Kamis, 15 Maret 2012

Derry, Aku Sayang Kamu

Malam itu aku menghadiri sebuah pesta perpisahan yang diadakan oleh Eric, temanku dari Australia, untuk temannya yang akan pulang ke negerinya. Aku sendiri waktu itu belum begitu kenal dekat dengan Eric karena kita baru berkenalan sekitar 2 bulan yang lalu. Yang pasti aku tahu bahwa Eric sangat suka kepadaku, setidaknya secara fisik. Kurasakan secara langsung ataupun tidak langsung dari ajakannya untuk make love beberapa kali, tapi tidak pernah kutanggapi. Bukan karena aku tidak suka sama bule, tapi Eric benar-benar bukan tipeku. Dibandingkan dengan bule-bule yang pernah kutiduri selama ini, Eric termasuk pendek, dan tampang dan bentuk tubuhnya juga biasa-biasa saja. Mungkin salah satu kelebihannya adalah rudalnya yang berukuran ekstra dan kelihatan sangat tidak proporsional dengan tubuhnya yang kecil. Bagi mereka yang sangat mementingkan “ukuran”, mungkin Eric bisa menjadi salah satu Bule yang paling dicari di Jakarta ini.

Malam itu aku sengaja datang 1 jam lebih lambat dari waktu yang dijanjikan dengan harapan kalau aku sampai disana sudah tidak sendiri. Ternyata prediksiku benar juga: waktu sampai disana, suasana sudah ramai dan terlihat kelompok-kelompok kecil disana-sini, ada kelompok “pere & ngondek” (dimana anggota-anggotanya terlihat amat sangat feminin dari gerak-geriknya yang amat sangat diekspos), kelompok bule, dan kelompok orang lokal. Masing-masing terlihat sibuk dan heboh dengan topik mereka sendiri-sendiri.

Segera aku dikenalkan dengan oleh Eric ke sebuah kelompok yang terdiri dari orang lokal. Setelah sebuah perkenalan singkat, akupun nimbrung dengan topik yang lagi dibicarakan dikelompok itu sambil asyik memperhatikan keadaan sekelilingku.

Tiba-tiba aku melihat ada satu mahluk cakep diseberangku sedang asyik nimbrung sama bule-bule lainnya. Kutaksir umurnya tidak jauh beda denganku. Tingginya sih sedang, tapi dari sweater hijau yang dipakai bisa dilihat bentuk badannya yang tegap dengan bahu yang lebar dan otot dadanya yang menonjol. Kelihatannya dia sering berolahraga karena bentuk tubuhnya yang cukup jadi. Dan yang paling menarik itu warna kulitnya yang putih bersih dan mukanya yang cakep dan macho dengan alisnya yang cukup tebal. Jarang sekali kulihat ada cowok keturunan cina yang secakep ini. Aku sendiri sebenarnya tidak begitu sreg dengan muka-muka cina selama ini, tapi kalau yang ini: dikasih ngga nolak deh … khayalku.

Aku sendiri sebenarnya dari kota S di Jawa Tengah dan umurku 26thn. Sekali orang melihat tampangku yang ke-jawa-an ini, mereka langsung bisa menebak dari mana asalku. Dengan tinggiku yang 170 cm, tubuhku boleh dibilang cukup tegap dan padat berisi, karena sejak kecil memang aku sudah terbiasa kerja keras. Dan sejak 2 tahun yang lalu aku giat mengikuti program angkat beban. Dari kecil aku sangat suka melihat mereka yang berwarna kulit terang, mungkin juga karena warna kulitku sendiri yang sawo matang ini. Buat orang-orang di Indonesia, warna kulitku mungkin termasuk umum, tapi buat bule-bule yang pernah kukencani: mereka mengatakan kalau penampilanku sangat eksotis buat mereka … dan cute. Oke, balik lagi ke cerita awal:

Dilihat dari akrabnya dia dengan bule-bule yang ada disana, aku langsung menarik kesimpulan bahwa anak ini adalah cem-cem-annya dari salah satu bule yang ada disana. Kalau dipikir memang tidak adil dunia ini. Jangankan yang muda dan cakep, bule-bule yang tua dan gembrotpun biasanya dengan gampang bisa mendapat cowok-cowok ganteng di Jakarta ini. Malah ada yang jadi rebutan. Ngga tau apa yang dikejar sama cowok-cowok ini: uang, gengsi atau “ukuran”?

