Sabtu, 31 Desember 2011

Aku dan Dedi

Umurku 13 tahun saat ibuku yang bekerja sebagai perawat di sebuah RS Pemerintah menikah lagi dengan seorang tentara yang bekerja di KODIM dekat rumah. Awalnya aku tidak terlalu setuju, karena sejak ayah ibuku bercerai aku lebih suka hidup sendiri bersama ibu, lagipula calon ayah tiriku itu juga punya seorang anak laki-laki yang umurnya 2 tahun lebih tua dariku. AKu membayangkan sekamar dengan orang lain pasti menyebalkan, lagipula aku sudah mulai kenal ngocok kontol pasti kalau dia sekamar denganku, aku menjadi tidak bebas lagi ngocok kontolku.

Namanya Dedi, anaknya tidak terlalu menyenangkan untukku. Tapi pernikahan itu terjadi dan sekarang dia tinggal sekamar denganku. Dedi kalau mandi nggak pernah mau repot-repot nutup pintu, jadi kalau kebetulan melintas di kamar mandi lantai atas saat dia mandi pasti bisa melihat dia sedang telanjang.

Meski demikian aku tidak terlalu akrab dengannya sampai sekitar 2 bulan, sampai pada suatu malam saat aku belum tidur, dia yang tidur di ranjang sebelah bertanya padaku. "Lo dah pernah ngocok belum Yud?" tanyanya. Aku kaget mendapat pertanyaan itu.

Ok, aku 13 tahun dan aku sudah mulai ngocok kontolku sejak mimpi basah beberapa bulan yang lalu. Tapi ditanya seperti itu tentu saja aku menjadi malu. "Kenapa lo, kok bingung?" tanya dia lagi. Aku masih diam saja dan hanya memandang dia dengan senyuman yang malu-malu dan itu pertama kalinya aku senyum sama dia. "Sama gua aja malu-malu, nih gue kasih liat," katanya. Kemudian dia bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri. Saat itu dia hanya memakai sarung saja, lalu sarung itu dia lepas dan turunkan.

Lewat cahaya bulan di luar aku bisa melihat kontol Dedi ternyata sudah ngaceng. Kemudian tanpa sungkan dia mulai ngocok kontolnya, "Kayak gini, masa lo belum pernah sih?" tanya sambil terus ngocok kontol miliknya. Baru sekali ini aku melihat kontol orang yang lebih tua dariku sedang ngaceng dan rasanya sangat fantastik. Kemudian sambil tetep ngocok kontolnya Dedi berjalan ke dinding tempat saklar lampu dan dia menghidupkan lampu!

Sekarang aku bisa melihat jelas tubuh dan kontol Dedi. Badan telanjang Dedi biasa saja, tapi meski dua tahun berbeda dariku bisa aku katakan dia jauh lebih berkembang. Pahanya terlihat kencang dan agak besar, sementara dadanya yang masih mulus tak berbulu sedikit terbentuk, serta sudah mulai ada garis kehitaman di daerah pusar dan turun sampai keselangkangannya. Jembutnya mulai tumbuh lebat dan ukurannya sekitar 14cm, cukup fantastis buatku. Dia kemudian duduk di kasurnya dan menghadap ke arahku. "Udah pernahkan?" tanyanya. "Iya," jawabku malu-malu. "Ya udah, kalo lo mau kocok aja kayak gue." Dia kemudian kembali mengocok kontolnya yang masih tegak mengacung. Dia terlihat sangat menikmati kocokannya, sementara tangan kanannya yang bebas memilin-milin pentilnya sendiri. "Arggghhh," gumamnya. Dia kemudian menatapku, "udah, buka aja."

Akhirnya dengan setengah terpaksa gue turunin celana pendek gue dan malam itu gue nggak pake celana dalem jadi kontol gue yang udah ngaceng langsung menyembul keluar. "Bagus juga kontol lo," kata Dedi sambil terus mengocok kontolnya. "Tapi gedean kontol lo," kataku mulai mengelus-elus batang kontolku sendiri. Dedi kemudian pindah tempat dan duduk disebelahku. "Kita ngocok bareng yuk," ajak Dedi. Aku mengangguk dan kami berdua mulai asik mengocok kontol masing-masing.

