Kamis, 29 September 2011

Pelajaran Om

Aku masih ingat, waktu itu masih klas 4 SD. Jadi aku dan kawan-kawan sama sama berkhitan. Takut juga aku. Setelah berkhitan, luka kontolku dirawat. Seminggu, luka kontolku masih belum sembuh. Tiap hari harus dibersihkan lukanya. Untunglah ada Om Hendra, adik Ibuku, membantu membersihkan luka kontolku. Malu juga aku rasanya, meski yang melihat kontolku sama-sama pria. Tahu sendirilah, menunjukkan kontolku, kan?
"Nggak apa-apalah, sebab Andi masih anak-anak. Baru berumur 10 tahun." kata Om Hendra.
Om Hendra berumur 32 tahun. Setiap pagi dia menolong mencucikan luka bekas khitananku, memberi obat dan membalutnya dengan perban. Kata Ibuku, aku tidak boleh malu. Dia Pamanku sendiri. Aku ini badannya saja yang besar, diatas teman-teman sebayaku. Memang aku nampak seperti murid yang berumur lebih dari 12 tahun saja. Memang, hobiku adalah olahraga, termasuk aku suka sekali main bola kaki. Jadi, badanku kuat dan kekar. Om Hendra bekerja di Kantor kelurahan di kota Malang.

Aku tahu bahwa Omku ini baru saja diceraikan oleh istrinya. Rupanya, istrinya pernah berselingkuh dengan pria lain, saat OM bekerja di kantor. Jadi Om Hendra menceraikan Bude, setelah pernikahan berjalan baru 6 bulan. Kasihan juga Om Hendra, karena menjai duren (duda keren). Dulu Om pernah datang ke rumahku dengan berderai airmata. Ibu dan Bapak kasihan juga melihatnya. Karena rumah kami kecil, tidak ada lagi kamar kosong, jadi Ibu menyuruhku tidur sekamar dengan Om Hendra. Jadi tidak menjadi masalah bagiku, karena dia Omku sendiri. Lagi pula aku anak saudaranya, dan masih anak-anak lagi. Memang badanku saja yang besar, tapi umurku masih kecil. Secara pengalaman dan cerita hidup, aku belum tahu banyak.

Aku cukup senang, karena jika malam tiba Om Hendra dapat mengajariku pelajaran Matematika. Sejak saat itu, aku sudah tidak suka menonton TV lagi. Bila hari sudah malam setelah makan, aku langsung masuk kamar untuk membaca buku. Ibu menyuruhku belajar, dan Om Hendra mengajarkan jika aku mendapat kesulitan di dalam pelajaranku. Ibu suka aku belajar dengan Om Hendra, agar aku lebih pintar. Ternyata, saat mengajariku menyelesaikan PR-ku. Om Hendra pernah bercerita jika dulu Om Hendra hendak menjadi guru, tapi dia lebih suka menjadi pegawai pemerintahan.

Om Hendra memang lumayan tampan, gagah dan badannya bersih. Tinggi badan semampai, bidang dadanya luas, pantatnya cukup lebar dan padat. Mungkin karena olah raga yang sering dijalani Om Hendra. Suaranya berwibawa dan pandai membujuk serta sering memanjakanku.

Om Hendra bila tidur, dia suka memeluk guling dan mengempitkanya di sela pahanya. Kadang-kadang aku melihat sarung yang dikenakannya tersibak, sehingga kelihatan pahanya yang mulus dengan bulu-bulu halus hampir di semua bagian. Awalnya aku tidak ambil pusing karena dia Omku sendiri. Memang kulitnya Om Hendra putih mulus, karena masih ada keturunan Cina.

Setelah 3 minggu, luka kontolku sudah baikan. Libur sekolahku pun sudah berakhir. Aku harus ke sekolah lagi. Tiap pagi Om Hendra membangunkanku. Dia selalu bangun tidur lebih pagi dari aku. Dan kebiasaan Om Hendra, dia pagi-pagi dia selalu memandikanku. Dia menyabuni badanku, menggosok daki di badanku. Bahkan seringkali, kami mandi bersama. Awalnya aku selalu memakai celana saat mandi. Akan tetapi, Om Hendra bilang kalau sesaa lelaki tidak usah malu. Akhirnya aku mandinya telanjang saja. Sedang Om Hendra memakai celana dalam saja jika mandi.

Setelah selesai mandi, dia menolongku mengenakan pakaian sekolah. Habis itu dia pun mengenakan bajunya dengan ditutupi pintu lemari yang ada kaca cerminnya. Mula-mula dia tanggalkan handuk yang melilit tubuhnya dari kamar mandi, dan menggantikanya dengan pakaian kerjanya. Setelah itu dia memakai celana dalamnya. Aku tidak dapat melihatnya secara lebih jelas. Lama-lama aku sudah lupa untuk melihat badannya. Aku tahu, dia bertelanjang bulat di belakang pintu lemari kaca itu. Kadang-kadang aku berkhayal juga, gimana bentuk alat vitalnya bila Om Hendra tidak memakai pakaian. Tentu ukurannya lebih besar dari punyaku yang masih kecil ini.

