Sabtu, 31 Desember 2011

Proyek Jembatan

Jembatan Way Arong di daerahku akan direnovasi dan itu berarti aku harus lewat memutar jika ingin berangkat kerja, itu berarti mulai hari ini. Setengah bersungut-sungut aku berangkat ke kantor dan kembali lagi ke rumah sore itu dengan perasaan dongkol. Bagaimana tidak, rumah sewaanku tepat diseberang kali kecil yang akan dibikin jembatan itu, rasanya tanggung sekali kalau harus memutar karena terlalu jauh belum lagi kalau malam hari pasti sepi karena tak ada orang yang akan lewat situ.

Setelah membuka pintu aku masuk ke dalam rumah, membuka baju, lalu mengurus cucianku. Saat aku akan menjemur di belakang rumah, aku mendengar banyak suara-suara. Aku segera menuju samping dan ternyata tepat di tanah kosong samping rumahku sudah dibangun rumah ala kadarnya yang terbuat dari kayu. Setelah aku amati aku mulai paham, rumah itu tempat para pekerja menaruh bahan bangunan dan mungkin sebagai tempat mereka menginap saat malam hari.

Otak homoku segera berputar dan darahku berdesir saat aku membayangkan mereka mungkin menginap di rumah sementara itu. Masih aku melamun tiba-tiba seseorang datang dari arah samping, "Permisi mas," ujarnya. Aku kaget karena tak siap akan kedatangan seseorang. Aku melihat seseorang yang tingginya kurang lebih 160cm dengan badan berkulit sawo matang dan badan yang kekar, rambutnya klimis dan tampangnya tidak terlalu tampan tapi sangat laki-laki. Ia tidak memakai baju dan hanya mengenakan celana jeans lusuh selutut sehingga dadanya yang kekar dan terbentuk serta perutnya yang berkotak-kotak seakan-akan melambai-lambai ke arahku. Belum lagi banyak bulu-bulu yang tumbuh di perut bawahnya. "Oh ya. Aduh jadi kaget, biasanya nggak ada orang," kataku. "Iya, kenalkan saya Darno. Begini saya tadi sudah ijin sama pemilik tanah sebelah, karena kebetulan ada proyek perbaikan jembatan jadi kami minta ijin untuk tinggal sementara selama kurang lebih seminggu di tanah sebelah," "Oh begitu. Ya sudah tinggal aja, yang punya tanah itu juga yang punya rumah ini," kataku. "Ya terima kasih, sekalian nih mas. Kalau nggak keberatan kita bisa tidak mandi atau cuci baju di sumur belakang ini?" tanyanya.

HAHHHHHH.....!!!! "Apa aku nggak salah denger, MANDI...????!! di sini, disumur belakang rumahku!??!" kataku dalam hati. Ingin rasanya aku berlari dan mencium sumur itu untuk mengucapkan terima kasih, karena mandi disitu berarti semoga telanjang. "Oh ya nggak apa-apa mas, silahkan aja airnya kebetulan banyak dan bersih. Daripada mandi di kali nanti kena gatal-gatal," kataku berpromosi. "Lagipula disini nggak ada siapa-siapa kecuali saya, jadi ya kalo mo mandi atau nyuci nggak usah risih segala." Ia hanya tersenyum dan mengangguk, "kalau begitu saya permisi dulu ya mas, nggak enak masih ada kerjaan." Dan aku masuk dengan hati berdegub-degub kencang menanti yang bakalan terjadi.

Benar saja, sekitar jam 4 sore aku mendengar tali sumurku berbunyi, dan aku cepat-cepat masuk ke kamar belakang yang aku jadikan gudang. Letak jendela kamar belakang tepat disamping sumur sehingga apapun yang terjadi disana pasti terlihat. Seperti sore itu aku melihat ada 4 orang pekerja yang sudah ada disana, mereka bergantian menarik tali sumur dan mandi, tapi aku sedikit kecewa karena tak ada satupun dari mereka yang telanjang, mereka mandi hanya memakai celana pendek.

