Sabtu, 26 November 2011

Pengalamanku

Kisah ini bermula ketika aku masih duduk dibangku SMA kelas 3, yang pada saat itu aku menjadi anak kost dan ditempat kostku tinggal 5 orang cowok yang berasal dari sekolah yang berlainan dua orang temanku sekolah di STM dan dua orang lagi sekolah di SMAK dan aku sendiri sekolah di SMEA. Dari 5 orang itu menempati dua kamar yang disewakan aku menempati kamar yang lebih kecil dengan kapasitas dua orang sedangkan yang lainnya menempati kamar yang lebih besar dengan kapasitas 4 orang akan tetapi baru terisi 3 orang saja.

Aku tinggal dengan kawanku yang bernama Olan, akan tetapi hubungan kami biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa walaupun kami tinggal sekamar hanya berdua, jadi walaupun tinggal sekamar selama beberapa bulan tidak terjadi hal-hal yang membawa kenangan tersendiri dalam hidupku, karena pada waktu itu aku memang menjaga privasiku walaupun aku sebetulnya ingin lebih akrab lagi, akan tetapi memang Olan bukanlah orang yang menjadi tipe idolaku saat itu sehingga aku dan dia tetap aman-aman saja.

Sehingga suatu hari dia pulang kampung sehingga aku tinggal sendirian aja di kamar dan kebetulan kamar sebelahku yang terisi tiga orang yang masing-masing bernama Antok, Yossi dan Yohan sedang ramai bersenda gurau, maka akupun ikut nimbrung kesana dan ternyata si Antok malam utu sedang tidak enak badan dan ingin beristirahat akan tetapi selalu digodai oleh si Yossi yang memang terkenal agak usil itu bila dibandingkan dengan yang lainnya. Dan nggak tahu bagaimana awalnya sehingga malam itu aku tidur bersama dengan mereka, karena memang kapasitas tempat tidurnya memang untuk 4 orang.

Dan malam itu seperti biasanya si Yossi yang paling usil itu membuat acara dengan menggodai si Yohan dengan cara meremas penisnya, kemudian ditinggal lari sambil tertawa terkekeh-kekeh, demikian diulanginya sampai beberapa kali sehingga si Yohanpun akhirnya mulai panas juga dan kebetulan badan si yohan memang lebih besar bila dibandingkan dengan Yossi. Akhirnya Yossi direbahkan ketempat tidur dan dikunci dengan kakinya sehingga tidak bisa bergerak dan mulai melucuti pakaiannya dan pada saat itu aku yang sedang berada disanapun akhirnya juga merasa gemas juga dengan ulah Yossi sehingga akhirnya aku ikut membantu Yohan untuk melucuti pakaian Yossi, mulanya dia meronta-ronta dengan segala kekuatannya karena tidak mau ditelanjangi.

Akan tetapi karena yang melucutinya dua orang maka akhirnya dia tidak berdaya sampai akhirnya dengan penuh perjuangan Yossi dalam keadaan polos telanjang bulat tanpa selembar pakaianpun dengan penisnya yang mulai ngaceng karena memang sengaja aku kocok-kocok beberapa kali. Akan tetapi dia tidak tinggal diam, sekarang yang jadi sasarannya adalah Yohan yang ganti kami telanjangi, mulanya meronta-ronta, tapi setelah itu dia diam saja dan menjadi pasrah ketika satu demi satu pakaiannya mulai terlepas dari tubuhnya sehingga dua orang yang ada dihadapanku menjadi polos, dan ketika itu sebetulnya penisku sudah ngaceng sedari tadi ketika melucuti Yossi, sekarang mereka ganti mengejar aku untuk ditelanjangi, akan tetapi aku mengatakan kepada mereka.

