Rabu, 08 Februari 2012

Amarah Amuk Angkara - An Epilogue

BRATA Hampir dalam waktu yang bersamaan aku dan Jaya membuka mata terbangun dipagi hari itu, ketika sinar matahari pagi telah menerobos masuk melalui celah tirai jendela kamar apartemenku tepat jatuh diwajah kami berdua. Sejenak aku mengucek mataku menyesuaikan diri dengan terang sinar matahari pagi dan menoleh kearah Jaya sambil membalas senyumannya yang manis penuh arti

"Makasih Brata, elo telah membuat malam yang terindah bagiku"

Jaya berkata sambil bergerak beringsut perlahan mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mencium bibirku dengan lembut, kamipun berpagutan dengan mesra saling menyentuh membelai mengusap tubuh yang telanjang bulat dalam selimut, penat dan pegal setelah bergumul dalam nafsu jalang lelaki durjana menghabiskan luapan syahwat bergelimang pejuh dan keringat hampir separuh malam tersebut.

"Umm... gw juga berterima kasih pada elo Jay, bener-bener hebat elo tadi malam membuat gw kaya terbang ke nirwana... hmm umm"

"Akh... elo juga nge-joss banget tadi malam koq... umm"

sambil saling mengulum bibir kami masih berpelukan bermalas-malasan diranjangku yang sudah kusut masai akibat pergumulan kami semalaman, menikmati week-end setelah bekerja gila-gilaan selama 5 hari di rimbaraya belantara kemacetan di jakarta ini.

Aku sudah bekerja disebuah lembaga permodalan yang cukup ternama di Jakarta, sedangkan Jaya juga bekerja pada sebuah perusahaan sekuritas pialang bursa yang sedang naik daun sehingga pertemuan aku dengan Jaya yang berlanjut menjadi perkenalan dan akhirnya menjadi persahabatan tak dapat dihindarkan karena kami bersama-sama bergerak dibidang keuangan. Jaya adalah sosok peranakan Cina dari Pontianak yang gigih dalam bekerja, tubuhnya tinggi atletis karena sering latihan di sarana kebugaran, sangat maskulin, kalau sepintas dilihat mirip dengan Nakata, pemain sepakbola Jepang yang sudah go internasional itu. Sebuah tatapan mata yang kelamaan sekian detik saja pada saat perkenalan antara aku, Brata, dengan Jaya ketika coffee break pada sebuah seminar keuangan di sebuah lobby hotel membuat gaydar kami berdua saling memancarkan sinyal dan akhirnya... ya begitu deh.

"Yum yum... enak buanget sosis pribumi ini yah..."

Jaya mengulum mengisap menjilat kontolku yang udah kembali ngaceng berdiri tegak ketika kami mandi bareng dipagi hari itu di apartemenku, sementara aku masih melulurkan shampoo dirambutku

"Duh Jay, gw masih shampoo-an neh"

aku berpura-pura sedikit protes padanya padahal kontolku tak dapat berbohong ! semakin diemut Jaya semakin mekar merekah merah keunguan pula batang kontolku yang gede itu. Kami saling menyabuni sekujur tubuh sambil berpelukan bercipokan bergesekan batang kejantanan dibawah guyuran air hangat shower menambah hangatnya kobaran hawa maksiat didalam bilik kamar mandi...

"Ohh yezz... fuck me Brat, ouch... arrgghh, fuck me harder... sshh, ahhh fuck me deeper... oh my god, rape me... bastard ! oh shit, oh yezz..."

Jaya mendesah terengah-engah ketika kembali kontolku yang sudah mengeras bagaikan batang baja menghunjam keluar masuk lobang pantatnya, berulang kali dan berulang kali sementara tubuh kami berdua masih basah kuyup dibawah siraman shower air hangat. Sementara itu pula tanganku mengocok kontol Jaya yang tak kalah gagah gede gempal dengan kontolku yang tengah tertancap dalam diliang sanggamanya bagaikan terpilin-pilin oleh geolan pinggang Jaya... phew ! Jaya mahir banget dalam mengontrol empotan lobang pantatnya bagaikan memerah susu meremas gemas dan terkadang mengisap dengan kuat batang kontolku didalam lobang pantatnya yang hangat itu hingga tubuhku kembali bergetar menggigil mengejang menyemprotkan kembali muncratan pejuhku untuk kesekian kalinya dalam tenggang waktu yang tidak terlalu lama didalam rongga usus Jaya...

