Minggu, 04 Desember 2011

Hadiah Untuk Diriku

Setelah lulus kuliah dan bekerja sebentar di Inggris, aku berencana untuk memberikan sendiri yaitu keliling Asia selama beberapa waktu, dimulai dari China, Hong Kong, Thailand, Vietnam, Kamboja, Singapore, dan baru kembali ke Jakarta.

Tempat pertama yang kukunjungi adalah Hong Kong karena selain dapat ‘pulang’ bersama dengan teman – teman Hong Kong, penerbangan Inggris – Hong Kong pun juga sangat mudah. Dari sana, aku berangkat sendirian ke kota – kota kecil di China dan barulah tiba di Beijing.

Cuaca panas terik yang membakar sudah terasa begitu tiba. Walau masih sesama negara, namun kota bagian lain tidak sepanas ibukota. Bukan karena polusi udara atau pembangunan yang tinggi, tetapi lebih dikarenakan angin yang bertiup dari gurun pasir di arah Timur.

Dengan baju santai dan celana kain panjang yang pas di tubuh, aku memulai ‘perjalanan sejarah’ dari sebuah taman yang dulunya merupakan tempat berdoanya sang kaisar dengan para biksu. (Temple of Heaven) Sebelum masuk ke taman tersebut dan ingin membeli tiket masuk, seorang anak muda (seumuran denganku) menghampiri dan mengajak berbicara dalam Bahasa Inggris yang kurang lancar (namun dimengerti).

“Namaku Jack. Butuh tour guide?” Tanyanya. “Boleh juga.”

Dalam taman, kami berkeliling sambil ia menjelaskan semua sejarah dibaliknya. Ia juga menawari untuk berkeliling ke tempat – tempat lain. Dengan tinggi kurang lebih 178cm dan berat yang ideal, penampilan yang keren (tidak seperti anak muda lainnya di Beijing saat itu), dan raut wajahnya yang charming, siapa yang menolak untuk ditemani ‘kencan’?

Ketika ingin mengambil minuman, buku guide yang kupegang jatuh dan tiket gay bar yang aku kunjungi malam sebelumnya serta dan sebungkus kondom (bungkusnya saja) yang kujadikan pembatas buku jatuh berserakan.

“Kamu ke tempat ini ya tadi malam?” Tanya Jack. “Err, iya. Kamu juga?” “Iya. Acara tadi malam bagus ya? Berarti kamu….”

Sebelum ia bertanya selesai, aku meng-iyakan pertanyaannya. Kami berdua tersenyum. Memang, jika dilihat kami berdua bukan tipe gay yang mudah ditebak dari luar. Hubungan kami tetap professional setelah itu walau terjadi pembicaraan – pembicaraan yang nakal (normal aku rasa untuk kita semua). Kudapati ternyata ia masuk kuliah dan mencari uang tambahan agar dapat meneruskan sekolahnya di Amerika.

Keesokan harinya, ia membawaku ke Istana Terlarang (Forbidden City). Disana kami melihat begitu banyak istana dan ruangan yang digunakan oleh kaisar untuk bekerja dan ‘bermain’. Aku pun mengusilinya dan berkata, “Apakah enak untuk ‘bermain’ disini?” Kami hanya tertawa. Dibawah sinar matahari yang terik, keringat bercucuran. Aku menjadi sedikit bergairah ketika melihatnya mengelap keringat di lehernya. Ingin rasanya kucium dan merasakan wangi tubuhnya yang alami. Kulihat ia juga sedang bergairah dibawah celana kainnya.

Sesekali ia kugoda dan ia membalasnya. Dari Forbidden City kami menuju ke Daerah Tua, suatu daerah dimana orang – orang Beijing ini masih tinggal dengan keadaan sama persis dengan ratusan tahun yang lalu. (Hutong area) Ketika sedang beristirahat di daerah yang benar – benar sepi aku mulai meraba pundaknya lalu ke tangannya. Ia tidak menolak bahkan terlihat malu – malu. Kita berdua lalu ke wc umum dimana wc ini hanya digunakan untuk penduduk sekitar untuk mandi dan lainnya. (Untungnya bersih.)

Aku langsung memeluknya dan ia mulai membuka celana yang kukenakan. Tidak mau kalah, aku juga menurunkan celana kain yang ia kenakan. Tidak lama, kulihat batang penis berwarna putih kemerahan sedang berdiri tegak dengan ukuran standard. Ia terkagum melihat punyaku yang memang jauh diatas ukuran orang Asia.

Sambil mencium, ia memainkan penisku dengan cepat namun lembut. Aku kemudian mencium lehernya yang sudah kutunggu dari tadi. “Arrgh, nikmatnya. Aku sudah menunggu hal ini dari tadi,” komentarku. “Aku juga. Hmm, ciumanmu membuatku makin bergairah.”

“Boleh kuisap?” Tanyanya. “Jangan ditunggu lagi. Please, cepat.”

