Sabtu, 10 Desember 2011

Kehidupan 3 Pria Dewasa

Firman Ario

Seorang pria sederhana dengan hidup yang monoton, dikelilingi seorang istri dan 3 anaknya. Berangkat setiap pagi ke gym terus ke kantor dan pulang kembali setelah jam 7 malam. Begitu setiap harinya. Sehari-hari tampil segar, walaupun kadang terlihat stress dalam waktu-waktu tertentu. Iman, biasa dipanggilnya, sedang mengalami kericuhan rumah tangga. Istrinya terlalu sibuk mengarungi kehidupan pribadi yang semarak dengan teman-teman lamanya, sehingga terjadilah perselingkuhan yang tidak dapat dicegah lagi. Bukan karena kesepian, bukan karena tidak diperhatikan dan bukan karena orang ketiga. Tetapi masalah kehidupan seksual yang minim diterimanya dari Iman.

“Sidang ditutup”, hakim sudah mengetok palu tanda resminya perceraian mereka. Sang istri mendapatkan bagian yang setimpal dan hak asuh ke-3 anaknya. Iman kalah dalam sidang perceraian. Biaya yang dikeluarkannya untuk membayar persidangan dan lawyer tidak dapat menandingi biaya dari “sang pacar si istri”. Iman yang berusia 30an memiliki posisi yang cukup tinggi di perusahaan tempatnya bekerja, tetapi sidang perceraian ini tidak memenangkannya.

Iman stres berat dan memutuskan untuk berlibur sendiri untuk mengembalikan pikirannya yang sedang kalut. Iman memilih sebuah pulau dikawasan Karimun Jawa, sehingga dia bisa dengan bebas melakukan aktivitas diving, berenang dilaut dan berlayar. Selama beberapa waktu, Iman benar-benar merasakan kebebasan dan kesendiriannya. Dengan sikapnya yang sangat bersahabat, Iman dengan mudah mendapatkan teman-teman baru apalagi mereka memiliki hobi yang sama, olah raga air.

%%%

Pak Karjo

Pak Karjo, supir yang setia itu ikut pindah tinggal di apartemen bersama Iman. Pak Karjo pun merangkap menjadi pembersih apartemen dan kadang masak makanan sederhana untuk majikannya. Pak Karjo layaknya seorang bapak dengan usianya di pertengahan 40, yang mengurus anak semata wayang dan memberikan perhatian yang cukup bijaksana dalam mengurus sang majikan. Pak Karjo sudah dianggap sebagai keluarga dekat, apalagi keluarga Pak Karjo tinggal di kampung.

Sehari-hari Pak Karjo mengantar majikannya ke kantor kemudian kembali ke apartemen untuk mengerjakan pekerjaan tambahannya dan kembali menjemput majikannya di sore hari. Pak Karjo sangat menyukai pekerjaannya. Pak Karjo pulang kampung hanya pada hari lebaran, tetapi setiap bulan rajin mengirimkan uang kepada istrinya untuk meneruskan hidup dan berjualan di toko kecil yang dibangun oleh majikannya.

Usia Pak Karjo sudah tidak muda lagi, tetapi Pak Karjo sangat supel, awet muda dan baik budi pekertinya. Mungkin orang tidak akan tau kalau Pak Karjo seorang supir, apalagi dengan penampilannya yang selalu rapih dengan safari biru tua yang membalut posturnya yang tinggi dan besar. Rambutnya tertata rapih sedikit beruban sesuai dengan usianya.

%%%

Hardiyanto

Seorang kepala keamanan di kawasan apartemen Iman. Usia Ardi lebih muda sedikit dari Pak Karjo, tapi bila mereka berdua sedang bersama, kelihatan seperti adik kakak. Kesamaan dalam warna kulit yang coklat terbakar, postur yang hampir sama, namun lebih berisi dan lebih menunjukan garis-garis badan yang sudah berumur dan berusia. Lengan Ardi lebih terlihat kokoh, apalagi dibalut dengan seragam berwarna putih bersih.

Ardi sangat berpengalaman di bidang keamanan. Pernah menjadi satpam di beberapa gedung perkantoran, di pabrik, di papua, di lepas pantai dan beberapa tempat lainnya yang membuat Ardi banyak kenalan dari segala lapisan masyarakat. Ardi pernah menjadi personal bodyguard dari salah satu pengusaha termuka, tetapi Ardi lebih memilih untuk kerja di tempat umum karena kehidupannya lebih berwarna walaupun uang yang didapatkannya jauh lebih sedikit dari pada sebagai pengawal pribadi.

