Senin, 31 Oktober 2011

Malam Tahun Baru Di Kuta

Setelah lewat beberapa waktu, tahun-tahun telah berlalu, aku teringat akan kisah petualanganku di Bali, yang hanya tinggal kenangan manis dan kapan akan terulang kembali aku tak tahu dan tak mengerti haruskah kisah seperti itu akan datang kembali dengan keadaan yang sudah berubah. Hanya angan-angan dan sisa-sisa kenangan manis yang kini kembali terbayang dalam pelupuk mataku menjelang aku berangkat keperaduanku.

Kisah bermula ketika aku masih semester lima disalah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya, pada saat akhir tahun tahun ajaran yang juga merupakan akhir tahun umum, masih teringat aku ketika itu tanggal 29 Desember, salah satu adik kelasku yang bernama Budi yang pada waktu itu masih duduk di semester tiga mengajakku pergi ke Bali untuk menghabiskan liburan semester sambil menikmati pergantian tahun di Bali. Pada waktu itu aku lagi bokek alias lagi nggak punya duit sama sekali, tapi dianya ngotot ngajak aku pergi, katanya,

"Nggak apa-apa, pokoknya kita pergi. Kalau mau yaa kita pake gaya mbambung aja biar bisa ngirit duit"
"Duitmu berapa sih, terus terang aja aku nggak punya duit banyak"
"Gini aja kita berangkatnya ngandol kendaraan umum atawa kereta api barang ke Banyuwangi, terus nyebrang dari Ketapang ke Gilimanuk, terus dilanjutkan dengan kendaraan umum dari Gilimanuk ke Denpasar terus dilanjutkan ke Kuta," katanya.
"Ok, kalau itu yang jadi maumu," jawabku sekenanya.

Eh ternyata besok sorenya pada tanggal 30 Desember, dia sudah nongol ketempat kostku.

"Jadi berangkat apa nggak sih," tanyanya.

Aku sendiri masih ragu-ragu karena bekal uangku cukup pas-pasan untuk biaya perjalanan Surabaya-Denpasar dan untuk biaya hidup minimal dua hari dengan syarat makan sederhana sekali. Tapi karena sudah jadi tekatnya, akhirnya kukemasi juga pakaianku secukupnya dan kami berangkat berdua menuju terminal bus.

Diterminal bus, entah gimana caranya si Budi negosiasi dengan awak bus jurusan Surabaya-Denpasar, sampai akhirnya kami bedua bisa naik bus dengan hanya membayar satu tiket saja yang berarti kami harus duduk gantian dikursi dan diatas tutup mesin disebelah driver. Sampai sekitar jam 7.00 pagi waktu Bali, tanggal 31 Desember kami sampai diterminal bus Ubung dan kami melanjutkan perjalanan kami menuju pantai Kuta dengan menggunakan angkutan umum yang banyak menawarkan jasa disekitar terminal.

Selama dalam perjalanan tidak banyak yang kami bicarakan, mungkin berkecamuk dengan pikiran masing-masing, karena selama hidup baru kali ini perjalanan jauhku yang tidak terasa nyaman dan tenang karena bekal yang pas-pasan itu. Seharian itu aku habiskan waktuku dipantai Kuta dengan berjalan-jalan menyusuri pantai. Sedangkan Budi entah kemana aku nggak tahu, mungkin aja dia sedang menggodain cewek bule karena memang dia itu orangnya straight. Akan tetapi dia juga nggak tahu diriku yang sebenarnya sehingga aku cuekin aja dia dengan segala aktivitasnya.

Langkah demi langkah membawa diriku makin menjauhi dimana Budi sedang ngrumpi sama cewek Perancis, sedangkan aku tak tahu arah tujuan sampai mendekati Legian, dan kudengar satu suara menyapa dan kulihat sekelilingku tapi tak ada seorangpun, yang ada hanya aku dan seorang bule yang usianya jauh diatasku sedang sendirian dan melambaikan tangannya padaku.

"Hai," katanya.
"Are you alone," tanyanya.
"Yes," kujawab sekenanya.
"I need Indonesian boy for my friend today," katanya lagi.
"You like it?"
"Yes I like" jawabku.
"You free," lanjutnya lagi.
"Ok, I free," kataku lagi.
"Only just fun?" tanyanya lagi.
"Sure," jawabku.

