Senin, 12 Maret 2012

Randra dan Gary - Kakak Adik Asyik! 2

You know, ternyata dunia kerja tidak semenyenangkan yang saya kira. Belum seminggu saya bekerja, sudah kurang lebih tiga puluh map yang saya bawa bolak-balik rumah dan kantor. Sampai dua hari yang lalu saya bisa menghitung sampai 27, tetapi sekarang saya hanya bisa mengira-ngira, pokoknya kurang lebih tiga puluh. Sungguh. Sangat. Merepotkan.

Jadilah saya duduk di belakang meja tulis, melihat malas ke arah laptop yang, duh, membuat mata saya semakin perih. Jika melihat satu buah map lagi, saya yakin saya akan mengeluarkan isi perut – lewat mulut. Saya benar-benar butuh hiburan. Hmmm...

Laci kedua di meja saya buka, lalu saya sedikit menggali ke dalam, dan yak! Playboy edisi beberapa bulan lalu. Ternyata saya tahu apa yang saya perlukan – coli! Saya buka-buka lembar demi lembar majalah, dan dengan cepat kontol saya mulai mengeras. Mulanya hanya saya raba dan remas dari luar boxer, hasilnya kontol saya ngaceng penuh. Sudah saatnya meneruskan niat ngocok sampai selesai. Kontol saya sudah ngaceng total dan sekarang minta dikocok.

Langsung saya lepas kaus persiapan tidur yang saya pakai, kurang sreg rasanya kalau coli sambil pakai baju, nggak seksi, kurang hot. Satu halaman sudah saya pilih untuk menyelesaikan acara coli. Kontol sudah saya keluarkan dari atas karet boxer, sekarang mengacung ke arah perut dan tertahan disitu oleh karet celana. Tangan kiri saya menggesek-gesek si kontol, bersentuhan dengan jembut dan kulit perut. Tangan kanan meraba-raba dada, sesekali mencubit dan memilin puting susu kanan kiri bergantian.

Aaaahhhh... saya sedikit mendenguskan nafas. Aaahhh... enaknya gesekan kontol ke perut... Aaaahhh... enaknya geli-geli puting yang saya pelintir... Aaahhh... “Hidih, coli nih ye!”, Gary. Damn! Sejak kapan dia di situ? Kok bisa tiba-tiba nongol sih. Malu deh. Ngocok kontol bareng-bareng sih bukan masalah, kalau memang dalam situasi yang sama dan mulainya juga berdua. Tapi kalau lagi nyoli sendiri dan ketahuan kan tengsin juga! Sial.

“Lagi stres ya? Kok nggak cari cewek aja? Malah ngocok sendirian, gak seru lu!”, Gary semakin membuat saya kisruh, bingung antara mau menutup kontol tapi kok ya dia sudah sering melihat kontol saya. Mau ngumpetin majalah tapi kok ya bacaan kita berdua kurang lebih sama. Malu ngeliatin kontol dia tapi kok ya saya juga sudah sering melihat kontol dia. Bahkan saling pegang kontol pun pernah, baru-baru ini, ingat?

Yap, Gary sudah telanjang bulat. Jam di atas meja menunjukkan pukul sebelas malam kurang sedikit. Biasanya dia tidur telanjang, tetapi ngapain juga dia jalan- jalan dulu ke kamar saya? Dia berdiri tinggi sekali di depan meja saya, melihat ke arah saya yang sedang duduk sedikit merebahkan posisi kursi, memegang kontol dan jari-jari masih menyentuh puting kiri. Freeze karena kaget.

“Biarin aja kenapa sih, kalo mau ikutan ya sini cepetan.”, saya.

Gary berjalan mengitari meja dan setelah ia berada di samping saya, iya membungkuk sedikit, menggapai pintu kulkas kecil yang ada di samping kaki saya. Dua kaleng bir diambilnya, dan satu diberikan kepada saya. Matanya melirik ke arah halaman majalah yang terbuka, lalu dipindahkan ke wajah saya yang kebingungan. Kalengnya dibuka dan diteguk sedikit.

Di sebelah muka saya sekarang ada kontol Gary. Masih lemas, tetapi aromanya bisa tercium dengan jelas. Baunya seperti pakaian bekas kantor, mungkin sejak kami pulang tadi ia belum mandi.

Ia mendudukkan setengah paha kirinya di bantalan tangan yang ada di kursi tempat saya duduk. Pahanya menyentuh lengan saya, terasa panas tubuhnya berpindah. Kontolnya benar-benar dekat dengan saya, semula saya agak risih, tetapi saya masih sedikit kaget, walaupun lebih tenang dibanding tadi.

Diambilnya majalah itu dan dibuka-bukanya sebentar – lalu dibawa ke tempat tidur. Sambil terkekeh (sepertinya menertawai saya yang ketahuan nyoli sendiri, atau menertawai majalah yang sudah terlambat beberapa bulan) ia menaruh majalah itu di tempat tidur saya, lalu merebahkan badannya di situ, telungkup dan masih sambil membuka-buka majalah. Satu kaki diluruskan, dan satu kaki ditekuk sedikit untuk menyangga tubuhnya yang liat. Pantatnya bersih dari tutupan kain, bulu-bulu yang tumbuh di sekitar lubang pantatnya terlihat jelas oleh mata saya. Satu tangan digunakan untuk membuka-buka halaman majalah, dan satunya lagi dilipat dibawah dada untuk menahan berat. Heh, posisinya lumayan seksi.