Ardi seorang duda karena istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu. Anak tunggalnya sudah bekerja setelah lepas kuliah hasil keringatnya selama puluhan tahun. Ardi juga akan segera mantu karena anak semata wayangnya sudah menemukan calon istri yang sangat baik dan sangat perhatian kepada anaknya dan dirinya sendiri.

%%%

‘Hmmm’, Iman mendesah suatu malam selepas seharian diving dan berlayar. Di sebuah kamar hotel, Iman memanggil seorang mbok pijat. Sudah hampir 2 jam di pijat. Setelah selesai, Iman membayar sejumlah uang ke mbok pijat dan meminta untuk datang lagi dalam 2 hari untuk lulur. ‘Maaf den, saya mau ke pulau sebelah karena sudah janji ama tamu lain. Mau ga di bantu sama suami saya aja? Dia juga bisa lulur kok’.

Setelah puas berolah raga air, Iman kembali ke kamar hotel sesuai dengan rencana. Ga berapa lama kemudian terdengar ketukan di pintu kamarnya. Iman menyambut kedatangan suami sang mbok pijat dan segera mengatur posisi di tempat tidur untuk siap di lulur sebelum kembali ke kota.

‘Celana dalem sampean ga mau dibuka aja biar ga kena krim?’. Untuk beberapa saat Iman ragu, tetapi sang bapak pijat mengatakan kebiasaan untuk melihat tamunya telanjang pada saat mau di pijat atau di lulur. Bapak pijat itupun mulai melulur seluruh badan Iman, termasuk daerah paha dalam dan selangkangan. Tanpa diduga, Iman mengalami ereksi yang sangat dahsyat akibat sentuhan-sentuhan yang mungkin cukup erotis di wilayah tertentu. ‘Maaf ya pak, ampe bangun gini’. ‘Gapapa, sampean berarti masih normal, masih bisa bangun dengan rangsangan-rangsangan kecil. Tapi sepertinya dah lama ga di manja tuh. Mau ga sekalian dipijit vitalitas biar ngebantu peredaran darah, tahan lama, dan tetap perkasa?’. ‘Emang pijit vitalitas diapain pak?’. ‘Dipijit bagian alat vital sampean’.

‘Kalo lagi kencing, coba aja sambil jinjit terus dikeluarin, ditahan semenit, dikeluarin lagi, tahan lagi ampe kencingnya abis mas’. ‘Efeknya apa pak?’. ‘Ejakulasinya lebih lama dan lebih banyak keluarnya’. Pembicaraan itu terus berlangsung selama pijat vitalitas dilakukan. Kadang Iman bergidik pada saat bagian bawah biji pelirnya di tekan. Kadang Iman merinding karena batang kemaluannya di tarik kedepan dan di putar-putar. ‘Hmmm…’. Kali ini Iman mendesah karena bagian selangkangan dan sepanjang paha dalamnya di pijat dengan ritme pijatan halus, ditekan keras dan kembali dengan gaya lembut. Selama 30 menit pijatan ekstra itu terjadi dan selama 30 menit Iman mengalami kejadian-kejadian yang mengagetkan, membuat suatu kenikmatan yang berbeda, membuat ketegangan dan kembali rileks. Diputaran terakhir adegan pijat vitalitas, Bapak pijat itu mengurut batang kemaluannya dari pangkal ke arah kepala kontol Iman yang berupa jamur. Beberapa kali pijatan itu dilakukan dan membuat kontol Iman semakin besar, keras dan tegang. ‘Aaaaaaaaah…’, Iman berteriak cukup kencang bersamaan dengan muncratnya kontol Iman dengan cairan putih kental. Iman tidak dapat menguasai orgasmenya yang memuncak. Beberapa semprotan cairan putih itu mengenai dadanya yang cukup bidang, perutnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan akhirnya mengalir di kepalan tangan Pak Pijat. ‘Waduh Pak, maaf, kok saya sampai ga kerasa gitu mau keluar’. ‘Sampean harus terapi kencing tadi, biar bisa ngontrol’. ‘Emang bapak sendiri sering terapi itu?’. Setiap lagi kencing mas, pasti sekalian latihan’. ‘Tadi pas sampean mau keluar, kalau di tahan pasti lebih terasa lagi enaknya’. Terus beberapa rangsangan, pasti kerasa lagi mau keluar. Gapapa kok, nanti lama-lama juga bisa. Sampean belum nikah ya ?’.