"Oke, kalian nggak usah repot-repot menelanjangi aku"
"Aku akan membuka sendiri pakaianku"

Kemudian mulai kutanggalkan satu demi satu pakaianku sehingga akhirnya akupun dalam keadaan polos tanpa pakaian dengan penis yang ngaceng penuh, dan kuhampiri mereka. Kami bertiga akhirnya bergumul bersama saling menyupang, saling mengocok dan memang pada saat itu aku masih belum pernah melakukan hisap menghisap penis, yaa akhirnya hanya saling mengocok saja. Memang pada waktu itu aku sering nonton bf, akan tetapi yang main cowok-cewek, hingga pada suatu saat aku pernah nonton seorang cewek yang disodomi, sehingga pada waktu itu aku ingin mencoba merasakan gimana sih rasanya disodomi itu. Maka kuambil minyak pelumas secukupnya kulumurkan pada penis Yohan yang lebih kekar dibanding dengan penis Yossi yang lebih besar akan tetapi kelihatan lebih lembek, ketika kucoba untuk memasukkannya dalam lubangku, betapa saat itu aku menjerit karena kesakitan, sehingga akhirnya aku tidak berani untuk meneruskannya karena begitu sakit dan panas yang kurasakan dilubang anusku, Yohanpun tidak memaksaku untuk meneruskannya dan sebagai gantinya akhirnya aku mengocok penis Yohan dan Yossi mengocok penisku sedangkan penis Yossi dikocok oleh Yohan, sampai kami bertiga mencapai kepuasan bersama dan malam itu kami bertiga tidur dalam keadaan telanjang bulat sampai pagi dan saling berangkulan.

Sejak peristiwa itu kami bertiga kalau ada kesempatan saling bermain bersama, kadangkala juga aku bermain dengan salah satunya kalau tidak dengan Yohan ya dengan Yossi, sedangkan terhadap Olan dan Antok aku tetap menjaga privasi kami masing-masing. Hingga pada suatu sore semua penghuni tempat kostku entah kemana semuanya yang aku tahu tinggal aku sendirian di kamarku, dan tiba-tiba kudengan suara kunci pintu dibuka di kamar sebelah, karena memang aku lagi kesepian maka akupun keluar untuk melihat siapa yang datang, ternyata Antoklah yang datang.

"Eh, kamu toh Tok?"
"Yupp"
"Mana yang lainnya?"
"Nggak tahu tuh, pada kluyuran kali," jawabnya dengan seenaknya.

Aklhirnya aku masuk kekamarnya yang sepi itu, aku duduk di depan cermin sambil menyisir rambutku yang awut-awutan karena habis tidur-tiduran di kamarku, tanpa kuduga Antok menghampiri aku dari belakang karena aku bisa melihatnya dari cermin di depanku, kemudian dia membelai rambutku dari belakang dan memang aku paling senang kalau dibelai rambutku. Kemudian setelah beberapa lama dia membelaiku dan aku nggak ada reaksi alias kubiarkan saja dia membelai-belai rambutku, terus dia makin berani juga dengan memelukku dari belakang dan kemudian menciumi cuping telingaku dari belakang, sehingga aku tak tahan dan kudongakkan kepalaku karena aku dalam keadaan duduk sedangkan dia berdiri dibelakangku.

Dia langsung melumat bibirku sampai lama sekali sami saling berpagutan, ketika aku sudah tak tahan lagi akhirnya aku berdiri dan mebalikkan badanku dan langsung berhadapan dengannya kemudian kami lanjutkan pagutan kami sambil tanganku mengerayangi punggungnya, pahanya dan kemudian tanganku mengarah kepenisnya yang ternyata sudah ngaceng, kemudian kubuka kancing celananya, kulorot dan kurebahkan dia ditempat tidurnya, kemudian kulucuti satu persatu pakaiannya hingga polos kemudian akupun juga melucuti pakaianku sendiri. Setelah sama-sama dalam keadaan polos maka kamipun bergumul dengan saling memagut dan bertautan mulut-mulut kami. Setelah kami puas berciuman maka tangan-tangan kami beralih kepenis kami masing-masing sambil mengocok kami kadangkal berciuman sampai kami mencapai puncaknya secara bergantian.

Setelah semuanya selesai kutanya pada Antok, tentang bagaimana dia mengetahui aku kalau mau diajak main-main.

