Senin, 13 Februari 2012

Bayang-bayang Berduri - Tumbuh Bersemi

Tanganku masih sibuk membenahi posisi kontolku yang tegang tegak berdiri didalam celana ketika baru turun dari bis kota akibat tersenggol-senggol bergesekan dengan pantat cewek ketika berdesakan didalam bis tersebut.

"Maaat... Mat Sani..."

ditengah hiruk pikuk lalu lalang kendaraan dijalanan kota Jakarta dari seberang jalan temanku berteriak-teriak berulang kali memanggil namaku, sementara aku masih juga menoleh kiri kanan mengira-ngira darimana gerangan suara itu berasal.

"Hooi... ada apaaa..."

akhirnya kutemukan sumber suara yang sedari tadi memanggil namaku itu, ternyata gerombolan teman-temanku berada diseberang jalan.. aku hanya melambaikan tangan dan bergegas jalan menuju sasana.

Hari ini baru saja aku masuk ke bangku sekolah setelah sekian lama libur ujian akhir... dan aku masuk ke sekolah lanjutan atas dikawasan pinggiran kota Jakarta. Maklumlah, orangtuaku hanya pedagang keliling yang tidak mempunyai kemampuan ekonomi yang memadai, bersekolah kembali untuk melanjutkan ke SLA saja sudah aku syukuri luar biasa. Tak akan pernah terlintas dibenakku untuk bersekolah ditempat yang favorit di Jakarta ini, walaupun sebenarnya hasil ujian sekolah lanjutan pertamaku cukup cemerlang. Hari ini pula aku mulai dengan kegiatan ekstra kurikuler yang aku pilih... tinju !. Hmm, jarang sekali anak seusiaku yang memilih kegiatan tersebut, tapi entah mengapa... aku merasa bahwa kegiatan disasana tinju remaja tersebut sangat menantang disamping memang kehidupan sehari-hari yang mengharuskan aku untuk menguasai salah satu teknik beladiri karena kerasnya kehidupan di lapisan masyarakat kelas bawah, ada sesuatu yang tak dapat aku ungkapkan... perasaan suka atau nikmat atau entah apapun namanya yang tumbuh bersemi didalam jiwaku ini bila berkumpul bersama dengan anak lelaki seusiaku dengan kondisi tubuh jantan kekar ketat dan...

"Sani ! jangan melamun... ayo pemanasan dulu"

"He-eh.. iya pak... iya"

suara tegoran pelatih membuyarkan lamunanku ketika aku sudah berada didalam sasana tinju tersebut.

Ada delapan orang anak seusiaku yang mengikuti kegiatan ini, bergantian kami latihan menjadi sparring partner bila usai latihan pemanasan, diselingi dengan instruksi teknik bertinju yang baik dan benar oleh pelatih kami. Disamping itu pelatih juga memberikan semangat bertanding, semangat menjunjung sportifitas dan semangat kekompakan dalam tim... namun tak dapat dipungkiri pula ada semacam semangat untuk mengalahkan lawan yang tumbuh pula diantara kami berdelapan itu dan lawanku yang paling tangguh adalah Adi ! Dengan tinggi badan dan berat badan yang hampir seimbang denganku, sekitar 175cm berat 60kg, maka kami berdua sering dipasangkan oleh pelatih pada saat berlatih di ring tinju. Adi sangat lincah, tubuhnya ketat dan dadanya bidang, otot perutnya mulai terbentuk oleh latihan fisik, pinggangnya ramping dan demikian pula paha dan betisnya yang berbulu mulai berotot. Berbeda kelas denganku tapi oleh karena kegiatan ekstrakurikuler yang sama membuat kami cepat menjadi akrab dan kenal satu sama lain dengan baik. Orang tua Adi sudah berpisah, dia bersama 4 orang adiknya ikut dengan ibunya yang berjualan di pasar dikawasan pelabuhan Tanjung Priok.