%%%

Pak Karjo lagi nyantai di taman dengan Ardi. Ngobrol ngalor ngidul masalah kehidupan, anak-anak, dan pembicaraan yang ringan, tidak terarah dan asal bunyi.

‘Jo, istri di kampung berarti disini ada juga ?’.

Merekapun bergurau tentang seks, ngomongin cewe-cewe di sekitar apartemen, pengalaman Ardi di bidang keamanan yang sering melihat transaksi pelacur dan pembeli dan lainnya. Bener-bener pembicaraan pria yang ga lain di seputar selangkangan.

‘Nah, sampean sendiri dah lama sendiri gini gimana hayo ?’

‘Tangan Jo, makanya keker gini tanganku’, sambil mengepalkan tangan dan menunjukan bisepnya yang besar, kencang, berotot. Ardi memiliki hasrat seks yang tidak terbatas. Sering kali kepergok anaknya kalau lagi ngocok dirumah, malah sering ditawari anaknya untuk mencari pelampiasan dengan perempuan bayaran. Untuk seorang Ardi, pasti gampang mendapatkan perempuan kesepian dan Ardi sering mendapat panggilan beberapa perempuan yang ditolaknya demi wibawa di tempatnya bekerja.

‘Wah Jo, ternyata sampean servis sendiri juga tuh batang?’.

Pak Karjo juga sering ngocok sendiri. Selama pindah ke apartemen dengan majikannya, naluri seks Pak Karjo semakin tinggi. Mungkin karena kondisi yang lebih santai dibandingkan sewaktu tinggal di rumah petak berdekatan dengan tetangga.

‘Ngaceng nih Jo. Ngalor ngidul gini malah bikin repot’.

%%%

Setelah bapak pijat meninggalkan kamar, Iman masih dalam keadaan telanjang dan hanya menggunakan handuk. Kejadian tadi masih dipikirkan Iman. Pada saat kencing, Iman mulai mempraktekan teori yang baru. Kesibukannya dengan teori itu membuat kontolnya tegang kembali dan membuat Iman kembali menikmati seks sendiri dengan mengocok kontolnya yang agak panjang dan gemuk, tegang, berurat, dengan kepala kontol sebesar jamur. Selama mengocok, Iman mempraktekan cara orgasme yang baru dipelajarinya. Beberapa kali sampai akhirnya muncrat untuk kedua kalinya malam itu. Cairannya banyak, berserakan di bawah matanya, di dadanya mengenai putting kirinya yang mengeras dan melenting, di perutnya, di beberapa bagian tempat tidurnya dan dikepalan tangannya yang sedang menggenggam kontolnya yang indah selagi mulai mengecil.

Ntah mendapatkan inspirasi yang baru atau memang diluar kesadaran, Iman menjilat sebagian kecil cairannya sendiri dari kepalan tangannya. ‘Asin, manis, pahit, asam. Gimana kalau ketelen semua seperti di film-film biru itu ya?’.

Pengalaman merasakan cairan kenikmatan pria itu terus nempel di pikirannya selama perjalanan kembali ke kota. Sepintas ada pikiran kotor yang membuat kontolnya mulai terdesak. Sering kali Iman mengatur posisi duduknya agar lebih terasa nyaman, tetapi karena kontolnya yang cukup tegang itu tergencet celana jins, maka kenyamanan yang dicari tak kunjung didapatkannya.

%%%

Pak Karjo kembali ke apartemen karena hari sudah malam. Ardi bergegas ke ruang ganti pakaian sebelum pulang ke rumah.