"Eh. Tok darimana sih kamu tahu kalau aku mau diajak gituan?" tanyaku.
"Apa kamu nggak ingat ketika aku sakit, kalian bertiga khan main bareng-bareng khan," jawabnya.
"Bukannya kamu malam itu tidur pulas?"
"Siapa bilang aku tidur, karena badanku sakit semua sehingga aku nggak bisa tidur. Sehingga aku bisa mendengar perkataan kalian bertiga dan apa yang kalian lakukan malam itu aku mendengarnya semua" jawabnya.
"Kenapa kalau tahu kamu nggak ikutan sekalian, biar tambah rame," tanyaku.
"Seandainya aku nggak sakit maka akupun akan ikut nimbrung"

Sejak peristiwa itu aku, Antok, Yossi dan Yohan sering bermain baik itu bareng-bareng atau bergantian akan tetapi dengan Olan aku masih merahasiakan dan itu sudah menjadi komitmen kami berempat untuk saling menjaga rahasia dan hanya kami berempatlah yang boleh berbicara secara bebas tentang apa yang saja yang kami lakukan, jadi sudah nggak ada rahasia lagi seandainya aku main sama Yohan, maka Yossi dan Antok juga tahu karena memang kami saling bercerita kalau habis melakukannya. Sehingga aku jarang sekali tidur di kamarku sendiri, akan tetapi selalu bergabung dengan mereka di kamar satunya lagi, karena sewaktu-waktu bisa main dengan yang lagi membutuhkan untuk melepaskan hasrat.

Sampai pada suatu hari ada penghuni baru di kamar mereka, dan penghuni baru itu bernama Ali yang sekolah di SMAM, dan dia tidak bisa terlibat dengan hobbi kami, maka sejak saat itu kami tidak lagi melakukan baik bersama-sama ataupun secara bergantian, dan tidak ada lagi cerita-cerita seru lagi diantara kami, sesuai dengan komitmen kami semua, sampai akhirnya kami saling berpisah satu dengan yang lainnya karena ujian akhir telah usai dan kami sibuk untuk mencari sekolah lanjutan kami masing-masing. Tinggallah kenangan manis yang hanya bisa kutuangkan dalam tulisan ini.

Dimanakah kamu sekarang Yossi, Yohan dan Antok, apakah merekapun masih mengenang masa-masa manis seperti itu lagi atau sudah lupa dan terkubur dalam-dalam tanpa kenangan sedikitpun. Karena sejak kami berpisah tidak pernah saling kontak satu dengan yang lainnya.

Dan pada saat yang lain aku juga punya pengalaman berfantasi lewat telepon dengan orang yang belum pernah bertemu muka dengan muka dan inilah kisahnya:

Phone Sex

Aku mengenal dia dari e-mail yang masuk kemail boxku, dan dia tahu alamat mail boxku juga dari membaca cerita-ceritaku yang nampang disalah satu situs yang ada di internet, karena asyik atau karena terkesan dengan ceritaku, akhirnya dia memberikan komentar atas ceritaku lewat e-mail. Sebetulnya banyak sekali e-mail yang masuk ke dalam mail boxku untuk memberikan komentar atas cerita-ceritaku, akan tetapi kebanyakan hanya sekedar basa-basi saja setelah kubalas sekali dua kali akhirnya tidak ada kabar beritanya lagi. Sedangkan yang satu ini lain daripada yang lain. Disamping dia tetap setia membalas e-mail yang kukirimkan juga selalu membalasnya setiap ada kesempatan.

Hingga suatu saat dalam e-mailnya dia meminta nomer telepon atau nomer HP-ku, dan akhirnya aku memberikan nomer HP-ku. Aku tidak menyangka kalau malam itu juga dia menghubungi aku setelah sorenya aku membuka mail-boxku dan memberikan nomer HP-ku. Dalam pembicaraan telepon interlokal yang biasanya dilakukan hanya beberapa menit saja, akan tetapi kali ini aku menerima telepon interlokal selama kurang lebih 40 menit lamanya. Karena posisiku ada di Malang sedangkan dia ada di Jakarta. Hampir setiap hari aku menerima telepon darinya, dan akupun merasa jadi salah tingkah kalau tidak menerima telepon darinya dan mendengar suaranya.

Waktu berjalan dengan sangat cepatnya, dan kalau malam hari kadang aku merasakan kesepian yang amat sangat, maka kucoba untuk menghubunginya sekedar mendengar suaranya dan kalau kebetulan dia sedang berada ditempat akhirnya kami ngobrol berlama-lama karena tidak ingin saling mengakhir pembicaraan. Walaupun kita belum pernah berjumpa muka dengan muka akan tetapi kami merasakan begitu akrab dan sudah tidak ada yang perlu disembunyikan lagi dalam pembicaraan kami.