Aduh, udah ngganggu acara coli orang, sekarang malah bahan coliannya dibawa pergi, dasar. Dengan malas tetapi masih nafsu untuk menyelesaikan niat saya tadi, saya berjalan menuju tempat tidur – dengan kontol yang masih ngaceng dan puting yang sekarang makin keras. Saya rebahkan badan saya disebelah Gary dengan posisi yang sama.

“Geseran, barengan.”, saya. Gary tidak menggeser badannya, namun majalahnya yang disodorkan sedikit ke arah saya supaya saya bisa melihatnya juga. Tangan yang dibawah dadanya tadi sudah memainkan putingnya sendiri. Dan dengan pelan ia gesekkan kontolnya ke arah kasur. Saya melihat kebelakang dan benar, pantatnya naik turun. Senyum di mukanya masih ada. Memang pada saat-saat ia sedang ngocok, wajahnya selalu kocak, menikmati saat- saat nikmat kontolnya diberi keenakan dengan dibarengi candaan. Saya mengikuti gerakannya, kontol saya makin keras. “Enakan sendiri apa dicoliin kayak kemarin, Ndra?”

“Mmmm, kayak kemarin sih.”, saya menatap matanya, sepertinya agak memelas, hehehe.

Ia memiringkan badannya, kontolnya yang sekarang sudah keras mengacung ke arah saya. Tangannya sekarang menyangga kepala.

“Sini deketan. Samain ya gerakannya, ayo coba. Bisa nggak ya?”, saya sedikit bingung dengan arahannya, tetapi saya memutuskan untuk mendekat dan menaruh badan dengan posisi yang sama, kami sekarang saling berhadapan dan kontol kami bersentuhan. Ngaceng sama ngaceng, keras sama keras.

Tangannya melingkar ke pinggang saya, “sini tangan kamu juga”, lalu saya taruh tangan saya ke pinggangnya, agar dapat grip yang tepat, telapak saya memegang penuh bongkahan pantatnya yang sebelah. Kontol kami semakin rapat, dan pada saat ini kaki kami bersilangan. Karena dekatnya jarak badan kami berdua, dada dan puting pun ikutan bersentuhan.

Halaman majalah yang terbuka berhenti pada pilihan saya tadi. Matanya melirik ke arah majalah, dan sekarang Gary mulai menggerakkan badannya.

Kontol kami bergesekan, sesekali kontolnya miring ke perut saya, dan kontol saya ke perutnya. Namun saya bisa merasakan batangnya yang keras dan berdenyut bersentuhan dengan batang saya. Kedua kepala kontolnya sudah basah dengan precum, menjadi pelicin antara gesekan-gesekan kami.

Badan saya mulai berkeringat, boxer yang saya gunakan sudah turun dari tadi. Dada saya mulai basah, dan ketika saya melirik ke arah tubuhnya, keringat juga mulai mengucur. Basahnya dada kami menambah nikmat coli kami berdua. Aaahhh.. saya semakin panas, semakin bernafsu, semakin tidak peduli.

“Hhhh... ee.. eeenak gak Ndra?”

“Ehhh.. nakkhh, Mas... Hhhh...”, nafas kami berdua tertahan, berdengusan. Saya bisa merasakannya di wajah saya, merasakan nafasnya naik turun. Hhhhh... Tangannya berpindah dari pinggang ke dada saya, puting saya sekarang dimainkan olehnya. Dicubit. Dipelintir dengan telunjuk dan jempolnya. Hhhh... Enakkkhhh.... Hhhhhhhh... Aahhh... Kok dia iseng amat ya... Hhhh.. Secara refleks saya mainkan putingnya juga, meremas-remas dadanya yang keras dan berkeringat.

Gary merubah posisi. Sekarang saya berbaring telentang dan ia menindih saya. Kepalanya sejajar dengan dada saya, kontol saya menggesek ke perutnya. Masih dengan gerakan yang sama, saya gesekkan kontol saya ke perutnya. Ahhhh... dengan telentang begini rasanya lebih enak. Perutnya yang rata menggesek kontol saya dengan pas. Naik turun, naik turun, begitu seterusnya.

Kontol Gary di gesekkan ke kasur, sesekali menyentuh pantat saya, rasanya begitu berbeda, begitu nikmat. Saya lebarkan kaki saya dengan harapan kontolnya akan sedikit menyentuh lubang pantat saya, dan benar saja – kepala kontolnya menempel pada lobang saya. Nikmat sekali! Saya belum pernah merasakan yang seperti ini! Akibatnya goyangan saya semakin menjadi.

Mulutnya semakin nakal di dada saya, menjilat belahan otot dada di tengah-tengah dan minggir sedikit ke arah pentil dan dengan asyik menjilat dan mengulumnya, kanan-kiri bersebelahan. Sungguh nikmat. Saya suka ini. Saya suka sekali.

“Ndrahhhh gue udah mau kelurarrrr....”

“Iiiiyaaa gue jugaahhh...”, kedua tangan saya meremas- remas punggung Gary, licin dengan keringatnya.

Aahhhhh ahhhhhhhhh... Aahhhhhhhh....

“Masssss guehhhh.... mauuuuu.... Ahhhhhhhhh”, crrrrootttttttt crrottt crottttttttttt pejuh saya membasahi perut kami berdua. Seketika itu juga saya merasa genangan basah di sekitar pantat. Pejuh Gary menyemprot keras sekali.

Kami berdua terbaring lemas. Majalah tadi sudah jatuh ke lantai entah kapan. Barusan kami ngentot nggak ya?

“Gila lo, Mas.”, saya.

“Bodo ah, enak.”, Gary.

Untung dia masih tersenyum, semuanya masih santai. Tapi saya bertanya dalam hati. Tadi kami ngentot nggak sih?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.