Senin, 28 November 2011

Terjerumus Godaan

Kalau ada usaha untuk berbuat baik, kenapa mesti dilecehkan? Kadang memang tidak bisa konsisten soal kepatuhan untuk tidak berbuat dosa, karena para syetan pengganggunya lebih canggih dalam hal menggoda. Begitulah, ada teman yang berkomentar mengejek terhadap apa yang kuceritakan. Tapi tidak begitu dengan Ran.

Kemarin Ran cerita kalau koleksi barang pornonya sudah dihibahkan kepada teman-teman kampusnya. Aku ucapkan selamat padanya.

"Ini langkah yang baik, Ran," tulisku pada HP dalam format SMS." Semoga Tuhan membantu kita untuk selalu melangkah ke arah yang lebih baik." Begitu balasku pada berita yang disampaikannya. Ada sedikit rasa haru karena dia mau menanggapi positif terhadap usulku.

Konsep presentasiku diterima. Selanjutnya aku mesti tindak lanjuti dengan pembuatan aplikasi dalam berbagai media. Aku mesti buat beberapa contoh iklan untuk berbagai media. Untuk proyek ini, akulah yang ditunjuk Bu Poppy sebagai pimpro-nya. Proyek dengan nilai hampir 400 juta ini memang jadi alat uji untuk diriku.

Rapat yang kuadakan dua hari lalu, dapat respon yang baik. Teman-temanku di bagian produksi sangat banyak dukungannya, terutama Bang Jay sang fotografer. Informasi yang diberikannya sangat mendukung kelancaran proyek ini. Agensi model, ilustrator serta dubber yang potensial untuk iklan radio kudapat alamat dari Bang Jay, cowok macho yang tampilannya sedikit urakan.

Terus terang saja, aku lebih cocok kerja sama Bang Jay, dibanding dengan teman-teman lain dalam satu tim, seperti Rina dan Sisy. Rina dan Sisy kurasakan sangat cerewet dan terlalu kaku. Tapi sudahlah, mungkin ini soal selera saja. Kedekatan aku dengan Bang Jay, memang jadi omongan, tapi aku membela karena ini hubungan kerja saja. Aku suka Bang Jay karena selera artistiknya cocok denganku.

Konsepku untuk iklan produk perawatan kecantikan kulit wanita, semacam bedak lulur itu diterima oleh klien. Aku ingin menunjukkan kualitas produk dilihat dari sudut pandang cowok, dan menonjolkan cowok sebagai modelnya.

Agak berat dan aku mulanya tidak begitu yakin, tapi pihak klien sebagi pemilik setuju dan data survey memang menunjukkan bahwa apa yang dilakukan cewek sesungguhnya untuk cowok. Karena itu aku perkuat 'rekomendasi' produk konsumsi cewek oleh cowok. Dan ini ide memang tidak orisinil sekali, karena produk bedak pemutih yang sudah ada juga menggunakan cowok sebagai model pendamping.

Hari ini aku, Bang Jay, Rina dan Sisy sedang sibuk memilih foto model cowok, yang mesti kami bawa ke rapat lusa. Kami sedang berada di kantor agen model. Ada lima album foto yang kami bolak-balik. Kami memang sudah langsung menyeleksi tampang cowok yang berusia sekitar dua puluhan yang diperkirakan cocok dengan konsep kami. Akhirnya menjelang siang, kami dapatkan 20 cowok yang kami bawa ke Bu Poppy untuk memilih 5 sampai 8 cowok model untuk dipanggil audisi.

Jadwal kami memang padat. Besok mesti periksa contoh storyboard, setelah kemarin aku menyerahkan deskripsi-semacam skenario- film iklan yang akan kami buat. Sedangkan lusa kami mesti produksi iklan radio dalam berbagai versi.

Sudah seminggu ini aku tidak pulang ke tempat kostku. Aku nginap di aparteman yang di sewa Bu Poppy khusus untuk proyek ini. Maklumlah ini proyek mesti selasai untuk mengejar jadwal peluncuran yang akan dilakukan bulan depan. Sebagian peralatan kantor memang kami boyong ke sini. Dan aku ditemani Jay setiap harinya. Rina dan Sisy ikut kerja lembur ketika pembuatan deskripsi untuk keseluruhan materi rencana iklan kami. Rencananya ntar malam mereka mau pulang, dan tidak menginap di sini.

Baru aku sadari sesungguhnya Jay memang cowok yang menarik. Cuma aku belum singgung soal kehidupan seksualnya. Dengan umur tigapuluhan, aku memang tidak tahu banyak kenapa dia masih sendiri, alias belum nikah sampai sekarang. Pada saatnya mungkin dia mau cerita.

Sore hari kami dapatkan 8 model cowok yang akan diundang untuk datang audisi di aparteman ini. Soal undangan tanggung jawab agensi. Rina sudah mengirimkan fax daftar model pilihan kami. Belum begitu malam, Rina, Sisy dan Bu Poppy sudah pulang, dan besok akan datang lagi untuk acara audisi. Wuh, bakal seru. Membayangkan para cowok yang akan datang besok saja, membuat kepalaku berdenyut. Fantasiku melayang entah kemana.