Sampai akhirnya pada suatu malam dia menghubungi aku lagi disaat aku benar-benar mengharapkan telepon darinya dan saat aku merasakan kesepian, bagaikan pucuk dicinta ulampun tiba. Karena malam itu aku sudah mau tidur akan tetapi tidak bisa memejamkan mata karena begitu kangennya padanya, maka sambil melamun aku mengocok-ngocok penisku yang sedari tadi terus menegang dan setelah aku mendapatkan telepon darinya maka aku tidak dapat mengendalikan diri untuk terus meracau mulutku dengan desahan-desahan penuh berahi yang membangkitkan nafsunya juga, maka pada malam itu terjadilah yang dinamakan phone-sex, desahan demi desahan nafas penuh berahi saling berpacu lewat telpon dan tangan kami masing-masing saling mengocok penis kami, sehingga akhirnya aku tak kuat lagi dan..

"Ooohh, oohh, yaanngg"
"Cepet doonngg sayyaanng"
"Aku mau lagi sayang"
"Oke, kocok lebih cepet lagi sayang" kataku.
"Bentar lagi keluar, yaangg"
"Aku mau lagi sayang, aku sudah tegang lagi sayang"
"Kita keluarin bareng-bareng lagi yaa yaangg" kataku lagi.
"Oke sayaanngg"
"Aaauucchh, oohh, oohh"

Akhirnya dia keluar juga dan tak berapa lama akupun juga ngecrot lagi, setelah saling memberikan cumbuan dan ngobrol lagi akhirnya kami saling mengakhir pembicaraan lewat telepon dan pada HP-ku tertera waktu bicara selama 51 menit, dengan kepuasan yang dapat kami rasakan walaupun hanya melalui suara-suara di telepon, akan tetapi kerinduanku sudah terobati dan malam itu aku bisa tidur dengan nyenyak dan keesokkan harinya aku bangun pagi dengan badan yang agak lemas akan tetapi merasa sangat puas dengan pertemuan dan ML lewat telepon yang kami lakukan semalam.

Setelah kami sering bertemu lewat telepon dan juga lewat e-mail, maka kami berjanji untuk saling bertemu muka bila ada kesempatan diantara kami. Kalau ada kesempatan ada tugas ke Jakarta maka aku akan mengunjunginya dan sebaliknya dia akan datang ke Malang kalau ada kesempatan untuk cuti dari tempat kerjanya. Hari demi hari berjalan dengan amat lambat menunggu akan datangnya kesempatan untuk dapat saling bertemu, akan tetapi harapan-harapan itu seakan sirna ditelan kenyataan. Karena setiap waktu yang kami janjikan untuk bertemu terus berjalan dan berlalu tanpa ada kenyataan, sehingga kadangkala aku makin tersiksa dengan keadaan ini, akan tetapi karena kita masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri ditempat kerja kami. Sehingga mau tidak mau harus mengalahkan kepentingan pribadi untuk saling bertemu.

Sore itu sepulang kerja, aku mandi dan untuk menghilangkan kejenuhan aku iseng-iseng nonton film di Sarinah 21, maklum hari itu hari senin biasanya harga tiketnya pahe, lumayan murahlah dari pada hari-hari biasanya dan kebetulan film yang sedang diputar adalah "Virus", yang walaupun aku sebetulnya nggak berniat nonton film tersebut karena menurutku tidak terlalu bagus, akan tetapi sudah kepalang basah sampai disitu dan mau pulang balik juga malas, akhirnya aku melangkahkan kaki ke loket tempat penjualan tiket dan kubeli tiket masuknya dengan posisi deret tengah paling belakang sendiri tepat dibawah proyektor. Dan memang aku sering memilih tempat itu, sampai film diputar yang menayangkan film ekstra, aku masih duduk seorang diri karena yang nonton film sore itu tidak terlalu banyak sehingga masih banyak kursi yang kosong.

Setelah film ekstra selesai dan beralih ke film utama mulai diputar, tiba-tiba masuk seseorang yang langsung nyelonong duduk dikursi sebelahku tanpa permisi atau ba bi Bu terlebih dulu, langsung duduk dan kulihat dia melirikku dalam suasana gelap itu. Kalau dilihat tampangnya sih biasa-biasanya saja, dan tampangnya kelihatan sangar sekali dalam kegelapan gedung bioskop itu, karena terpampang kumis yang lebat, mata bulat berkilat, ada sedikit cambang dipipinya dan ada jenggot juga didagunya. Karena aku merasa diawasi akhirnya aku membuka diri untuk berbasa-basi saja.