Lagi asyik-asyiknya aku memandanginya, tiba-tiba anak itu berbalik sehingga tatapan mata kami langsung bertemu. Seperti tahu bahwa dirinya sedang kupandangi, dengan ramahnya dia tersenyum dan mengangguk kepadaku. Duhhh … manisnya senyum itu, apalagi dihiasi dengan sebuah lesung pipit yang cukup dalam di pipi kirinya. Rasanya pengin aku langsung menghambur ke sana dan memeluknya.

Mungkin Eric juga sempat memperhatikan apa yang terjadi karena tidak lama kemudian dia mengajak anak itu ke kelompokku dan mengenalkannya kepada kami satu persatu:

“Derry!!!” katanya pada saat menjabat tanganku. “Danang,” balasku. Singkat cerita kami pun ngobrol panjang lebar dengan yang lain, sampai saatnya untuk pulang tiba.

Berhubung aku lagi malas menyetir, maka kutinggalkan mobilku di rumah. Lagian jaraknya lumayan jauh. Saat aku pamit dengan Eric, dia menanyakan aku pulang pakai apa. Ya, kujawab pakai kendaraan umum. Pada waktu yang bersamaan ternyata Derry juga sedang pamitan.

Ternyata rumahku searah dengan rumah Derry. Pucuk dicinta ulam tiba: dia menawarkan untuk mengantarku. Senangnya … Dalam perjalanan pulang yang lumayan jauh itu kamipun banyak bercerita satu sama lain. Dan akhirnya kuketahui, bahwa dia bukan cem-cem-annya bule (seperti yang kuduga semula) .. Syukur deh ! Rasanya tak puas-puasnya mata ini memandang wajah cakepnya yang terus berceloteh dan tertawa sambil menyetir malam itu.

Dari pertemuan-pertemuan berikutnya di cafĂ© atau restaurant, saya pun makin tertarik dengannya, karena selain luarnya memang cakep banget, “dalamnya” pun cantik. Derry ternyata orang yang ramah dan gampang akrab dengan orang sekitarnya. Diajak bicara apapun nyambung.

Saat mengetahui bahwa dia sudah punya cowok yang sedang studi di Canada, dan betapa cintanya dia dengan cowoknya selama 6 tahun ini, aku agak kecewa dan memutuskan untuk menjadi teman baiknya saja. Istilahnya ngga dapat rotan, akarpun jadi: ngga bisa dapat hatinya, bisa dekat dengan orangnya pun sudah cukuplah.

Hubungan kami kian berkembang baik dan kami menjadi sahabat yang cukup dekat. Bahkan tidak jarang Derry menjodohkan aku dengan teman-teman cowoknya. Aku hanya bisa tersenyum. Kalo boleh milih, kayaknya aku lebih suka dengan comblangnya deh!

Sampai weekend kemarin, Derry mengajakku ke Puncak. Katanya ingin refreshing dan melepaskan suntuk.

***********

Saking asyiknya melamun, tidak kusadari bahwa aku masih menggigiti jagung yang sudah habis biji-bijinya. Bapak tukang jagung sampai menawariku lagi: “Mau tambah, Pak?”

“Cukup Pak, makasih.”

Kucari Derry yang ternyata lagi asyik berjalan jalan menyusuri hutan pinus itu. Sesaat kulihat wajahnya yang lesu dan baru kusadari bahwa dari tadi dia memang tidak banyak bicara di mobil. Kususul, dan kutemani. Setelah cukup lama kami berjalan dan memasuki hutan pinus itu, aku memberanikan diri menanyakan apa yang terjadi.

“Aku baru putus dengan Leo (pacarnya di Canada)!” katanya. “Aku dengar dari temanku bahwa dia sudah tiga bulan ini jadian sama orang lain disana. Pantesan, dia udah ngga pernah nelpon. Tiap kali aku yang nelpon dan dia jawabnya ogah-ogahan.” Suaranya terdengar agak lirih. Mukanya terlihat lesu dan kehilangan semangat.

“Der, kamu ga apa-apa khan?” kataku berusaha menghiburnya, walau hatiku bersorak-sorai.

“Aku ga apa-apa koq. Mungkin memang ngga jodoh. Ya sudah, biarkan aku sendiri dulu, Nang, I’ll be alright. Thank you.”