Setelah mematikan lampu di apartemen, dan membenahi beberapa bagian, Pak Karjo masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Tanpa disadari, kontolnya tegang. Ukurannya tidak seberapa panjang, tapi cukup besar. Warnanya sesuai, tidak terlalu coklat dan tidak juga hitam. Bentuknya cukup mengundang nafsu, ditumbuhi dengan rambut yang cukup lebat tapi tertata rapih. Perlahan Pak Karjo mulai mengurut kontolnya yang tegang dengan tangan kanan. Tangan kirinya perlahan-lahan meraba puting susu kiri yang sedang mengeras dan diteruskan ke kanan dengan memilin puting kirinya. Sabun untuk mandi membantu memperlancar kocokan tangan kanannya. Perlahan tangan kirinya bergerak turun ke perut, ke selangkangannya dan terus kebawah biji kontolnya yang menggantung. ‘Aaaah… Pak Karjo mendesah bersamaan dengan jari telunjuknya masuk ke lobang kenikmatannya sendiri sementara tangan yang satunya tetap mengocok dengan perlahan.

Memasuki ruang ganti baju, Ardi membuka perkakas satpamnya, baju seragam dan celana. Tiba-tiba muncul naluri untuk ngocok. Dia segera duduk dan memainkan benda tumpul di bawah perutnya yang keras dan berotot. Bentuknya panjang, besar, berurat melingkar dan kepalanya agak merah keunguan. Di kocoknya kontol perkasa itu sambil menyender ke dinding dan kepalanya ditahan dengan telapak tangan kirinya. Terlihat tarikan otot dadanya yang bidang, ketiak yang terbuka lebar tanpa seutas rambut, tercukur bersih sehingga memberikan kesan luas dan besar terhadap bicepnya yang kencang. Agar tidak kepergok teman-teman satpam lainnya, Ardi mengocok dengan kuat dan cepat. Keringatnya mulai bercucuran membuat badannya mengkilat dan seksi. ‘Ssssshhhh…’, terdengar desahan suara yang tertahan berbarengan dengan muncratnya air mani dari kontol perkasa Ardi yang menyemprot ke segala arah di ruang ganti keamanan.

Malam itu hujan deras dan Iman tidur dengan nyenyak. Tak di duga, Iman bermimpi buruk, keadaan alam yang menimpa kota tempat tinggalnya, badai salju, angin badai, dan semua serba gelap. Tiba-tiba Iman kaget bangun dan bergegas ke kamar mandi karena kebelet kencing. Iman mengambil kesempatan melakukan terapi yang diberitahukan oleh bapak pijat waktu itu. Sambil melatih, Iman mendengar suara gaduh di balik tembok kamar mandi.

Iman berusaha mendengar kegaduhan di kamar sebelah, kamar Pak Karjo. Tetapi kegaduhannya berupa suatu aktivitas yang konstan sehingga membuat Iman penasaran. Pelan-pelan ia keluar dari kamar mandi, berjalan perlahan menuju kamar Pak Karjo. Iman melihat pintu kamar sedikit terbuka dengan sinar lampu dari dalam kamar. Kalau Iman mengintip, mungkin saja terlihat. Sebentar Iman berpikir dan dengan sigap mendorong pintu kamar Pak Karjo. Waktu menunjukan pukul 3 pagi dengan suara gemuruh hujan di luar. Sewaktu Iman melihat ke dalam kamar Pak Karjo, matanya terbelak kaget seperti melihat hantu.

Pak Karjo sedang dalam posisi terlentang dan kakinya diangkat keatas mengangkang. Pergelangan kakinya dipegang kencang oleh Ardi, sementara Ardi dalam posisi bersujud menghadap Pak Karjo. Tangan Pak Karjo sedang menahan dada Ardi yang padat berisi sambil melakukan gerakan memutar dan memilin. Iman melihat punggung Ardi yang luas, kekar, kokoh dan mengkilat karena keringat. Pinggulnya sedang maju mundur menyebabkan tempat tidur Pak Karjo bergerak mengeluarkan suara konstan yang didengarkan oleh Iman dari kamar mandi sebelah.

Mata Iman terbelak, Pak Karjo kaget melihat Iman di depan pintu, Ardi loncat dari tempat tidur. Ketiganya tidak mengeluarkan kata apapun kecuali saling melihat dan menunggu. Ardi bergegas mengambil celana dalamnya di lantai. Pak Karjo dengan cepat menutup daerah selangkangannya dengan bantal. Iman berusaha santai sambil perlahan keluar dari kamar Pak Karjo.

Sampai dikamar, Iman hanya bengong. Sepintas terdengar suara pintu samping apartemen tertutup perlahan dan beberapa saat kemudian terdengar bunyi panggilan lift. Iman berpikir bahwa Pak Karjo dan Ardi pasti dengan sigap keluar apartemen. Iman pun segera keluar kamar dan begitu pintu terbuka, Pak Karjo berdiri di depan pintu kamar Iman dengan wajah pasrah bagaikan seorang terpidana.

