Sabtu, 26 November 2011

Sesi Fotografi

Harry sedang asyik bekerja di ruang gelapnya ketika tiba-tiba terdengar dering telephone. Diangkatnya telephone tersebut. Ternyata dari rekannya sesama fotografer, Agung, yang entah mengapa sering disapa dengan sebutan HL. Selain berprofesi sama, mereka berdua juga menjadi dekat karena sama-sama merupakan cowok gay. Hanya saja kedekatan mereka tidak berkembang ke arah yang lebih intim karena kebetulan keduanya sama-sama 'top'. Mereka sering saling menghubungi terutama untuk bertukar informasi soal cowok. Kebetulan selera mereka berdua sama: cowok cute bertubuh ramping dan mulus (tidak terlalu berotot). Sudah beberapa kali mereka berdua meniduri cowok-cowok model mereka.

"Hello, Harry di sini."
"Hi Har! It's me."
"Hi what's up Man?"
"Good! Listen, kamu masih ingat cowok imut yang dua akhir pekan lalu kita lihat di mall? Yang duduk sendirian di cafe?"
"Sure! Ada apa dengan dia?"
"Dia ada di studioku saat ini. Aku bertemu dengannya lagi kemarin sore, hanya saja aku lupa memberitahumu. Aku berhasil membujuknya untuk menjadi modelku. Believe it or not, aku tidak perlu terlalu meyakinkannya, dia tampak antusias dengan tawaranku menjadi modelnya. Aku tidak heran if he turns out to be.."
"Jangan terlalu yakin Man! Bisa jadi dia adalah intel yang menyamar yang justru sedang berusaha menjeratmu. Anyway, better be careful than sorry! Dia juga belum tentu seperti dugaanmu."
"Don't worry, I know what must be done. I won't make the first move. Tapi aku yakin aku tidak salah. Aku mempercayai naluri gayku dan selama ini naluriku belum pernah menyesatkanku. Lagipula jika cowok secute dia straight, mungkin sudah saatnya kita pensiun dari dunia kita. Ya sudahlah, aku cuma mau memberitahu dirimu soal ini. Oh, ya, namanya Gideon, by the way."
"OK, have fun with him! Talk to you later," ujar Harry menyudahi pembicaraan tersebut.

HL menyiapkan peralatan fotografinya segera setelah pembicaraan lewat telephone tersebut usai. Sementara itu di ruang sebelah Gideon sedang memilih-milih kostum yang tersedia.

"Kostum mana yang harus kukenakan?" gumamnya pada diri sendiri.
"Aku tidak boleh salah memilih kostum atau aku akan memberi kesan bahwa aku mudah didapat."
"Are you ready?" terdengar suara HL berseru dari ruang sebelah.
"Just a minute!" balas Gideon.
"Hmm.. Bagaimana dengan football shirt warna kuning itu? Dan celana pendek warna putih ini? Sporty look, hope he likes it."

Sebelum melanjutkan cerita ada baiknya kita mengetahui bagaimana rupa tokoh-tokoh kita. Gideon bertubuh sedang, tidak begitu tinggi, namun kelihatan fit, ini mungkin disebabkan kegemarannya berolah tubuh. Kulitnya putih dan licin, hampir tak ada bulu yang tumbuh di tubuhnya. Sebaliknya HL bertubuh tinggi besar. Kulitnya yang gelap ditambah cambang yang tumbuh di wajahnya membuat penampilannya macho namun menimbulkan kesan garang pada yang memandangnya. Dia senang mengenakan pakaian ketat yang dapat menonjolkan lekuk-lekuk kejantanannya.

Gideon keluar dari kamar mengenakan kostum yang dipilihnya. Jantungnya berdegup keras memikirkan bahwa dia hanya berdua dengan HL di ruangan itu. Dia menyadari bahwa setiap saat, sesuatu yang erotik dapat terjadi antara dirinya dengan fotografer macho di hadapannya. HL sendiri dalam hati mengagumi penampilan Gideon yang fit sekaligus cute. Tidak ada kesan feminin dalam diri Gideon walaupun wajahnya imut.

"Bisa kita mulai sekarang sesi pemotretan kita? Anda sudah pernah menjadi model sebelumnya?" tanya HL.
"Belum, tapi saya sudah lama menanti tawaran seperti ini jadi saya bersedia mempelajari hal-hal baru dan siap jika nanti diminta berpose yang sulit," jawab Gideon.
"Kalau begitu kita mulai sekarang. Relax saja, jika anda tegang hasilnya tidak akan maksimal. Coba pose anda yang paling relax," HL memberi pengarahan.