Malam itu aku tidur lebih awal dari biasanya. Menjelang tengah malam, aku rasakan cuaca agak panas. Memang di kamarku tidak ada kipas angin, apalagi yang namanya AC. Lagi pula cuaca waktu itu musim panas. Maka malam ini pun terasa panas. Aku dengar Om Hendra gelisah. Kupikir Om Hendra juga merasa kegerahan karena udara panas. Aku melihat Om Hendra bangun. Tapi aku pura-pura tidur. Mata kututup rapat-rapat. Kuintip, dia lagi membuka bajunya. Setelah itu dia buka celana dan celana dalamnya, dan diletakkan di sudut kamar. Kemudian dia hanya menggunakan sarung, dan naik ke tempat tidur lagi serta tidur di sebelahku.

Kali ini dia tidur dengan gaya yang lain. Dia tidur menyonsang. Kepalanya ke ujung kakiku, dan kakiku dekat wajahnya. Karena rasa kantuk datang, hampir saja aku tertidur lelap. Saat tiba-tiba aku rasakan pantatku kena peluk. Aku terjaga. Rupanya Om Hendra memeluk pantatku. Dia tidak sadar. Setelah itu kepalaku terasa kena jepit oleh pahanya. Dia kira aku ini bantal guling agaknya. Padahal bantal guling ada di belakang dia. Boleh jadi dia benar-benar tidak sadar.

Cahaya lampu di beranda luar masuk dari ventilasi ke dalam kamar tidur, sehingga aku dapat melihat paha mulus Om Hendra. Putih semua. Aku berusaha memejamkan mata kembali. Saat aku mulai tertidur, Om Hendra mulai gelisah lagi. Dia merapatkan kepalaku di bawah perutnya. Mmhh..! Ada bau yang masih asing bagiku, sepertinya berasal dari pangkal pahanya Om Hendra. Belum pernah aku mencium bau seperti itu. Seperti wangi sabun mandi bercampur dengan sedikit pesing. Makin lama baunya makin makin mengusikku. Bila aku gerakkan kepala, maka dia makin kuat menjepit. Sungguh aku merasakan bau itu masih asing. Akan tetapi karena rasa kantuk yang begitu hebat menyerang, akhirnya aku tertidur sampai pagi dengan terus membaui bau asing itu..

Besok paginya Om Hendra bangun duluan dan dia membangunkanku. Seperti biasa, kami mandi sama-sama lagi. Seperti tidak ada kejadian apa-apa. Dia berbuat seperti biasanya. Dia memandikan aku, menyabuniku. Termasuk gosok kontolku.
"Sudah sembuh lukanya," kata Om Hendra, "Nggak usah diberi obat lagilah." katanya.
Dipencetnya ujung kontolku. Dia tanya, "Sakit nggak..?"
Aku geleng kepala, "Nggak." kataku. “Berrati udah mau sembuh”. Dia pun tersenyum melihatku.

"Andi, kalau mandi, kamu harus memakai sabun setiap hari seperti ini." katanya.
Diambilnya sabun, digosok ke tapak tangannya, dan langsung diusapkannya ke batang kontolku. Sekali dua kali, tidak apa-apa, ketika dia gosok berulangkali aku merasakan kenikmatan. kontolku menjadi tegang dan terasa mau kencing.
Aku bilang ke Om, "Bentar dulu Om, Andi mau kencing."
Dia pegang batangnya dan mengarahkannya. Dan aku pun kencing sambil kontolku dipegang Om Hendra. Setelah selesai, dia cuci kontolku. Tidak ada sedikit pun berprasangka yang lainnya, karena memang aku masih kecil.

Selesai dia memandikan aku, dia pula sekarang yang mandi. Dia gosok badannya, ketiaknya, hingga celah pahanya dengan sabun. Sampai berbusa badannya karena sabun.

Aku lihat ke bawah perutnya ada bulu. Banyak dan lebat. Bulu yang tersambung sejak dari dadanya. Saat itu dipandanginya wajahku. Aku melihat ke arah lain, berpura-pura tidak melihat ke bawah perutnya. Dia tersenyum dan aku pun tersenyum. Om Hendra tidak marah. Aku tidak mau melihat lama-lama. Aku malu untuk melihat. Karena aku masih kecil, meskipun aku merasakan suatu kenikmatan yang lain rasanya. Dia meneruskan mandinya, disiram badannya. Kemudian dia membelakangiku dan menyingkap celana dalamnya. Disingkapnya sela celana dalam dan dia buang air kecil membelakangiku. Berdesir bunyinya. Aku tidak perduli, karena memang selalu begitu.

Malam ini, sekali lagi cuaca panas. Om Hendra ternyata telah memakai sarung saat akan beranjak tidur. Ketika tidur, dia pun menjepit kepalaku seperti malam kemarin. Aroma itu kembali mengusikku. Tapi agak lain dari malam kemarin. Ketika dia memeluk pinggulku, aku merasakan kontolku menyentuh mulutnya. Kemudian aku merasakan ujung kontolku seperti dijilat. Geli sekali rasanya. Kukepitkan pahaku untuk melindungi kontolku. Tapi tidak bisa karena kepala Om Hendra menghalangi pahaku. Lama-lama aku biarkan saja.