‘Maap Pak’… Belum selesai Pak Karjo mengatakan kalimatnya, Iman sudah memotong, ‘Sejak kapan kalian begituan Pak Karjo?’.

Ardi dan Pak Karjo ternyata sudah menjalin cinta, dimulai dengan iseng-iseng sering ngocok bareng. Malam itu, hujan pertama setelah musim kemarau membuat birahi mereka berdua memuncak. Sudah 2 jam mereka berhubungan seks setelah Ardi tertidur. Sudah beberapa kali Pak Karjo dan Ardi bertukar posisi melakukan penetrasi terhadap lobang kenikmatan mereka berdua dengan kontol-kontol yang penuh nafsu. Ardi menghisap kontol Pak Karjo, dan sebaliknya dalam posisi 69. Semua gaya dilakukan bak kamasutra selama 2 jam terakhir, berdiri, duduk, terlentang, tengkurap, jongkok, bersujud, menyamping, berhadapan, bertolak belakang dan lainnya. Aroma kamar Pak Karjo bercampur baur dengan aroma keras keringat dua lelaki perkasa dan dua jenis cairan kenikmatan yang dihasilkan pria pada umumnya. Ardi memiliki bau badan pria yang keras namun segar sementara Pak Karjo memiliki bau badan wangi jamu.

‘Apa enaknya Pak Karjo?’.

Pak Karjo bercerita bahwa Ia memiliki naluri yang tinggi untuk berhubungan seks, tapi istrinya jauh di kampung. Main perempuan tidaklah pilihannya, selain harus mengeluarkan uang, atau bisa menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sama dengan Pak Karjo, Ardi seorang duda yang memerlukan pelampiasan seks. Berawal dari kegemaran mereka mengocok kontol yang selalu tegang, terjadilah permainan seks yang berujung pada suatu hubungan khusus.

Kepada Iman, Pak Karjo menceritakan inti kenikmatan yang dirasakan bersama Ardi. Diawali dengan meraba bagian tubuh masing-masing, merasakan alat vital masing-masing, sampai pada saat mereka mencoba berciuman. Kemudian diceritakan bagaimana rasanya kontol Pak Karjo dihisap dengan penuh perasaan oleh Ardi, dijilat dan dikulum sampai Pak Karjo muncrat didalam mulut Ardi. Belum lagi pada saat puting susunya dijilat dan digigit oleh Ardi. Diceritakannya juga bagaimana lobang kenikmatannya dihunus batang kemaluan Ardi yang panjang, besar dan keras dan sampai pada titik orgasme yang dahsyat pada saat merasakan setiap sodokan-sodokan Ardi. Selanjutnya Pak Karjo juga bercerita kembali bagaimana sebaliknya kenikmatan yang dirasakannya.

Iman mendengarkan dengan seksama, dan tanpa disadari kontolnya ngaceng dan terjiplak di balik celana pendeknya. ‘Sampean ngaceng?’. Iman terhenyak dan malu. ‘Sampean mau coba rasanya?.

Perlahan Pak Karjo, yang duduk dibawah disamping kursi Iman, mulai meraba kaki majikannya dengan perlahan. Kedua tangannya meraba betis, dengkul, paha dan terus didorong ke bagian dalam paha Iman. ‘Hhhhsss….’, Iman selonjoran, kakinya perlahan dibuka lebar dan membiarkan tangan Pak Karjo mulai meraba kaki kanannya.

Perlahan Pak Karjo berdiri dan berjongkok di depan Iman. Tidak berapa lama, rabaan Pak Karjo mulai diteruskan ke gundukan di selangkangan Iman yang sudah mengeras. Terlihat tetesan cairan di luar celana Iman semakin melebar. Ocehan Iman mulai tidak beraturan, memanggil nama Pak Karjo, berbisik menyatakan kenikmatan yang dirasakan dan sesekali memaksa Pak Karjo untuk kembali ke bagian sebelumnya. Jantung Iman semakin berdebar pada saat Pak Karjo menurunkan celana Iman dan dengan sigap memasukan kontol Iman ke dalam mulutnya. Bersamaan dengan menghisap kontol Iman, Pak Karjo menggerakan kedua tangannya ke arah noda hitam di dada Iman. Sebuah dada yang bidang, padat, kokoh dan busung. Dilekukan antara dada dan perut atasnya terdapat dua noda coklat yang menarik dan dihiasi dengan sebuah bintik yang mengeras. Setiap bintik itu diusap jari Pak Karjo, Iman merasakan desiran yang mengundang birahi, sekujur badannya mengejang.