"Sendirian aja, Mas?" tanyaku.

Tapi pertanyaanku tidak dijawabnya dan dia tidak merespon niat baikku untuk berbasa-basi itu, sehingga aku putuskan untuk diam aja daripada aku dicuekin orang mendingan aku juga bersikap cuek juga. Hal seperti ini berjalan kurang lebih sampai sekitar sepuluh menit, lalu tanpa kuduga sebelumnya. Tiba-tiba tangannya nyelonong diatas pahaku, dan kukira itu hanya kebetulan saja tangannya terulur dari sandaran kursi. Untuk selanjutnya tangannya mulai mengelus-elus pahaku dan makin lama makin ke atas sampai akhirnya kupegang tangannya dan sekarang ganti tanganku yang diremas-remasnya dan dipilin-pilin. Aku jadi tanggap dengan apa yang dikehendakinya, maka akupun mulai merespon semua kegiatannya dalam kegelapan gedung bioskop itu.

Kalau tadi tangannya yang mulai menjamah penisku yang sudah mulai menggeliat tegak, sekarang ganti tanganku yang bergerak ke arah selakangannya dan memang aku lebih terampil kalau harus membuka celana untuk mendapatkan isinya, mulai dari kubuka ikat pinggangnya hanya dengan menggunakan sebelah tangan saja kemudian kegesper celananya, kemudian ke arah pegangan retsletingnya yang segera kugesr kebawah sampai mentok, kemudian tanganku kumasukkan kedalan celana dalamnya dan mulai kuraba penisnya yang sudah ngaceng tapi belum begitu keras sampai kukocok-kocok. Kemudian kupelorot celana dalamnya dan celananya dan diapun mengerti akan maksudku sehingga dia agak mengangkat pahanya agar aku bisa lebih mudah melorotkan celananya sampai ke paha.

Setelah itu aku bisa dengan bebas memainkan penisnya yang tegak mengacung itu, dan tidak tinggal diam tangannyapun juga sudah menyelinap ke dalam celana dalamku akan tetapi aku tidak mau memelorotkan celanaku karena aku memang tidak bisa bermain ditempat umum seperti itu walaupun dalam suasana gelap, karena aku selalu menginginkan cumbuan-cumbuan dulu sebelum memulai untuk mencapai kepuasanku, jadi walaupun penisku ngaceng akan tetapi aku tidak konsentrasi dan akupun juga tidak menginginkan untuk mencapai orgasmeku ditempat seperti ini.

Akhirnya hanya aku sendiri yang bertindak aktif untuk mengocok penisnya yang makin lama makin tegang dan berdenyut-denyut sampai akhirnya dia memegang tanganku untuk berhenti sejenak karena mungkin dia sudah ingin mengeluarkan isinya, akhirnya kuhentikan gosokan tanganku pada penisnya untuk beberapa saat dan setelah dia bisa mengontrolnya lagi akupun mulai gesekanku pada penisnya dan kurasakan badannya mulai mengejang dan akupun mengerti bahwa dia akan menyemburkan pejuhnya dan akupun mengerti agar baju dan celananya tidak basah semua dengan pejuhnya, maka telapak tanganku kutempatkan tepat diujung kepala penisnya dengan harapan kalau pejuhnya menyembur maka akan tertampung semua ditelapak tanganku, dan mungkin dia juga mengerti maksudku itu maka diapun juga mulai menggeliat dan kurasakan cairan hangat kental ditelapak tanganku dan segera kulepaskan peganganku pada penisnya untuk membuang pejuhnya tadi.

Setelah itu tanganku yang tadi mengosok-gosok penisnya tadi dan masih ada sisa-sisa pejuhnya segera dipegang dan dicium serta dijilati sisa-sisa pejuhnya bahkan jari-jariku satu persatu dimasukkan ke dalam mulutnya dan dipermainkan dengan lidahnya, seolah-olah dia ingin memainkan penisku dengan lidahnya, dan baru sekarang kurasakan kasarnya kumis dan jenggotnya yang membuatku terangsang akan tetapi suasanya yang tidak mengijinkan. Jadi hanya sebatas dia mencumbui tangan dan jari-jariku, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibirnya demikian juga dengan aku juga tidak ingin memulai berbicara dengannya, dan biarlah rabaan dan jamahan tangan-tangan kami yang saling beradu itu bisa berbicara lebih banyak lagi.