Aku merapikan meja makan yang digunakan untuk rapat tadi. Masih ada sisa makanan yang kemudian aku kumpulkan jadi satu dan menyimpannya ke kulkas. Berkas yang ada kukumpulkan jadi satu. Sesungguhnya pekerjaan ini melelahkan, tapi karena aku menyukainya, rasa capek tidak begitu dirasa. Kerja serabutan memang, tidak ada bagian kerja khusus. Pokoknya, kalau bisa dikerjakan atau ditangani sendiri, ya sudah, dikerjakan saja. Proyek besar dengan tim kecil, memang menguntungkan.

Deg! Jantungku kembali berdebar. Ketika masuk kamar mandi, akan kencing, kulihat Bang Jay sudah di dalam sedang mandi. Aku tidak dengar suara air showernya karena dimatikan dan dia sedang menyabuni seluruh tubuhnya. Jay sedang membelakangi pintu. Keindahan tubuh lelaki, punggung yang bidang, pinggul yang padat dan pantat yang tidak begitu besar menahanku tetap di pintu untuk terus menyaksikannya. Entah bagaimana dia memelihara tubuh tetap indah seperti itu.

Kontolku bereaksi. Mestinya aku tutup pintu dan keluar, namun entah kenapa, aku tetap saja di pintu memeperhatikannya menyabuni keseluruhan tubuhnya. Syetan yang terkutuk telah menguasai diriku. Tubuhnya sudah berbusa dan paling banyak busanya di daerah pantatnya. Telapak tangannya meratakan sabun keseluruhan tubuhnya dengan gerakan seperti menari. Ketika dia menyabuni kakinya, dapat kulihat busa yang lebih banyak lagi di sekitar kontolnya. Dia sedang masturbasi! Kuusahakan untuk tidak menimbulkan suara, agar apa yang kulakukan tidak diketahuinya. Kamar mandi yang agak luas ini, memungkinkan aku bebas memperhatikannya. Jarakku dengan ruang shower sekitar tiga meter.

Kembali kulihat tangan kanannya bergerak-gerak, mengocok kontolnya sedangkan tangan kirinya merapat di pantatnya, ke pangkal anusnya. Aku hanya dapat melihat jari jempol dan kelingkingnya yang melebar. Gerakan tangan kirinya itu membuat jantungku memompa darah sampai ke kepala. Dia sedang menusuk anusnya dengan jari tengahnya sedang tangan kanannya mengocok barangnya. Aku baru sekali melihat hal begini. Dia sodomi dirinya dengan jarinya sendiri!

Aku dengar suara penuh nafsu dari mulut Bang Jay. Pinggulnya bergerak kiri kanan, memutar pelan, kadang kakinya tertekuk dan badannya terbungkuk karena tak sanggup menahan rangsangan yang dilakukannya. Kepalanya mendongak ke atas, mencari udara karena susah untuk bernafas.

Akhirnya Bang Jay membungkukkan badannya lagi. Kedua tangannya masih tetap bergerak di anus dan kontolnya. Malah makin kencang. Tubuhnya mengejang, bahunya bergerak cepat dan pantatnya mengencang. Dia ejakulasi. Spermanya tumpah ke lantai ruang shower, sebagian menyemprot ke dinding. Dia seperti sedang menguras habis spermanya dengan kembali mengocok kencang kontolnya yang sudah penuh busa sabun. Ah.. Aku gosok dari luar kontolku yang sangat tegang, sedikit meremasnya. Kembali meremasnya, rasa mau kencing jadi tertahan.

Aku perhatikan dia membuka keran shower yang mengguyur seluruh tubuhnya. Dapat kembali kulihat keseluruhan tubuh yang mengkilat itu. Dia membalikkan tubuhnya agar air dapat menyiram daerah punggung. Busa sabun sudah larut oleh siraman air. Tubuh yang tidak begitu putih tapi bersih dapat kulihat bebas..

Dadanya yang padat dengan sedikit bulu di situ, perutnya yang tidak begitu rata, tapi lumayanlah, tidak jelek amat dapat kulihat bebas.

"Yadi, mau mandi juga ya?" tanyanya. Dia tidak begitu kaget. Terus saja dia mengelus seluruh tubuhnya agar air dapat membilas bekas sabun. Apa dia tahu sejak tadi aku perhatikan?

Aku sedikit gugup ketangkap basah sedang memperhatikannya seperti ini. Kontolnya sudah menjuntai walau tetap bengkak mengucurkan air dari atas tubuhnya. Ukurannya itu yang membuat aku betah memperhatikannya. Nyaris melebihi setengah pahanya. Dan ketika dia menyentuh kontolnya dan menggerakkannya ke atas, juga hampir menyentuh pusarnya. Bulu kelaminnya yang lebat itu kuyup kena air yang menutupi sebagian batang kontolnya. Helm kontolnya masih kelihatan memerah dan sangat besar kukira. Aku menelan liurku karena terasa kerongkonganku jadi kering.

"Hei, ditanyain kok malah diam saja?," tanya Bang Jay mengagetkanku. Kukatupkan bibirku yang sejak tadi terbuka karena takjub.
"Maaf, tadi kupikir tidak ada orang. Aku masuk saja, mau kencing.." kataku. Suaraku seperti susah untuk diucapkan.
"Silahkan. Sama laki-laki nggak apa-apa kok.." katanya sambil meretakan air yang jatuh di tubuhnya. Aku lihat bulu ketiaknya ketika dia mengangkat kedua tangannya untuk menyapu air yang di rambut dan wajahnya.

Aku melangkah masuk, mendekati kloset dan mengeluarkan kontolku. Kontolku yang sedang tegang itu jadi perhatian Bang Jay.