Mereka berdua asyik bekerja. HL terus memberikan pengarahan sementara Gideon berusaha mengikuti petunjuk yang diberikan HL. Setelah beberapa kali pengambilan, HL menyuruh Gideon menanggalkan pakaiannya. Agar terlihat lebih seksi, begitulah alasan yang diberikan HL. Gideon menurut meskipun perasaannya agak jengah harus bertelanjang dada di hadapan cowok semacho HL yang menarik hatinya.

Pengambilan gambar kembali berjalan. Kali ini justru lebih lancar karena Gideon sudah merasa lebih relax daripada sebelumnya. Pose-pose sulit yang diminta oleh HL dapat dilakukannya. HL juga lebih bersemangat melakukan pemotretan. Dia menikmati ke'fit'an tubuh Gideon yang dipertontonkan kepadanya. Pose demi pose diambilnya sambil otaknya terus berputar mencari jalan agar dapat melakukan pendekatan lebih jauh pada Gideon agar dapat bermain cinta dengannya. Dia memang sudah bertekad meniduri Gideon apa pun resikonya.

Setelah beberapa saat HL meminta Gideon menanggalkan juga celana pendeknya. Dia meminta Gideon berpose telanjang. Gideon tentu saja tertegun mendengar permintaan ini, namun karena sudah menduganya (dan memang sedikit mengharapkannya), dia pasrah saja menuruti permintaan sang fotografer.

Gideon berdiri telanjang di hadapan HL. Dia berusaha tetap bersikap relax. Tidak ditutup-tutupinya penisnya yang tergantung setengah tegak di tempatnya. HL sendiri juga tidak menunjukkan perubahan sikap. Dia terus mengambil gambar Gideon.

"Ya bagus, tetap pada posisi seperti itu!" kata HL seraya mengacungkan jempolnya memuji pose yang dipilih Gideon.

Gideon berganti pose. Kali ini dia menonjolkan pantatnya. HL kembali memberikan pujian atas pose tersebut (dan atas pantatnya, namun dilakukannya dalam hati). Lama kelamaan HL menjadi tergiur oleh pose-pose yang diberikan oleh Gideon. Tubuhnya berkeringat menahan gejolak birahi dalam dirinya. Ada tonjolan besar menyembul dari balik celana jinsnya yang ketat. Akhirnya dia mengambil tindakan.

"Bagaimana jika saya oleskan baby oil pada tubuh anda agar pose anda terlihat lebih menarik lagi?" tanya HL. Saat itu Gideon menyadari sesuatu yang erotik akan segera terjadi.
"Silakan!" Gideon memberi izin kepada HL.

HL mengambil baby oil dan mendekati Gideon. Dituangkannya baby oil itu ke telapak tangannya dan mulai menggosok dan memijit tubuh cowok tersebut. Gideon diam saja, menikmati sentuhan-sentuhan yang diberikan HL. Sesaat kemudian, entah siapa yang memulai, Gideon dan HL tampak asyik berciuman, berpagutan bibir. Mereka saling menjulurkan lidah ke dalam mulut masing-masing. Mereka berciuman mencurahkan perasaan masing-masing. HL melepas kaus putih yang membalut ketat tubuhnya. Dalam keadaan bertelanjang dada dengan bulu-bulu yang tumbuh di dadanya, HL tampak sangat gagah dan perkasa di mata Gideon.

Mereka meneruskan bermesraan. HL memeluk pinggang Gideon dari belakang, bibirnya menciumi bagian belakang telinga, leher, punggung, dan bahu Gideon. Gideon memejamkan matanya menikmati perlakuan tersebut. Cambang HL yang menyentuh kulitnya yang telanjang menggelitik dan menimbulkan sensasi yang nikmat. Dilingkarkannya tangannya pada leher HL. Dia menengadahkan kepalanya. HL kembali menciumi bibirnya.

Gideon membalikkan tubuhnya. Kini mereka saling berhadapan dan tetap berciuman. Tangan HL mengelus kedua bongkahan pantat Gideon. Mereka berdua sama-sama menikmati ciuman tersebut. Gideon menikmati ciuman tersebut karena inilah kali pertama seorang pria (dan pria yang tampan) mendekatinya secara seksual. HL menikmatinya karena memang sudah mengincar Gideon sejak pertama melihatnya.

