Sabtu, 03 Desember 2011

Minum Kencing Om Bun Siong

Perkenalkan nama gw Dave 19 tahun, banyak yang bilang gw cakep. Tapi sebagian besar dari mereka bilang gw gak ganteng, tapi imut. Cukup lucu juga sih dengarnya, ya tapi emang begitulah. Suatu hari gw pergi dengan seorang teman kampus gw, namanya Darmawan. Darmawan itu orang Chinese sama kaya gw, tampangnya biasa aja. Tapi sumpah mati gw diam-diam tergila-gila dengannya. Setau gw Darmawan cowok normal, dan bahkan bisa dibilang playboy. Tapi gw rela menyerahkan seluruh badan gw, terutama lobang pantat gw buat dia.

Back to the story, karena udah kemalaman akhirnya gw mutusin untuk nginap di rumah Darmawan. Wah seneng luar biasa gw. Sesampainya di rumahnya, Darmawan menunjukkan kamar buat gw tidur. Alangkah kecewanya gw karena Darmawan menyuruh gw tidur di kamar adik laki-lakinya.

Hari itu kebetulan di rumah Darmawan tidak ada anggota keluarga lainnya, karena nyokap dan ke-dua orang adiknya udah berangkat ke Pontianak untuk menghadiri pesta pernikahan saudara di sana. Lusa, Darmawan dan ayahnya juga akan menyusul ke sana, karena bokapnya harus mengurusi toko di Jakarta sementara Darmawan sendiri bilang ogah lama-lama di Pontianak. Setelah mandi dan ganti baju dengan baju yg selalu gw siapin di bagasi mobil gw, Darmawan mengajak gw untuk mencari tukang nasi goreng yg biasa mangkal di dekat taman komplek.

Malam itu, Darmawan keliatan beda dengan Darmawan yg biasa gw liat di kampus. Saat itu, dia hanya mengenakan celana pendek berbahan parasit berwarna hijau dan kaus lengan buntung berwarna putih. Melihatnya saja udah bikin gw ngaceng berat, tapi gw berusaha menutupi nya karena malu takut ketauan Darmawan. Sepulang membeli nasi goreng, di depan rumah ada sebuah mobil pick-up parkir, rupanya itu adalah mobil bokapnya Darmawan. Karena garasi rumah Darmawan hanya cukup untuk satu mobil, dan di dalam garasi udah terparkir manis mobil gw. Maka terpaksa mobil pick-up itu diparkir di luar garasi.

Bokapnya menyambut kami dengan ramah, gw buru-buru minta maaf dan hendak mengambil kunci mobil untuk memindahkan mobil. Namun buru-buru dilarang oleh bokapnya Darmawan, katanya siapa juga yg tertarik mencuri mobil pick up kaya gitu. Antara gak enak dan lega gw mengucapkan terima kasih. Darmawan lantas memperkenalkan gw ke bokapnya, gw langsung menjulurkan tangan sambil menyebutkan nama gw, sementara bokapnya Darmawan menyambut tangan gw dan menyebutkan namanya. Namanya Bun Siong, namun bokapnya menyuruh gw panggil dia Om.

Karena udah larut, gw minta izin untuk tidur kepada Om Bun Siong. Akhirnya kami semua masuk ke dalam kamar masing-masing untuk tidur.
Belum lama gw masuk kamar, tiba-tiba ada sms dari Darmawan yg isinya “Woy hati2 loh, kamar adek gw banyak setannya.”
Segera gw balas smsnya dengan “Biarin, kali aja setannya suka ama gw. Wkwkwk”.

Tidak sulit buat gw buat tidur karena malam itu gw capek banget, jadi begitu nempel bantal maka gw langsung masuk ke alam mimpi. Tengah malam sekitar jam 2 gw tiba-tiba terjaga karena haus. Dengan ragu-ragu gw keluar kamar untuk ke dapur mengambil minum. Baru aja keluar kamar, gw melihat layar tv di ruang tengah menyala, dan ternyata gambar pada layar tv adalah adegan sex, di layar terlihat seorang perempuan Jepang sedang dientot oleh seorang pria bule, sementara mulutnya sedang menyepong kontol pia Jepang berseragam polisi.

Karena lampunya dimatikan dan orang yg menonton itu membelakangi posisi gw berdiri sekarang, Gw langsung menyangka bahwa yg sedang menonton film itu adalah Darmawan. Tanpa pikir panjang gw langsung menepuk pundak orang itu, dan alangkah kagetnya gw ternyata orang gw tepuk pundaknya adalah Om Bun Siong, bokapnya Darmawan.

