Rabu, 08 Februari 2012

Amarah Amuk Angkara - An Epilogue 2

YUDA Duduk bengong sendirian di rung tunggu kelas utama bandara Soekarno-Hatta, menunggu jadwal keberangkatanku ke Dubai mengikuti pertemuan internasional lembaga keuangan dunia. Memang auku sangaja datang lebih awal untuk menghindari kemacetan lalu lintas Jakarta yang tak dapat diprediksi. Berusaha membaca buku saku yang aku bawa namun lebih banyak fikiranku melayang ke Nandar...

Instruktur personalku, Nandar, 35 tahun, mantan petinju profesional yang sudah menggantungkan sarung tinju dan kini menjadi instruktur di salah satu gym di sebuah hotel bintang 5 dikawasan Kuningan, Jakarta. Aku benar-benar tak salah pilih instruktur ketika kala itu aku ditawarkan untuk memilih salah seorang dari empat instruktur yang ada di gym tersebut, hanya terlambat beberapa detik saja tatapan mata Nandar bertatapan dengan mataku pada saat itu membuat gaydar aku memberi sinyal bahwa dia juga gay atau minimal bi, dan aku rasa dia juga merasakan sinyal yang sama.

Badannya lebih pendek dari aku yang mantan atlit basket di universitas tempo hari namun layaknya postur petinju yang masih tetap terjaga baik, tubuhnya padat kenyal berotot kawat, kaya kerbau jantan, lehernya kekar, dadanya bidang dengan otot dada yang menyembul, otot biseps dan trisepsnya hmm... seorang muscle mania akan meneteskan air liur melihatnya, demikian juga otot paha dan betisnya... akh. Dan yang paling penting ya kontolnya itu, kontol Nandar memang tidak sepanjang kontolku namun diameter kontolnya luar biasa, kalau anda tak hati-hati maka lobang pantat anda tidak akan berbentuk huruf O lagi setelah dientot olehnya tetapi menjadi huruf Q karena bonus robek he.. he.. he..

"Yuda, malam ini gw kaga bisa melatih elo diapartemen lo yah, kita latihan di gym gw aja soalnya ada customer yg minta diluar jam kerja"

Nandar menelefon aku karena seharusnya setelah jam kerja di gym hotel tersebut seharusnya malam ini dia melatihku di apartemenku. Aku memang tak suka latihan di gym, karena selain waktunya sering tidak cocok dengan waktu kerjaku yang lebih sering over-time, juga aku malas melihat pengunjung gym di jakarta saat ini banyak di dominasi oleh kaum gay dan banci yang selalu membuat suasana menjadi tidak enak karena tingkah laku cari perhatian serta mata mereka yang jelalatan seakan sekumpulan hyena lapar melihat bangkai...

"Umm... gw lagi males keluar neh..." jawabku

"Kaga ada orang lain koq Yud, hanya satu orang tamu gw, gw dan elo aja koq, ayolah Yud... gw tunggu yakh"

Nandar tahu persis mengapa aku tidak suka ke gym sehingga dia berusaha harus meyakinkan aku untuk itu.

Akhirnya aku tiba juga di gym hotel tersebut, Nandar sudah menunggu kedatanganku dipintu gym, dan memang benar seperti katanya, dipintu sudah tertera CLOSED, lampu depan sudah dimatikan dan pengunjung gym sudah tidak ada.

"Lho, mana tamunya ?"

tanyaku sambil meremas kontol Nandar yang tercetak dicelana gym nylonnya karena jelas tanpa celana dalam ketika masuk keruang latihan yang sepi, kosong

"Belum datang, mungkin macet atau masih ada keperluan, tapi barusan juga dia memastikan akan datang koq"

jawab Nandar tersenyum melihat kelakuanku yang meremas kontolnya

Aku mulai latihan pemanasan dan pelenturan otot ketika akhirnya tamu yang dinantikan Nandar tiba. Ooo... ternyata seorang seleb to... itu tuh, bintang iklan yang sering berteriak "uedaan man !", basa basi berkenalan dan kamipun melanjutkan aktivitas latihan kebugaran dipandu oleh Nandar hingga keringat sudah membasahi sekujur tubuh apalagi pada waktu itu ac sudah dimatikan oleh Nandar. Ketika aku mengayuh sepeda statik, Nandar tiba-tiba sudah berada dibelakangku dan mengangkat bokongku dari sadel speda untuk kemudian dia duduk disana...