"Hmm.. Bibirmu memang nikmat untuk dicium, Sayang," bisik HL.
"Dan ciumanmu sungguh seksi," balas Gideon.

Gideon mendorong tubuh HL sampai terduduk di kursi. Kini giliran dia memeluk HL dari belakang. Diremas-remasnya dadanya yang keras berisi. Bibirnya mendaratkan ciuman pada leher dan punggung HL. Sesekali dipilinnya tetek HL. HL mengerang setiap kali Gideon melakukan hal ini.

HL menyenderkan tubuhnya ke belakang dan tangannya memeluk leher Gideon. Sepasang ketiaknya yang berbulu lebat, selebat cambangnya, terbuka lebar. Mata homo Gideon terbelalak menyaksikan pemandangan yang sedemikian indah. Timbul hasratnya untuk menciumi dan menjilati sepasang ketiak itu. Mula-mula ditariknya bulu-bulu ketiak HL. Kemudian dia berbisik di telinga HL..

"Sayang, boleh ya aku mengerjain ketiakmu?"
"Anything you like, Honey," jawab HL.

Mendapat lampu hijau dari HL, Gideon segera bertindak. Dibenamkannya wajahnya pada lipatan ketiak HL. Keringatnya yang beraroma jantan dan tajam menusuk hidung Gideon hingga membuatnya mabuk kepayang. Lidah Gideon menyapu membasahi lipatan ketiak HL. Digigit-gigitnya bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana bagaikan domba yang merumput. HL melenguh hebat.

"Goddamn it! You really know what you're doing," erang HL mengerang menahan rasa nikmat yang merayapi tubuhnya.

Puas menggarap ketiak HL, Gideon beralih mengerjai kedua teteknya yang mencuat tegang. Dihisapnya kuat-kuat puting HL yang berbulu bergantian kiri dan kanan. Lidahnya memulas-mulas sambil sesekali menggigit kecil tetek HL.

"Oww Baby! Suck my nip (nipple = tetek), suck it hard!" HL kembali mengerang.

Gideon mengisap tetek HL sampai cukup lama. Ketika dia selesai, tetek HL membengkak dan berwarna kemerahan. HL merasa agak sakit ketika Gideon memilinnya, namun kenikmatan yang diterimanya membuat rasa sakitnya tertahankan. Mereka kembali berciuman.

"Now for a real treat." ujar HL sambil melepaskan ikat pinggangnya.
Diperosotkannya sedikit celananya sehingga kontolnya yang sudah menegang itu tersembul keluar. Gideon terpesona menyaksikan kontol cowok macho di hadapannya itu: besar, panjang, berotot dan kepala kontolnya yang bersunat itu berkilat-kilat. Pangkalnya rimbun oleh bulu-bulu keriting yang tumbuh lebat. Kontol HL, seperti pemiliknya, terlihat gagah dan berwibawa.

Sudah berapa cowok yang keperawanannya dijebol oleh kontol itu? Apakah aku akan menambah deretan jumlah cowok yang diperawani oleh kontol itu?, batin Gideon.

"Berlutut!" perintah HL tiba-tiba dengan garang.

Bagai tersihir, Gideon berlutut di hadapan HL mendengar perintahnya. HL menggenggam batang kontolnya dan memukul-mukulkannya ke wajah Gideon. Gideon menjulurkan lidahnya untuk menjilati kepala dan batang kontol HL. Ditelusurinya lubang di ujung kepala kontol itu. Precum mengalir keluar dari lubang tersebut hingga menimbulkan rasa asin di lidah Gideon. Gideon terus menjilati kontol itu sampai ke pangkalnya. Sama seperti yang dilakukannya terhadap bulu ketiak HL, digigitinya pula bulu-bulu keriting yang tumbuh di pangkal kontol HL. Diusap-usapkannya kedua pipinya pada batang kontol itu.

"Buka mulut!" terdengar perintah HL lagi.

Gideon tak mempunyai pilihan selain menuruti perintah HL. Dibukanya mulutnya lebar-lebar. Dengan satu tangan HL menggenggam batang kontolnya, dan dengan tangannya yang lain dia memegangi kepala Gideon agar tetap berada di tempatnya, kemudian dengan perlahan namun pasti pinggulnya melakukan gerakan mendorong sehingga melesaklah batang kontol itu seutuhnya ke dalam mulut Gideon. Hampir saja Gideon tersedak dibuatnya.