Malu setengah mati gw waktu itu. Om Bun Siong dengan enteng menjawab,
“ya maklum lah dave, istri Om udah seminggu di Ponti, jadi Om gak dapat jatah.”

Gw Cuma bisa tersenyum seadanya, dan langsung menuju dapur untuk mengambil minum. Sesampainya di dapur, gw kesal karena air di dispenser habis. Hanya ada air dingin di kulkas. Sedangkan gw sendiri gak bisa minum air dingin, akhirnya gw dengan lancang mengambil panci untuk masak air. Saat gw menunggu air mendidih, Om Bun Siong datang ke dapur dan bertanya kenapa gw masak air. Gw sebutkan aja kalau gw gak bisa minum air dingin.

Om Bun Siong entah serius atau bercanda berkata
“Om mau kencing, air kencing hangat lho, gak dingin.” Gw kaget mendengarnya, langsung gw jawab
“Trus kenapa?”.
“Gak kenapa” jawabnya singkat sambil memegang tonjolan kontolnya sendiri.
Saat Om Bun Siong mau masuk kamar mandi, gw iseng nyeletuk
“boleh juga sih, daripada nunggu air matang, udah haus banget.”

Om Bun Siong langsung menghampiri gw dan matiin kompor, lalu menggandeng gw ke kamar mandi sambil berbisik
“Kamu homo ya?” Gw hanya bisa menunduk malu.

Sesampainya di dalam kamar mandi, Om Bun Siong langsung mengunci pintu dan membuka celananya. Saat itu gw gak bisa melihat jelas fisik Om Bunn Siong, karena lampu kamar mandi agak remang-remang. Om Bun Siong menyuruh gw membuka mulut gw lebar-lebar, sementara dia menurunkan sedikit celana pantai yg dipakainya dan sejenak kemudian mengalir deras air kencing Om Bun Siong ke arah mulut gw.

Gw gak sempat mempehatikanlagi bentuk kontolnya saat itu. Karena jaraknya cukup jauh, yaitu 30cm, maka air kencing itu bececeran ke seluruh muka gw, daripada mubasir lalu dengan berani gw maju dan mencaplok kontol yg sedang mengalirkan air kencing deras bak jetpump itu. Rasa air kencing Om Bun Siong anget dan asin banget. Om Bun Siong langsung mendesah pelan, dan kontolnya yg semula lemas perlahan-lahan menjadi hidup. Om Bun Siong menarik kontolnya dari mulut gw secepat kilat dan menaikkan celananya lagi, gw sempat kecewa saat itu tapi gw cuma bisa diam. Om Bun Siong lalu menyuruh gw menunggu di kamar dan jangan mengunci pintu kamar, gw pun mengiyakannya.

Pas gw baru menutup pintu kamar, tiba-tiba Om Bun Siong membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Dalam hati gw sangat senang, gak dapat anaknya, bokapnya duluan deh. Sebelumnya gw agak takut, karena takut ketauan oleh Darmawan. Namun Om Bun Siong bilang bahwa Darmawan kalau tidur seperti kerbau, akhirnya gw pun setuju. Jujur, tampang Om Bun Siong lebih cakep dari Darmawan. Dengan tinggi sekitar 170 cm dan berat badan yg ideal untuk pria umur 42 tahun, sekilas mukanya mirip aktor Ferry Salim.

Om Bun Siong langsung membuka bajunya hingga telanjang bulat, dan menyuruh gw buat telanjang juga. Gw terpana melihat badan Om Bun Siong yang telanjang karena ternyata dada Om Bun Siong ditumbuhi bulu-bulu halus yang sangat banyak, perutnya yg rata walaupun gak sixpack, putingnya berwarna coklat kemerahan sangat seksi, sementara itu, lengan-kaki dan paha Om Bun Siong terlihat berotot dengan urat-urat yang menonjol di kulit putihnya itu, dan yg paling keren adalah ada tato cukup besar bergambar naga di lengan kanan Om Bun Siong.

Namun gw kecewa waktu melihat kontol Om Bun Siong, kontolnya kecil dan berkulup, hanya sepanjang hp Blackberry lebih sedikt ketika ngaceng sempurna, dengan diameter hanya seukuran tiga jari orang dewasa. Walaupun demikian jembutnya sangat lebat, dan barangkali lebih lebat dari rambut di kepalanya. Tanpa menunggu aba-aba, Om Bun Siong lansung mencipok mulut gw dengan rakus sambil berdiri. Gw kelabakan melayani invasi Om Bun Siong yg luar biasa rakus itu, gw gak dibiarkan untuk bernafas oleh Om Bun Siong, bahkan untuk membalas cipokannya itu pun gw gak dibiarkan.