"Boncengan Yud..." bisik Nandar

"Gila lo Ndar, khan ada orang lain"

jawabku sambil berbisik agak panik melihat kelakuan Nandar, karena aku sudah mahfum benar apa yang dikehendaki olehnya dan yang akan diperbuatnya padaku karena sudah beberapa kali kami lakukan hal tersebut bergantian di apartemenku

"Ga papa koq, dia juga sudah biasa"

jawabnya sambil mengembalikan posisi bokongku setelah memelorotkan bagian pantat celana gym nylon dan kini meletakkan pantatku dipangkuannya, sebelah pedal sepeda statik dikayuh kaki kiri Nandar dan pedal sebelah kanan dikayuh kaki kananku. Kontol Nandar yang sudah juga mencuat keluar dari celananya mulai beraksi mengkilik-kilik bibir cincin anusku seirama dengan genjotan kakinya dan kakiku dipedal sepeda. Beban kayuh sengaja dibuat maksimal oleh Nandar sehingga kami mengayuh dengan perlahan berat dan semakin berkeringat membasahi sekujur tubuh seakan berada ditanjakan jalan, bagaikan gerakan slow motion perlahan demi perlahan senti demi senti kepala kontol Nandar sudah masuk menyeruak kekiri kekanan kedalam lobang pantatku sesuai dengan gerakan bokongku mengayuh sambil dibonceng diselangkangannya... arrgghh, enak buangeeet, aku amat tergila-gila mengentot atau dientot sambil mengayuh sepeda seperti ini, swear ! enak banget lho...

"Arrggh... kontol elo enak banget Ndar,... ouch gede banget... sakit, tapi enak... ahh sshh... entotin gw, bajingan ! oh shit..."

"Oh yeah, empotin kontol gw Yud, oh sshh... memek elo enak banget, kontol gw serasa dipilin neh.. oh, yeah... arrgghh"

tangan Nandar mulai menggerayangi tubuhku, mengusap meremas mencengkeram sekujur permukaan kulitku terutama puting susuku berulang kali diremas dipilin diplintir-plintir dengan nakalnya sementara bibir dan lidah Nandar sudah menjelajahi kudukku belakang telingaku dan sesekali menggigit lembut bahuku... arrgghh. Dengan kontolnya yang sudah tertancap dalam sampai kandas kepangkal aku membalikkan tubuhku berhadapan dengan tubuh Nandar, dia mengambil alih kedua pedal sepeda untuk dikayuh lebih cepat dan lebih cepat lagi karena setelan beban sudah dibuat minimal sehingga ibarat pembalap sepeda sedang sprint menuju garis finish dia mengayuh sehingga pantatku terlonjak-lonjak dipangkuannya demikian pula batang kontol Nandar terlonjak-lonjak maju mundur didalam jepitan rongga anusku seirama genjotan kakinya dipedal sepeda.. oh shit ! enak banget... Kaos gym Nandar kurobek sehingga dada dan perutnya terpapar sexy dan aku memeluk tubuhnya yang licin basah berkeringat kenyal kekar berisi sambil mencipoki mulutnya yang terbuka terengah-engah mengayuh sepeda dengan sekuat tenaganya.

Stamina Nandar memang luar biasa, maklumlah mantan petinju profesional yang terlatih tangguh, jangankan manusia... aku kira kuda Arab betinapun akan sampai ngos-ngosan bila dientot oleh Nandar.. he he he. Tanpa melepas sekejappun rojokan kontolnya diliang sanggamaku, Nandar bangkit dan sambil mengentoti menggendong tubuhku yang masih memeluk tubuh licin berminyaknya dan membaringkanku dibangku bench press dekat tamunya yang seleb "uedaan man" itu, dia sudah telanjang bulat kontolnya yang ternyata gede juga sudah tegak ngaceng berdiri dengan urat kehijauan menghiasi batang kontolnya... Kepalaku yang tengadah dibangku bench press didekatinya dan dalam sekejab kontolnya yang gede itu sudah disodorinya kemulutku yang sedari tadi sudah setengah terbuka, aku dientot Nandar dilobang pantat dengan semakin menggila membuas sementara dia mengentoti mulutku pula dengan kontol gedenya itu setelah beberapa kali batang kontolnya dilibaskannya kepipi kiri dan kananku berulang-ulang

"Emut kontol gua... arrgghh, ayo jilat... fuck you man"...

"Hmmppffhh... arrgghh, kon... hmmppff.. kontol.. elo... hmmppffhh... gede juga, oh yeah... rape me bastard !"

Setelah beberapa kali bertukar posisi akhirnya permainan gila-gilaan di gym hotel berbintang 5 di kawasan Kuningan Jakarta malam itu berakhir dengan muncratnya pejuhku dan pejuh Nandar secara hampir bersamaan didalam lobang pantat robek berdarah diiringi oleh lolongan panjang seleb itu, uedhaan maaan !! double penetration !

Darahku terkesiap pias ketika melihat sosok tubuh gagah tinggi dalam balutan jas hitam yang masuk tergopoh-gopoh kedalam pesawat digiring oleh pramugari pesawat Garuda kearah tempat duduk 2C disebelahku yang tinggal satu-satunya yang kosong pada penerbangan kala itu. Walaupun sudah tampak jauh berbeda dan kelihatan semakin cakep saja aku tak perlu untuk berfikir dua kali... Brata ! Sempat terfikir olehku bagaimana aku harus bersikap atau setidaknya mengantisipasi bila dia mengambil sikap, tapi akh... manalah mungkin kami harus saling bertinju, berkelahi, didalam pesawat dikelas utama ini, lagipula kami sudah bukan remaja lagi. Aku hanya duduk diam terpaku menatap sandaran kursi penumpang didepanku ketika pesawat mulai bergerak menuju landasan pacu, menjaga jarak antara tanganku dengan tangannya agar tidak saling bersentuhan bagaikan ada sebuah tembok maya yang memisahkan diantara pegangan tempat duduk 2A denag tempat duduk 2C.

