Selasa, 31 Januari 2012

Lawatan Bisnis Saudara Serumpun

"Rozlan" katanya sembari menjabat tanganku ketika kami bertemu di terminal kedatangan internasional Bandara Soekarno-Hatta, sebetulnya dia tak perlu lagi menyatakan namanya karena aku telah memegang lembaran kertas yang bertuliskan namanya dengan besar. Dia datang untuk urusan bisnis di Jakarta dan aku ditugaskan untuk menjemputnya di bandara.

"Masih ada bagasikah encik?" tanyaku padanya, dia sedikit mengerenyitkan kening, agaknya berusaha menterjemahkan pertanyaanku padanya
"Do you have another bagages, or just this one?" terpaksa aku menegaskan pertanyaanku dalam bahasa Inggris agar dia dapat lebih faham. Dia tersenyum sambil menggeleng,

"Just this one", kamipun berjalan menuju perlataran parkir. Ya itulah ironi dua bangsa serumpun namun oleh karena perbedaan masa lalu membuat komunikasi terpaksa dilakukan dalam bahasa asing, padahal sebanarnya bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia berasal dari akar bahasa yang sama yaitu bahasa Melayu, tapi itulah kenyataan yang ada.

"Kita langsung ke kantor atau ke hotel terlebih dahulu?"
"Saye tak faham ape kate encik?" katanya
"Straight to the office or to the hotel at first"
"Oh... kantor itu office iye?, saye rase agaknye baiklah kite ke office saje, after that barulah berehat ke hotel"
"OK, Gus kita kekantor dulu setelah urusannya selesai dikantor baru ke hotel Mulia mengantarkan pak Rozlan" aku berkata pada Agus supir kantor yang ditugaskan untuk menemani tamu dari Malaysia selama lawatannya di Indonesia Jalanan siang hari itu sangat macet, dimana mana antrian kendaraan panjang bersusun merayap bagaikan ular panjang.

Rozlan mengeluh melihat traffic jam di Jakarta, tapi apa mau dikata inilah Jakarta, nikmati saja kemacetan lalu lintas alihkan fikiran ke hal hal lain yang menyenangkan. Aku memandang Rozlan, tubuhnya cukup berotot untuk ukuran orang Asia, sawo matang, dengan bekas cukuran menghijau disekitar mulut dan dagunya, rambut hitam ikal tersisir rapi, alis mata tebal, mata besar bulat hitam, hidung bangir mancung, agaknya ada campuran darah India mengalir disana, ya sedikit tidak adalah mirip Shah Rukh Khan melayu. Memakai baju putih lengan panjang berdasi bercorak bunga merah dan celana biru tua, tidak memakai kaos dalam sehingga bulu dadanya membayang dibalik bajunya yang agak transparan. Tubuhnya wangi parfum mahal menggelitik indera penciumanku. Dia masih saja gelisah, exited, melihat ruwetnya lalu lintas di Jakarta dan sesekali ikut latah seolah olah mengijak rem dan menghela nafas panjang, pheew..

"Take it easy, Rozlan, just closed your eyes and relax, tak berapa lama lagi kita akan tiba di kantor" kataku untuk menenangkan dia, dan dia kembali tersenyum untuk kemudian berusaha menutup matanya menyandarkan kepalanya dan hening, hanya suara alunan lagu dari radio terdengar sesekali ditingkahi dengan deru suara mobil. Seharian penuh berurusan bisnis di kantor dan barulah selesai ketika menjelang magrib, dan aku bersama Agus mengantarkan Rozlan ke hotel Mulia.

Sepanjang jalan dia banyak bertanya mengenai Jakarta dan Indonesia, aku berusaha pula menjelaskannya terkadang harus pula diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan kami semakin akrab karena memang dia tipe yang cepat menyesuaikan diri. Reservasi di hotel, antar ke kamar dan

"Awak boleh tunggu kejab di bilek, kite makan malam same same, i'll treat you" tawaran Rozlan
"Wah, saya tak ada pakaian ganti nih, lagipula seharian belum mandi"
"Tak payah lah, salin ke T shirt saye nie, maseh baru, beli di airport KL tadi"

Rozlan memberiku kaos oblong biru tua bertuliskan Malaysia masih dalam bungkus plastik Tanpa sedikitpun merasa canggung akan kehadiranku di kamarnya Rozlan membuka pakaiannya, bersiap siap untuk mandi, hmm... tubuhnya ketat berotot dengan bulu dada menghiasi tonjolan otot dadanya sampai ke perutnya, pentil susunya item gede melenting, dan otot perutnya bolehlah... rata berotot menunjukkan dia seorang lelaki yang menjaga bentuk fisiknya.

Kini celananya pula yang dilepaskan, tinggal celana dalam jockstrap membungkus tonjolan kontol dan buah pelernya yang gede, pahanya berotot berbulu mirip rajangan daun tembakau sampai ke betisnya dan dia beranjak ke kamar mandi, setelah sebelumnya mata kami bertatapan tersungging senyuman dibibirnya dan serr... apakah dia, akh... terlintas dibenakku melihat gelagatnya yang bagiku sudah tidak asing lagi sebagai seorang homo sejati pecinta kontol tulen. Baiklah, anda menjual saya membeli... aku membuka bajuku bertelanjang dada duduk di kursi yang ada didalam kamar tersebut sambil melihat channel TV, menunggu giliran untuk mandi. Suara air mengalir mengisi bath tub di kamar mandi, dan sejurus kemudian suara flushing WC dan

"Boleh tolong saye ambilkan alat shaving tu" suara Rozlan memintaku mengambilkan peralatan cukurnya yang tertinggal diatas kopernya dan aku beranjak memenuhi permintaannya ke kamar mandi dan pintu terbuka tampaklah Rozlan telanjang bulat dengan kontol setengah ngaceng berbulu lebat dengan biji peler yang besar tergantung, menarik tanganku yang terjulur memegang peralatan cukurnya ikut masuk kedalam kamar mandi tersebut.