Aku rasa mula-mula dia menjilat kepala kontolku, setelah itu ada rasa sepertinya kepala kontolku masuk ke dalam mulutnya. Aku rasakan lidahnya menjilat dan menguit-nguit kepala kontolku di dalam mulutnya. Uhh.., gelinya, bukan main lagi. Aku rasa kontolku, aku menjadi tegang. Aku mengerang menahan geli. Aku mendengar suara berdecap-decap sepertinya sedang menghisap ujung kontolku, ada suara "Crup.., ceruppp.."
Om Hendra menyedot kepala kontolku beserta air liurnya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, kutahan saja. Aku merasakan hendak kencing, tetapi kurasakan kenikmatan yang seumur hidupku belum pernah aku rasakan. Geli namun nikmat sekali.

Lama juga Om Hendra berbuat seperti itu, tapi kutahan, sebab terlalu geli. Pantatku bergoyang gelisah. Tapi Om Hendra memeluk pantatku kuat-kuat. Aku tidak dapat bergerak. Terpaksalah aku biarkan saja. Ketika aku sudah tidak tahan lagi, aku seperti hendak mengeluarkan sesuatu dalam mulutnya. Kupikir aku akan kencing, ternyata yang keluar berbeda. Tidak seperti air kencing yang terus mengucur. Tetapi semprotan 6ang terjadi beberapa kali saja dengan disertai rasa yang enak sekali. Aku bergetar saat memuncratkan cairan itu. Banyak sekali. Aku rasakan nikmat sekali memuncratkan cairan itu di dalam mulut Om Hendra. Dan anehnya, mulut Om Hendra terus mengulum kontolku meski aku mengeluarkan sesuatu. Malah kurasakan Om Hendra menghisap habis cairan itu. Waktu kejadian itu, kurasakan seperti dalam khayalan saja rasanya. Kututup mataku, dalam gelap kamar itu. Meski mataku terbuka, tetapi seolah aku tidak melihat apa-apa dan serasa terbang ke awang-awang karena rasa nikmatnya.
Agak letih kurasakan setelah itu. Akupun terdiam dan berusaha untuk tidur lagi. Saat itulah aroma dari pangkal paha Om Hendra berhembus kembali. Rasanya ingin aku untuk mendekatkan hidungku ke sumber aroma tersebut. Habis itu badanku terasa letih. Lama-lama aku tertidur sampai pagi. Esok paginya dia bangunkan aku. Seperti biasa, kami mandi bersama-sama lagi. Apa yang terjadi tadi malam, seakan kami tidak ingat saja. Bertingkah seperti biasa.

Seperti biasa, Om memandikan aku. kontolku dibersihkan dan digosok.
Aku tanya sama Om, "Kenapa tadi malam aku kencing tapi rasanya lain sekali, Om?"
Dia jawab, "Itu tanda kau sudah besar."
Dipencetnya ujung kontolku. Dia tanya, "Sakit nggak..?"
Aku menggeleng kepala, "Nggak." kataku.
Dia pun tersenyum padaku, katanya, "Lain kali Om ajarkan bagaiman caranya Andi bisa kencing enak.."
Aku menganggukkan kepala. Seperti itulah setiap malam. Aku tidak ceritakan kepada siapa pun. Karena dia Omku sendiri. Dia sangat sayang padaku. Dan akupun juga sayang ama dia.Lagi pula dia seperti guruku sendiri.

Pada hari Sabtu awal bulan, Bapak dan Ibuku hendak pulang ke kampung dengan adikku paling kecil yang belum sekolah.
Ibu berkata padaku, "Ibu dan Bapak bersama adik mau ke kampung. Satu minggu lamanya. Karena Andi sekolah, maka Andi sama Om aja di rumah. Lagi pula Om Hendra kan kerja. Dia tidak cuti."
Aku jawab, "Nggak apa-apalah. Lagipula biar Om Hendra ada menemani."

Sore itu Om Hendra mengajakku nonton film bioskop. Dia baru gajian. Setelah itu kami makan sate dan jalan-jalan. Dibelikannya aku baju dan celana dalam. Sedangkan Om membeli kaos warna merah kusam dengan celana dalam warna hijau pucat dan body-lotion juga sabun mandi cair wangi. Parfum satu botol. Kemudian setelah sore kami pulang. Sekalian dia beli kipas angin, karena memang beberapa hari ini memang panas.

Sesampai di rumah, Om Hendra menyiapkan makanan. Kami makan sama-sama. Setelah makan, Om Hendra mau mandi. Aku pun juga mau mandi, sebab badanku berkeringat habis jalan-jalan. Lengket rasanya. Kami masuk kamar mandi. Seperti biasa aku buka baju, disiram dan disabuni badanku. OM Hendra memandikanku hanya memakai sarung. Kali ini dia pakai sabun cair yang dibeli tadi. Dia pun menyiram badannya dan bersabun juga. Busanya banyak sekali. Dia suruh aku duduk mencangkung di tepi bak air dalam kamar mandi. Kemudian dia tuang sabun cair itu ke telapak tangannya. Digosoknya semua badanku. Wangi sekali aroma sabunnya. Banyak busanya. Selangkangku juga Om bersihkan dengan menggosok sabun yang di tangannya, aku merasa geli.