"Lagi terangsang ya..?" katanya tersenyum. Bang Jay telah menyelesaikan mandinya. Dia mematikan keran shower dan mengambil handuk yang tergantung dekat situ.

Aku tersenyum saja, tanpa komentar. Jantungku masih berdebar walau tidak sekencang tadi. Lama aku berdiri sambil menunggu kontolku sedikit melemas untuk dapat kencing. Akhirnya aku membungkukkan tubuhku agar kontolku yang tegang ini dapat menyalurkan kencingnya. Lega..

Bang Jay sudah keluar ruangan sambil melilitkan handuk ke pinggangnya, keluar kamar mandi dan masuk kamarnya. Kutarik nafas panjang dan menghembuskannya. Kuulangi beberapa kali sampai otak dan jantungkku kembali normal. Aku jadi ingat Ran ketika menunggui dan melihat aku kencing, tidak seperti Bang Jay. Bang Jay melihat kontolku sekilas saja.

Kuputuskan untuk juga mandi. Aku menuju pintu dan menguncinya. Aku buka seluruh pakaian ditubuhku. Aku dapat lihat pantulan tubuhku di kaca lebar di dekat washtafel. Kembali aku terangsang oleh tubuhku sendiri. Kupermainkan kontolku dan mengelus tubuhku sambil menggoyangkan tubuhku seperti menari. Aku nikmati bayangan itu, sampai akhirnya aku hentikan. Jangan sampai berlanjut mencapai klimaks.

Aku melangkah ke temapt mandi. Ingin aku melakukan seperti apa yang kulihat Bang Jay lakukan. Kubuka keran shower yang langsung mengguyur tubuhku. Kukurangi air panasnya. Kubiarkan air mengguyur kepalaku, sedang tanganku mempermainkan kontolku yang tegang. Jantungku kembali bekerja kencang karena rangsangan yang kulakukan.

Kemudian aku mundur menjauhi pancuran air. Kuambil sabun dan mulai menyabuni perutku, kemudian di sekitar kontolku kemudian kembali ke dada, dan kembali kuremas kontolku yang sudah licin. Kontolku yang sudah mengeras seperti kayu membuat tangan licinku bergerak maju mundur dan memberi sensasi luar biasa. Kemudian aku meratakan sabun keseluruh tubuhku, menggosoknya sehingga menimbulkan busa.. Suara air yang jatuh dilantai memberi irama tersendiri mengiringi apa yang kulakukan.

Tangan kiriku mulai memberi rangsangan di sekitar anusku yang sepertinya merekah. Kucoba masukkan jari tengahku dengan pelan, lewat belakang, sampai batas kuku.. Kemudian masuk lagi sampai ruas kedua. Kulakukan dengan pelan. Tangan kananku meremas dada kiriku. Permainkan putingnya. Jariku yang msuk ke anus terasa dijepit. Nikmat yang aneh, yang tak pernah kurasakan. Aku kembali masukkan jariku dan menariknya keluar, seperti Bang Jay lakukan tadi. Terus aku lakukan beberapa kali.

Aku tak sadari, jariku sudah masuk sampai pangkalnya dan tekanan jari telunjuk dan jari tengah di pantatku membuat aku terasa terbang. Tangan kananku membiarkan kontolku mengacung sendiri. Kuraba dada dan bahuku. Syarafku sudah menegang ke seluruh tubuh. Aku jadi kesulitan bernafas dan kerongkongan terasa kering Ah..

Kucoba jari telunjuk dan jari tengahku masuk anusku dari depan dengan sedikit menunduk.. Ah.. Ada rasa sakit. Kamu sudah tidak perawan lagi, Yadi! Otakku protes. Tapi jariku berusaha untuk masuk.. Pelan.. Dapat kurasakan otot kontolku di dalam berdenyut kencang.


Begini ya rasanya disodomi, kata hatiku. Lobang anusku terasa panas. Ada protes dari tubuhku, anusku jadi mengecil dan susah untuk dimasuki. Jangan kau sakiti diri, Yadi! otakku kembali berteriak. Itu daerah saluran untuk 'keluar', jangan di masuki. Bisa jadi penyakit!

Aku tarik nafas dalam. Terdiam sebentar, kemudian tanganku kutarik, dan aku mendekat ke arah jatuhnya air shower yang tadi aku jauhi. Meluruhkan seluruh busa sabun yang tadi menempel di kulit tubuhku. Dan meluruhkan nafsuku untuk menyelesaikan masturbasi ini. Jangan lakukan, Yadi! kata hatiku memberontak. Aku membalik, membelakangi pancuran air yang menyirami punggungku. Tubuhku terasa panas oleh nafsu yang tertahan.

Aku hentikan mandiku, kemudian mengeringkan badan dengan handuk yang terletak dekat meja washtafel. Setelah badanku kering, kugantung handuk yang sudah kupakai di gantungannya. Kukenakan pakaianku yang tadi kupakai. Menyisir rambutku dengan jari sekedarnya kemudian ke luar.

Kulihat Bang Jay sudah rapi dengan celana pendek dan kaos oblongnya. Dia sedang merapikan berkas dan foto-foto model yang masih berantakan di ruang tamu yang belum sempat aku bereskan karena keburu mau kencing tadi. Aku mendekatinya dan ikut membantunya membereskan semuanya.