Kutinggalkan dia sendiri, dan akupun berjalan-jalan mengelilingi lokasi resort yang baru kami datangi sejam yang lalu. Setelah puas berjalan-jalan di resort yang dikelilingi hutan pinus itu dan melihat aktifitas pengunjung lainnya seperti mancing, main sepakbola dan bola volley, aku memutuskan pulang ke kamar untuk istirahat sejenak. Jalan-jalan di hutan pinus dan kawasan resort tadi ternyata membuat capek juga dan aku pun tertidur sejenak.

Saat aku sadar, ternyata hari sudah gelap dan udara bertambah dingin. Kudengar suara air bergemericik dari kamar mandi. Oh, ternyata si Derry lagi mandi. Dari suara gemericik air yang begitu jelas, sepertinya pintu kama mandi tidak tertutup rapat.

Entah setan apa yang lewat dalam benakku, tiba-tiba rasa ingin tahu dan melihat tubuh Derry yang sedang mandi itu begitu kuat dan melangkahkan kakiku menuju pintu kamar mandi yang sedikit terbuka itu.

Dengan pelan dan hati-hati aku mencoba mengintip apa yang terjadi di dalam. Hening! Dan suasana remang-remang karena lampu tampak dimatikan. Kamar mandi itu hanya diterangi oleh 3 buah lilin dipojoknya. Tercium bau harum aromatheraphy eucalypthus diruang itu. Entah dari lilin atau dari liquid gel yang dipakai untuk berendam di dalam bath tub.

Dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan bunyi, kubuka pintu kamar mandi perlahan. Tampak olehku tubuh Derry yang sedang terendam di dalam bath tub. Samar-samar dapat kulihat langsung bentuk tubuhnya yang putih bersih dan mulus di dalam air yang agak keruh karena sudah tercampur oleh bath gel dan sabun. Pemandangan akan: dadanya yang kencang dengan putingnya yang ketat dan coklat kemerahan (ranum) serta bulu kemaluannya yang terlihat lebat itu dan hanya mampu menutupi sebagian pangkal dari kontolnya yang masih tertidur itu, langsung membuat nafsuku melonjak-lonjak dan naik ke ubun-ubun.

Mata Derry terpejam dan terdengar dengkuran halus. Nampaknya anak ini tertidur karena kecapek-an.

Dengan pelan kumasuki kamar mandi itu. Kududuk disamping bath tub untuk memperhatikan lebih dekat pemandangan yang membangkitkan birahi ini. Kontol-ku sudah ngaceng abis sampai terasa agak sakit. Kulepaskan semua bajuku, celana jeans juga celana dalamku hingga benar-benar telanjang bulat. Dengan perlahan aku naik kebagian atas dari bath tub tempat Derry menyanggakan kepalanya, sehingga posisi kepala Derry berada diantara selangkanganku (tapi tidak menyentuh).

Kuturunkan tanganku dan kupijit perlahan bahu dan tengkuknya. Derry yang tadinya tertidur akhirnya terbangun, tapi tetap pada posisinya semula, sehingga dia tidak bisa melihat aku yang sudah telanjang bulat dibelakangnya.

Kelihatannya dia diam saja dan tidak menolak kupijitin. Mungkin dia benar-benar menikmati pijatan-pijatanku di tubuhnya yang terasa penat. Aroma eucalyptus di air yang hangat dan remang lilin-lilin dipojok ruangan menambah kemesraan suasana.

Pijatanku perlahan turun ke dadanya yang kencang, dan kumainkan dan kupelintir-pelintir kedua putingnya yang ketat & sudah mengeras itu. Derry terdengar mendesah pelan menikmati sentuhan-sentuhanku. Karena asyik meraba-raba putting dan perutnya yang rata dan keras itu, tubuhku terdorong agak kedepan, sehingga kontolku menyundul-nyundul tengkuk Derry.

Merasakan tengkuknya disundul-sundul, Derry berbalik untuk mengetahui apa itu. Pada saat berbalik dia nampak sedikit kaget dengan keadaanku yang sudah telanjang bulat, dan terlebih pada saat dia menatap kontolku yang sudah ngaceng habis dengan cairan mazi (pre-cum) nya yang menetes-netes. Kuakui kalau soal ukuran, aku memang sangat bangga dengan kontolku ini. Panjangnya 19 cm dan diameternya yang hampir 5 cm memang selalu membuat kagum lawan mainku selama ini. Apalagi warnanya yang hitam kemerahan pun lebih gelap dari warna kulit tubuhku yang sawo matang.