"Kalau Andi geli, tutup saja matanya, ya..!" kata Om dengan suaranya yang lembut.
Aku menutup mata. Aku rasakan batang kontolku tegang. Lain rasanya. Tidak seperti biasanya, karena dia sudah biasa mengobati kontolku setelah berkhitan dulu. Waktu dia menggosok batang kontolku, aku rasa enak sekali. Geli. Badanku lemah, lututku menggigil seakan mau terduduk. Karena takut jatuh, aku pegang kain sarung yang dipakai Om. Entah bagaimana kainnya terlucuti. Copot. Melorot sampai terlepas.

Ternyata Om tidak memakai celana dalam. Dia bilang, "Nggak apa. Biarkan.. Om pun mau menyabuni badan juga."
Om biarkan badannya terbuka. Mataku tertuju ke benda yang ada di bawah perutnya. Di bawah pusarnya. Berayun-ayun dan bergoyang-goyang di depan mataku. Aku nikmati pemandangan itu. Sebab betul-betul terpampang di depanku. Alamak, besar juga batang kontol Om Hendra. Sshhh..! Seperti buah timun besarnya.

Tengah aku berkata dalam hati, Om Hendra mengambil sabun cair lalu dituangkan ke tanganku.
"Untuk apa Om?" tanyaku.
Om menyuruhku menggosok badannya, menggosok pula ketiaknya. Kemudian disuruh menggosok perutnya, pusarnya. Kulihat ketiak Om ada bulu. Bulunya sedikit dan halus. Sementara itu, dia terus menggosok paha dan kontolku. Aku rasa geli-geli enak. Sshh.., desisku menahan rasa nikmat dan geli.

Tenggorokanku terasa kering tiba-tiba. Aku menelan ludah. Sshh.., geramku. Aku belum pernah melihat seseorang telanjang di depanku. Adikku pun belum pernah melihatku lihat telanjang. Om menyuruhku menggosok bawah pusarnya. Awalnya aku rasa tidak mau. Malu aku rasanya. Aku tatap wajahnya.
Om berkata, "Gosoklah di bawah perut Om. Nggak apa-apa. Om nggak marah kok."
Aku pun menggosok kontol Om. Tapi aku tidak lihat di situ. Malu aku.

Aku tidak melihat apa pun. Tanganku gemetaran ketika aku mulai meraba kontolnya. Rasanya kontolnya agak kesat. Aku rasa itu bulu kontolnya. Om Hendra merapatkan dadanya ke wajahku. Wajahku menempel di dadanya. Puting kecil berwarna merah kehitaman itu tertempel di bibirku. Aku tidak berani lihat ke bawah, aku malu melihat kontolnya. Aku tahu ada banyak bulu disana. Apalagi batang kontol itu begitu besarnya. Ihhh.., geram aku. Lagi pula aku takut Om marah. Om menggosok aku, aku pun menggosok dia.

Om menyuruhku meremas-remas batang kontol itu. Rasanya kenyal-kenyal empuk. Kulihat Om Hendra memejamkan mata. Dadanya bergemuruh berdegup kencang seperti orang habis berlari kencang. kontolku makin kuat dipegangnya. Om menyorong tarik batang kontolku. Ketika aku menggosok dan meremas batang kontolnya, kurasakan kenikmatan tersendiri. Saat Om bilang, “Andi tolong gigit tetek Om. Tapi jangan keras-keras ya. Kayak mentil ajah” Aku menuruti dan kugigit tetek itu. Kenyal dan lembut terasa di mulutku. Aku ikuti apa yang disuruh Om.

Tidak lama setelah itu, Om menarik tanganku dan meletakkannya ke bawah perutnya. Om menyuruhku memainkan daging sebesar buah ketimun itu. Om menyuruhku menarik-narik daging kecil yang sudah agak keras itu. Tapi aku belum juga berani melihat ke bawah.
Om bilang, "Kalau nggak mau melihat, kamu boleh tutup mata."
Aku memainkan daging yang ukurannya cukup besar itu dengan tangan kiri. Sementara itu Om tetap menyodorkanya dadanya ke mulutku dan disuruhnya menghisap putingnya. Sedangkan tangan kananku dibawanya meremas kontolnya ya. Aku hanya mengikuti. Om pun meneruskan mengurut-urut dan mengocok-ngocok kontolku. Lama juga kami melakukan itu. Terasa nikmat bagiku.

Tiba-tiba aku mendengar Om Hendra menarik nafas dalam-dalam. Panjang sekali. Dia memeluk tubuhku. Ditekannya dadanya ke tubuhku. Aku lemas karena didekap kuat. Badannya tegang mengeras, seperti orang ngejan.
Dia melenguh seperti orang sakit kepala, "Uhh.. sstt..!" mulutnya mendesis seperti orang menahan rasa perihnya luka.
Disuruhnya aku menggosok daging kontolnya lebih cepat. Aku pun lebih cepat memainkan dan menggosoknya.

Aku mengangkat wajahku. Tapi ditekannya lagi ke dadanya lebih kuat. Digosok-gosokannya wajahku di dadanya. Aku rasa aku seperti mau lemas. Aku pun menghisap kuat puting dadanya. Tanganku sebelah lagi terus meremas kontolnya. Tidak lama setelah itu aku mendengar Om Hendra mengerang, dan akhirnya cruutt cruttt… kurasakan di genggaman tanganku, daging kontol itu berdenyut-denyut dan memuncrakan sesuatu cairan berwarna putih. Om melenguh seperti orang yang telah lega. Letih nampaknya.