Ia menghisap penisku seperti memakan Ping Tang (permen khas China yang terbuat dari buah yang dilapisi gula caramel). Tidak kusangka bahwa ia sangat pintar memainkan penis. Semua letak sensitive-ku dimainkan tanpa terlewati sedikit pun. Aku tentu juga ingin menikmati Ping Tang asli khas Beijing. Aku menuntunya ke atas dan langsung menghisap Ping Tang yang khas.

Sayangnya, dia cepat berorgasme. Pejuhnya bermuncratan di dalam mulutku. Tadinya ingin kubuang tapi ia langsung menciumku dan menelan sperma-nya sendiri sambil mengocok penisku. Kaget tetapi timbul sensasi baru. Setelah aku memberi aba – aba bahwa aku akan keluar, dia langsung jongkok dan menghisap penisku kembali. Seperti kata pepatah orang China, “Setetes darah adalah perjuangan.” Untuknya, “Setetes sperma adalah perjuangan (sex).”

Kita keluar dari wc tersebut dengan santai. Sore telah tiba dan kami makan di sebuah restoran Korea barbeque sambil minum bir. Beberapa makanan khas untuk penambah ‘gairah’ juga kami pesan. Awalnya kami pesan hanya untuk makan saja, tanpa ada unsur ‘gairah’ sedikit pun. Setelah makan, aku mengajaknya ke kamar hotelku.

“Mau nginep disini? Besok kamu juga tidak kuliah kan? Lebih enak tidur bersama daripada sendirian nih.” Tanyaku. “Tapi takut ah. Nanti aku diapa-apain lagi.” Ledeknya. “Yang takut itu aku. Bisa – bisa aku diapa-apain sama kamu. Eh, mau mandi gak?” “Bareng?” “Gak mau juga gak apa apa sih….” Jawabku santai sambil menuju ke kamar mandi.

Ia mengikuti dan mulai membuka bajuku satu per satu. Setelah aku telanjang bulat, aku mulai membuka miliknya. Di bawah air hangat kita saling mencumbu dan membersihkan tubuh masing – masing. Setelah handukan, kami keluar bersama dan ia langsung mendorong tubuhku ke ranjang. Ia langsung mencium punggungku. “Ahh, ahhh, terusin dong, Jack.”

Dengan keadaan nungging ia menempelkan penisnya ke pantat sambil mencium kupingku dengan tangan yang sedang mengocok penisku. Aku hanya bisa pasrah dan mengiijinkan ia melakukan apapun yang ia ingin lakukan. Ia kembali menciumi punggungku perlahan turun ke bawah hingga ke lubang anal. “Arrh…” Aku hanya bisa berteriak merasakan kenikmatan yang ia berikan.

Aku berbaring sambil melihatnya. “Jilatanmu membuatku gila.” “Suka? Boleh aku masukin ke kamu?” “Boleh saja, tapi nanti gantian ya?” “No problem,” Jawabnya sambil mencari kondom dan pelumas dalam tasku.

Ia memulai aksinya dan langsung mengangkat kakiku. Dengan tangan yang berlumuran gel, ia melumuri penisnya yang sudah bersarungkan kondom rasanya mint. Dengan perlahan ia memasukan penisnya. “Ah, dingin sekali.” Komentarku.

Beberapa gaya kami lakukan namun tidak semua jurus dikeluarkan, kalau tidak apa yang nanti bisa dilakukan pada saat aku melakukannya? Dihadapannya, kulihat ia masih memompa penisnya dengan semangat. “Aku ingin keluar.” Aku menghentikan gerakannya dan mencabut penisnya dan kubuka sarung kondom yang ia gunakan. Aku mengocoknya dengan cepat dan tersemburlah cairan hangat yang kental.

Tidak sabar untuk melanjutkan kenikmatan kembali, aku langsung mengenakan kondom mint. “Ayolah. Please, f*** me hard. Tidak usah pakai pelumas lagi. Aku ingin merasakan kerasnya penismu di dalam aku.” Seperti yang ia inginkan, aku langsung memasukan penisku yang tegang keras. Ia nampak kesakitan dan ingin kukeluarkan namun tidak diperbolehkan. “Terusin, please.”

Aku mulai melakukan semua gerakan dan mencoba aneka gaya yang belum kami lakukan. Sambil memasukan dan mengeluarkan penisku di lubangnya, aku memainkan penisnya yang setengah tertidur.

“Ummph…aku mau keluar, Jack.” “Keluarin di dadaku ya.”

Aku mencabut penisku dan ia mengocoknya untukku. “Ah…ahh…” Spermaku berhamburan di dadanya. Ada yang muncrat mengenai mukanya. Walaupun sudah di tetes terakhir ia tidak ingin berhenti mengocok dengan kerasnya di kepala penisku yang sudah berwarna keunguan itu. Aku merasa sedikit kegelian dan ia kembali menghisap penisku untuk merasakan tetes terakhir.

Kami bilas dan tidur bersama. Selama seminggu ia bersamaku dan sebagai imbalan untuk ‘kerja kerasnya’ aku memberikan dia uang lebih agar ia bisa mencapai cita – citanya. Kami masih terus berhubungan dan hingga saat ini jika aku ke Beijing, kita pasti meluangkan waktu untuk bersama namun tidak pernah membahas masa lalu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.