Minggu, 04 Desember 2011

Akhir Cerita Cinta. (Foreskin Fetish)

Aku, Daniel, baru saja memutuskan hubungan yang sudah aku jalani selama lebih dari 3 tahun dengan cewekku. Tampaknya cintaku masih belum cukup untuknya sehingga ia masih mau berhubungan dengan pria lain. Padahal aku sudah merasa sangat cocok dengannya. Apa boleh dikata, hidup masih harus dijalankan.

Ivan, salah seorang teman kantorku yang berbeda divisi datang menghampiri ruanganku. Aku kurang begitu mengenalnya walau sempat pergi makan dan kumpul bersama dengan teman – teman lain setelah pulang kantor. Nampaknya cerita putusnya hubungan aku ini sudah menjadi salah satu gossip yang tersebar di banyak divisi. Bagaimana tidak, Ivan pun juga mengetahuinya.

Ya, karena ia merasa sebagai teman ia harus menemaniku saat – saat kesepian seperti ini, aku pun tidak menolaknya. Sejak saat itu kami menjadi dekat. Dari menjadi partner gym, pergi jalan dan makan, bisa dibilang kami lakukan bersama. Pernah suatu kali ketika aku sakit, ia datang menjenguk ke apartemen-ku dengan membawa beberapa obat – obatan. Ia juga sempat memasakan beberapa makanan termasuk sup sarang burung. Bahkan setelah aku sembuh dari sakitku, ia pun masih membawakan beberapa makanan untuk menambah kekuatan. Katanya agar tubuhku menjadi lebih fit. Tentu tidak aku tolak.

Kata – kata manis dan rayuan mulai ia ucapkan. Dari dulu aku pikir itu hanya candaanya saja dan aku tidak merasa apa – apa, hingga saat itu aku merasa sedikit merinding bahwa ia suka padaku. Sungguh tidak pernah aku pikirkan selama ini bahwa ia adalah gay. Entah apa karena aku terlalu lugu atau tidak peduli.

Ia menyakini aku mencoba menjalani saja. Ia mulai menciumku dengan perlahan sambil meniduriku di atas kasur. Aku mencoba untuk santai namun sepertinya kekakuanku tidak berubah. Ia tidak menyerah. Setelah membuka bajuku, ia menjilati pentilku secara bergantian. Ia membuka bajunya juga.

Aku merasa kegeliaan saat ia menjilati lubang perutku tapi ia masih terus melakukannya dengan kedua tangannya yang bermain di pentiku. “Hmm, badanmu lelaki sekali,” ucap Ivan. Aku tidak tahu harus berkata apa.

Saat ia hendak membuka celanaku, aku sempat kaget dan menepis tangannya. “Tidak apa – apa. Tenang saja…aku akan memberikan kenikmatan untukmu.” Ia kemudian menurunkan reseleting lalu membuka celana panjangku. Ia tersenyum melihat celana dalam hitam yang kukenakan sambil memainkan penisku yang sudah mulai menegang.

Begitu ia membuka celana dalamku, ia terpana melihat penisku yang besar dan belum disunat. “Wow, kamu belum disunat ya?” Tidak pernah ada satu orang pun yang menanyakan hal ini sebelumnya dan apa yang harus aku jawab selain berkata, “Iya. Kenapa? Aneh ya?”

“Gak kok. Malah aku suka. Gemes banget lihatnya sih. Sayang kurang panjang nih kulupnya.” Ia mengamati dengan seksama kulupku dan kemudian mengoralnya. Ah, tidak terbayangkan betapa nikmatnya permainan lidahnya. Kini aku mengerti dimana letak kenikmatan oral yang selama ini hanya kusaksikan di film biru.