Saat itu juga aku diajaknya kekamar ditempat dia menginap yang tidak jauh dari pantai itu, sesampai didalam kamarnya aku dipersilahkan untuk mencuci kakiku yang penuh dengan pasir dan sekalian mandi untuk menyegarkan badanku karena mulai dari pagi sampai siang ini badanku belum tersentuh air dan ketika ada kesempatan emas datang mengapa tidak kumanfaatkan sebaik-baiknya. Ketika sedang enak-enaknya aku membersihkan diriku kudengar pintu kamar mandi diketuk dari luar dan ketika kubuka si bule sudah berdiri di depan pintu dengan telanjang bulat.

"I want shower with you," katanya.

Tanpa ba-bi-bu dia langsung masuk dan mengguyur badannya dengan air pancuran yang ada didinding kamar mandi, kemudian dia minta tolong padaku untuk menyabun punggungnya, badannya, kakinya dan kemudian dia minta untuk menyabun penisnya yang gedenya bukan main walaupun belum tegang sambil kusabun dan kukocok. Akhirnya penisnya mulai menggeliat bangun dan yaa ampun pajangnya sekitar 22 cm dan gede segenggaman tanganku, kemudian dia memintaku untuk mengulum penisnya yang gede itu sampai rasanya mulut ini tak muat untuk menampung penisnya itu.

Tapi semuanya kulakukan karena memang aku juga menginginkan akan hal-hal baru yaitu ingin bermain dengan bule itu gimana sih rasanya. Saling mengisap dan saling mengocok terjadi di kamar mandi sampai akhirnya dia memintaku untuk mengeringkan tubuh dengan handuk dan kembali ketempat tidurnya dan mulai saling menghisap dengan posisi 69. Sampai akhirnya dia ngecrot duluan dan banyaknya pejuh minta ampun, tertumpah diatas perutnya. Ketika itu aku pengin memasukin lobang pantatnya dengan penisku, akan tetapi dianya nggak mau.

"Your cream for me"
"I want taste your cream"
"I'am sorry," katanya lagi.

Kuturuti kemauannya dengan kembali memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan kugoyangkan masuk keluar dimulutnya, akan tetapi sudah cukup lama belum juga ada tanda-tanda aku segera ngecrot karena memang sangat sulit sekali bagiku kalau hanya mengandalkan dihisap saja. Sampai akhirnya dia kewalahan kemudian dia segera mengocok penisku dengan tangannya dan ketika aku mau ngecrot, cepat-cepat dia memasukkan penisku ke dalam mulutnya dan crot croott croot pejuhku keluar semua sampai tuntas didalam mulutnya.

Akupun segera memakai pakaianku kembali dan bersiap-siap untuk kembali ketempat dimana Budi berada, karena memang aku nggak berniat untuk menerima imbalan sesuatu dari si bule itu, akan tetapi tanpa kuduga sebelumnya, si bule yang aku tak tahu namanya itu mencegahku untuk pergi secepat itu meninggalkan dia yang masih dalam keadaan telentang diatas tempat tidurnya. Kemudian dia segera bangun dan membersihkan dirinya lalu dia segera memakai pakaiannya kembali dan segera dia membuka almarinya diambil dompetnya dan diberikannya kepadaku beberapa lembar uang dollar. Pada mulanya aku menolak karena memang aku tidak menginginkan itu sesuai dengan perjanjian pada awalnya. Tapi dia tetap memaksaku untuk menerima pemberiannya, karena aku tidak ingin mengecewakannya maka kuterima lembaran dollar yang diberikannya itu.

"Thank you for your cream"
"Thank you for your service"
"Thank you, thank a lot," katanya.

Aku diam saja dan segera kutinggalkan dia sambil melambaikan tanganku, aku segera berlari menyusuri pantai Kuta untuk menuju ketempat Budi berada, ternyata dia masih tetap ngrumpi dengan cewek Perancis tadi dan masih tetap ditempat yang sama ketika kutinggalkan tadi.