Sampai film berakhirnya tangan kami masih saling bertautan dan aku berharap untuk bisa menjalin hubungan sekeluar dari gedung itu, akan tetapi setelah keluar dari pintu keluar ternyata dia mengambil arah yang berlawanan dengan arahku menuju keluar dan kulirik dia dengan harapan dia akan menoleh ke arahku, akan tetapi tidak terjadi. Dan pupuslah harapanku untuk bisa mengulangi saat-saat indah didalam gedung bioskop tadi. Karena nama dan alamatnyapun aku tidak mengetahuinya, dan biarlah semuanya berlalu searah aliran waktu, kalau ada kesempatan biarlah kita akan bertemu lagi.

Siang itu hari Sabtu aku pulang kerja sekitar pukul 12.00, karena hari Sabtu memang hanya setengah hari saja jam kerjanya. Aku bekerja pada sebuah ekpedisi didaerah Perak, Surabaya sana, kelihatannya siang itu mendung bukan main gelapnya seperti sudah setengah enam sore saja layaknya. Karena aku baru keluar dari kantorku dan baru beberapa kilo meter menuju ke arah rumahku, tiba-tiba kurasakan ada setitik air yang jatuh dan dengan cepat kupacu motorku untuk mencari tempat berteduh dari lebatnya hujan yang bakal terjadi.

Akhirnya kutemukan sebuah pos penjagaan dari sebuah instansi yang aku tidak aku sebutkan namanya. Dan didalamnya ada seorang yang sedang jaga disana mempersilahkan aku untuk masuk saja ke dalam posnya.

"Ayo, Dik masuk saja ke dalam, nggak apa-apa koq, daripada diluar teras nanti basah semua kena hujan"
"Ya Pak, terima kasih Pak" jawabku.

Karena memang usianya lebih tua dari aku sehingga aku memanggilnya Bapak, tapi mungkin juga selisih usianya hanya dua atau tiga tahun diatasku, dan lagi dia khan sedang dinas jaga dengan seragamnya yang kelihatan keren itu. Wajahnya begitu ganteng, maskulin, walaupun kulitnya tidak terlalu putih akan tetapi bersih, dan wajahnya dihiasi dengan kumis yang dipotong dengan rapinya sehingga sedikit banyak membangkitkan gairahku. Akan tetapi aku nggak berani macem-macem dengannya yang kelihatan sangar tapi cukup ramah dan sportif itu. Sehingga aku hanya bisa duduk dihadapannya sambil ngobrol dan mataku tak habis-habisnya menjelajahi seluruh permukaan tubuhnya yang benar-benar sangat kudambakan, apalagi dengan tonjolan diantara dua pahanya yang kelihatan begitu padat itu.

Sehingga tanpa sengaja akupun mendesis,

"Ooohh"
"Kenapa dik?" tanyanya, "Kedinginan yaa"
"Ah, enggak koq Pak"
"Benar lho dik, nggak apa-apa?"
"Ya, Pak, saya nggak apa-apa koq"

Kemudian kami ngobrol lagi dan hujan diluar bukannya bertambah reda melainkan sebaliknya bertambah deras seperti air yang dicurahkan dari langit.

"Dik, hujannya tambah deras, kita ke dalam saja yaa"
"Disini terlalu sempit dan banyak air yang menembus masuk ke dalam, bisa-bisa kita nanti basah kuyub"

Aku bagaikan kerbau dicocok hidungnya mengikuti dia dari belakang, setelah masuk ke dalam kantor yang sudah sepi karena semua karyawan disitu sudah pada pulang semuanya tinggal dia sendirian saja, sampai aku baru sadar kalau selama ini aku belum berkenalan walaupun aku bisa mengenal namanya lewat baju seragam yang dikenakannya itu yaitu Rudy.

"Oh ya Pak, nama saya Agung" kataku sambil mengulurkan tanganku.
"Saya Rudy," sambutnya.
"Ayo masuk aja dik, disini khan lebih enak," ajaknya.

