk memproses lebih lanjut.

Aku pergi ke kamar kerjaku bersama bintara kesehatan itu. Di kamar kerja itu bintara ketat itu aku nikmati. Karena dia tentara, aku menikmati bintara itu dengan cara militer yang sadis. Setelah dia telanjang bulat aku telikung tangannya dan aku pasangkan borgol di pergelangannya. Sehingga otot dadanya yang coklat ketat tampak makin merangsang, kontolnya yang hitam besar dan tersunat itu juga sudah tegang sempurna. Aku ambil cemeti dari lemari dan aku hajar tubuh bintara dengan cemeti, dia melenguh kesakitan dan kenikmatan.

Setelah puas aku menghajar tubuh ketatnya samapi penuh bilur, lebam dan lecet hasil lecutanku, barulah aku memberikan kenikmatan seks kepadanya. Aku sedot kontol kudanya sampai memancarkan pejuh dan berceceran di lantai kamar kerjaku yang dilapis karpet itu. Lalu aku sodok lobang pantatya dengan kontolku sampai dia melenguh-lenguh keenakan dan kesakitan. Persis seperti sapi akan disembelih. Dia berkeringat dan babak belur malam itu, pantatnya mengeluarkan darah!. Karena aku menyodok pantatnya terlalu kasar. Tapi tidak apa-apa, bukan tentara namanya kalau tak tahan sakit dan tak tahan sodokan kontol atasan! Aku sebetulnya masih ingin menikmatinya lagi lebih lama, tapi kalau terlalu lama "bermain" di kamar kerjaku, aku takut ketahuan.

Dengan berat hati aku suruh dia berpakaian, setelah rapi dia memberi hormat, mohon izin dan berlalu. Seperempat jam kemudian aku telepon dia di poliklinik dan memerintahkan agar dia lapor dan menghadap aku besok paginya. Setelah kejadian itu, bintara kesehatan yang ketat ototnya dan masih lajang itu tinggal di rumahku. Di luar jam dinas dia punya tugas "melayani" aku sampai puas. Ah, nikmatnya jadi orang berkuasa!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.