Kami harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk besok. Aku berusaha membuyarkan ingatanku akan Bang Jay yang sedang mandi yang selalu membayangi pikiranku. Setelah semua terasa sudah rapi, aku menuju ke komputer. Sedang Bang Jay menyalakan TV. Aku cetak formulir daftar hadir dan data diri untuk para model besok.

Kami makan malam dengan nasi bungkus yang dipesan lewat telepon. Sebelum jam sepuluh malam, aku pamit untuk tidur duluan. Aku pesankan pada Bang Jay untuk menelpon room boy agar besok bersih-bersih ruangan lebih pagi.

Tengah malam aku terbangun. Agak meraba aku keluar kamar, karena kamarku gelap. Ruang tamu yang menyatu dengan dapur juga gelap. Ada cahaya dari layar komputer yang menerangi ruangan. Pelan aku melangkah memperhatikan siapa yang sedang main komputer. Rupanya Bang Jay!

Dia sedang menonton slide foto dari komputer. Suara ac terasa terdengar keras di malam ini. Jam berapa sekarang? Jam dekat TV tak dapat kuperhatikan jelas karena gelap. Dari pantulan cahaya komputer di depannya dapat kulihat Bang Jay yang sedang mempermainkan kontolnya. Wah.. Tiada waktu tanpa masturbasi dia.

Ingin aku mendekatinya. Tapi kutahan, aku mau lihat apa yang dilakukannya selanjutnya. Rupanya slide foto porno hardcore, ada yang pasangan cowok-cewek dan pasangan gay, cowok-cowok dan cewek-cewek. Aku yang tadi ngantuk, sekarang jadi terjaga lagi melihat apa yang disaksikannya. Sebagian aku pernah lihat gambar-gambar itu dari internet. Mungkin Bang Jay mengcopynya dari internet.

Lama aku perhatikan Bang Jay. Aku berharap dia melakukan hal yang lebih seperti yang aku lihat tadi sore waktu mandi. Huh, ide maksiatku timbul lagi. Aku kembali mengulangi kesalahan dengan tetap menyaksikan yang tidak seharusnya aku lihat. Tubuhku juga kembali protes karena tetap ingin kencing. Kantung kencingku sudah mau dikurangi isinya. Akhirnya aku masuk kamar mandi yang langsung pantulan cahayanya menerangi ruangan sekitar.

Setelah kencing aku keluar dan melihat Bang Jay masih asyik di depan komputer.

"Belum tidur, bang?" tanyaku mendekatinya.
Dia menoleh ke arahku."Belum," jawabnya malas.
"Bagus banget koleksinya," kataku ikut menonton dengan menarik kursi makan dan duduk disampingnya. Pelan-pelan aku mulai terangsang lagi.
"Suka juga ya?" tanyanya sambil menarik bawah kaosnya menutupi bagian kontolnya yang sedang tegang.

Tadi sore dia bebas telanjang ketika terlihat olehku, sekarang kok malah ditutupi? tanya hatiku.

"Untuk memacu adrenalin, Yadi. Aku suka begini kalau sedang banyak kerjaan. Rasanya kreatifitas kita menjadi gampang," katanya menjelaskan.

Akupun katakan padanya kalau suka begitu, dulu waktu kuliah. Untuk bersemangat belajar, aku suka menyelingi dengan nonton bf bersama teman-teman. Tapi cara itu sering tidak efektif, karena memacu juga nafsu birahi. Jadi semangat belajarnya sering kalah dengan nafsu birahi.

Kutahan diri untuk tidak membahas yang berbau porno lagi. Untuk menjaga agar tidak berbuat maksiat lebih jauh. Akhirnya kuputuskan untuk kembali tidur, meninggalkan Bang Jay yang masih asyik di depan komputer. Sebelum terlelap aku masih mempermainkan kontolku sambil otakku memmbayangkan foto-foto di komputer tadi.

*****

Ketika mandi, kembali aku mengulangi apa yang Bang Jay lakukan. Aku mandi di shower sambil masturbasi dengan sabun. Getaran rangsangan begitu menyentak di kepalaku. Tapi aku tidak mencoba untuk merangsang anusku lagi. Aku berusaha agar air tidak menyiram bagian kontolku yang bersabun.

Kujepit pangkal kontol dengan lingkaran jari jempol dan telunjuk dan menariknya ke arah kepala kontolku. Kulakukan beberapa kali kegiatan seperti memerah susu sapi itu. Bergantian dengan tangan kanan dan kiri. Aku hentikan tanganku ketika pintu terbuka dan aku kaget ketika Ran masuk sambil tersenyum. Dia kembali menutup pintu kamar mandi.

"Aku mau lihat kau mandi. Kata Bang Jay aku boleh masuk." kata Ran langsung mendekatiku di bawah pancuran. Pakaiannya jadi basah.

Aku tidak sempat berkomentar apa-apa. Kami berpelukan dan berciuman seperti yang pernah kami lakukan. Sekarang malah lebih mudah karena kami berdiri saling berhadapan di bawah siraman air mancur. Lama kami lakukan di bawah pancuran air ini. Saling melumat. Kadang menjalar ke telingaku, pipi turun ke leher. Naik lagi ke bibirku. Deru nafas kami saling berpacu. Aku juga balik menelusuri wajahnya dengan ciumanku. Ada air yang ikut terhirup. Tangannya menyelusuri punggungku, turun ke pinggang terus naik lagi ke bahu. Kulitku terasa licin karena sabun masih ada menempel. Sedangkan tanganku menyelusuri tubuhnya yang berbalut kaos yang sudah sangat basah menempel di kulit tubuhnya.