Tiba-tiba aku merasa biji pelerku ada yang memegang. Aku segera membuka mataku, ternyata jemari Dedilah yang memegang biji pelerku. Aku berusaha menepis tangannya tapi dia berkata, "Udah lo kocok aja, gue usapin peler lo, gue jamin pejuh lo muncratnya lebih banyak." Dedi mulai mengusap-usap biji pelerku yang masih mulus tanpa bulu. Usapan demi usapannya sangat enak, membuat pejuhku mengalir semakin cepat dan ... CROTT...CROTT ..CROTTTT pancaran pejuhku menyemprot cepat tak terkendali dan banyak sekali serta masih kental.

Semprotan pejuhku bahkan sampai mengenai tangan dan paha Dedi. "Gila lo nyemprot banyak juga," katanya sambil tersenyum sambil mengelap pejuhku yang ada ditangan dan pahanya dan dia mengambil handuk kecil dari meja lalu mengelapnya disana. "Taunya enak ya ngocok sambil megang biji," kataku malu-malu. "Iya enaklah. Apalagi sambil milin-milin pentil pasti lebih enak," ujar Dedi yang mulai mengocok kontolnya lagi. "Lo bantuin gue dong kayak tadi," "Maksudnya?" "Ya, usapin biji gue," Aku kemudian memegang biji pelernya dan biji peler Dedi lebih besar dari milikku serta berbulu. Aku senang sekali memegangnya, inilah bakal bibit gayku. Aku sangat tertarik dengan bulu jembutnya, jadi selagi tangan kananku mengusap-usap bijinya, tangan kiriku mengusap-usap bulu jembutnya.

Dedi mendesah sedikit lebih kuat saat tanganku mengusap-usap bulu jembutnya. Kemudian tak sengaja aku menyenggol batang kontolnya dan meski hanya menyenggol aku merasakan sensasi, jadi aku mulai mengusapi pangkal kontolnya dan desahannya menjadi lebih kuat. "Yud, lo kocokin kontol gue ya?" kata Dedi mengagetkanku dengan permintaannya itu. Mulanya aku merasa canggung, tapi rasa ingin tahu seperti apa rasanya megang kontol orang lain membuatku setuju.

Dedi melepaskan genggamannya dan digantikan oleh genggamanku. Rasa hangat bekas gesekan tangan Dedi sebelumnya terasa saat telapakku menyentuh kulit batang kontolnya. Aku bergerak reflek, tiba-tiba ujung jemariku membelai-belai kepala kontolnya yang berkilat dan cairan kental bening mulai merembes keluar, "Kok yang ini bening, memangnya lo dah keluar ya?" tanyaku bingung. "Bego banget sih lo, ini namanya cairan precum. Cairan ini keluar kalo kita kerangsang, kayak sekarang ini, tangan lo ngusap pala kontol gue." jawab Dedi. Aku mengangguk-angguk mengerti.

Kemudian aku menggenggam batang kontolnya, sensasi lain kembali aku rasakan. Batangnya berdenyut-denyut sehingga batang kontolnya bergerak naik turun. Sekarang aku mulai mengocok batang kontolnya dan kocokanku sedikit menguat. Dedi mendesah-desah keenakan. Aku turun ke bawah dan mendekatkan wajahku ke kontolnya karena aku penasaran dengan kontolnya Dedi. Dedi membuka kedua kakinya lebar lalu berkata, "Lo mau yang lebih enak ga Yud?" Aku menghentikan kocokanku, "Ngapain lagi?" "Kalo lo mau, lo jilatin kontol gue terserah dibagian yang lo suka." "Emangnya enak?" "Ya lo coba aja sendiri."

Aku kemudian merapatkan diri ke selangkangannya dan lidahku menjulur keluar menyapu kepala kontolnya pelan-pelan. Aku nggak begitu mengerti kenikmatan apa yang kurasakan, tapi aku kembali merasakan sensasi yang berbeda dan sensasi itu membuat batang kontolku yang tadi layu mulai bergerak lagi. Sekarang aku semakin menyukainya dan lidahku mulai lebih aktif menyapu seluruh area kepala kontolnya dan kemudian pelan-pelan menguasai daerah batang kontolnya. Kontolku sekarang sudah ngaceng penuh. "Lo mau nggak ngisep kontol gue yud?" tanya Dedi. "kayakmana caranya?" aku kebingungan. Dedi kemudian melihat kontolku yang sudah ngaceng lagi, "Lo tidur aja di kasur nanti gue ajarin caranya."