Kemudian datang 2 orang lagi. Tubuh mereka berdua sama seperti lainnya dan aku mendengar mereka saling menyapa dengan ke 4 pekerja yang sudah ada disana terlebih dahulu dan tanpa basa-basi mereka menurunkan celana pendek mereka hingga kontol mereka terlihat jelas. Darahku mendidih melihat pemandangan itu, kontol 2 kuda jantan ada dihadapanku. Yang satu segera bergabung dengan mereka tanpa ada rasa risih sedikitpun, sementara satunya mencuci celana pendeknya. Aku melihat keempat orang itu sempat melirik ke arah mereka berdua, tapi mungkin ego mereka sesama lelaki membuat mereka akhirnya tidak perduli lagi.

Wah rasanya senang sekali, hari itu lebih dari 20 kontol dengan beragam ukuran bisa aku lihat. Terkadang mereka saling bercanda dengan menyentil batang kontol lainnya, atau ada yang diam-diam menarik jembut temannya yang cukup lebat. Ada yang bercanda dengan mempertontonkan gerakan ngocok kontol, ada juga yang memang ngocok kontolnya betulan, seneng banget melihatnya. Aku tak pernah bosan melihat mereka meski aku hanya jadi pengamat pasif saja.

Namun ada satu yang menarik perhatianku, ada seorang pekerja yang aku kenal bernama Widatmanto, teman-temannya biasanya memanggil dia Wiwit. umurnya sekitar 23 tahun, badannya tegap sekali dengan kulit sawo matang. Tingginya sekitar 160cm dan tidak terlihat terlalu tinggi, dan aku tahu setiap sore dia selalu ngocok diam-diam dan sudah 2 hari ini aku melihat dia sering ngocok kontolnya di pagi dan siang hari saat aku pulang untuk makan siang (terlalu dipaksakan karena aku sesungguhnya ingin ngintip aktifitas sumur siang mereka).

Kalau dia datang pasti kontolnya sudah tegang, ukurannya sekitar 16cm dan gemuk batangnya dengan kepala kontol yang besar. Dia sering menggesek-gesekkan batang kontolnya di tembok sumur yang licin, naik turun dan kadang diputar-putar, lalu biasanya dia mengerang kalau mau ngecrot. Sayangnya dia tidak tinggal disitu jadi aku tidak bisa banyak bicara dengannya.

Siang itu aku sudah mempersiapkan diri dan aku tahu dia pasti datang saat keadaan sepi. Dan tepat sekali, sekitar jam 1 siang dia datang padahal aku hampir saja akan pergi karena jam istirahat kantorku sudah habis. Tiba-tiba dia datang dan setelah tengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada orang dia segera mengeluarkan batang kontolnya. Pintu belakang sengaja tidak aku kunci agar saat aku membuka tiba-tiba dia tidak sempat memasukkan kontolnya kembali ke dalam celana.

Pintu belakang aku buka dengan cepat dan aku bergerak keluar. Dia terlihat kaget dan tak siap dengan kehadiranku, namun aku sudah mempersiapkan semuanya dan aku bersikap biasa saja. "Oh maaf ada orang ya." ujarku. Dia tersenyum canggung dan kontolnya masih menempel di dinding sumur. "Sampean lagi onani ya mas?" tanyaku langsung. Dia tersenyum lagi dan menjawab, "iya mas, aku nggak tahan rasanya pengen ngocok terus." "Ya udah, terusin aja." Dia masih malu-malu dan batang kontolnya tetap menempel tanpa bergerak. "Malu ya aku liatin, biasa aja lah mas aku aja biasa ngocok tiap malem." ujarku. "Apa sampean mau aku bantuin? kalo mau ya masuk, nanti tak kocokin?" kataku semakin berani. Dia terlihat ragu dan aku melihatnya. "Belum pernah dikocokin ya mas, udah nggak usah malu-malu aku nggak bakal bilang siapa-siapa kok."