Barangku menekan barangnya yang dibalik celana jeansnya yang basah. Aku berusaha menekan kontolku ke kontolnya, menggosoknya ke kiri kanan. Tanganku masuk ke kaos oblongnya sehingga sebagian perutnya terbuka. Kupeluk dia. Kemudian kurasakan tangannya meremas barangku, dan mengocoknya. Syarafku rasanya menusuk ke ubun-ubunku. Kemudian dengan pelan dia jongkok sambil menciumi dada, perutku dan lngasung mencaplok kontolku ah.. Dia mengulum kontolku. Kubiarkan dia melakukannya. Aku memang suka apa yang dilakukannya.

Dia memutar kepalanya, maju mundur memilin batang kontolku dengan jepitan bibirnya. Kupegang kepalanya untuk mengontrol gerakannya. Tapi dia memang lebih tahu, kurasakan kepala kontolku sudah masuk ke kerongkongannya. Tekanan pangkal lidahnya membuat aku menggelinjang keenakan.

Air yang mengguyur tubuh kami tidak membuat kami kedinginan. Malah Ran makin bernafsu ketika kontolku berdenyut kencang dan akhirnya aku menyemprotkan spermaku. Tumpah banyak sekali di dalam mulutnya dan sebagian keluar dari samping bibirnya. Ran menelan sperma yang di mulutnya. Tanganku masih memegang kepalanya, membuat gerakan maju mundur.

Ketika Ran telah mencabut kontolku dari mulutnya, aku meraba.. Dan aku baru sadar aku bermimpi! Celanaku basah sampai tembus mengenai selimut dan alas kasur ketika kuperiksa dengan merabanya.

Yah, gawat! Cepat kubangun dan menyalakan lampu kamar. Kulihat celanaku basah seperti habis ngompol. Segera kuambil kaos oblong kotorku di kantong pakaian kotor untuk membersihkan selimut dan alas kasur. Setelah cairan itu terasa sudah tidak kelihatan, kukembalikan kaosku ke kantong plastik, aku keluar kamar. Pintu kamar Bang Jay tertutup. Dia masih tidur. Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kuputuskan untuk langsung mandi. Aku nggak tahu jam berapa sekarang. Tapi cairan sperma yang menempel di pangkal pahaku sangat mengganggu juga di perut bagian bawah. Sebagian menempel di bulu di bagian pangkal batangku yang agak susah dibersihkan. Ah, kok jadi begini sih.. Ini gara-gara aku tidak bisa menahan dari untuk tidak melihat hal yang merangsang tadi sore.

Aku mencuci rambutku dengan shampo yang membuat segar kepalaku. Terlalu banyak hal yang porno kusaksikan, membuat aku bermimpi tentang yang porno. Malah sampai 'mimpi basah'. Kusikat gigiku agak lama juga lidahku dan bibirku. Aku suka menyikat bibir karena efeknya ke tampilan bibir kayaknya lebih baik.

Setelah mandi dan mengeringkan badan, kulilitkan handuk kepinggangku dan keluar sambil membawa pakaian kotorku. Kalau saja Bang Jay tahu..

Pintu kamar Bang Jay masih tertutup. Aku nggak tahu jam berapa dia tidur semalam. Aku masuk kamar dan mengambil pakaianku di lemari. Di HP kulihat sudah jam setengah enam. Tidak terlalu siang untuk bangun, pikirku. Kemudian aku berpakaian. Kemeja dan celana jeans.

Keluar kamar aku menuju dapur, masak air. Kubuka jendela dan membiarkan cahaya pagi menerangi ruangan. Perut laparku kuganjal dengan pizza dingin dari kulkas, sisa dua hari yang lalu, sambil nonton siaran berita pagi di TV. Pizza dingin ini masih enak saja. Cuma rotinya keras. Karena lapar saja 'kali ya?

Room boy masuk minta izin untuk membersihkan ruangan. Dua anak muda yang baik-baik itu dengan cekatan membersihkan seluruh ruangan. Ada keinginan untuk menggoda mereka dengan memperlihatkan slide foto porno yang semalam dilihat Bang Jay di komputer. Tapi dipihak lain, otakku melarangnya. Aku bangun dari sofa dan tetap saja aku menyalakan komputer kemudian membuka file document. Pesawat TV sudah kumatikan dengan remote.

Pura-pura aku menikmati gambar-gambar yang tampil di layar monitor. Kulihat salah satu room boy mencuri pandang untuk melihat juga sambil mengepel. Tapi bisa tahan diri juga dia rupanya untuk tidak ikut bergabung dengan ku untuk melihat gambar maksiat ini. Mereka selesaikan kerja bersih ruangan ini tidak begitu lama.

Aroma ruangan sekarang sudah segar karena cairan pel. Dua anak muda itu sudah menyelesaikan pekerjaannya dan menuju ke arahku. Aku mesti paraf pada form yang diajukannya.

"Kok cowok sama cowok?" komentar salah satu room boy itu ketika layar monitor memperlihatkan dua cowok sedang bermesraan.
"Wah, penyakit itu, mah. Itu yang bikin aids.." komentarnya lagi.

Aku tertawa saja. Temannya yang satu lagi, yang kulihat lebih muda, diam saja sambil senyum-senyum.

"Kalau masih mau lihat yang lain, boleh kok," kataku menawarkan.