Pada saat kontol Iman dihisap Pak Karjo, secara naluri Iman juga mendorong pantatnya keatas untuk memaksakan hisapan yang lebih dalam. Mulut Pak Karjo terus menerus menabrak perut bawah Iman yang ditumbuhi dengan bulu-bulu hitam yang seksi. Panjang, ikal dengan pola pertumbuhan yang seksi. Mulut Pak Karjo mulai terasa ngilu, Pak Karjo segera berdiri, membuka baju dan celananya dan mengatur posisi duduk membelakangi Iman. Iman hanya terdiam, bingung, penasaran. Perlahan diarahkannya kontol Iman yang tegang ke lobang Pak Karjo. Hanya dalam itungan detik, kontol Iman ambles di lobang sempit yang hangat dan licin, sisa peninggalan air mani Ardi. Nafsu Iman semakin membara, dari belakang Pak Karjo, tangan kanan Iman mencari kontol Pak Karjo yang tegang sedangkan tangan kirinya berusaha mengusap dada kiri Pak Karjo. Beberapa saat terdengar desahan ringan, suara hasil tabrakan daging dua pria yang bergerak nafsu. Hanya dalam hitungan menit, ‘Aaaaaaah… Iman mengeluarkan lahar panas ke dalam lobang pantat Pak Karjo, dan Pak Karjopun muncrat untuk kesekian kalinya malam itu. Iman tergeletak lemas tak berdaya dengan wajah penuh nafsu dan secerca senyuman yang sudah lama tidak pernah menghiasi wajahnya yang tampan.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Iman bergegas ke kamar mandi. Di dalam hatinya, Ia merasakan sesuatu yang salah, namun tidak ada sedikitpun penyesalan, melainkan sebuah perasaan yang baru dialaminya dan keinginan untuk mengulangi dengan cara yang berbeda. Pak Karjo segera mengikuti Iman ke kamar mandi, tetapi pintu terlanjur tertutup dan terkunci. Iman tidak menghiraukan ketukan Pak Karjo.

‘Selamat pagi Pak’, sapa Pak Karjo dengan suara terbata-bata.

‘Pagi Pak Karjo’, nada Iman seperti biasa dan tidak menghiraukan keberadaan Pak Karjo yang serba salah di ruang makan. Pak Karjo segera menuangkan teh kegemaran Iman sambil menanyakan jam keberangkatan ke kantor pagi ini karena Pak Karjo heran melihat Iman masih santai dengan pakaian tidurnya. Iman tidak ingin pergi ke kantor hari ini. Rupanya Iman memiliki suatu rencana yang telah dipikirkan semalaman. Pak Karjo salah tingkah. Antara ikut duduk di meja makan, beranjak kembali ke dapur atau mulai melakukan aksi bersih-bersih apartemen. Akhirnya Pak Karjo mengambil sapu dan berjalan menuju balkon apartemen.

‘Pak Karjo’, Iman memanggil dengan tegas. ‘Aku mau lagi… yang semalem... tapi kali ini dengan Ardi’. Pak Karjo terhenyak, tiba-tiba kepalanya pening, keringat dingin, tangan dan kaki gemetaran dan menjatuhkan sapu yang dipegang. Perasaan Pak Karjo berantakan. Di satu sisi, perasaannya lega kalau Iman bisa menerima kejadian semalam, di lain sisi Pak Karjo merasakan perasaan yang sudah lama hilang, cemburu.

‘Pak, sama saya saja. Jangan sama Ardi’.

‘Kenapa?’, nada Iman semakin tinggi seakan kecewa menerima suatu penolakan. Tidak biasanya Iman bersifat demikian. Pak Karjo merasa bahwa Iman mengalami perubahan yang tidak normal.