Lalu dia mandi menyiramkan air ke tubuh indahnya. Kain untuk penutup badan yang tergeletak di lantai dibilas dan digantung di kamar mandi. Dia keluar memakai Handuk. Dia masuk duluan ke dalam kamar. Hanya memakai handuk saja. Aku masih di kamar mandi menyiram badan menghilangkan busa sabun. kontolku tegang dan merah karena digosok Om Hendra tadi. Setelah mandi terus melap badan dan masuk ke dalam kamar untuk mengenakan baju baru yang dibelikan Om tadi.

Ketika aku masuk dalam kamar, kulihat Om Hendra bersandar di dinding tempat tidur. Dia masih memakai handuk. Matanya terpejam. Seperti orang letih saja. Diam. Aku merasa takut juga. Boleh jadi perbuatanku tadi membuat Om Hendra tidak suka.
"Marahkah Dia..?" tanyaku dalam hati.
Aku pun naik ke atas tempat tidur, duduk dekatnya.
Kutanya, "Om marah ya..?"
Matanya membuka memandangiku. Dia tersenyum. Rambutnya wangi.
"Nggak." katanya.

Dirangkulnya aku menempel ke tubuhnya. Wajahku dekat ke lehernya. Diusapnya punggungku, seperti berbagi rasa sayang padaku. Hatiku sangat senang sekali.
Om Hendra bilang, "Luka Andi sudah baik..?"
Aku mengangguk dan balik bertanya, "Tadi kenapa Om seperti orang sakit?"
"Apa Om sakit..?"
Dia menggelengkan kepala, katanya, "Kalau tidak ada orang membantu Om seperti Andi perbuat tadi, kepala Om terasa sakit. Badan Om terasa lemas." katanya.

"Bolehkah Andi menolong Om?" kutanya.
Lalu dia menjawab, "Entahlah. Kalau Andi nggak cerita sama orang lain, Andi boleh nolong Om untuk nyembuhkan sakit kepala Om." katanya.
Kujawab, "Andi sumpah nggak cerita pada siapa pun Om. Andi sumpah. Betul..!"
"Benar ya Ndi..?" Om menatap wajahku.
Dia tersenyum seperti tidak percaya. Aku sangat kasihan melihat Om. Aku mengangguk.

Kemudian dia berkata, "Om mau minta tolong sama Andi untuk mijitin badan Om, boleh nggak? Capek sekali tadi," katanya.
Aku mengangguk. Om Hendra pun memposisikan badannya untuk telentang. Di punggungnya diletakkan bantal. Disuruhnya aku mengambil minyak yang dibeli tadi di pinggir ranjang dan duduk di sebelah kanannya. Dituangkannya di telapak tangannya. Aromanya wangi. Dia menyuruhku untuk menyingkap handuk di dadanya. Kubuka, terpampang dada bidang itu.

Dia menyuruhku memijat seperti di dalam kamar mandi tadi. Aku lakukan. Dia menyuruhku meremas-remas dan memainkan putingnya. Lama-kelamaan putingnya menjadi keras. Mata Om Hendra terpejam seperti orang tidur. Lama aku berbuat begitu. Aku hanya diam saja memperhatikan mimik wajah Om. Kemudian dia menyibakkan handukku. Dipegang-pegang dan diremas-remasnya kontolku, kemudian diurut-urutnya. Aku merasa nikmat. Aku merasakan kontolku tegang. Minyak itu melicinkan kontolku. Aku merasa kontolku makin tegang dan makin panjang. Kepalanya terasa mengembang.

Kemudian dia menyuruhku mengelus perutnya. Perutnya agak gemuk. Ouuh.., lembut dan kenyal. Dia menyuruhku memutar-mutar jari telunjuk kananku di pusarnya. Sedangkan tangan kiri meremas-remas dadanya. Kadang aku putar-putar puting payudaranya. Aku melakukannya agar Om Hendra sembuh dari sakit kepalanya. Lagian dia baik hati. Kami pun tinggal berdua saja. Kalau dia sakit, pada siapa kuminta tolong antar ke rumah sakit. Semua itu menjadi pikiran bagiku.

Setelah itu Om Hendra menyuruhku membuka handuknya lagi.
"Andi tolong urut paha Om, yaaa..!" lembut suaranya.
Waktu aku menyibakkan handuknya, aku melihat bulu hitam kontol Om Hendra. Uhh.., geramku. Tidak pernah aku melihat bulu kontol yang begitu lebat sebelumnya.

Aku melihat wajahnya. Dia melihat wajahku.
"Andi, pijitin paha Om, ya..?"
Lalu dia meneteskan minyak dalam botol tadi ke tanganku. Aku melihat paha Om putih dan mulus, bagus sekali. Betisnya padat, licin dan putih, seperti kapas. Aku pura-pura tidak batang kontol yang cukup besar itu. Batang kontol yang ditumbuhi bulu-bulu lebat di pangkalnya. Selain itu, bulu-bulu itu banyak di atas dan bawah perutnya, seperti jambang. Kuraba bulunya. Halus. Lembut.