Dan kamipun duduk dikursi ruang tamu dikantor itu yang kelihatan gelap sekali karena memang tidak ada lampu yang dinyalakan karena masih siang walaupun mendung diluar begitu gelapnya.

Dari obrolan yang tadi terputus, kita lanjutkan kembali, sampai aku benar-benar sangat terkejut dengan suatu ucapan kata-katanya yang tidak kuduga sama sekali terlontar dari mulutnya. Karena kulihat dia sebagai anggota dari salah satu angkatan pastilah orangnya straight dan nggak mungkin macem-macem yang seperti kurasakan saat ini.

"Dik, aku lihat adik ini koq senang yaa, kulitnya putih, halus, mulus dan adik kelihatan imut-imut sekali, sayangnya koq bukan cewek" katanya.
"Kalau cewek gitu sudah kucium dari tadi karena sekarang aku lagi kepengin nih, apalagi diluar lagi hujan deras kayak gini, kalau bisa tidur bareng khan anget nih badan" lanjutnya lagi.

Setelah mendapat sign seperti itu gairahku yang tadi menghentak-hentak dan berhasil kutahan dengan sekuat-kuatnya, akhirnya sekarang timbul lagi dan makin bergelora. Aku mulai memberanikan diri dengan memindah dudukku yang tadi dikursi yang untuk satu orang, berpindah kesofa panjang yang sedang didudukinya dan aku langsung duduk disebelahnya karena aku tahu dikantor itu tidak ada siapa-siapa lagi kecuali kami berdua. Ternyata dia tahu yang menjadi maksudku. Tangannya kanannya yang kekar mulai melikar dipundakku yang duduk disebelahnya dan mulai merengkuhku untuk lebih mendekat lagi sampai kudengar dengus nafasnya yang memburu dan tercium olehku bau maskulin yang menjadi dambaanku selama ini.

Tanpa permisi atau basa-basi sedikitku bibirnya yang berkumis itu mendarat dipipiku dan terus ke arah telingaku yang makin membuatku makin salah tingkah, sampai tak terasa tanganku juga makin berani menyemtuh benda padat yang jadi dambaanku tadi, dan kurasakan begitu hangat, kenyal dan mengeras. Tanpa perintahnya langsung kubuka ikat pinggang baju dinasnya itu dan terus kutarik retsleting celananya, lalu kurogoh benda padat kenyal dibalik celana dalamnya, dan Woo ternyata gede banget sampai rasanya jari telunjuk dan ibu jariku tidak muat untuk menggenggamnya dan panjangnya kurang lebih ada 18 cm. OH ini benar-benar surprise bagiku bisa mendapatkan barang segede itu.

Tanpa kusadari, baju yang kukenakan juga sudah terbuka semua kancingnya sambil dia terus menciumi pipi, leher, punggungku dan terus menyelusur masuk ke arah dadaku yang memang mulus tanpa bulu sama sekali. Sampai dirasakan dia mulai gelisah ingin mengeluarkan pejuhnya. Aku dibimbingnya menuju sebuah kamar dengan tempat tidur yang ala kadarnya untuk tempat istirahat dan pakaianku mulai dilucutinya dan dia dengan sigap pula mulai melucuti pakaiannya sendiri sampai kami berdua benar-benar bugil. Kemudian dia mulai mencumbui aku lagi dan kudengar bisikannya.

"Aku pengin ngentot kamu"
"Oh, nggak mau Pak"
"Saya belum siap pak, gini aja aku hisap aja yaa "

Akhirnya aku duduk disisi tempat tidur itu dan dia berdiri dengan gagahnya dengan penis yang ngaceng penuh, aku masih sempat mengagumi keindahan bentuk tubuhnya yang mungkin saja sering latihan dengan ketatnya sehingga membentuk tubuh yang padat, liat, kekar dan gentle. Kemudian kumasukan batangnya yang besar dan panjang itu ke dalam mulutku sambil terdengar suara kecipak seperti ikan kehabisan air, karena memang begitu besarnya sehingga rasanya mulut ini tidak mampu lagi untuk menerima penisnya itu. Kudengar lenguhannya.

