Sabtu, 04 Februari 2012

Amarah Amuk Angkara - A Prologue

YUDA Entah darimana aku harus memulai ceritaku ini, namun agaknya lebih tepat ketika mulai terjadinya persahabatan antara aku, Yuda, dengan sahabat karibku Brata, yaitu ketika kami berdua beranjak puber dan masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dikota kami yang relatif kecil bila di bandingkan dengan kota Jakarta ataupun kota besar lainnya di Indonesia. Persahabatan antara aku dengan Brata sebenarnya lebih banyak oleh karena disatukan oleh teman-teman disekolah, dimana ada Brata disana ada Yuda, disebabkan penggalan nama kami yang bila disatukan akan menjadi kisah klasik yaitu Bratayuda dan oleh karena kami juga berada pada satu sekolah yaitu SMP 1 Negeri di kota kami, namun aku berada di kelas A sedangkan Brata berada dikelas E.

Brata anak seorang pegawai negeri tinggal dikompleks pegawai negeri sedangkan aku anak seorang pedagang, tetapi jarak rumah kami tidak terlalu berjauhan sehingga tidak menjadi masalah bagi kami untuk melanjutkan persahabatan didalam sekolah diluar waktu belajar karena sehabis masa pelajaran sekolah, selain juga sama-sama menyenangi bermain basket, kami juga melanjutkan kegiatan les ekstra di tempat bimbingan studi yang sama di kota tersebut dan mengikuti pengajian di madrasah yang sama pula. Pada masa itu aku menaksir cewek di kelas Brata, yaitu Dewi; sebaliknya Brata juga menaksir cewek yang berada di kelasku, yaitu Ratih, yaa... semacam cinta monyetlah, namun hal itu pula yang menyebabkan kami berdua, aku dan Brata, semakin sering bertemu dan terkadang saling curhat tentang hubungan cinta monyat masing-masing.

Pengalaman kami berdua yang paling mempengaruhi jalan hidup kami selanjutnya mungkin ketika suatu senja hari menjelang malam kami berdua pulang dari les ekstra agak telat karena tidak mendapatkan angkutan kota yang menuju kompleks perumahan tempat kami tinggal. Akhirnya kami berdua berjalan kaki dan terkadang mengambil jalan pintas melewati lahan kosong atau kebun sayur yang masih banyak disekitar kota kecil tersebut sampai menjelang kompleks pemukiman tiba-tiba kami mendengar suara yang asing bagi telinga kami berasal dari pos kamling yang sudah tidak terpakai lagi.

"Ssst, Brata, suara apaan tuh" kataku setngah berbisik padanya

"Ho-oh... suara apa ya ?" Brata juga tidak mengerti

Didorong oleh rasa ingin tahu kami berdua mengendap-endap mendekati pos kamling tersebut dari arah belakang yang gelap dan mengintip kedalam bilik yang ada dipos tersebut melalui lobang celah didinding anyaman bambu yang sudah rusak sebagian. Dalam keremangan sinar lampu jalan yang masuk melalui pintu depan pos tersebut kami melihat dua orang berada didalam pos tersebut, yang setelah beberapa saat mata kami beradaptasi ternyata orang tersebut adalah kang Maman tukang ojek yang sering mangkal dikompleks dan yang satunya lagi mas Jojo lelaki pengangguran yang sering mengutip uang keamanan pada pedagang keliling yang masuk kedalam kompleks perumahan tersebut.

Aku melihat kang Maman sedang mengerang mendesah melenguh sambil mengusap-usap dadanya dan tangannya yang satu lagi meremas menarik dan menjambak rambut gondrong mas Jojo yang sedang berjongkok didepan kang Maman... ya ampun ! mas Jojo sedang mengulum mengisep dan menjilat kontol kang Maman yang keluar tegak menjulang dari celananya. Sejenak aku terkejut bukan kepalang dan hampir dalam tempo yang bersamaan Brata juga terkejut dan kami berdua saling memandang... untuk selanjutnya bersama-sama kembali mengintip kedalam bilik pos kamling tersebut

"Ssshh... aahhh, duh enak Jo... ahhh, isep Jo... arrgghh... emut Jo, sshhh aahhh" desah kang Maman lirih namun terdengar jelas olehku

"Hmmppff... slurrpph, kontol elo gede banget Man... ummm, enak banget Man..." desis Jojo diantara kuluman demi kuluman mulutnya di kontol Maman