Aku naik ke tempat tidurku dan berbaring telentang. Dedi kemudian mendekat kearah selangkanganku, "Perhatiin sama lo caranya ya." kata Dedi. Aku menanti apa yang terjadi dan tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang basah di batang kontolku, dan sesuatu itu mulai bergerak dan ke bawah ke arah pangkal kontolku. Rasa geli dan nikmat menjalar cepat di batang kontolku dan sesuatu yang basah itu ternyata kedua bibir Dedi yang merapat erat di batang kontolku.

Seluruh kontolku amblas semua dimulut Dedi dan sekarang dia naik lagi keatas, aku nggak tahu harus apa lagi karena rasa enak itu mulai berlipat-lipat jumlahnya dalam waktu yang sangat cepat. "Ahh..ahhh, awas Ded...awas...." Tapi Dedi tidak melepas kontolku, yang ada dia malah kembali membenamkan seluruh kontolku dan hasilnya ... CROTTTTTTT.... CROTTTTT...CROOOOTTT Aku kembali muncrat dan masuk semua ke dalam mulut Dedi. Setelah aku kembali kekesadaranku aku bertanya, "Kok ditelen?, apa lo nggak jijik?" "Apapun yang keluar dari kontol laki-laki yang bisa bikin kita enak pasti juga enak." katanya. "Sekarang lo isep kontol gue ya, tapi inget jangan kena gigi ya, sakit. Kalo lo ngerasa nggak bisa lagi, lo mendingan lepas aja daripada kontol gue kegigit, OK?"

Aku mengangguk. Aku ingin membalas rasa enak yang tadi aku rasakan. Dedi kini terbaring telentang dan kontolnya menjulang ke atas bagai tiang bendera dengam rumputan hitam disekeliling pangkalnya. Aku memasukkan kepala kontolnya pelan-pelan ke dalam mulutku, kemudian kurapatkan dan kuputar-putar. Hasilnya Dedi mengerang dan aku yakin erangan itu tanda kenikmatan. Aku melakukan seperti yang tadi dilakukannya, mulutku meluncur pelan kearah pangkal kontolnya. Aku mulai merasakan enaknya mengisap kontol.

Sampai aku agak kesulitan, aku lepas lagi kontol itu. Aku mengambil waktu sebentar lalu mulai mengisapnya lagi. Ahhh ternyata aku sangat menikmatinya. Kini gerakanku sudah semakin lancar, bahkan aku bisa menelan semua 15cm batang kontol miliknya. Terkadang saat aku mencapai batang kontolnya, disaat bibirku menyentuh bulu-bulu jembutnya, batang kontolnya dalam mulutku aku remas agak lebih keras dengan mulutku lalu aku goyang-goyangkan kekiri dan kekanan.

Tiba-tiba tanpa pemberitahuan .... CROTTTT...CROTT..CROTTTTTT, sperma Dedi muncrat dalam mulutku. Aku sontak kaget dan buru-buru melepas batang kontolnya, tapi terlambat. Sebagian spermanya tertelan. Aku mau marah, tapi saat sperma itu tertelan rasanya ternyata sangat enak, sehingga aku memutuskan tidak jadi marah. Yang ada aku malah memegang batang kontolnya dan mengelap sisa-sisa pejuhnya dengan lidahku dan menelannya kemudian.

Kami berdua terbaring dikasur sambil mengatur nafas. "Enak kan?" tanya Dedi padaku. Aku mengangguk. "Kita coba lagi kapan-kapan ya Yud." Aku kembali mengangguk. "Lo pernah ngelakuin ini sama temen lo nggak Ded," "Pernah," "Dia suka?" "Suka lah, mana ada sih laki-laki yang nggak suka kontolnya diemut kayak gitu." "Semua laki-laki suka?" "Iya, cuma suka ada yang gengsi lebih milih perempuan, padahal cuman laki-laki sendiri yang tau bagian-bagian yang bikin enak kontol." Aku mengangguk tak ada komentar.

Kami kembali terdiam. "Ded, kapan-kapan bawa temen lo kesini dong." "Lo mau?" "Iya. Kontolnya kayak apa sih Ded?" "Gede. Dia kakak kelas gue di SD dulu, sekarang sudah mo tamat SMA." "Asik dong." "Pastilah." "Janji ya Ded lo bakal bawa dia kesini." "OK,"

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.