Kemudian Om Hendra membuka pahanya. Aku malu untuk melihat.
Om pun berkata, "Andi lihatlah..! Punya Om lebih besar kan..?"
Aku diam saja, karena belum pernah melihat kelamin yang begitu besar. Kulihat wajahnya. Om meremas-remas kontolku. Aku merasa nikmat. Dia menyuruhku mengurut pangkal pahanya. Tangan Om Hendra mengurut-urut batang kontolku. Kadang-kadang diremasnya batang kontolku pelan-pelan. Enak sekali rasanya. Geli bila kena kepala kontolku di jarinya.

Kuberanikan untuk melihat dekat-dekat. Ku pegang batang kontol itu, kuperhatikan dengan seksama. Kok bentuknya berbeda dengan punyaku yah.
“Andi mainkan seperti tadi, ya... Nanti dia akan keras. Mainkan perlahan-lahan ya. Nanti akan berkurang sakit kepala Om. Andi lakukan lah yaaa..!" Om Hendra seperti minta tolong kepadaku.
Aku pun menuruti kemauan Om. Ada aroma lagi datang dari bawah kontol Om Hendra. Aku senang aromanya. Makin kumainkan kontol Om, makin kuat aromanya. Enak sekali. Sepertinya wangi sabun dan bau agak mentega bercampur menjadi satu. Ingin rasanya aku mencium lebih dekat ke kontol Om.

"Ada air liur keluar di bibirnya, Om." kataku.
Om menjawab, "Nggak apa-apa, Andi mainkanlah terus sampai Om puas." katanya lagi.
Aku melihat Om Hendra rilek saja. Matanya tertutup rapat. Nafasnya kencang. Tangannya memegang sprei ranjang dan diremas-remasnya.
"Sakit Om..?" kutanya dia.
Dia hanya menggelengkan kepala, "Nggaak..!" katanya pelan.
"Andi lakukan terus sampai Om bilang berhenti." katanya lagi.
Aku terus melakukannya.

Lama-lama kurasakan paha Om Hendra meregang. Betisnya mengeras. Jari kakinya juga meregang. Dia mengerang, "Uuhh.., hhhmm.., iss.. isshh..! Enaak Ndi..!" katanya, "Gosok dengan kencang Ndiii..!"
Aku pun mengikuti. Aku pun ingat waktu dulu. Ibu menyuruhku memijat kepalanya. Aku pun disuruh menggosok, tapi di dahinya. Ibu pun bilang enak juga. Tapi Om Hendra agak lain. Dia menyuruhku memainkan kepala kecil di dalam kontolnya. Ku dengar nafasnya makin kencang, kepalanya digelengkan ke kiri dan ke kanan.

Tidak berapa lama kulihat Om mengejang, dan akhirnya cruutt cruttt… kurasakan kejadian yang seperti tadi lagi. Batang kontol itu berdenyut-denyut dan memuncratkan sesuatu cairan berwarna putih. Banyak sekali, dan mengenai mukaku juga. Kemudian Om membuka matanya, dan senyum padaku. Aku pun tersenyum.
"Udah sembuh sakit kepala Om..?" kutanya.
Dia menjawab, "Belum seberapa hilangnya. Sekarang coba Andi telungkup di atas badan Om, bolehkan..?" katanya.
Aku pun bertanya, "Telungkupnya gimana Om..?" kataku.
Om Hendra pun memegang pinggulku. Ditariknya aku ke atas dadanya. Dia menanggalkan handukku. Aku pun telanjang sudah, dan aku telungkup, pinggulku di atas dadanya. Kepalaku tepat di atas kontolnya. Ahhk.., aroma kontolya enak sekali.

Om Hendra pun memegang kontolku yang sudah mulai tegang sedikit. Aku merasakan seperti dijilat. Seperti malam dulu, kubiarkan.

Setelah itu aku merasakan seperti dikulum kepala kontolku. Dimainkanya dengan lidah. Dan kurasakan kontolku seperti menyentuh bibir mulutnya. Kurasakan ujung kontolku seperti kena jilat di dalam mulutnya. Enak dan geli betul rasanya. Kurapatkan kakiku, tapi terhalang kepala Om. Aku terpaksa menahan rasa enak dan geli. Badanku meriang. Lama-kelamaan hanya rasa enak yang terasa. Aku merasa Om menjilat-jilat, habis itu rasanya kepala kontolku masuk ke dalam mulutnya. Habis semua batang kontolku. Kadang-kadang dikeluarkan kontolku, dijilat-jilatnya buah pelirku. Aku biarkan saja. Enak dan nikmatnya makin bertambah.

Kurasakan lidahnya mengulum kepala kontolku. Uhh.., gelinya bukan main. Kurasa kontolku semakin tegang. Aku mengerang menahan nikmat. Kudengar dia seperti menghisap kuat-kuat ujung kontolku. Crup.. cruppp.. bunyi air liurnya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Kutahan saja. Aku terasa mau keluarkan cairan seperti yang pernah aku alami. Aroma dari kontol Om Hendra masuk ke lubang hidungku sewaktu dia memeluk pinggulku. Aku terus hanya membaui kontolnya karena memang posisiku tidak memberiku ruang lebih.