Setelah beberapa saat, Gideon mulai terbiasa dengan keberadaan batang panjang itu dalam mulutnya. Kini kedua tangan HL berada di sisi kanan-kiri kepalanya. Pinggulnya bergerak maju mundur, batang kontolnya keluar masuk mulut Gideon.

"Yeah! Take it all down your deep throat," ujar HL.

Gideon menyedot batang kontol HL kuat-kuat sampai pipinya menejadi cekung. HL merasakan kontolnya seperti di-vaccum cleaner.

"Aargh!" erangnya.
"Jangan berhenti, Sayang! Isap kuat-kuat kontolku!"

Gideon menyedot semakin kuat kontol yang berada dalam mulutnya. Tangannya meraba-raba dada HL. Semakin lama Gideon menyedot, semakin besar kontol HL jadinya dan semakin kasar pula sikapnya. Semakin cepat gerakan maju mundur pinggulnya, seperti aus saja rasanya lidah dan langit-langit Gideon tergilas kontol HL. Biji pelirnya yang besar, bulat, dan kencang ikut maju mundur menghantam dagu Gideon setiap kali batangannya bergerak. HL baru berhenti bertindak demikian setelah Gideon mencubit kedua teteknya.

Kini Gideon menciumi dan menjilati perut dan dada HL yang berkeringat. Diisapnya lagi tetek-tetek HL.

"Alangkah indah tubuhmu," puji Gideon sambil memeluk HL. Mereka berciuman lagi.

Dengan lembut HL membaringkan tubuh Gideon di atas lantai yang berkarpet. Dia sendiri melepaskan celananya. Dalam keadaan tanpa busana selembar pun melekat di tubuh, mereka bercumbu bagai sepasang kekasih di atas karpet. HL menciumi dan meninggalkan cupangan pada leher Gideon.

"Berbaliklah, Sayang," pinta HL. Gideon menurut.

Punggung telanjang Gideon pun menjadi sasaran ciuman dan cupangan HL. Ketika melihat gundukan pantat Gideon, HL tidak dapat menahan diri untuk tidak menaboknya. Nyaring sekali bunyi tangan HL beradu dengan pantat Gideon. Berulang-ulang ditaboknya pantat Gideon sampai berwarna kemerahan. Gideon menggigit bibir menahan sakit, namun juga menikmati sentuhan tangan HL. Kemudian, seolah untuk menebus kesalahannya, HL menciumi bongkahan pantat Gideon, dijilatinya pula kedua gundukan daging tersebut. Ketika lidah HL mulai menyusuri belahan pantat Gideon, dia menghentikannya.

"Jangan!" cegahnya.
"Tidak boleh ya? Mengapa? Aku ingin mencicipi lubang keperawananmu sebelum mengentotnya," HL menjelaskan sambil memainkan jarinya di belahan pantat Gideon.
"Aku.. Aku takut.. Aku belum pernah melakukannya," Gideon memberikan alasan.
"Selalu ada saat pertama melakukannya, Sayang," rayu HL lagi.

Karena sebetulnya Gideon sendiri menginginkan hal tersebut ditambah jari-jari HL telah merangsang celah pantatnya, akhirnya Gideon tidak mencegah HL melanjutkan aksinya lebih jauh.

HL mementang gundukan pantat Gideon sehingga celahnya terbuka lebar. HL membenamkan wajahnya pada belahan pantat itu dan menjilati lubang serta dinding-dindingnya. Gideon mendesah-desah menikmati perlakuan tersebut. Dia tidak menyangka ada seorang pria yang menyukainya sedemikian rupa sampai menganggap lubang pantatnya sebagai suatu kenikmatan. HL sendiri bagai lupa diri menjilati lubang serta kadang-kadang menggigit dinding pantat Gideon. Lama kelamaan pantat Gideon menjadi basah oleh ludah HL dan cairan anal yang mengalir keluar dari dalam karena rangsangan yang hebat. Lidah HL semakin gencar menembusi lubang anus Gideon untuk menikmati cairan tersebut.

Setelah puas, HL memposisikan kontolnya pada mulut lubang anus Gideon dan bersiap untuk mengentotnya. Dia menyuruh Gideon mengangkat sedikit pantatnya. Gideon menurut.

"Bersiaplah jadi istriku dan kehilangan keperawananmu," kata HL sambil menghunjamkan kontolnya menembus lubang anus Gideon dengan bertenaga.