Aku coba mengklik lagi untuk mengganti gambar. Kembali gambar cowok. Mereka menggelengkan kepala, dan mengatakan tidak mau karena masih banyak pekerjaan. Kemudian mereka pamit dengan membawa sampah bekas dari apartemanku. Peralatan kebersihan mereka lumayan lengkap dan termasuk canggih. Setelah kedua room boy itu keluar, aku matikan lagi komputer. Godaanmu tidak berhasil, Yadi! kata hatiku.

Jam sudah hampir jam tujuh ketika Rina dan Sisy telepon untuk minta bantuan membawakan bawaannya dari lobby aparteman. Makanan untuk acara audisi. Ada enam karton makanan dan satu dus minuman kaleng. Belum lagi piring dan satu kantong besar berisi permen dan kacang.

Banyak juga makanannya. Kata Rina lebih baik berlebih dari pada kurang nantinya. Walau yang diundang cuma delapan orang, bisa saja yang datang lebih dari itu. Siapa tahu ada yang mengantar.. Seperti mau pesta saja! Bang Jay belum bangun. Aku bantu Rina dan Sisy merapikan semuanya. Aku persiapkan meja tambahan untuk pendaftaran, dan menempelkan kertas di pintu luar yang bertuliskan: Audisi Model Iklan.

Acara audisi akan dimulai sekitar jam setengah sembilan, sedangkan undangan kami minta ditulis jam delapan. Terlalu pagi memang. Jam delapan kurang Bu Poppy datang. Kemudian disusul kedatangan dari pihak agensi diwakili oleh Bu Sandra dan dari klien oleh Bu Ayu. Ada lima wanita telah berkumpul.

Bang Jay baru rapi keluar dari kamar mandi. Memberi salam kepada kami yang dari tadi sudah siap. Dia memeriksa peralatan fotografinya dan handycam yang semalam sudah disiapkannya. Dia konfirmasi ulang untuk posisi berdiri para model yang akan di audisi dan ibu-ibu yang akan memberi penilaian. Bang Jay memintaku untuk berdiri di depan lemari pajang untuk mencoba posisi arah handycamnya yang terpasang pakai kaki.

"Sudah ada modelnya ya?" gurau Bu Ayu ketika aku dishooting Bang Jay dengan handycamnya.
"Iya, bu. Boleh ikutan nggak?" tanyaku membalas gurauannya. Kami tertawa. Dari namanyanya Bu Ayu memang sangat ayu, dengan usianya kukira sekitar tiga puluhan. Dari sorot matanya, aku rasa dia suka cowok muda.

Satu persatu para model datang. Ini akan jadi acara audisi yang sulit setelah melihat para model tersebut. Penampilan mereka memenuhi syarat semua dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Setelah data diri yang telah diisi para model itu terkumpul, Bu Poppy membuka acara dengan menyampaikan pengantar dan memperkenalkan semua yang hadir. Kemudian Bu Ayu menjelaskan masalah produk yang akan diiklankan dan tampilan iklan seperti apa yang diinginkan perusahaannya. Aku dan Bang Jay berdiri saja mendengarkan penjelasan itu, sedang para model duduk di kursi makan yang telah kami persiapkan.

Kemudian acara dimulai. Sisy yang mengatur para model yang akan maju. Aku memperhatikan posisi kamera handycam apakah sudah benar arahnya. Giliran pertama namanya Didi. Cowok atletis yang tampilannya seperti pemain sepak bola dari Itali. Sesuai dengan pengarahan tadi, para model tampil telanjang dada. Didi membuka kaos oblong di depan para ibu muda itu. Ketiaknya tidak ada bulunya karena sudah dicukur. Tampangnya kelihatan sangat manis sebagai cowok.

Kulihat Bu Ayu senyum-senyum dengan Bu Poppy. Dia mungkin nafsu melihat bulu halus di dada dan di bawah pusarnya. Bang Jay memotret dari depan dan samping sambil Didi terus diajukan pertanyaan soal diri dan pengalamannya.

Para model maju bergantian dengan bertelanjang dada untuk diajukan pertanyaan dan difoto oleh Bang Jay. Handycam tetap merekam semua kegiatan itu. Dari semuanya, aku suka Bima. Wajahnya ganteng sekali dengan badan yang tidak begitu berotot tapi masih tetap atletis. Herman juga bagus, cuma tato dilengan kirinya agak mengganggu. Kalau dia yang terpilih, mesti ditutup dulu tatonya pada saat pengambilan gambar.

Mungkin karena spermaku suda tumpah semalam lewat rangsangan mimpi, jadi aku aman karena kontolku tidak begitu tegang-tegang amat melihat cowok-cowok model yang boleh jadi juga sangat merangsang para ibu. Kulihat para ibu duduk dengan menyilangkan kakinya ketika acara pertanyaan diajukan kepada para model cowok yang setengah telanjang di depan mereka. Acara siang itu terasa cepat, padahal masing-masing model telah tampil kurang lebih 15 menit. Menjelang siang acara audisi selesai.

Setelah Rina membagikan honor kehadiran kepada mereka, para cowok itupun pulang. Tinggal kami merapatkan memutuskan tiga cowok yang pantas sebagai finalis. Melalui diskusi yang lumayan menyenangkan, masing-masing memberikan pendapatnya tentang alasan pilihannya, kami memutuskan Bima, Hari dan Veri yang masuk final. Berikutnya mereka akan dipanggil lagi untuk dihadapkan kepada tim klien untuk memilih satu orang.

