Selasa, 14 Februari 2012

Bayang-bayang Berduri - Merah Merekah

Latihan demi latihan di sasana tinju tersebut membuat Mat Sani dan Adi semakin akrab, selain oleh karena kegiatan ekstra kurikuler yang sama juga lebih banyak lagi oleh karena kesamaan dalam masalah keluarga, sama-sama berasal dari kelas bawah, dengan himpitan ekonomi yang tersana semakin menyesakkan dan... hmm sama-sama merasakan adanya ketertarikan pada seks sejenis. Sebagaimana layaknya petinju ataupun orang orang yang bergelut dgn binaraga, maka kekaguman akan bentuk tubuh yang kekar, otot yang menggelembung dan penampilan fisik lainnya merupakan indikator bagi mereka. Hampir mendekati narsis lah... mengagumi penampilan fisik diri.

"Elo malam ini tidur dimana San ?" Adi bertanya sambil mengeringkan keringat yang berleleran ditubuhnya ketika usai latihan

"Tauk tuh, dimana aja... kaya'nya malam ini gw nginep disini aja" Sani menjawab sambil memandang tubuh Adi yang berbalur keringat

"Gw temenin elo aja yah, soalnya dirumah juga sumpek tuh... kebanyakan penghuninya"

Sudah menjadi kebiasaan disasana tinju ini dwi fungsi sebagai tempat latihan dan sebagai tempat singgah bagi anggota sasana yang kemalaman untuk pulang kerumah. Kamar mandi sederhana, gelosor dipojokan ring, dan warung murah meriah didepan sasana sudah lebih dari cukup untuk menunjang kebutuhan kehidupan sehari hari. Dan malam ini, tinggal Mat Sani dan Adi yang berada disasana tersebut.

"Mandi bareng yok" ajak Adi, sambil memelorotkan celananya sehingga bugil

"Ho-oh... yok" Sani beranjak mengikuti Adi ke kamar mandi sasana tersebut, sembari itu dia mengamati bentuk buah pantat Adi yang kencang berotot bulat berisi... gileee, kontol Sani mulai ngaceng

"Tolong sabunin belakang gw dong San" pinta Adi ketika mereka sudah berada bugil dikamar mandi tersebut

Tanpa menunggu dua kali permintaan, Sani mengambil sabun mandi dan mulai mengusap tubuh Adi dengan sabun tersebut... hmm, basah licin tubuh liat berotot dan aroma jantan lelaki muda belia membuat atmosphre kamar mandi tersebut ibarat bensin disiramkan ke api dalam sekam, api nafsu jantan yang tengah membuncah menggelora bagaikan magma diperut bumi yang siap untuk diledakkan dimuntahkan menyemburkan lahar pijar panas. Sani masih mengusap tubuh Adi dari belakang, kontolnya tegang penuh berurat kehijauan dengan kepala kontol yang merah merekah kini mulai menyelinap disela paha Adi, sementara kedua tangannya mulai menjelajahi bagian depan tubuh Adi, dadanya, puting susunya, perut six packnya dan turun lagi kebawah menggeramas jembut Adi dan batang kontol Adi yang sama tegangnya dengan batang kontol Sani. Adi menggeliat sambil mendesah, kedua pahanya mencengkeram batang kontol Sani...

"San... ahh shhh, jangan San... ahh... shh" Adi mendesah seakan berusaha menghentikan serbuan maut Sani, namun tak ada usaha lain kecuali desahan jangan dan jangan sementara bahasa tubuh Adi menyatakan lain... teruskan San - teruskan. Hal ini membuat Sani semakin beringas, kecupan demi kecupan ditengkuk Adi, dibelakang kuping, dibahu Adi yang bidang dan kekar semakin menggila. Kontol Sani mulai menyeruak membuka lobang kenikmatan Adi... dan "bless..." kepala kontol Sani masuk kedalam lobang pantat Adi