Akhirnya gw pasrah menerima lumatan demi luamatan Om Bun Siong, menerima air liurnya yg ditumpahkan ke mulut gw. Sementara tangan Om Bun Siong meraba-raba bagian belakang tubuh gw, beberapa kali dia menepok pantat gw dan menggesekkan jarinya di sekitar lobang pantat gw. Gak mau kalah, gw juga meraba putting dan dada Om Bun Siong dengan tangan kanan gw, sementara tangan kiri gw meremas kontolnya. Sekitar setengah jam kami seperti ini. Berikutnya Om Bun Siong mengentikan aksinya dan gw sedikit bisa bernafas lega sejenak. Om Bun Siong langsung duduk di atas meja belajar dan menyuruh gw menyepong kontolnya. Karena kesal pada perlakuan kasar Om Bun Siong yg tidak membiarkan gw membalas cipokannya, gw mengejek dengan berkata

“Ah om, kontol segini mah gak bakal bikin puas! Kecil begitu”. Tanpa diduga Om Bun Siong marah dan menampar gw cukup keras, dan berkata
“Udah cepetan, kamu isap om punya. Atau om bilang ke anak om kalau kamu homo.”

Herannya tamparan itu malah membuat gw semakin bergairah dengan Om Bun Siong. Pelan-pelan gw jilatin puttingnya yang ditutupi bulu halus itu dan menjalar ke ketiaknya, lalu turun ke pusar dan berujung di kontolnya. Gw ciumi kontol itu di semua sisi berulang kali. Terdengar Om Bun Siong melenguh keenakan dalam bahasa Chinese Pontianak. Puas menciumi kontolnya, gw mulai menjilati kontol Om Bun Siong dengan bernafsu sampai kontol itu basah oleh ludah gw, terakhir gw masukkan kontol itu ke dalam mulut gw. Sangat mudah mencaplok habis kontol Om Bun Siong, gw sengaja mengenakan gigi ke kontol Om Bun Siong agar dia kesal dan menjerit sakit, lama kelamaan pinggul Om Bun Siong mulai maju mundur dan menggeol tanda dia sangat kenikmatan.

Gw hisap kontol itu dalam-dalam, namun ternyata lagi-lagi Om Bun Siong gak membiarkannya, dan pada akhirnya gw berebut menyedot kontol itu sementara kontol itu menolak untuk gw sedot. Selama itu pula gw mulai merasakan cairan precum asin yang keluar sedikit demi sedikit dari lobang kontolnya, dan dengan bergairah gw telen. Sekitar duapuluh menit Om Bun Siong mulai kewalahan dan sedikit lagi muncrat.

Benar saja, tiba-tiba Om Bun Siong menekan dalam-dalam kontolnya dan creeeethhhhhh………. Crrrooottttthhhhhh……… crrroooootttthhhhh………. pejuh Om Bun Siong mencrat di dalam mulut gw diiringi lenguhan panjang Om Bun Siong
“aaarrrrgggghhhhh hhmmmmmpppphhhh ……..”.

gw gak langsung menelan habis pejuh itu, anget-asin-pahit-gurih rasa pejuhnya gw nimatin benar-benar. Lalu gw keluarkan kontol Om Bun Siong dari mulut gw dan gw menggoda ke arah wajah Om Bun Siong yang keringatan sambil membuat balon-balon dari pejuh seperti permen karet di mulut gw, baru setelah itu gw telan habis pejuh itu. Gak berapa lama Om Bun Siong berkata ingin kencing, kembali gw tawarkan mulut gw dan dia pun setuju. Namun kali ini bukannya air kencing yg keluar, malah pejuh segar yg kembali muncrat di mulut gw.

“Gila, mulut kamu bikin Om muncrat terus, apalgi lobang kamu yg ini yaa..?” sahut Om Bun Siong seraya tangannya mentowel-towel lobang pantat gw.
“ya iya dong Om. Om mau emang ngentotin aku?” jawab gw dengan nada menggoda.
“Mau sekali. Sedahsyat apa sih lubang kamu itu?” Tanya Om Bun Siong dengan gaya khas pria Chinese.
“cobain aja Om.” Jawab gw.