"Dari mana aja sih kamu ini?" tanyanya.
"Biasa, dari jalan-jalan sampai kedaerah Legian," jawabku, tanpa harus menceritakan pengalaman yang baru saja kunikmati. Karena memang aku nggak berniat ngrumpi dengan cewek, maka Budi segera kutinggalkan kembali ke arah yang berbeda karena kulihat dia makin asyik dengan sicewek bule itu.

Akhirnya sampailah aku ke seorang penjual bakso, kemudian aku membeli baksonya sambil ngobrol sana sini dengan si penjual bakso itu, ternyata dia datang dari daerah Banyuwangi, karena sore itu cuaca agak mendung sehingga pantai Kuta kelihatan agak sepi, atau mungkin semua turis yang ada disitu pada tidur semua untuk persiapan malam tahun baru, aku nggak tahu. Tapi suasana sore itu cukup mendukung untuk mengadakan pendekatan pada sipenjual bakso yang masih muda dan kelihatan kekar itu, akhirnya setelah aku selesai makan bakso, dan terus ngobrol dengannya karena memang tidak ada pembeli lagi karena mendung makin gelap sampai akhirnya turun hujan rintik-rintik halus, karena jauh dari tempat berteduh maka akhirnya kami berdua menuju kesemak-semak yang ada disekitar pantai itu sambil meinggalkan rombong baksonya yang dibiarkan begitu saja ditengah-tengah pasir dipantai Kuta.

Karena semak-semak itu sempit dan kami saling berdempetan, maka mulailah tangan nakalku bergerilya untuk mulai mengetahui isinya yang sedari tadi membuatku penasaran itu, mula-mula kupegang pahanya sambil kuelus-elus, dia diam saja dan tanpa reaksi maka segera tanganku menuju penisnya yang masih tertidur segera kuremas-remas dan kupijit dan mulailah mengeliat bangun dengan makin tegangnya dan tanpa kuduga sebelumnya dia malah merebahkan dirinya disemak-semak itu sehingga makin memudahkan aku untuk mengenggamnya penisnya yang sudah keras itu dan makin mudah pula aku membuka celana jeansnya itu dan segera kukeluarkan penisnya yang berwarna hitam dan tidak segede penis bule tadi tapi cukup oke juga kalau aku bermain-main dengan penisnya, kemudian mulai kukulum penisnya dan dia mengerang kenikmatan sambil mulutnya meracau.

"Ayyoo, terus, teerruuss"
"Yaa, eennaakk"
"Eeehhmm, tteerruuss"

Waktu berjalan beberapa saat, dan puncak kenikmatan yang kuinginkan belum tercapai, tiba-tiba kudengar suara motor datang mendekati tempat kami berdua, maka segera dia mengancingkan kembali celananya dan aku segera mengambil sikap duduk lagi, dan ternyata ada seorang anak yang sebaya denganku tiba-tiba menerobos masuk kesemak-semak itu dengan maksud ikut berteduh, maka buyarlah sudah acara menghisap penis tadi, yang ada hanya saling memandang antara aku dan si penjual bakso tadi, ada rasa penyesalan dan kecewa karena tidak bisa mencapai kepuasan. Setelah hujan agak reda, dia segera menghampiri rombong baksonya dan mulai berjalan keliling lagi dan akupun juga menuju ketempat dimana Budi berada, dan kulihat dia masih tetap ngrumpi dengan cewek bule tadi akan tetapi tempatnya sudah bergeser menuju ketempat yang lebih terlindung dari siraman air hujan, didekat semak-semak yang ada dipantai itu.

Kudekati Budi dan aku mengajaknya untuk mencari tempat berteduh dan tempat menginap karena hari telah mulai gelap disamping suasana mendung juga matahari mulai bergeser ke arah barat. Akhirnya kuhampiri kembali si penjual bakso dan aku mengutarakan kalau pengin mandi ditempat mondoknya dia, dan diapun tidak keberatan untuk memberikan tumpangan untuk sekedar mandi akan tetapi dia keberatan kalau memberikan tumpangan untuk menginap, karena ditempatnya mondok tidak ditempatinya sendiri akan tetapi banyak penjual bakso yang semuanya mondok disitu, ada kurang lebih tujuh atau delapan orang.