Kami akhiri rapat audisi siang itu dengan makan siang keluar aparteman, ke restoran sea food di sekitar Mangga Dua. Bang Jay tidak ikut, tinggal aku sendiri laki-laki diantara lima wanita. Hmm.. Aku ikut mobil Bu Ayu sedangkan Rina dan Sisy bersama Bu Poppy. Bu Sandra menyusul karena mau ke kantor dulu katanya.

Aku yang nyetir mobil Bu Sandra. Dia memang agresif juga, ketika di dalam mobil, dia membuka blazernya dan memperlihatkan yang indah miliknya. Dadanya yang masih kencang itu terlihat membayang di balik blousnya yang tipis.

Kami ngobrol soal program kerja pemasarannya. Dia menjanjikan akan memberi order iklan produknya yang lain. Dia bercerita dengan semangat. Tangannya yang dari tadi bergerak sambil cerita dengan pelan sampai ke pahaku. Mobil jalan berlahan karena macet di jalan Gunung Sahari. Kubiarkan apa yang dilakukannya. Pelan kontolku menegang juga dan dia tahu itu yang mengundangnya untuk menyentuhnya. Darahku sampai kekepala ketika jari-jari Bu Ayu meremas kontolku dari luar celana. Ada rasa was-was ketahuan apa yang dilakukannya, terutama oleh penumpang mobil di depan karena kaca mobil yang di depan tidak gelap, tidak seperti kaca yang disamping dan belakang.

Aku mesti menjaga sikap, walau Bu Ayu yang memulai. Aku diam saja ketika tangannya mulai menarik resteling celanaku dan menyelusupkan telapak tangannya di gundukan kontolku dibalik celana dalam. Apakah ini bagian dari servis perusahaanku sebagai biro iklan agar proyek ini kami dapatkan? Bu Ayu sebagai manager pemasaran di perusahaannya apakah harus diservis olehku?

Otakku mulai bertanya-tanya sambil menikmati rangsangan dari Bu Ayu. Karena hampir sampai, aku merapikan kembali celanaku yang terbuka dengan tangan kiriku. Untung kami tidak sulit mencari lokasi parkir. Siang ini agak mendung, mungkin nanti malam akan hujan.

Aku dan Bu Ayu menuju pintu restoran. Bu Poppy, Rina dan Sisy sudah menunggu. Aku diberi tahu kalau Bu Sandra minta maaf kalau tidak dapat ikut makan siang bareng. Dia sedang ada tamu. Akhirnya kami makan siang dengan ikan bakar, udang bakar, cumi saos kecap dan lalapan. Aku makan siang lumayan mengenyangkan.

Di meja makan, entah karena pengaruh makanan atau teringat rangsangan Bu Ayu tadi dalam perjalanan, kontolku jadi menegang. Kenyang-kenyang begini kok malah ngaceng sih? Kami ngobrol macam-macam hal sambil menikmati air kelapa muda yang segar sekali.

Setelah makan siang, Bu Poppy, Rina dan Sisy pamit mau ke kantor dulu dan aku diminta untuk mengantarkan Bu Ayu. Wah aku dijadikan umpan nih! Dalam perjalanan, Bang Jay telepon bahwa dia sudah berangkat ke tempat Mas Narto, ilustrator kami untuk urusan story board.

"Wah, saya mengganggu jadwal kerja Dik Yadi nih. Jadi merepotkan," kata Bu Ayu setelah kuberitahu acaraku hari ini setelah makan siang.
"Nggak apa kok, bu. Dan lagi Bang Jay sudah mewakilkan," kataku.
"Sekarang kita ke aparteman dulu ya?" tanyaku memastikan.
"Iya dong. Tas saya kan masih tertinggal di situ dan beberapa file mesti saya bawa untuk rapat besok," katanya. Suaranya itu menggoda. Tangannya tidak begitu liar seperti tadi waktu berangkat.

Bu Ayu turun di lobby aparteman, sedangkan aku memarkir mobil. Untung tempat parkir yang tadi ditinggal belum terisi. Lokasi parkir yang pas, karena dekat pintu ke aparteman kamarku di lantai 8 dan pintu keluar parkir. Bu Ayu sudah menunggu di pintu kamar ketika aku masuk ke koridor aparteman. Dia tidak memakai blazernya.

"Tidak menunggu lama kan?" kataku sambil membuka pintu, dengan menggesekkan kartu kunci. Aku dan Bang Jay punya masing-masing kunci.
"Lumayan," suara Bu Ayu terdengar serak di telingaku. Kemudiam dia berdehem melancarkan kerongkongannya.

Kupersilahkan Bu Ayu masuk setelah pintu terbuka. Aku sempat kaget ketika Bu Ayu mendorong tubuhku mengakibatkan pintu tertutup oleh tubuhku. Bu Ayu melumatkan bibirnya ke bibirku dengan menarik leherku merendah. Tubuhnya yang lebih rendah dariku membuat dia sedikit jinjit.

Degan liar dia menciumiku. Lidahnya masuk ke rongga mulutku mencari lidahku. Dengan sedikit kesadaran yang kumiliki, kartu kuletakkan pada tempatnya. Ac dan lampu mulai nyala. Ruangan belum dirapikan. Ruang makan dan ruang tamu masih berantakan. Perlu dirapikan oleh room boy.