Dapat kulihat mata Derry yang mengkilat dengan takjub memandangi kontolku dan dengan perlahan dia menjilat cairan precum-ku. Tak lama kemudian kurasakan seluruh kontolku sudah diselimuti sesuatu yang hangat dan lembut. Kulihat kebawah dan darahku tambah berdesir saja melihat Derry dengan nafsunya menjilati dan mengemut kontolku sampai terdengar bunyi slurp… slurpp…slurppp. Lidahnya dengan lincah bermain disekujur batang kontolku dan buah pelirku.

Sementara kontol Derry yang 16 cm itu pun sudah bangun juga dan kepalanya nongol dipermukaan air (mirip foto-foto monster lochness). Ketebalannya sendiri sekitar 4 cm dan terlihat cukup proporsional dengan panjangnya. Kepala kontolnya nampak mengkilat dan berwarna biru ungu kemerahan.

Setelah beberapa saat, kami pun berganti posisi. Kukerahkan seluruh kepiawaianku dalam menghisap dan mengemut kontol. Sambil memasukkan seluruh kontolnya hingga mentok ke tenggorokanku, lidahku menari-nari menggelitik batang kontolnya didalam mulutku. Derry yang keenakan menggigit bibir bawahnya sendiri menahan nikmat dan terdengar melenguh berkali-kali.

Puas mengemut kontol Derry, kakinya kuangkat keatas membentuk huruf “V”. Nafsuku benar-benar sudah sampai ke ubun-ubun melihat lubang pantatnya yang sempit yang berwarna ranum – coklat kemerah mudaan. Kujilat sepuasku dan terasa halus dan silky. Kutusuk-tusukan jariku ke dalam lubang pantat itu … aduh makk … sempit sekali! Lenguhan-lenguhan Derry bertambah keras dan mulutnya mulai menceracau tidak karuan. Derry yang selama ini benar-benar menjaga santun dalam bergaul, mulai mengeluarkan kata-kata jorok yang tambah bikin aku horny aja.

Akhirnya atas permintaannya sendiri, akupun mengarahkan kontolku yang sudah kulumasi dengan ludahku ke dalam lubang syurgawi itu. Agak susah pertamanya dan telihat Derry berusaha mengatur nafasnya untuk merileksasi dirinya. Tetapi setelah diolesi dengan ludah yang banyak, akhirnya secara perlahan, kontolku hilang ditelan lubang sempit itu. Dengan perlahan aku mulai menggerakan pantatku dan menggenjot lobang itu. Aduh mak, rasanya … BUJUBINE !!!! Sempit sekali. Setiap inci kontolku rasanya diremas-remas di dalam lubang itu. Kalo aku tidak konsentrasi bisa-bisa belum 2 menit pertahananku langsung bobol.

Derry yang kewalahan kugenjot ini tangannya menggapai-gapai kesana kemari mencari pegangan. Mulutnya tambah menceracau tidak karuan dan benar-benar mengeluarkan kata-kata jorok sekali. Ibaratnya di kumur pake listerine satu botolpun ngga cukup.

Suasana kamar mandi yang tenang tadi sudah berubah total menjadi berisik dengan suara-suara cipokan-cipokan pahaku yang membentur pantat Derry berulang-ulang dan air yang bergemericik. Belum lagi dengan teriakan-teriakan nikmat dari mulut kita berdua.

Sekuat-kuatnya aku bertahan, akhirnya setelah 15 menit, pertahananku jebol juga. Kutembakkan pejuhku yang bergumpal-gumpal itu berkali kali di dalam lubang kenikmatan Derry. Pada saat yang bersamaan, Derry pun menembakkan pejuhnya di dalam kocokan tanganku dan tembakannya begitu banyak dan jauh sampai mendarat di mukanya sendiri, hingga menjadi belepotan abis.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, kujilat wajah Derry yang belepotan pejuhnya sendiri dengan penuh kasih sayang. Kubisikkan dengan lembut di telinganya: “.”

Senyum manis yang khas (dengan lesung pipi indah) itupun mengembang dimukanya. Oh, betapa bahagianya hati ini pada saat itu.

Sejak kejadian malam itu, Derry mulai membuka hatinya kepadaku. Walaupun aku tahu dia belum melupakan Leo sama sekali, tapi aku berniat bahwa suatu hari aku akan jadi pemilik tunggal untuk hatinya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.