Kang Maman semakin menggila menggenjotkan kontolnya ke mulut Jojo, semakin cepat, semakin dalam pula kontolnya tertanam didalam mulut Jojo sampai akhirnya aku mendengar kang Maman mengerang panjang sambil mengejangkan badannya berulang kali (pada saat itu kami belum mengerti kenapa kang Maman sampai begitu... he he he). Sejenak mereka terdiam, namun tak lama kemudian Jojo memutar badan kang Maman dan memeloroti celana kang Maman dan... kembali kami berdua terkejut bukan alang kepalang, melihat mas Jojo menjilati lobang pantat kang Maman dengan rakusnya sampai terdengar bunyi kecipak kecipok ludah mas Jojo membasahi lobang pantat kang Maman. Disusul lagi dengan berdirinya mas Jojo dari posisi jongkoknya dan... ya gusti, kontol mas Jojo gede banget sudah tegak berdiri bagaikan senjata terkokang dan blesss... kontol yang gede itu ditancapkannya kedalam lobang pantat kang Maman dalam seketika membuat kang Maman berteriak kecil...

"Aduh Jo ! sakit... arrgghh, sshh... tapi enak Jo... kontol elo gede banget Jo, entotin aku... entotin yang kuat... arrgghh"

Maman meracau sambil menggoyangkan kepalanya kekiri kekanan dan sesekali menegadah sementara tangannya masih mengusap dadanya pentilnya perutnya dan tangan yang satu lagi mengocok kontolnya yang kembali tegang berdiri tegak. Dimataku saat itu mas Jojo seakan membalas dendam akan perbuatan kang Maman yang merojok mulutnya tadi dengan kontol sehingga kini dengan ganas pula mas Jojo merojokkan kontolnya yang gede semakin cepat semakin dalam semakin bringas kelobang pantat kang Maman

"Bangsat ! gua mo kluar neh Man... gw... arrgghh, sshhh... ahhh... enak banget lobang pantat elo Man, sshh... ahhh... lebih enak dari memek lonte..."

Kami berdua saat itu segera beranjak dari kegelapan malam dibalik dinding belakang pos kamling yang serem itu, mengendap-endap mencari jalan memutar untuk mencapai jalan raya. Aku tak mengerti mengapa celanaku basah kuyup padahal aku tidak kebelet kencing, tapi basah oleh semacam lendir yang melicinkan kontolku saat itu... aku lihat celana Brata, ternyata juga sama denganku, basah berlendir... namun malam itu kami berdua hanya diam seribu bahasa tak berkomentar apapun mengenai pemandangan aneh yang kami temukan dalam perjalanan pulang kerumah masing-masing.

Tetapi anehnya setiap hari-hari berikut kami berdua seakan sepakat untuk mengulangi lagi perjalanan pulang melalui jalan pintas lahan kosong dan kebun sayur menuju belakang pos kamling dan mengintip kembali mengharapkan akan adanya pemandangan aneh tersebut, walaupun setiap kali kami pulang ternyata tidak menemukan apapun yang ada didalam pos kamling tersebut; hanya dua kali kejadian lagi yang kami pernah lihat terjadi didalam pos kamling tersebut yaitu ketika mas Jojo dientot oleh seorang tukang becak dan satu kejadian lagi ketika kang Maman bergumul saling mengentotin satu sama lain bersama tukang becak tersebut dan mas Jojo; sebelum akhirnya dirusak dan dibakar oleh masyarakat karena dicurigai menjadi tempat mesum

Pengalaman kami melihat adegan tersebut sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan rasa ingin tahu terhadap apa yang dilakukan oleh mereka dipos kamling tersebut, aku dan Brata mulai saling eksplorasi kontol ! saling ciuman... dan akhirnya mencoba saling membantu mengocok kontol walaupun saat itu kami belum faham sepenuhnya namun kegiatan tersebut membangkitkan suatu sensasi yang lain dari yang selama ini kami jalani... proses pubertas mulai melanda diri kami berdua dan kalau Brata tidak ada disisiku maka sebelum tidur aku sudah mulai terbiasa ngloco hingga muncrat kemana mana didalam kamarku untuk selanjutnya terkulai lemas tertidur pulas telanjang bulat hingga pagi hari...

Akh... betapa manisnya kenangan tentang masa-masa tersebut

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.