"Ouchh... sakit San... aduh, sakit !" Adi merintih

"Mpph... tahan bentar Di, ntar juga enak koq"

Sani membiarkan sejenak benaman kontolnya dilobang pantat Adi, menunggu sampai lobang pantat Adi menyesuaikan diri terhadap sodokan kontol gedenya. Sementara itu tangannya terus mengusap menggerayang sekujur tubuh Adi yang licin bersabun berkilat basah, lidahnya menari nari dikuduk Adi membuat Adi relaks dan mulai kembali menggeliatkan badannya dan mengeolkan pantatnya yang berisi kontol Sani. Kontol Sani semakin terbenam kedalam lobang pantat Adi, semakin terbenam sampai pangkal batang kontolnya dan jembut Sani menggesek gesek cincin anus Adi... hrrgghh membuat Adi menggelinjang geli. Perlahan tapi pasti genjotan kontol Sani semakin lama semakin cepat menghajar lobang pantat Adi sampai mengeluarkan suara kecipak kecipok akibat benturan demi benturan dibuah pantat Adi yang berotot bulat berisi tersebut.

"Arrgghh... enak buanget Di... ohhh shhh enak bangeeeth" sambil setengah meracau Sani mengentotin Adi dengan liar buas dan ganas

"Ho-oh... entotin gw San... ohh kontol elo gede banget San... arrgghh shh... entotin gw sampai elo muncrat San" Adi juga tak kalah bernafsunya dengan Sani, tangannya mengocok kontolnya yang sudah mencuat menegang membentuk sudut dengan perutnya.

"Di... arrgghh, gw mo keluar neh... ohhh mo muncrat neh".... setengah melolong Sani menggigil bergetar menantikan semburan semburat lahar putih pijarnya.

"Iya... keluarkan dimuka gw yah..." pinta Adi

Ploph ! kontol Sani keluar dari lobang pantat Adi, dan kini Adi jongkok berhadapan wajahnya dengan kontol Sani yang sudah siap muncrat... dan

"Aaaaarrggghhh... muncrat... oohhh sshhh aaarrrggghhh"

Sani meregang mengejang berkali kali seiring dengan muncratan semburat lahar putih pijarnya membasahi wajah Adi, berlelehan dikening dimata dihidung sebagian masuk kedalam mulut yang menganga lebar dan melipah membasahi dagu dan dada Adi... crrooth.. crrroooth crrroooth... bukan main banyaknya sperma Sani. Wajah Adi bercelemotan sperma Sani.. ummm, sungguh seksi apalagi lidahnya menjlati membasahi bibirnya yang ranum yang berleleran sperma... cum facial ! Sani mengangkat tubuh Adi dan mencipoknya dengan penuh nafsu sambil merasakan lelehan spermanya diwajah Adi... hmm, makasih Di, elo emang luar biasa.

Malam itu mereka tidur berpelukan mesra dipojokan ring tinju, terkapar lelah namun dengan wajah puas. Udara panas Jakarta masih tetap terasa hangat sehingga kedua anak manusia tersebut tidur bertelanjang dada hanya memakai celana boxer lusuh saja. Tak ada yang dapat disalahkan bila lepas tengah malam ketika tenaga mereka sudah pulih kembali, gesekan demi gesekan kulit tubuh telanjang kekar berotot membuat kedua kontol gede tegak mencuat menjulang bagaikan tiang membentuk tenda pada celana boxer tersebut. Tangan Sani menggenggam batang kontol Adi demikian pula tangan Adi masuk kedalam celana boxer Sani mengelus daging buah pantat dan sesekali telunjuk Adi menghampiri cincin lobang anus Sani.

"San, gw pengen ngentotin elo..." bisik Adi mesra sambil menjilati kuping Sani

"Umm..." Sani bergumam

"San, boleh khan gw entotin elo..."