Bles! Kontol itu pun amblas masuk ke dalam lubang yang sempit. Gideon mengerang hebat. Namun HL tidak memberinya kesempatan untuk meredakan sakitnya, dia langsung menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Seperti jebol rasanya pantat Gideon. Dia terus mengerang. Tetapi HL tidak juga memperlambat gerakannya, seolah ingin menunjukkan siapa yang memegang kendali dalam persenggamaan itu.

Lama-lama rasa sakit yang dirasakan Gideon mereda. Sekarang justru sensasi yang luar biasa nikmat yang belum pernah dialaminya yang dirasakannya. Kepala dan lehernya terangkat seolah meminta HL menciumnya. HL mengerti keinginan Gideon, lalu menciumi pipi, leher, dan bahunya. Ketika Gideon menolehkan kepalanya ke belakang, bibirnya langsung dilumat oleh HL.

HL terus melakukan gerakan memompa pantat Gideon. Kontolnya keluar masuk lubang anus Gideon. Sesekali dipukulnya pantat Gideon sehingga otot-ototnya berkontraksi menjepit kontol HL. Gideon membayangkan dirinya bagaikan kuda betina putih yang sedang disetubuhi kuda jantan hitam.

"Fuck me!" pintanya dengan suara parau.
"Make me your slut, fuck me, please!"

Sejenak kemudian HL mencabut kontolnya dari pantat Gideon dan menyuruh Gideon membalikkan tubuhnya. Gideon berbaring telentang dan baru saja hendak bernafas lega ketika HL segera kembali menghunjamkan kontolnya ke dalam lubang pantatnya. Dengan kejam HL menghunjam-hunjamkan batang pelirnya. Tubuhnya yang besar menindih tubuh Gideon yang lebih kecil sampai Gideon merasa seluruh tulang-tulangnya dilolosi dari tubuhnya. Keringat HL mengalir dari leher turun ke dada menetes ke tubuh Gideon. Gideon memejamkan matanya. Kepalanya bergoyang-goyang mengikuti irama persetubuhan mereka.

Bibirnya sedikit terbuka seperti minta dikecup. HL mendaratkan ciuman hangat di bibir Gideon. Gideon membuka matanya. Tampak olehnya wajah HL yang basah oleh keringat. Tiba-tiba terlintas suatu pikiran liar dalam dirinya.

"Rape me!" pintanya.
"Rape me hard!" pintanya lagi.

HL hampir tak percaya mendengar perkataan Gideon. Namun ketika Gideon mengulangi permintaannya, tanpa ragu-ragu lagi HL bertindak. Dia berdiri dan mengangkat tubuh Gideon dari atas karpet sambil batang kontolnya tetap menancap pada pantat Gideon. Tangannya menopang pantat Gideon. Gideon melingkarkan kakinya pada pinggul HL sementara tangannya diletakkan di bahu HL. Dalam keadaan berdiri seperti itu HL memperkosa Gideon. Gideon megap-megap seperti kehabisan nafas diperkosa seperti itu.

"Take this and that! Take it, take it all, you slut!" racau HL.

Tiba-tiba HL memeluk Gideon lebih erat lagi. Tubuhnya bergetar. Gerakan memompanya tersendat. Gideon merasakan cairan yang hangat dan kental menyemprot dari kontol HL memenuhi lubang pantatnya. Banyak sekali sperma HL sampai mengalir keluar dari pantat Gideon.

HL membaringkan kembali tubuh Gideon. Dicabutnya kontolnya dari lubang pantat Gideon. Kontol itu masih menyemburkan sperma yang muncrat ke paha dan perut Gideon. Gideon sendiri mengalami orgasme meskipun tanpa ejakulasi. Matanya nanar menatap langit-langit, pantatnya terasa lega. Terkoyak namun lega. HL menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Gideon. Dikecupnya bibir, pipi, dan ujung hidung Gideon. Tangan Gideon mengusap punggungnya yang berkeringat.

"Ambil poseku saat sedang orgasme seperti ini," pinta Gideon. Tanpa membuang waktu lagi HL segera mengambil kameranya dan membidik pose Gideon seperti itu beberapa kali.

Setelah selesai, HL dan Gideon berpelukan.

"Kerja tim yang bagus, kita harus lebih sering melakukannya," kata HL.
"Kerja tim berikutnya akan lebih bagus lagi," timpal Gideon. Lalu mereka berciuman.

*****

Semenjak saat itu Gideon sering menjadi model dan berpose bagi HL. Dan meskipun HL masih sering meniduri cowok modelnya yang lain, Gideon tetap menjadi kekasih favoritnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.