Mulutku dicipoknya dengan rakus, French kiss, dadaku diusap usap dan pentilku dipilinnya dengan keras dan kontolnya bergesekan dengan tanganku minta digenggam, groping. Sreet... celanaku lepas melorot kekaki, kontolku keluar karena aku memang tidak memakai celana dalam, no underwear lah, segera pula diremas oleh Rozlan dengan gemas... oh yes, suck me dry... sshh, aahh... dia kini menjilat mengemut dan menelan kontolku yang tegak ngaceng dengan penuh kenikmatan, jarinya menyelusup di celah pantatku yang mulai merojok masuk membuka lobang pantatku, satu jari, dua jari dan tiga jari tangannya keluar masuk memperlebar bukaan cincin lobang pantatku.

Tanganku mengucek kucek rambutnya yang ikal sembari membantu gerakan kepalanya maju mundur menelan kejantananku yang semakin tegang keras basah berlumuran air liur Rozlan. Dengan sebelah kakiku bertumpu pada pinggiran bath tub, kini kontol Rozlan yang gede panjang item berkilat dengan kepala kontol merekah merah keunguan aku tuntun kearah lobang pantatku yang sudah terkuak lebar, dia memeluk erat tubuhku dari belakang sehingga bulu dadanya menggelitik punggungku, desahan nafasnya memburu mendengus dibelakang telingaku sembali lidahnya menjulur menjilat belakang telingaku, kudukku, ih merinding deh. Telefon berdering, aku angkat telefon paralel di kamar mandi

"Pak, jadi nggak tamunya keluar makan malam?" suara Agus diseberang sana
"Hnnggh... ahh... hnngg... loe naik aja Gus, kamar 808" telefon aku tutup, merintih sambil tersenyum membayangkan bila Agus datang, tentunya permainan akan semakin seru. Sopir kantor yang satu ini memang luar biasa, mesin seks sejati, sex machine, masih muda kekar perkasa bekas atlit binaraga, bodybuilder, tidak pilih bulu memek atau kontol, lobang pantat atau lobang mulut, semua sapu rata dan yang lebih penting lagi daya tahannya itu... sanggup menggenjot kontolnya semalam suntuk bila dapat lawan yang seimbang.

Aku sering sekali menikmati sodokan kontol Agus baik dikantor pada jam istirahat apalagi bila mendapat tugas keluar kota... alamak, hancur lebur peranakanku dibuatnya. Rozlan sudah menyemburkan pejuhnya ketika Agus berdiri telanjang bulat didepan kami, lobang pantat Rozlan dijilatnya, rimming, sementara aku menjilat membersihkan sisa pejuh yang masih menempel dikepala kontol, batang kontol dan biji peler Rozlan, dia menggelinjang menggeliat terengah engah akibat jilatan kami berdua.

Sesaat kemudian Agus menggendong tubuh Rozlan yang basah berkilat bercucuran keringat, kedua kaki Rozlan melingkari pinggang Agus lobang pantatnya dientot kontol Agus yang gede panjang berurat keliling batang kontol menggelembung menghijau dibawa ke tempat tidur dan bagaikan macan lapar tubuh Rozlan bagaikan dicabik Agus dijilat digigit dicupang bolak balik Agus diatas Rozlan dibawah Agus dibawah Rozlan diatas dengan kontol masih tetap tertancap kokoh dilobang pantat Rozlan. Aku kini ikut menyodokkan kontolku yang masih tegang keras belum kesampaian muncrat bareng dengan kontol Agus kedalam lobang pantat Rozlan, double penetration. Rozlan berteriak antara kesakitan den keenakan

"Oh... yesssh, yes, fuck me... fuck me harder, arrggh, oh shit, fuck meeeeee.. arrggh" setengah melolong Rozlan meracau tubuhnya rebah diatas tubuh Agus yang bidang berotot sambil mengisap pentil Agus sementara aku memeluk Rozlan dari belakang menghunjamkan kontolku kelobang pantatnya... arrgghh.

Rozlan kembali muncrat, pejuhnya berhamburan diperut Agus dan lobang pantatnya kembang kempis mengempot memeras kontol kami berdua, dan kontol Agus yang gede itu ikut pula berdenyut denyut didalam lobang pantat Rozlan bergesekan dengan batang kontolku dan kami berduapun menggigil bergetar sekujur tubuh ikut muncrat, crrooth... crrootth... mengelepar gelepar persis kaya ikan naik kedarat, kontolku hangat licin terasa didalam lobang pantat Rozlan berlumuran pejuhku dan pejuh Agus yang terkenal banyak dan kental itu...ambruk, tiga tubuh lelaki basah kuyup berkeringat menjadi satu, terengah engah mengerang mendesis melenguh puas.

Malam itu kami tak jadi keluar untuk makan malam, Rozlan memesan makan malam dari room service untuk kami bertiga dan selanjutnya malam itu kami habiskan dengan mereguk kenikmatan syahwat yang menggelegak membuncah membara, sampai seluruh tenaga terkuras habis lemas tak berdaya, arrggh.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.