Shrrieek!... Adi merobek bagian belakang celana boxer setentang lobang pantatnya Sani dan mulai membalikkan badannya dan lidahnya mulai menjelajahi membasahi lobang pantat Sani melalui lobang robekan celana tersebut. Shrrieek!... Adi merobek celananya setentang kontolnya dan ploph! kontolnya keluar tegak menjulang melalui lobang robekan celananya pula.

"Isep San"... peritahnya pada Sani

Sani melahap batang kontol Adi dengan rakus bagaikan ikan mujair yang sudah 3 hari 3 malam tak dapat makan, air liurnya berlelehan membasahi batang kontol Adi. Adi tak kalah ganasnya pula, dia mulai mengentoti mulut Sani dengan sadis... sedemikian dalam hingga masuk kepangkal tenggorokan membuat Sani berulang kali tersedak kehabisan nafas, kelelep batang kontol ! Tak lama kemudian Adi berbaring telentang dengan kontol mencuat bagaikan tugu Monas keluar dari lobang robekan celananya dan Sani naik keatas tubuh Adi mengarahkan rudal Adi ke lobang pantatnya dan coproth ! masuk kedalam lobang kenikmatannya itu

"Gile Di ! sakit banget..." seru Sani

"Iya ya gw juga tadi begitu juga koq, lu kate ntar juga enak khan?" jawab Adi

Bagaikan koboi mengendarai kuda liar di rodeo Sani menggerakkan mengoyang dan menggeolkan pantatnya yang tertancap batang kejantanan Adi sementara Adi bagaikan ikan lumba lumba menggelupur naik turun menghunjamkan batang kontolnya kelobang pantat Sani. Keringat kembali membasahi sekujur tubuh kedua anak muda yang sedang terbakar nafsu. Celana boxer mereka sudah lengket abis dikulit, lelehan keringat bagaikan ank sungai mengalir berliuk liuk membasahi tubuh mereka yang berotot itu. Adi bangkit dari telentang dilantai sementara batang kontolnya tetap tertancap dilobang pantat Sani, perlahan sambil mendekap tubuh Sani dia bangun berdiri menggendong tubuh Sani yang licin berkeringat dengan hunjaman kontolnya masih tertancap kokoh dilobang pantat Sani. Sani melingkari kedua kakinya mengunci pinggang Adi dan tangannya merengkuh pundak kekar Adi sambil mencipok mengulum melumat habis bibir Adi. Badannya naik turun terlonjak-lonjak ketika kontol Adi menghunjam lobang pantatnya sambil berjalan...

"Arrgghh, enak banget entotan elo Di, gilee... enak banget..." bisik Sani diantara kuluman demi kuluman pagutan kedua bibir mereka. Adi berjalan kearah pinggir ring tinju dan meletakkan tubuh Sani dipinggir ring tersebut. Semakin ganas dia menghunjamkan rudalnya menggerojok isi lobang pantat Sani, semakin keras pula lenguhan desahan dan rintihan Sani, membuat Adi semakin beringas pula...

"San, gw mo keluar neh..."

"Ohhh... keluarkan aja Di, penuhi tubuh gw dengan sperma elo Di... arrgghh, sshhh ohhh"

Fajar mulai menyingsing di ufuk timur, kokok ayam telah terdengar bersahutan (eh!! masih adakah ayam berkokok di jkt ?), dua tubuh lelaki jantan perkasa terkulai lemas dilantai sasana tinju setelah berulang kali mengentot dan dientot semalaman memuaskan hawa nafsu angkara murka yang selama ini terpendam. Dua tubuh lelaki muda perkasa berkilauan bersimbah keringat dengan lelehan sperma segar diwajah disudut bibir dan dilobang anus yang masih terbuka lebar akibat rojokan demi rojokan kontol gede mereka

"Woi, bangun ! udah siang neh... kaga pergi sekolah ? " suara pelatih tinju membangunkan mereka dari tidur lelap sehabis pertarungan dahsyat semalam suntuk.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.