Dia akhirnya masuk ke dalam rumah. Baru saja satu kakinya masuk ke dalam rumah, aku sudah memegang batang kontolnya dan menariknya ke dalam. Dia terlihat kaget, tapi aku bergerak cepat dengan menggunakan kakiku aku menutup pintu dan aku segera berlutut lalu mulai mengocok batang kontolnya yang besar dan berurat. Dia masih terlihat malu-malu dan hanya memperhatikanku. Sementara tangan kiriku mengocok batangnya, tangan kananku bergerilya dengan mengelus-elus kedua biji pelernya. Dia mulai mendesah-desah keenakan dan dia mulai menggerak-gerakkan kontolnya yang masih dalam genggamanku.

Kocokanku pada kontolnya semakin kencang dan dia juga mulai semakin aktif gerakannya. Aku hentikan aktifitas tanganku pada kontolnya sejenak dan dia menatapku dengan pandangan tidak setuju. "Sebentar ya," kataku pelan menjawab ketidaksetujuan matanya. Aku membuka pakaianku satu persatu sampai telanjang bulat, kemudian aku tatap tubuh berototnya yang masih berpakaian lengkap hanya bagian celana lusuhnya saja yang sudah melorot sampai lulut. "Mas buka dong bajunya," pintaku. Dia terlihat ragu, "Mau diapain mas?" tanyanya kemudian. "Sudah buka aja, pokoknya sampean pasti ngerasa enak," Tuntutan birahinya yang sedang tinggi membuat dia pasrah dan membuka seluruh pakaiannya sampai bugil. Tubuhnya sangat seksi, tahu sendiri bagaimana bentuk tubuh mereka yang bekerja sebagai tukang atau kuli itu.

Aku berlutut tepat dihadapan kontolnya, kemudian aku elus-elus batang kontolnya yang bener-bener sudah tegang. Aku berniat mempermainkan emosinya dulu baru kemudian aksiku. "Wah nih kontol pasti udah ada yang punya ya?" tanyaku sambil mengelus-elus batang kontolnya dari bawah sampai ke ujung kepala kontol. Dia terlihat geli dan menggeleng, "Belum ada, siapa sih yang naksir aku," "Tapi kalo kontolnya segede gini pasti banyak yang mau," ujarku sambil kemudian mengecup lobang kencing di kepala kontolnya dengan bibirku. Aku bisa merasakan gelinjangnya dan tak lama cairan precum keluar meleleh dari lobang kontolnya. Dia tak menjawab pertanyaanku matanya terpejam.

"sudah pernah ngentot belum mas?" tanyaku lagi. Dia membuka matanya dan menatapku, "sudah, hampir tiap hari," "Wah sama siapa?" kali ini aku bertanya sambil meremas lembut kantong pelernya, dia kembali menggelinjang. Belum sempat dia menjawab, aku menjulurkan lidahku dan menjilati seluruh bagian pinggir topi kepala kontolnya. "Ayo dong mas dijawab," pintaku sambil meletakkan batang kontolnya di hidungku dan menggesek-gesekkannya, aroma kontolnya sangat khas, dan cairan lengketnya menempel di hidungku membuat suasana semakin seksi.

Dia terengah-engah, mungkin selama ini belum pernah ada yang memperlakukan kontolnya seperti itu. "Sama ... sama lonte," jawab dia akhirnya setelah aku kembali mengecup ujung kepala kontolnya. "Wah sama lonte kan bayar, mendingan sama aku gratis." kataku. "KAlau sama lonte pasti belum pernah diginiin," lanjutku kemudian dan setelah berucap itu aku langsung memasukkan batang kontolnya ke mulutku. Dia terlihat kaget dan tubuhnya sedikit tersentak, tapi kedua tanganku memegang pinggangnya sehingga aku bisa konsentrasi pada hisapanku.