Tanganku menuju pantatnya. Meremas pelan di situ dan mulai menaikkan roknya. Aku selipkan jariku di belahan pantatnya. Menyentuh daerah paling sensitifnya. Dia menarik keluar kemejaku dari celana dan tangannya pun menyelusup ke celanaku dari atas pinggang.

Pintar banget dia. Telapak tanganya sudah meremas kontolku. Rasanya kontolku mati rasa akibat makanan laut tadi. Kami masih di pintu dengan nafas saling menggebu. Kontolku sudah mau keluar saja dari celana. Apalagi tangan Bu Ayu sudah masuk, membuat celanaku makin sempit. Aku rasanya seperti diperkosa. Aku putar kunci pintu dan kupeluk dia sambil berjalan menuju kamarku. Kalau mau terjadi, terjadilah. Batinku.

Di kamar, Bu Ayu terduduk di pinggir di tempat tidur dan mulai membuka celanaku dan aku pun membuka kemejaku. Kubiarkan diriku telanjang di depannya. Blousnya kubuka dengan menariknya ke atas. Tinggallah dia hanyak mengenakan rok dan beha yang transparan berenda.

Kembali aku menciuminya. Lehernya, kupingnya kemudian turun ke dada. Aku sudah kesetanan melayaninya. Tanganku beraksi di punggungnya dan dengan sekali sentak, kaitan behanya terbuka. Kumainkan lidahku di puting susunya sambil tanganku membuka sepatu dan melorotkan celana yang masih menyangkut di kaki. Aku turun ke perutnya mempermainkan bibir dan lidahku di sana. Wangi tubuhnya membuat aku makin bernafsu. Tanganku sudah membuka kaos kakiku. Ac yang ada di kamarku ini tak sanggup menghentikan keringat kami yang mulai mengalir.

Tangannya memegang leherku, menekannya turun ke arah vaginanya. Aroma khasnya mulai terasa ketika celananya kuturunkan dan mengeluarkan satu kakinya dari celananya. Makin membuatku bernafsu. Kumainkan bibirku di paha dalamnya sebelum aku melumat bibir vaginanya.

Dengus nafasnya memang tidak dapat tertahankan ketika lidahku menuju belahan kelaminnya. Aku seperti sedang kehausan dengan terus menjilat cairan yang ada. Kontolku dari tadi sudah tegang dan aku tidak rasakan apa-apa walau Bu Ayu meremasnya. Rasanya seperti sepotong kayu yang menempel ke tubuhku.

Aku mengangkat tubuhku, dan kembali menindih tubuh Bu Ayu. Aku kembali menciumi wajahnya, dan pinggulku bergerak, kubiarkan kontolku masuk sendiri tanpa bimbingan tanganku ke vaginanya. Pelan kerasakan kontolku masuk, ada denyut kecil mulai kurasakan di kontolku. Aku menekannya sampai kepangkal kontolku.

Bu Ayu memelukku makin erat. Nafasnya mulai memacu sambil pinggulnya bergerak mengikuti gerakanku. Kakinya memeluk pinggangku kadang ditekuknya sampai punggungku. Tubuhnya melengkung seperti udang.

Tubuhku sedikit melengkung untuk mencapai posisi nyaman. Tapi tidak lama, karena Bu Ayu membalikkan tubuhku dan kembali naik ke tubuhku. Kembali dia menusukkan kontolku yang tercabut ketika membalik tadi. Ah.. Baru aku rasakan otot pangkal kontolku berderak seperti mau patah. Bu Ayu tetap menggerakkan pinggulnya pelan dan menekannya ke bawah. Dilakukannya berulang-ulang yang menimbulkan suara decak dari vaginanya yang sangat basah. Kontolku rasanya mati rasa dan Bu Ayu akhirnya mencapai klimaksnya.

Ada cairan yang mengalir ke pelirku, sampai ke kasur di pantatku.

"Semprotkan saja, Dik Yadi," katanya disela nafasnya. "Aku mau rasakan spermanya.."

Aku tersenyum. Aku tidak rasakan rangsangan di kontolku. Bagaimana aku akan ejakulasi? Tanganku memegang pinggulnya untuk mengarahkan geraknya. Tetap aku tak bisa keluarkan spermaku. Malah Bu Ayu mencapai klimaksnya lagi, tubuhnya makin mengejang dan puting susunya mengeras kencang. Bibir vaginanya kurasakan sangat tebal dan panas.

Ini keherananku. Waktu dengan Ran aku begitu gampang akan orgasme, walau kutahan. Tapi sekarang tanpa ditahan, untuk orgasme saja susah. Kutarik nafas dalam. Bu Ayu mencabut kontolku dari vaginanya dan coba mengocok kontolku dengan tangannya berlumurkan cairan vaginanya. Menaikkan dan menurunkan dengan remasan jarinya yang kecil, kontolku masih tetap tegang tanpa ada rasa rangsangan. Kembali aku tarik nafas dalam dengan panjang dan menghembuskannya pelan. Kuulangi lagi.

Akhirnya aku selesaikan permainanku dengan Bu Ayu tanpa aku orgasme. Kami berpelukan beberapa saat, sambil menenangkan diri. Zinah yang kami lakukan siang ini membuat otakku protes berat. Perasaanku jadi kacau. Demi pekerjaan yang diberikannya, aku mau melayani nafsu Bu Ayu. Apakah aku sudah jadi gigolo sekarang?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.