Kemudian Om Hendra menyuruhku untuk menunggingkan pinggulku, berlutut di atas wajahnya. Aku pun menunggingkan pantatku dengan mengangkangkan pahaku tepat di atas wajahnya. Om pun membuka dan mengangkangkan pahanya lebar-lebar. kontolnya menonjol karena pantatnya dialasi dengan bantal. Om menyuruhku menghisap batang kontol itu.
Aku merasakan keanehan. Namun karena pernah aku lihat Om melakukan hal itu kepada kemalauanku, maka aku turuti saja perintah Om.

Aku menjilati kontol Om. Dan aku kulum batang kontol itu, walau tidak muat seluruhnya. Jadi hanya kukulum kepala kontol itu. Aku dan Om Hendra mengerang kenikmatan seperti orang sakit kepala. Aku mulai merasa melayang-layang. Keringatku mulai meleleh di tubuhku. Kujilat terus kontol Om sampai Om keluar peluh juga. Tiba-tiba Om Hendra menyuruhku bangun.

Setelah kembali ke kamar, Om menyuruhku untuk telentang. Dia naik ke atas dadaku. Aku di bawah. Aku diam saja. Aku tidak tahu apa yang mau Om lakukan. Kubiarkan saja karena Om lebih tahu apa yang akan dilakukannya. Om menyuruhku meremas-remas dadanya seperti tadi. Aku meremasnya. kontolku pun mulai mengeras. Dipegangnya batang kontolku. Dikocoknya seperti dalam kamar mandi tadi. Setelah keras, Om menyuruhku untuk memejamkan mata. Kurasakan perlahan-lahan diarahkan kepala kontolku entah kemana. Aku rasakan kepala kontolku akhirnya masuk dan terjepit oleh lubang. Kulihat kakai Om Hendra terangkat dan pinggulku ditekan Om Hendra, sehingga badanku maju dan menyentak hingga kontolku masuk seluruhnya dijepit lubang itu. Belakangan ku ketahui, kalau kontolku masuk ke lubang pantat Om.
Kemudian ditekan pelan-pelan batang kontolku ke lubang pantatnya. Kurasakan kontolku masuk ke dalam lubang pantatnya. Panas rasanya. Seperti kejepit. Ditekannya dalam-dalam. Kemudian Om Hendra berhenti. Dia menarik nafas panjang. Waktu berhenti aku merasakan kepala kontolku seperti kena urut dalam lubang pantat itu. Dikemut-kemut. Om Hendra merebahkan dadanya di wajahku. Aku sudah paham. Kupegang dadanya, keremas-remas sambil kukulum puting susunya.
"Oouuh.., Andi sudah pintar yaa..?" katanya, suaranya menggetar.

Aku terus menghisap. Terus kuraba-raba dadanya. Aku merasa gerah, badan Om Hendra pun sudah berkeringat. Aku terus meremas dadanya. Sesekali kudengar Om menarik nafas panjang. Bunyi nafasnya juga bertambah kencang. Nafasku pun begitu. Om menyuruhku memainkan kontolnya yang tegak teracung. Om membantu tanganku dengan membungkukkan badannya, sehingga tanganku lebih leluasa memainkan kontol yang cukup besar.

Setelah itu Om Hendra menggoyang pantatnya yang lebar itu. Ke atas dan ke bawah. Pelan-pelan saja. Aku merasakan ada sesuatu yang menjalar di batang kontolku. Om memutar-mutar lubang pantatnya dengan cara memutar-mutar pantatnya yang lebar itu di atas kontolku. Seperti orang mengaduk dodol. Dia goyang ke kiri dan ke kanan. Habis itu diangkat dan tekan pinggulnya. Aku rasakan nikmat tiada taranya.
Lalu Om merubah posisi, dengan menidurkan aku. Om berada di atas dan duduk di atas perutku. Kemudian kontolku di arahkan menancap masuk ke lubang pantatnya.
"Enak nggak Ndii..?" tanya Om Hendra.
Kujawab, "Hhhmm.." mataku tidak dapat kubuka, badanku terasa seperti melayang. Batang kontolku makin tegang dan keras. Aku pikir karena digenjot Om. Diusapnya pantatku. Lembut saja. Om Hendra memang pintar mengusik tempat yang membuatku melayang. Enak. Om Hendra terus menggenjot dan menggoyangkan pantatnya ke atas ke bawah, kadang memutar. Sesekali dirapatkannya wajahnya ke wajahku. Diciumnya mulutku. Kubuka mulutku. Dihisap lidahku. Seperti orang berciuman di TV. Aku pun membalas. Kuhisap lidahnya seperti yang diajarkannya tadi.

Om Hendra seperti bertengger di atas kontolku. Sedikit demi sedikit batang kontolku terpacak keras, terbenam masuk ke dalam lubang pantatnya. Dia menggenjot dari atas. Aku tahan di bawah. Dia memelukku kuat-kuat, sehingga membuatku susah untuk bernafas. Kami seperti beradu tenaga. Memang Om Hendra mudah memasukkan batang kontolku, sebab lubang pantatnya sudah dilumuri hand body. kontolku rasanya licin bila disorong tarik di dalam lubang pantatnya.