"Arrgghh... Jay, ohh shhh... memek elo mantap banget, arrgghh... lebih enak dari memek amoy... arrgghh, gw.. gw.. mo.. kluar Jay... arrgghh..."

Giliran Jaya pula mengentot lobang pantatku ketika aku masih terkulai kehabisan tenaga karena baru saja memuntahkan sisa lahar panas kontolku, dia sedemikian terangsang akibat kocokan aku tadi pada batang kontolnya ketika aku mengentotinya barusan. Sedemikian dalam dikandaskannya tancapan batang kontolnya dalam anusku sehingga jembutnya terasa menggelitik pinggir lobang anusku, bahkan biji pelernya sampai beradu dengan biji pelerku, kelenjar prostatkupun tanpa ampun berulang kali disodok oleh kepala kontolnya yang gede kaya kepalan tangan bayi itu, setiap kali G-spot aku dirojoknya membuat aku meggeliat menggelinjang dalam pelukan erat tangannya yang melingkari tubuhku ini... arrgghh.

"Haiya lu ci pay ci pay la... arrgghh, memek pribumi juga enak laa.. wa entot lo sampai jebol lo punya lobang neh... arrgghh, shh... ahhh memek elo sempit dan... ahh, shh... uenaakkk banget.."

Aku hampir terlambat tiba dibandara Soekarno-Hatta, bergegas check-in dan menuju immigrasi menyelesaikan pernak-pernik dokumen dan paspor, terus setengah berlari menuju gate yang ditentukan. Pramugari menyapaku dengan berusaha tetap tampak ramah ketika aku sampai diujung belalai garbarata melangkah masuk melintasi ambang pintu pesawat tersebut. Hari ini aku harus pergi mewakili kantorku dalam acara pertemuan internasional lembaga pendanaan di Dubai, sebuah acara tiga tahunan yang sangat penting untuk diikuti oleh semua sektor keuangan didunia... dan aku tidak boleh sampai gagal untuk mengikutinya hanya gara-gara masalah sepele, terlambat naik pesawat.

Wajahku dan wajahnya sama-sama menegang ketika pramugari mempersilahkan aku mengambil tempat duduk dibangku 2C di kelas utama pesawat Garuda yang hendak berangkat ke Dubai, sementara dia, Yuda !, duduk dibangku 2A. Sekilas aku mencari tempat lain yang kosong, akh... sudah penuh berisi, tak mau tidak - suka tak suka aku harus duduk disebelah dia apalagi pilot telah memberi aba-aba untuk menutup pintu, pramugari telah bergegas mengambil kembali gelas minuman welcome drink dan refreshment towel dan tayangan prosedur penyelamatan dalam keadaan darurat sudah mulai. Sejenak terhenyak bingung mau bersikap, tapi tak mungkin khan aku bergumul bertinju bergamparan saling mengumbar dendam kesumat yang perih membara pilu merasuk sukma yang terluka, dengan Yuda diatas pesawat udara, di kelas utama lagee...! Aku bukan remaja muda belia lagi dan dia juga sama, haruslah dewasa berhati dingin dalam menghadapi situasi ini. Bayangkan betapa berkecamuknya hamburan perasaan dalam hati aku, dan aku yakin hal yang sama dalam hatinya juga, pada moment tersebut. Menit demi menit ketika pesawat mulai bergerak menuju run-way terasa begitu lama bagaikan waktu berjalan sedemikian lambat sehingga serasa bagai berjam-jam, sunyi senyap hampa kaku kami berdua duduk sangat tegang menatap terpaku kearah sandaran tempat duduk baris depan. Kilasan bayangan masa lalu secara otomatis tak dapat aku elakkan terbayang runtut detil demi detil hubungan aku, Brata dengan orang yang saat ini duduk tepat disampingku, Yuda. Masa remaja yang indah bersamanya - masa amarah antara aku dan dia - masa amuk yang meninggalkan luka - masa angkara dalam diam hampa yang memilukan jiwa... aku berusaha sekuat daya upaya mengalihkan perhatian kehal-hal lainnya namun rekaman dihard-disk otakku sama sekali tak mau diajak kompromi, tetap kembali dan kembali lagi menayangkan kenangan amarah - amuk - angkara.