Akupun menyetujuinya, dan kamipun berjalan melalui lorong-lorong yang sempit untuk menuju ketempat pemondokannya, setelah sampai aku dan Budi segera menuju kekamar mandi yang sederhana sekali dan tanpa basa-basi aku segera melepaskan seluruh pakaianku demikian halnya dengan Budi, walaupun Budi sudah telanjang bulat dihadapanku, akan tetapi tidak ada keinginanku untuk menggodai Budi, atau untuk memegang penisnya, dan akupun juga tidak ada nafsu untuk mengerjainya, karena aku tahu siapa Budi dan aku juga nggak mau Budi tahu siapa aku sebenarnya.

Setelah selesai mandi aku dan Budi segera mengenakan pakaian yang bersih dan kami segera berpamitan dengan si penjual bakso yang kukenal itu, segera kami lalui lorong-lorong sempit itu kembali untuk menuju ke arah pantai Kuta untuk sekedar mencari makanan untuk mengisi perut. Setelah kami makan bersama aku segera mencari tempat untuk duduk sambil menikmati deburan ombak dipantai Kuta yang tiada henti-hentinya, sedangkan aku nggak tahu Budi sudah berjalan-jalan kemana saja, karena memang kami sudah sepakat tidak ingin mengganggu kenikmatan masing-masing dalam perjalanan kali ini. Sehingga kemana dia pergi tidak ada yang tahu mau kemana asal nanti bertemu ditempat yang telah kami sepakati.

Malam kian larut dan hujanpun sudah mulai reda sejak petang tadi, sehingga jalan-jalan mulai ramai dengan orang yang berlalu-lalang ingin menikmati suasana malam tahun baru, aku sudah begitu lelah sehingga aku mengambil tempat dikerumunan anak-anak muda di depan sebuah toko, dan ternyata mereka juga sama kayak kami yaitu ingin menikmati suasana malam tahun baru, akan tetapi tidak punya cukup banyak uang, kelihatannya mereka pergi dengan sekelompok besar, ternyata setelah aku ikut bergabung dengan mereka ternyata ada yang datang sendirian dan juga ada yang datang berdua dan juga bertiga jadi kami merasa senasib sehingga walaupun baru saja saling mengenal kelihatannya sudah begitu akrab, saling berbagi cerita dan pengalaman dan diselingi canda dan tawa sehingga membuat waktu cepat berlalu tanpa terasa sudah menunjukkan pukul 23.00 waktu Bali. Tiba-tiba Budi datang menghampiriku, memang sejak sore tadi aku sudah merasa lelah sehingga aku nggak mengikuti kemana dia pergi.

"Ayo, ikut aku," katanya.
"Aku dapet kenalan orang bule, sedangkan bahasa inggrisku nggak lancar," lanjutnya.
"Kamu aja yang ngajak dia ngomong," tambahnya lagi.

Dengan ogah-ogahan akhirnya aku bangun dari dudukku dan dengan berat hati aku meninggalkan kawan-kawan senasib yang baru kukenal, pergi meninggalkan mereka mengikuti langkah Budi yang ada di depanku menuju ke arah pantai Kuta. Setelah sampai didekat pantai maka oleh Budi aku diperkenalkan dengan seorang bule yang umurnya lebih tua dari aku.

"Steve, he is my friend Adi," kata Budi pada bule itu.
"How do you do?'" katanya.
"How do you do," balasku.

Setelah berbasa-basi sejenak, sambil ngobrol ditepi pantai, menayakan identitas masing-masing maka kuketahui bahwa dia masih berumur 27 tahun, karena cambang diwajahnya begitu lebat maka dia kelihatan lebih tua dari usianya yang sebenarnya. Kami bertiga cepat menjadi akrab, hanya Budi saja yang jarang sekali berbicara karena memang bahasa inggrisnya dia masih kurang fasih dan masih amburadul sehingga akulah yang banyak mengambil peran untuk terus mengobrol dengan Steve si bule itu. Sampai tak terasa pergantian tahun tinggal beberapa detik lagi yang ditandai dengan adanya kembang api beraneka warna warni diudara dan orang-orang disekitar pantai pada menghitung sambil melihat jam mereka masing-masing.. Lima.. Empat.. Tiga.. Dua.. Satuu happy new year, kata mereka serentak.