"Elo pernah ngentot San ?"

sambil mandi dibawah guyuran air dari shower di sasana tinju tersebut Adi bertanya padaku

"Hngngh... kenapa"

sambil mengangkat kedua alisku seakan tak percaya apa yang baru saja diucapkan oleh Adi

"Kaga.. gw pengen tau aja, elo pernah ngentot atau belon..." sambil menggosok-gosokkan shampoo dikepalanya

"Iya... tapi emang kenapa koq tiba-tiba elo nanya udah ngentot atau belon ama gw"

sambil meneruskan mandi membilas busa shampoo Adi bercerita tentang hal yang dilihatnya tadi malam di pinggir kali dekat rumahnya, dua orang preman pasar mengentoti pelacur yang sering berkeliaran dilokasi pasar tersebut.

"Gila San, dua orang itu tenang aja tuh kaga peduli ketika aku intip"

"Hmm... terus ?"

"Ya itu... kontol mereka keluar masuk kememek dan kemulut lonte itu, kelihatannya enak banget yah... sampe klojotan mengerang-erang begitu... aku jadi kepengen juga"

"Terus... elo ikut ngentotin lonte itu juga ?"

"Kaga seh... cuma gw jadi kepengen aja tuh, gimana rasanya ngentot itu... tapi gw lom brani, masih takut..."

Kontol Adi yang gede item tampak mulai tegak berdiri membengkak bergelayutan kekiri kekanan disela guyuran air dan buih shampoo yang mengalir turun merayapi kulit tubuhnya, aku terpana sejenak melihat pemandangan indah tersebut... dan kontolku juga tak kalah garangnya dengan kontol Adi kini mulai ikut tegak berdiri pula. Ada dorongan yang kuat dalam hatiku untuk segera meraba menyentuh dan meremas kontol Adi pada waktu itu, tetapi sekuat daya upaya aku tahan untuk tidak melakukannya saat itu... akh, seandainya saja saat itu hanya aku dan dia yang berada dikamar mandi ini... Bayangan banci yang dientot lobang pantatnya dibawah jembatan naik kejalan tol yang pernah aku intip bersama teman-temanku segera terlintas dibenakku, membuat kontolku semakin tegang saja ketika Adi menceritakan bagaimana peristiwa malam itu yang dilihatnya di pinggir kali tersebut.

"Shhh ahhh... enak mas... shh ahh tempong yang kuat maas... arrgghh, iihh.. kentiongnya gedonk banget mass.. sshh.. ahh, endaaang"

begitulah desahan banci tersebut yang masih terngiang di telingaku pada saat mendesah merintih keenakan nungging dientot oleh seorang lelaki kekar malam itu.

"Arrgghh... aaahhhh,... a.. aku mo... kluar, arrgghh... sshh, arrgghh... arrgghh"

lelaki kekar itu mengejang menggeram dan berulang kali menghunjamkan kontolnya yang gede keluar masuk lobang pantat banci tersebut dengan kekuatan sodokan yang penuh diiringi suara kecipak kecipok lobang pantat basah oleh cairan kenikmatan..... Dalam nuraniku bayang-bayang berduri tumbuh bersemi

Hidup dalam keadaan serba terbatas, ekonomi pas-pasan, lingkungan perumahan yang jauh dari layak, keterbatasan lahan dan mahalnya kebutuhan hidup, membuat aku dibesarkan berhimpitan bersenggolan dengan masalah yang seharusnya belum lagi masanya aku ketahui. Sejak sekolah dasar aku sudah acap kali melihat ayah dan ibuku ngentot didepan mataku, entah mereka sadari atau tidak, tetapi kejadian itu terekam dengan sempurna dialam sadar dan bawah sadarku.