"Aahhgg..!" Om Hendra merengek setiap kali dia bergoyang.
"Enaaak Nddiii..!" katanya padaku.
Aku mulai meriang. Tenggorokanku kering. Ada rasa seperti kesemutan di tenggorokanku saat Om menggenjot pantatnya. Kutusuk dan hentakkan kontolku ke dalam lubang pantat Om. Semakin cepat dia genjot, semakin sering dia merengek, "Eh eh es eh eh ess..!"
Sambil menggenjot dari atas, tanganku mengusap-usap dadanya. Putingnya kuputar-putar. Kadang kuangkat kepalaku agar dapat aku menghisap puting payudaranya. Sambil tanganku yang satunya sibuk memainkan batang kontol Om Hendra yang tegak teracung keras.

Puas bermain tanganku di putingnya. Begitu seterusnya sehingga puting susu Om menjadi tegang dan keras.
Mulutnya melenguh, "Uh uh uh..!"
Om Hendra membiarkanku untuk berbuat sesuka hati terhadap batang kontolnya. Semakin kuremas dia semakin melenguh dia. Kuat. Enjotannya pun makin kuat dan cepat. Hisapan lubang pantat Om Hendra memang kuat, lama-lama aku seperti mau kencing. Aku tidak bisa rasanya menahan keluarnya cairan itu.
Aku memberitahu Om, "Om, Andi seperti mau kencing niih..!"
Om Hendra menjawab, "Nggak apa-apa, kencing aja dalam lubang kontol Om."

Terus Om menggenjot lebih cepat, lagi dan lebih. Lama-lama aku sudah tidak tahan lagi. Melihatku makin tidak tahan, Om Hendra memeluk bahuku. Maka terpancutlah kencingku, aku memekik, "Om.. Andi udah mau.. keluaarr.., aahhk..!"
Aku sudah nggak tahan. Om Hendra pun menekan habis pantatnya dan menggenjot, angkat, enjot, angkat, enjot. Cepat. Lebih sering. Tenggorokannya pun mengeluarkan bunyi dari dalam.
"Arrrgg.., Andi.., Aarrgghh..!"

"Andi dah keluar Om." kataku sambil memeluk pinggang Om erat-erat.
Kupeluk seperti itu agar kontolku terbenam lebih dalam ke dalam lubang pantat Om. Wajah Om kelihatan berkerut. Aku tidak tahu, apakah sakit kepalanya kambuh lagi. Pelan-pelan dia tekan pinggulku karena mau mencabut kontolku yang tertanam dalam lubang pantatnya. Om Hendra masih memelukku. Lubang pantat Om masih belum mau melepaskan kontolku. Entah berapa kali aku pancutkan ke dalam lubang pantat Om. Aku rasa kencingku banyak. Kencingku memancut tidak putus-putus. Pekat rasanya.
Aku melihat biji mata Om Hendra terbeliak bila aku kencing dalam lubang pantat Om. Hangat pancutan air kencingku itu dapat kurasakan mengalir di buah pelirku. Mungkin di dalam lubang pantat Om sudah penuh dengan air kencingku tadi.

Selang berapa saat tangan Om menepis tangaku dari genggaman ke batang kontolnya. Sambil pantatnya terus menggenjot, Om Hendra mengocok kontolnya terus menerus sambil menyuruh kedua tanganku memelintir kedua putting susu Om Hendra. Dan akhirnya “Aaarrhhhh…Andi, Aku keluarrrrrrrrrrrrrrrrrrr” Cruttt crutttt cruttt… kurasakan semburan air dari kontol Om Hendra yang membasahi dada dan perutku. Banyak sekali.

Aku diam saja. Om Hendra juga terdiam. Seperti bisu. Dia memelukku. Keringat Om mengalir di dahinya. Aroma keringatnya wangi-wangi amis. Ketiaknya menempel di hidungku. Batang kontolku terasa mulai kendur. Berangsur-angsur menjadi kecil. Lama Om Hendra membiarkan kontolku di dalam lubang kontolnya.

Waktu itu perasaanku sangat bangga, karena aku berhasil menolong mengobati sakit kepala Om Hendra. Lubang pantat Om memang enak menjadi tempat kencingku. Memang pintar dia membuatku mengeluarkan cairan dari kontolku. Enak banget.
Liang pantat Om pun sangat kuat mengemut dan mencengkeram batang kontolku. Kemutannya saja dapat membuatku melayang lupa diri. Kuharap dia senang hati, karena aku menolongnya menyembuhkan sakit kepalanya. Aku tidak menyangka, anak lelaki sepertiku bisa memuncratkan cairan di dalam liang pantat sesama lelaki. Nikmat pula. Aahhh..!

3 komentar:

Budi Purnomo mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Budi Purnomo mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Postnya bagus! Kunbal!

http://daddy-only.blogspot.com
ribuan videos dan gambar,
# List Videos Grandpa vs Grandpa (506)
# Kumpulan Foto-Foto Daddy dan Grandpa
# List Videos Daddy vs Daddy (511)
# List Videos Bapak Indonesia Gay (89)
# List Video Older/Mature Men (133)
# List Videos Bear Gay (241)
# List Videos Grandpa vs Daddy (341)
# List Videos Japan/Asian Daddy (302)
# List Videos Public Toilet Grandpa (46)
# List Videos Masturbate Bapak/Grandpa (156)
# List Videos Bapak dan Grandpa Lokal (66)

ribuan videos dan ribuan gambar telah diuppload, download tidak perlu melewati iklan.
Streaming untuk Smartphone dan PC,

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.