Tanpa dapat aku kendalikan, bayangan kejadian antara aku, Yuda, dengan orang yang duduk tepat disebelahku, temanku dan sekaligus musuhku, Brata, bergulir begitu saja dalam benakku. Masa remaja yang indah yang kami lalui berdua bersama berhiaskan suka, masa amarah - amuk - angkara yang berkepanjangan bertatahkan duka... terbayang olehku wajah Brata yang tergolek lemah lunglai dilantai berlumurkan sperma dan air kencing, ketika aku dan teman tim basketku mengerjainya di kamar ganti tempo hari yang sebenarnya ternyata membuat aku berduka dan terluka menangis berhari-hari setelah kejadian tersebut menyesali diri mengapa sampai tega berbuat demikian padanya, akh... sebenarnya ini kesempatan aku untuk menyatakan permohonan maaf yang tulus dari lubuk hatiku yang paling dalam, tapi apakah dia mau menerimanya ? apakah dia mau memaafkanku ? apakah aku sedemikian hina bagaikan najis durjana sehingga dia sama sekali tak menyentuhku ketika kejadian dilantai basement malam menjelang dini hari... air mata merebak dimataku, sialan ! aku tak mampu menahan bergulirnya butiran air mataku ketika pesawat bergetar bergoyang ketika melaju ke angkasa menembus awan cumullus, dan...

Goncangan agak keras oleng kekiri dan kanan bergetar pesawat masih menapak untuk mencapai ketinggian yang diinginkan menyebabkan tangan kananku tak sengaja menyentuh tangan kiri Brata yang seketika bagaikan sengatan aliran listrik 10.000 volt melucut mengaliri akson-neuron lenganku secepat kilat melanda pusat syaraf didasar benakku membuat ekor mataku secara refleks melirik kearah kanan... sebulir air menggelinding jatuh ke baju jas yang dipakainya dan aku menelusuri senti demi senti kearahnya mencari sumber buliran air tersebut, senti demi senti sampai menatap mata Brata yang ternyata sama dengan kondisi mataku, basah merebak air mata, tenggorokanku serasa kering tercekat dan... kedua tangan kami saling menggenggam lembut mesra diatas pegangan kursi pesawat tersebut, melaburkan mencairkan memadamkan segala bentuk amarah - amuk - angkara.

Perjalanan 8 jam menuju Dubai serasa seolah sewindu lamanya untuk menantikan kesempatan untuk merangkul memeluk mencium sekujur tubuh Brata melepaskan kerinduan yang mendalam akan seorang sahabat dimasa remaja yang penuh aneka warna

"Maafkan aku Brat,... ampuni aku, aku sangat bersalah padamu selama ini"

lirih aku menghiba berderai air mata diantara kuluman cipokan tautan lidah dan bibir kami berdua setibanya kami dikamar hotel Burj Al Dubai

"Yuda, aku juga sangat bersalah padamu selama ini, maafkan aku dan ampuni aku juga"

lembut berbisik Brata menyampaikan rasa penyesalannya kepadaku dalam waktu yang hampir bersamaan dengan deraian air mata pula, air mata bahagia dua orang sahabat yang selama ini terpisahkan oleh amarah - amuk - angkara

Bagaikan pengantin baru kami lalui malam itu dengan bagitu indahnya, walaupun he.. he.. he.. mula-mula saling sungkan dan malu untuk mendahului namun akhirnya

"Sshh... kontol elo kuda banget Yud... ouch ! entotin aku... arrgghh entotin yang dalam... sampai kandas kepangkal batang kontol elo... ahh.. sshh enak banget" Brata menggelinjang terngial-ngial mendesah mesra

"Hmmppffhh... kapan kontol elo gede segede gene... hmm, enak banget sllurrpp... aahh... entotin mulut gua Brat... hmmff.. ahh.. hmmff.. ahh.." aku sangat menikmati denyutan demi denyutan kontol gede Brata didalam mulutku

Kontol kudaku dan kontol gede Brata saling memuaskan kerinduan dimulut Brata dan dimulutku dilobang sanggamaku dan dilobang sanggama Brata, berulang kali dan berulang kali muncratan pejuh demi muncratan hingga pagi menjelang, kami tertidur berpelukan seakan tak mau lagi terpisahkan... Bahkan ketika aku menuangkan kisahku ini disini kontol Brata masih menancap dengan gagahnya mengobok-obok liang anusku... hmm he he he

Namun apakah mungkin kami dapat melanjutkan hubungan ini dengan ikatan yang lebih kuat lagi hingga akhir hayat menjelang ? entahlah... karena dengan bertambahnya umur dan bertambah mapannya dibidang ekonomi, baik aku maupun Brata mulai digerecoki oleh keluarga mempertanyakan bila saatnya mempersunting seorang istri. Sebuah babak baru lagi bakal segera akan menghadang hubungan kami, antara aku, Yuda, dengan sahabat karibku Brata...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.