Belum lagi tetangga disebelah rumah, pasangan muda kuli angkut dipelabuhan, hampir setiap hari tidak pagi tidak siang tidak sore apalagi malam selalu saja terdengar desahan erangan erotik dengan jelas karena antara bilik rumahku dengan rumah mereka hanya terpisahkan oleh selembar papan triplek tipis saja. Bahkan dari lobang dipapan triplek tersebut aku dapat mengintip dengan jelas bagaimana bang kuli yang kekar berotot itu mengembat menghajar menyodokkan batang kejantanannya ke memek, ke lobang pantat bahkan terkadang kemulut istri muda belianya yang montok sintal genitnya minta ampun... umm... hampir setiap kali pula aku ikut memuncratkan pejuhku bercipratan membasahi dinding triplek tersebut ketika mengintip kegiatan entot-mengentot mereka. Bahkan tidak jarang pula bang kuli tersebut membawa temannya yang lebih muda untuk bersama-sama mengentoti istrinya yang agaknya bekas lonte pinggir jalan itu... seakan tak percaya namun nyata, aku melihat dengan jelas bagaimana sikuli muda bergumul ganas bringas menghunjamkan kontolnya ke memek istri bang kuli tersebut sementara si bang kuli menonton dengan tenang sambil mengelus-elus batang kontolnya yang sudah tegak berdiri berkilat...

"Enak khan memek istri gue..." kata bang kuli

"Ho-oh.. e.. enak bang, enak banget neh" jawab kuli muda sambil dengan rakus menjilati tetek istri bang kuli yang montok itu sementara kontolnya keluar masuk merojok memek

dan astaga ! bang kuli kini menghunjamkan batang kontolnya kelobang pantat si kuli muda yang tengah terengah-engah mengentoti istrinya... arrgghh, mereka bertiga menjadi satu gumpalan tubuh bergulingan bergumul basah kuyup berkeringat dilantai bilik jahanam yang sempit itu. Bergantian pula bang kuli mengentoti antara lobang pantat kuli muda dan memek istrinya yang tegah tersumpal kontol kuli muda tersebut, dua kontol masuk dalam satu lobang memek, pindah lagi masuk lobang pantat kuli muda, kembali menghunjam masuk bareng kedalam memek, cabut... ploph ! dan blesss.. masuk lagi kelobang pantat... hingga akhirnya hampir dalam waktu yang bersamaan si kuli muda menyeringai menggeram memuncratkan pejuh dimemek dan bang kuli memuncratkan pejuh dalam lobang pantat, sementara istri bang kuli sudah untuk yang kesekian kalinya merem melek mengejang menggelinjang orgasme dengan hebatnya. Bareng dengan istrinya bang kuli, si kuli muda tak segan segan pula menjilati batang kontol bang kuli yang ekstra large tersebut, slurrpphh.. slurrpphh.. kepala kontol - batang kontol sampai biji pelernya dijilati sampai bersih mengkilap... ekspresi wajah kuli muda penuh kenikmatan ketika menjilati mengemut dan mengulum kontol bang kuli yang berlelehan sisa pejuh itu tak akan pernah aku lupakan dan pada waktu itu aku muncrat berkali-kali ketika itu... berkali-kali muncrat.. arrgghh ! Bayang-bayang berduri tumbuh bersemi...

"Woi... ngelamun neh ! Kontol elo ngaceng mlolo dari tadi" Adi membuyarkan hayalanku sambil menepuk pundakku

"Emh.. eh, kaga, eh... kenapa" aku agak kaget dan gelagapan

"Jangan lupa yah, malam minggu depan kita sparring lagi. Kan kejuaraan tinju junior udah dekat tuh" sambung Adi sambil langsung memakai celana jeans butut belel kesayangannya tanpa memakai celana dalam

"Oh ya.. iya yah.. ntar ingatkan gw lagi yah"

sambil mengeringkan tubuhku dengan handuk sementara mataku masih terpaku melihat bentuk kontol Adi yang masih setengah ngaceng tercetak dicelana jeans yang stretch sempit ngepas ditungkainya itu. Gila...! bagus bener bentuk kontol Adi, agaknya... bayang-bayang berduri tumbuh kian bersemi didalam diriku ini... sigh !

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.