Kontolnya yang punya panjang sekitar 16cm dengan diameter sekitar 4,5 cm itu setengahnya masuk ke dalam mulutku. Aku keluarkan lagi kemudian aku masukkan lagi sampai sedikit lebih dalam dari kepala kontolnya dan saat itu aku langsung menghisapnya kuat-kuat. Dia mengerang-erang dan aku merasakan kontolnya berdenyut-denyut, aku tahu dia akan segera ejakulasi sehingga aku buru-buru melepas batang kontolnya dari mulutku. "Kok dilepas?" tanyanya dengan nada sedikit kecewa. "Nanti sampean keburu keluar, kan belum ngentot aku," Dia menatapku lagi dan kali ini agak lama, "Memangnya mas ini mau aku entot?" "Sama kontol segede ini? mana mungkin aku tolak," ujarku. Aku kemudian memposisikan diriku dan memintanya mendekat dan menempelkan batang kontolnya di belahan pantatku. "Sampean entot aku ya, sama seperti sampean ngentot lonte-lonte itu,"

Dia langsung mengerti apa yang aku maksud, dia meludah lalu membalurkannya di sekujur batang kontol dan kemudian menempelkan kepala kontolnya di lobang anusku. Dia pasti belum pernah ngentot laki-laki sebelumnya karena dia langsung menekan batang kontolnya sekuat tenaga sehingga aku merasakan bagai disuntik dengan jarum besar saat kepala kontolnya membelah lobang anusku. Dia sama sekali tidak berniat berhenti sebentar untuk memberi kesempatanku bernafas karena dia langsung memasukkan seluruh batang kontolnya yang gede sampai mentok ketika bulu-bulu jembutnya yang sangat tipis karena habis dicukur menempel dikulit pantatku.

Dasar birahinya sudah dipuncak dia langsung memompa anusku dengan kontol besarnya tanpa perduli dengan diriku. Hebatnya dia langsung memompa kontolnya sekuat tenaga, meski terasa sakit sensasi pompaan batang kontolnya membuat rasa nikmat cepat menggantikan rasa sakit sebelumnya. Apalagi saat batang kontolnya hampir amblas semua dia seolah-olah menumbuk diriku sehingga aku bergoyang hebat dan berusaha agar tetap ditempat. Kantong pelernya yang menggelantung panjang juga kerap kali mengenai dan memukul-mukul biji pelerku sehingga terasa sedikit ngilu.

Batang kontol itu terus memompa lobang anusku dan nafasnya semakin menderu kencang. Apalagi saat ujung kepala kontolnya menyentuh sesuatu di dalam lobangku, rasa nikmat semakin terasa. Tak terasa tubuhku diselimuti keringat dingin karena rasa enak yang luar biasa. Aku berusaha untuk bertahan tapi rasa nikmat yang diberikan pekerja dengan nafsu besar dan liar ini membuatku tidak lagi bisa menahannya. Akhirnya pertahananku bobol, tubuhku bergetar dan rasa nikmat yang luar biasa secepat kilat berkumpul dari segala arah dan menyatu diujung lobang kencingku. Aku merasakan denyutan yang cepat dan berkali-kali dalam waktu singkat membuatku mengerang, lalu ..... CROTTTT ...CROTTT...CROTTTT Spermaku muncrat berkali-kali sampai membasahi karpet yang ada di bawahku dan sudah sampai berkali-kali denyutan itu berhenti. Lalu sisa spermaku mengucur pelan dari kepala kontolku yang menghadap ke bawah.

Belum sempat aku bernafas, tiba-tiba kedua tangannya memegang bahuku lalu dengan suara yang kuat dia menghujam-hujamkan batang kontolnya, ARGGHHHH ... ARRGHHHH... ARGGGHHH kira-kira begitu bunyi erangannya. Aku merasakan sampai lututku seolah bergerak beberapa senti kedepan. Lalu dia membenamkan seluruh batang kontolnya kemudian memutar pinggulnya tak karuan dan mengerang keras ... ARGGGGHHHHHHH.... CROTTTTT ...CROTT.. CROTTTT Aku merasakan semburan sperma berkali-kali didalam lobang anusku dan aku bisa merasakan betapa banyak semprotan spermanya seolah-olah dia belum pernah mengeluarkannya bertahun-tahun. Sperma yang tak tertampung meleleh keluar dan menjalar pelan dipaha belakangku dan jatuh kelantai.

Dia menjatuhkan kepalanya dipunggungku dengan batang kontol yang masih di dalam lobang pantatku. Aku mendengar dengusan nafasnya yang cepat, aku tahu dia sedang mengatur kembali nafasnya. Aku tersenyum puas akan kenikmatan yang kurasakan dan yang dia berikan baru saja.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.