Dan pada waktu itu tanpa kuduga Steve memeluk aku sambil mengatakan happy new year, kemudian memeluk Budi dan mengatakan yang sama. Beberapa saat kami duduk dipantai, dan karena aku lelah sekali dengan perjalanan sepanjang hari ini maka aku berniat untuk kembali ketempat kawan-kawan baruku tadi berkumpul, akan tetapi tanpa kuduga sebelumnya, Steve mengajakku untuk tidur di kamar yang disewanya yang kebetulan berisi dua tempat tidur. Jarak antara pantai dengan tempat penginapan Steve tidak seberapa jauh kurang lebih sekitar tiga ratus meter saja.

Setelah sampai di kamarnya aku segera membersihkan kakiku dari sisa-sisa pasir pantai di kamar mandi kamar itu dan segera aku merebahkan tubuhku ditempat tidurnya demikian halnya dengan Budi, dia juga merebahkan tubuhnya ditempat tidur yang satunya lagi sedangkan Steve masih sibuk dengan keperluannya sendiri di kamar mandi yang aku tidak tahu sedang apa saja dia. Kemudian setelah semuanya selesai dia segera merebahkan tubuhnya disampingku seraya mengucapkan kata.

"Good night my friend," katanya.
"Good night," balasku dengan agak sedikit ngantuk-ngantuk.

Sejenak kami berdua berdiam diri dan kulihat Budi ditempat tidur sebelah sudah pulas tertidur, lalu kurasakan tangan hangat mengelus-elus punggungku dari atas kemudian kebawah demikian berulang-ulang sampai akhirnya tangan itu meremas-remas bokongku yang kenyal, karena aku diperlakukan begitu akhirnya aku tak tahan juga sehingga aku mebalikkan badanku menghadapnya dengan penisku yang sudah ngaceng penuh dan akupun tanpa berbasa-basi lagi segera kuarahkan tanganku untuk memegang penisnya yang ternyata juga sudah ngaceng juga, maka tanpa ba.. Bi.. Bu lagi segera kukeluarkan dari celananya demikian pula tangan Steve juga berusaha untuk mengeluarkan penisku dari celanaku juga, kemudian kami saling mengocok dan meremas penis, belum ada action untuk menghisap atau menindih satu dengan lainnya karena aku takut Budi terbangun sehingga mengetahui semua aktivitasku malam itu sehingga semuanya berjalan tanpa bersuara sampai akhirnya aku ngecrotkan pejuhku ditangannya dan tak berapa lama kemudian Steve juga ngecrotkan pejuhnya diatas selimut yang sekaligus kupakai sebagai lap pembersih tanganku dan akupun segera pulas dalam tidurku dan tidak tahu apa yang dikerjakan oleh Steve selanjutnya pada malam itu.

Sampai aku terbangun pada pagi hari sekitar pukul 07.00, kulihat Steve sudah rapi dengan memakai kemeja warna biru tua, karena dia rupanya ingin keliling ketempat-tempat obyek wisata yang ada di Bali yang dia ketahui dari buku panduan tentang Bali yang selalu dibawanya kemana dia pergi. Kulihat Budipun juga sudah rapi dan kelihatannya dia habis mandi juga. Lalu Steve berkata kepadaku bahwa pagi ini dia ingin jalan-jalan dengan Budi naik motor, karena memang selama di Bali Steve menyewa sebuah motor yang dipakainya untuk berkeliling Bali, lalu dia bertanya apakah aku tida keberatan kalau aku ditinggilkan seorang diri saja, maka kujawab bahwa aku tidak keberatan sendirian di kamar karena itu memang suatu kebetulan karena aku memang ingin bermalas-malasan dan menikmati tidurku lebih lama lagi. Lalu mereka berdua pergi meninggalkan aku dengan berboncengan, entah tujuan mereka kemana aku tidak tahu.

Dan akupun kemudian melanjutkan tidurku lagi sampai kira-kira pukul 11.00 kudengar suara motor yang sudah kukenal itu memasuki halaman rumah penginapan itu dan kudengar suara Budi dan Steve mendekati ke arah kamar yang memang sengaja tidak kukunci dari dalam, lalu kudengar pintu dibuka dan kulihat Budi ada dalam pelukan Steve, aku bisa maklum akan hal itu karena aku tahu siapa Steve sebenarnya.