Gw menyuruh Om Bun Siong berbaring di kasur sementara gw duduk di atas mengangkangi kontolnya, Om Bun Siong langsung menusukkan kontolnya ke dalam lobang pantat gw. Gak susah buat kontolnya untuk masuk, karena selain ukurannya yg tidak besar, gw juga sudah sering menyodokkan dildo ke dalam lobang gw. Meskipun demikian, menurut Om Bun Siong, lobang gw sangat sempit, jauh lebih sempit dari memek. Setelah kontol itu terbenam di lobang gw, Om Bun Siong langsung menggenjot lobang gw kayak menggenjot sepeda gunung.

Sangat keras dan cepat, gw merasa sedikit perih ketika kontol itu ditarik keluar karena Om Bun Siong mengentoti gw tanpa pelumas apapun. Capek dengan posisi ini, gw meminta Om Bun Siong mengentotiku gw dengan gw di terlentang di bawah dengan kaki gw berada di atas pundak si Om, sementara itu Om Bun Siong menusuk lobang gw dengan posisi push up. Walaupun dengan cara ini lobang gw menjadi lebih sempit, tetapi Om Bun Siong tetap saja menggenjot kontolnya sekuat tenaga. Keringat bercucuran membasahi badan kami berdua.

Karena posisi gw di bawah, ketika keringat Om Bun Siong jatuh menetes, gw bisa dengan mudah menelannya. Rasanya asin gimana gitu, tapi nikmat senikmat pejuh dan air kencing Om Bun Siong. Dientot seperti ini membuat gw gak bisa lagi tahan dan crett creett creettt pejuh gw muncrat membasahi perut gw dan perut Om Bun Siong.

“Bangsat… enak banget kamu punya lobang. Arrggghhhh Arrrggghhhh Ngentoottt”

celoteh Om Bun Siong berulang kali. Kontraksi di lobang gw ketika gw muncrat tadi, membuat lobang pantat gw menjepit kontol Om Bun Siong dan Kali ini saat Om Bun Siong mau mengeluh, langsung buru-buru gw mencaplok mulutnya. akhirnya crrroooootttttt….. crrrooooorrrttthhh….. kontol Om Bun Siong menembakkan pejuhnya di dalam pantat gw hampir dua belas kali tembakan.

Rasanya hangat dan seperti ingin buang air, tapi nikmat luar biasa. Seluruh pejuhnya langsung masuk membanjiri usus gw tanpa ada yg menetes keluar. Om Bun Siong tersenyum puas dan kembali mencipok mulut gw, kali ini jauh lebih lembut, dan berkata

“Coba kamu perempuan, Om nikahin deh kamu. Habis enak banget service kamu. Tapi kamu jangan beginian dengan Darmawan ya, mulai sekarang kamu adalah pacar Om.”

Mendengar itu, gw langsung mencipok mesra lagi mulut Om Bun Siong. Sejak menembakkan pejuhnya di dalam lobang gw, Om Bun Siong masih tetap membiarkan kontolnya bersarang di lobang gw. Perlahan gw rasakan kontol itu melemas, dan lima menit kemudian tiba-tiba gw merasakan ada sesuatu yg mengalir di lobang gw, dan ternyata Om Bun Siong sedang mengencingi lobang pantat gw. Gila nih Om, pikirku.

“hangat ya kencing Om?” Tanya Om Bun Siong,
“he-em” sahut gw singkat.

Posisi gw yg terlentang di bawah dan posisi lobang gw yg menghadap ke atas membuat sebagian besar air kencing Om Bun Siong masuk memenuhi usus gw, sisanya keluar mengalir ke paha gw dan mendarat di atas kasur. Bau pesing langsung memenuhi kamar itu,

“Om, bau pesing gini, nanti Darmwan curiga gimana?” Tanya gw.

“Tenang aja Dave, Darmawan gak akan tau selama kamu gak cerita. Nanti kamu langsung mandi dan ajak dia jalan aja, biar Om jemur kasur di luar biar cepat kering.”

Setelah selesai, kira-kira jam 5 Om Bun Siong keluar kamar dan masuk kamarnya sendiri. Sementara gw masih terbaring puas di atas kasur. Pagi hari kira-kira jam 8, gw udah mandi dan berpakaian lengkap, Darmawan juga sudah mandi. Kami langsung berangkat ke kampus bareng pagi itu. Sementara Om Bun Siong sibuk menjemur kasur bekas pergumula

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.