“Ahh…aahhhh,” desah aku. Mendengar desahan, Ivan terus memainkan kulupku, naik dan turun hingga tidak berapa lama kemudian, “Van, aku mau keluar sekarang. Van… ahhh….” Tidak sempat aku mendorong Ivan, spermaku keluar dan ditelan oleh Ivan sampai titik penghabisan. Aku kegelian setelah ia mengoral kepala penisku dan lalu memainkan kulupku kembali.

“Sori ya keluarnya tiba – tiba. Gak apa – apa kan?” kataku.

“Santai aja. Aku suka peju kok. Punyamu manis banget ya, kentel lagi.” Jawab Ivan sambil menggenggam dan memainkannya lagi.

“Jangan lama – lama dibawah dong. Betah banget maininnya.”

Ivan lalu tersenyum dan menarik kulupku keatas dan menekan bagian kepalanya yang membuatku kegelian. “Abisnya seksi dan enak sih.” Ia menciumku kembali sambil membuka baju dan celananya.

Penisnya yang sudah menegang tampak ingin keluar dari celana dalamnya yang berwarna biru gelap. Begitu aku membantu menurunkannya, terlihatlah penis yang berukuran lebih besar dari milikku dan sudah disunat.

Kita berpelukan dan berciuman. Dapat kurasakan betapa keras penisnya yang berdempatan dengan penisku yang masih tidur. Ia lalu duduk diatas pahaku dan mulai memainkan kulupku kembali. Seketika ia menarik kulupku dan mencoba untuk ‘menyarungkan’ penisnya. Susah pastinya apalagi dengan keadaan penisnya yang sedang menegang.

Ia lalu meludahi tangannya dan mengocok penisnya. “Mau aku bantu, Van?” Ia mengangguk dan aku mengikuti caranya. Tak lama ia tiduran di atas kasur di sampingku dan berbisik, “Dan, kocokin yang kuat ya?” Aku menggenggam dengan kuat lalu mempercepat kocokanku. Ia mendesah. “Dan, cepetan…please…ahh….genggam yang lebih kuat lagi…ahhh….ahh, Dan…please…” Ivan pun mengeluarkan spermanya dengan tembakan yang jauh, sampai – sampai mengenai leher dan mukaku. Ia menciumku dan berkata, “Gak, aku sangka. Kamu pinter ngocok ya?”

“Ya lah. Aku kan cowok juga,” jawabku.

“Ya, tapi kan aku sudah disunat. Kan beda…atau jangan – jangan kamu….” Teka Ivan.

“Gak dan belum pernah tuh. Kan baru belajar dari kamu.,” jawabku sambil tertawa.

Kami tertidur pulas malam itu.

Hubungan kami menjadi lebih dekat. Terkadang aku pun merasa kita sudah menjadi pasangan, tapi nyatanya 3 bulan kemudian ketika aku sedang berada di suatu hotel untuk meeting, aku mendapati ia bersama dengan lelaki lain sambil menuju ke kamar.

Aku tidak tahu apakah aku harus marah atau kecewa. Teleponnya pun tidak kuangkat berkali – kali hingga suatu hari ia ke apartment ku dan bertanya ada apa. Ketika aku mengatakan hal yang sebenarnya, ia mengakuinya dan mengatakan bahwa hubungan aku dan dia hanyalah teman akrab, bukan pasangan.

Aku cukup kecewa karena sudah menaruh sedikit harapan. Ivan yang sudah membawaku ke dunia gay ini ternyata membuatku berpikir 2 kali akan jalan yang aku ambil. Aku sempat menjauhinya sementara hingga suatu saat ketika salah satu petinggi kantor kami mengadakan acara pesta. Disanalah ia meminta maaf dan tidak bermaksud untuk menyakitiku.

Benci? Tidak. Suka? Sedikit. Cinta? Tidak.

Sekarang aku hanya menganggap ia sebagai teman dekat saja, tidak lebih dari itu. Walau ia masih sering mengajakku untuk sex sambil bercanda, aku menjawab ia kembali dengan bercanda, “Dimana ya?”

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.