‘Pokoknya aku mau sama Ardi, dan kalau tidak boleh berarti hari ini juga Pak Karjo boleh angkat kaki dari sini dan aku akan melaporkan Ardi ke manajemen apartemen’. Pak Karjo terpaku, terdiam menunduk. Belasan tahun bersama Iman dan pagi itu mendengarkan kalimat pengusiran dari majikannya yang selama ini selalu baik dan memperhatikan kehidupannya.

‘Pak….’, Pak Karjo memanggil Iman dengan suara lirih.

‘Pak Karjo pilih sekarang, panggil Ardi atau pergi dari sini. Sekarang Pak Karjo!’.

Perlahan Pak Karjo berjalan ke kamarnya dan menutup pintu. Sekitar setengah jam kemudian Pak Karjo keluar membawa kardus, buntelan pakaian dan sebuah tas jinjing. Wajahnya ga karuan, sembab, takut dan panik. Keringat bercucuran, pucat dan gemeteran.

‘Pak Iman… terima kasih buat semuanya Pak. Saya pamit dulu’.

Iman kaget bahwa ternyata Pak Karjo memilih untuk pergi dari kehidupannya. Iman mengharapkan permainan seks dengan Ardi untuk menyelesaikan perasaannya yang kalut. Iman tidak ingin Pak Karjo meninggalkannya setelah perceraian yang dihadapi dan Pak Karjo-lah satu-satunya orang yang setia membangkitkan semangat hidup. Bagi Iman, Pak Karjo bukan hanya asisten pribadi, tapi seseorang yang sudah tau isi hati dan perilakunya luar dalam. Dan kejadian semalam merupakan puncak perasaan Iman terhadap Pak Karjo yang sudah membuat segalanya demi Iman.

Iman cemburu bila Ardi-lah seseorang yang akhirnya memiliki Pak Karjo. Iman cemburu kalau perhatian Pak Karjo akan terbagi dengan Ardi. Iman cemburu kenapa hubungannya dengan Pak Karjo tidak bisa diteruskan seperti hubungan Pak Karjo dengan Ardi. Iman cemburu kalau seorang Ardi yang baru dikenal beberapa bulan bisa langsung mendapatkan hati dan badan Pak Karjo. Keinginan melakukan hubungan seks dengan Ardi hanya merupakan keingin tahuan Iman terhadap keperkasaan Ardi di tempat tidur, bagaimana Ardi menjalin hubungan dengan Pak Karjo. Namun, semalaman Iman berpikir bahwa percintaan Pak Karjo dan Ardi terjadi secara natural, sementara belasan tahun hidup bersama, Iman dan Pak Karjo tidak menghasilkan hubungan cinta.

‘Pak Karjo… aku ga pengen Pak Karjo pergi sebenernya’.

Iman terdiam cukup lama. Pak Karjopun tidak bergerak dari depan pintu kamarnya. Bingung.

‘Sebenarnya aku cemburu sama Ardi. Aku mau ngeseks ama Ardi hanya supaya impas. Pak Karjo dan Ardi boleh lanjutin hubungan kalian, tapi saya juga harus merasakan gimana permainan Ardi di ranjang. Gimana rasanya Ardi main seks ama Pak Karjo. Jadi kalau besok-besok aku denger kalian main, aku bisa berimajinasi. Kenapa aku berpikir begitu, supaya menjadi suatu kebebasan untuk Pak Karjo dan Ardi. Dan kalaupun aku pergokin, itu udah merupakan hal yang biasa dan aku juga ga keberatan kalau Ardi tinggal disini bareng kita. Jadi sebenarnya bukan pilihan Pak. Tapi permintaan sekaligus membereskan masalah. Pak Karjo ga perlu cari kerjaan baru yang belum tentu cocok atau Pak Karjo ga perlu balik kampung dan berserah dengan hasil jualan di toko bersama istri. Lumayan kan Pak, masih ada tambahan dan anak-anak bisa terus sekolah sampai selesai. Jadi kalau Pak Karjo pensiun nanti, anak-anak udah bisa membiayai hidup bapak dan ibunya’.

Penjelasan yang bernuansa gengsi dari seorang Iman untuk menyatakan yang sebenarnya. Penjelasan politis supaya perasaan yang sebenarnya tidak terbongkar. Cara Iman memperlakukan bawahannya sehingga dia bisa di hormati oleh pegawai kantor dan rumahnya. Iman memang seorang negosiator sejati ditutupi dengan sikapnya yang bersahaja.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.