Selama dua hari kami pergi bergantian kalau kemarin Steve pegi dengan Budi dan aku ditinggalkan sendirian besoknya aku yang pergi dengan Steve dan Budi ditinggalkan sendirian. Karena aku perginya dengan Steve cukup jauh maka barulah pada sore harinya aku sampai kembali ditempat penginapan sehingga kulihat Budi merasa kesepian sehingga dia mengutarakan rencananya untuk pulang kembali ke Surabaya pada malam itu juga dengan menumpang bus malam, sehingga malam itu juga kami bertiga naik kendaraan umum dari Kuta menuju ke terminal Ubung, setelah berbasa-basi sejenak akhirnya aku dan Steve melepas kepergian Budi, dan sebelumnya Steve memberikan bekal uang untuk Budi untuk mencukupi kebutuhannya selama dalam perjalanan dari Denpasar ke Surabaya.

Aku dan Steve balik lagi ke arah Kuta dengan kendaraan umum lagi, sebelum kembali kerumah penginapan Steve. Aku dan Steve makan malam dulu disebuah café yang ada ditepi jalan ke arah pantai Kuta. Setelah selesai makan segera kami bergegas menuju kerumah penginapan Steve dan setelah kami berdua berada didalam kamar, segera Steve memadamkan lampu yang ada di kamar itu dan melepaskan satu persatu pakaiannya karena dia merasa bahwa sekaranglah saatnya untuk bisa bermain dengan bebas tanpa ada rasa takut-takut lagi dengan Budi. Kemudian Steve menghampiri aku dengan badan yang sudah telanjang bulat, kemudian dia mencumbuiku dengan rabaan tangannya yang hangat dan kekar itu mulai dari atas sampai kebawah kemudian kembali ke atas lagi dan kali ini sambil melepas satu persatu kancing bajuku sampai semuanya terlepas, kemudian dia menciumi putingku dari kanan kiri secara bergantian, terus menuju ke arah bawah lagi ke arah pusarku sambil tangannya mengelus-elus penisku yang memang sudah sedari tadi ngaceng, kemudian dia membuka retsletingnya sampai terbuka semuanya dan kulihat dia mulai menciumi penisku yang masih ada dibalik CDku, sambil kedua tangannya berusaha untuk melepaskan celanaku seluruhnya, setelah berhasil melepaskan celanaku kemudian dia segera melepaskan CDku juga dan tanpa ada rasa segan lagi langsung saja penisku dihisapnya sampai kepangkalnya, dan akupun hanya bisa mengeliat-ngeliat seperti cacing kepanasan, sampai akhirnya ngecrotkan pejuhku didalam mulutnya yang langsung dihirupnya sampai habis.

Dengan hanya kami berdua saja membuat Steve bisa bepergian kemana saja hanya dengan berboncengan tanpa harus meninggalkan salah seorang di kamar penginapan, seperti halnya pagi itu Steve mempunya rencana untuk menggelilingi pulau Bali hanya dengan mengendari motor saja secara berboncengan. Hari itu Steve punya rencana kedanau Batur, setelah sebelumnya mampir dulu ke Tampak Siring, pura Besakih ke daerah Trunyan dan setelah hari menjelang sore akhirnya Steve berniat untuk mencari penginapan di desa Batur yang berada diatas danau batur itu. Kami pun mandi dengan air hangat yang ada di kamar mandi karena udara begitu dingin sekali, setelah selesai membersihkan diri kamipun mencari makan disebuah café yang banyak terdapat disana dalam suasana yang temaram dan dingin itu kami saling meremas tangan untuk memberikan kehangatan yang memang kami dambakan dalam suasana yang sepi dan dingin.