"Ooohh, dik, terus dik"
"Enak sekali dikk, oohh"

Sebetulnya aku sih nggak tega menolak permintaannya untuk mengentot aku, akan tetapi begitu melihat barangya yang super itu gede dan panjang, aku jadi ngeri deh. Walaupun lobangku sudah sering dimasukin penis, akan tetapi yang seukuran ini belum pernah kurasakan, sehingga aku memerlukan persiapan penuh untuk menerimanya.

Karena aku tidak mau dikentot, dan diapun tidak memaksanya, maka dia punya inisiatif dengan menelentangkan aku ditempat tidur dan kemudian diambilnya lotion dan dioleskan diantara kedua pahaku dan juga kepenisnya yang sudah ngaceng penuh itu, kemudian dia merebah diri diatasku dan menyuruhku untuk menjepit penisnya dengan kedua belah pahaku, dan diapun kelihatannya menikmati cara ini walaupun aku bertindak sebagai pihak yang pasif dan kurang bisa merasakan rangsangan yang hebat karena hanya bulu-bulu kasar diatas penisnya saja yang mengelitik penisku.

Sampai kudengar "Aaahh, aahh"
"Aduh dik, enak dik, aku mau keluar nih dik"

Sambil dia mempercepat gerakan naik turunnya diantara pahaku dan tak berapa lama kurasakan kejutan-kejutan dan rasa hangat, basah didaerah sekitar pantatku dan dia menggelosor menikmati orgasme yang baru dicapainya. Setelah beberapa saat dia rupanya baru sadar kalau menindihku dengan seluruh badannya yang kekar itu. Dan tahu kalau aku masih belum apa-apa, rupanya dia bukanlah tipe orang yang egois yang setelah keluar ya sudah, melainkan ganti dia yang mengocok penisku walaupun dia tidak mau menghisap penisku ataupun merangsang daerah lobangku, yang dilakukan hanya mencumbuku untuk daerah dada ke atas saja, walaupun aku tidak bisa merasakan kepuasan yang maksimal tapi aku sudah merasa bersyukur bisa bermain dengan orang yang mempunyai postur tubuh yang begitu kudambakan selama ini.

Dengan kocokan tangannya yang kekar dan hangat itu akhirnya membuatku juga mengelinjang-gelinjang keenakan dan mulai mendekati akhir perjalanan panjang dari pejuhku yang akhirnya memancar keluar diatas perutku, setelah melihat hal itu rupanya dia terangsang lagi dan penisnya yang tadi sudah mulai lunglai kini tegak menantang kembali dan aku harus mengempitnya untuk yang kedua kali, dan kali ini lelbih lama dari yang pertama tadi.

"Aaauucchh"
"Uuuhh, aahh"

Dan cret.. cret.. cret.. untuk yang kedua kalinya yang kurasakan dikempitan pahaku. Dan kepuasan itu berangsur-angsur menghilang dan aku bangun kukenakan pakaianku dan kulihat dia mash terkapar ditempat tidurnya dengan badan telanjang bulat.
Setelah rapi kembali dan kulihat hujan yang deras itu sudah reda, entah sejak kapan aku tidak tahu, tapi dalam hati aku berkata

"Hujan yang bersahabat denganku dan tahu akan keinginanku"
"Terimakasih hujan yang lebat, dan sekarang setelah selesai keinginanku dan terpuaskan dahagaku, jadi reda" lanjutku.

Segera kuhampiri Rudi yang masih ogah-ogahan bangun itu dan kubisikan ditelinganya, "Semoga sering hujan yang lebat seperti tadi yaa, supaya aku bisa berteduh disini lagi" katanya.
"Nggak nunggu hujan lebat juga nggak apa-apa, asal situasinya mengijinkan datang aja kesini," jawabnya.
"Boleh aku sering-sering kesini"
"Nggak mengganggu tugas jaga kamu"
"Ok, boleh, any time, kapanpun boleh kamu datang kesini," lanjutnya.

Setelah dia mengenakan pakaian dinasnya kembali, lalu dia mengantarkan aku sampai pintu depan dan segera kustater motorku dan kujalankan dan kulambaikan tanganku dan dia membalasnya dengan mencium telapak tangannya dan melambai padaku. Dalam perjalananku pulang aku nyanyi-nyanyi kecil dan bersenandung mengingat pengalaman yang baru saja kurasakan dan senyumkupun mengembang tanda puas atau apa lagi yaah. Nggak tahulah, pokoknya yaa itu tadi, enak banget.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.