Tubuhku menggigil bergetar berupaya tegar disebelah sahabat karib yang menjelma menjadi musuh bebuyutanku ini, namun tak kuasa mencegah mengalirnya air mata jatuh titik demi titik membasahi jas hitam yang tengah aku pakai. Tanganku menggenggam keras sandaran tangan tempat duduk dipesawat ini berusaha sekuat tenaga agar tak runtuh luluh namun ternyata percuma karena titik demi titik air mata masih juga menetes perlahan mengalir melalui sudut mataku membasahi pipi menuruni hingga kepinggir rahang bawahku dan tes... jatuh lagi membasahi bajuku. Getaran dan goncangan pesawat yang sedang lepas landas menambah tegas jatuhnya tetes air mataku ini... sialan ! mau mengusap air mata ketika berada tepat disebelahnya ? duh gengsi banget... dan jegleg ! pesawat terasa terhentak oleng ketika melaju mengangkasa menembus gumpalan awan cumullus dan serrr... lenganku dan lengannya yang dari tadi berusaha berjauhan membuat batas tembok maya agar tidak bersentuhan menjadi tersentuh beneran, serasa ada aliran listrik 10.000 volt mengalir melecut axon-neuron syarafku dari lengan kiriku langsung ke receiver yang terletak dalam didasar otakku.

Bagaimanapun aku berusaha untuk tidak menatap wajahnya namun ekor mataku secara otomatis melirik lengan Yuda yang menyentuh lenganku ketika goncangan pesawat tadi... hlaah ! sebuah tetesan air mata yang juga jatuh dari wajahnya membasahi jas yang dipakainya, membuat aku perlahan menaikkan pandanganku senti demi senti perlahan demi perlahan menoleh wajahnya. Dua pasang mata berkaca-kaca saling memandang segera melabur semua duka yang selama ini terpelihara dan... tanganku dan tangannya segera saling menggenggam melepas rindu yang ternyata masih terpendam diatas pegangan kursi kelas utama pesawat Garuda yang masih terus menanjak menapak angkasa.

"Maafkan aku... Yuda" "Maafkan aku juga... Brata" "Yuda... aku... aku.." "Brata... aku juga.."

Sama sama tak dapat lagi berkata-kata hanya air mata kerinduan yang terpendam bercucuran membasahi memadamkan api dendam amarah - amuk - angkara. Pada saat itu ingin sekali rasanya melepas ikatan jerat sabuk pengaman kami saling menghamburkan tubuh kami saling berpelukan berpagutan berciuman mesra, namun apa daya situasinya tidak memungkinkan untuk itu disamping tentunya akan membuat heboh orang satu pesawat menjadi berita besar pula diharian ibukota dan televisi swasta ada dua hombreng bercinta di udara he he he...

Di dalam kamar hotel bintang 5 Burj Al-Dubai, aku dan Yuda bagaikan pengantin baru saling melepas rindu dendam yang membara, tidak mau sedetikpun lepas darinya demikian pula dia juga tak mau lepas sedetikpun dariku, menikmati paduan kasih yang pernah terpisahkan oleh amarah - amuk - angkara. Apalagi ternyata Yuda, yang sekarang ini bekerja disebuah bank permodalan juga ikut dalam pertemuan yang sama dengan yang aku ikuti, ditempat yang sama dalam waktu yang sama... oh alangkah bahagianya kami berdua seakan dunia ini milik kami dan orang lain cuma numpang aja... hmm.

"Arrgghh... gila lo Yud, udah berapa liter spermamu masuk... akhh, kedalam tubuhku... oouch, sshh... entot lagi Yud... akhh entotin aku dgn kontol kuda elo... arrgghh"

Yuda, tumbuh dewasa menjadi sosok lelaki perkasa, tubuhnya padat berisi, wajahnya ganteng banget dengan bayangan menghijau cambang dan kumis bekas dicukur, bulu dadanya penuh pesona menghiasi dadanya yang bidang turun berulir melingkari puser diperutnya yang pipih rata berotot six pack, dan turun lagi bersambung ke jembutnya yang item ikal tercukur rapi. Dan... ya yang paling istimewa so pasti kontolnya yang sudah tak asing lagi bagiku, gede panjang item berurat dengan kepala kontolnya yang bagaikan cendawan mekar dimusim hujan, keras kenyal penuh stamina tak kenal lelah tak henti-hentinya mengentoti mulutku - lobang pantatku persis, sampai saat ini ketika aku sedang duduk diatas kontolnya yang masih tegang keras berdenyut-denyut tercelup dalam dilobang pantatku sementara aku menuliskan cerita ini,... hmm.

"Wow... empotan memek elo makin yahud banget Brat... gila, kontol arrgghh... kontol gw serasa dilumat abis neh... sshh, akhh..."

Dapatkah kerinduan keintiman kemesraan kami ini menjadi ikatan yang lebih kuat lagi hingga ajal datang menjelang nanti?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.