Dan seperti biasanya malam itu tidak kami lewatkan dengan begitu saja, akan tetapi kami manfaatkan untuk saling bergumul karena memang udara disana sangat dingin sekali sehingga dengan demikian kami perlu saling menghangatkan tubuh kami masing-masing dan juga saling memberikan kepuasan yang kita reguk bersama saling bergantian dalam waktu yang hampir bersamaan. Menjelang pagi tatkala ayam mulai berkokok, dan akupun terbangun dari tidurku yang nyenyak sekali karena semalam aku telah mendapatkan kepuasan yang begitu hebat dan pagi ini penisku kembali menggeliat tegak berdiri sehingga akupun meremas-remasnya untuk menurunkan gejolak nafsuku akan tetapi tanpa kusadari sepasang mata mengawasi semua yang kulakukakn dipagi hari buta itu yaitu mata Steve yang aku tidak tahu kapan dia terbangun dari tidurnya.

Tanpa berkata sepatah katapun Steve menghampiri aku yang tidur diranjang sebelah, lalu memegang penisku yang sudah ngaceng dari tadi lalu menghisapnya dengan penuh nafsu dan akupun merasakan kegelian yang amat sangat karena penisku ikut tergesek dengan cambang kumis dan jenggotnya yang lumayan panjang itu sehingga menambahkan suatu sensasi yang tiada taranya dan tanpa terasa lenguhanku makin bertambah keras, lalu Steve menutup mulutku dengan jarinya agar aku tidak bersuaru karena di kamar dimana kami menginap memang cukup kecil dan sederhana sehingga apa yang dilakukan tetangga kamar akan dapat terdengar, akupun maklum dan sedapat mungkin aku menahan diriku untuk tidak melenguh dengan kerasnya sampai akupun ngecrot lagi dimulutnya dan hal itu emang diinginkan oleh Steve untuk selalu menghisap dan melumat pejuhku sampai habis untuk ditelannya. Barangkali untuk obat awet muda buatnya, tapi aku tak ambil pusing akan hal itu asalkan aku mendapat kepuasan dan akupun juga dapat memberikan kepuasan yang dia butuhkan dariku.

Setelah matahari mulai naik, akupun segera membersihkan badanku dengan air hangat lalu berpakaian rapi dan Stevepun menyusul untuk membersihkan tubuhnya dan juga berpakaian rapi, setelah itu kami berdua mengambil tempat untuk menikmati sarapan pagi yang disediakan oleh pihak penginapan, tanpa banyak kata-kata yang terucap saat kami makan berdua, hanya aku tanya pada Steve.

"Whats your program today?"
"I want to go to Singaraja, I want to swim in Kalibukbuk beach," katanya.
"Ok, my dear," jawabku sekenanya.

Setelah membereskan semua pembayaran di penginapan itu akupun segera mengambil motor Steve dan mulai menyalakn mesinnya dan kamipun memulai perjalanan kami menuju ke arah utara dan kemudian kerah barat menuju kekota Singaraja akan tetapi kami tidak berhenti disana akan tetapi perjalanan kami teruskan ke arah barat kota Singaraja menuju pantai yang dikenal dengan pantai Lovina, kami hanya berhenti sebentar untuk menikmati suasana dipantai Lovina dan perjalananan kami lanjutkan lebih kebarat lagi menuju Pantai Kalibukbuk, disana terdapat banyak cottage, lalu kami berhenti disebuah cottage yang berada tepat ditepi pantai dengan suasana ala pedesaan karena dinding kamar-kamarnya dibuat dari anyaman bambu, meja dan kursinya dibuat dari bambu, dan atapnya dibuat dari rumbia sehingga seperti tinggal dipedesaan.

Kami mengambil tempat disalah satu payung yang ada dipantai yang ditengahnya apa mejanya dan dikelilingi beberapa kursi, Steve memesan beberapa jenis makanan untuk kami nikmati bersama saat makan siang telah tiba, setelah itu Steve memesan sebuah kamar disana dan tanpa kuduga ternyata kamar mandi dalam kamar tersebut dibuat ditempat terbuka, hanya ada satu shower saja dan sekelilingnya adalah taman sedangkan alas kamar mandi tersebut adalah batu-batu kecil yang ditata rapi sehingga membawa suatu sensasi tersendiri, saat aku mulai melepaskan pakaianku untuk menikmati air segar dan bersih, kulihat Steve juga ikut-ikutan, setelah dia telanjang bulat, dia menghampiri aku dan mulai memelukku dari belakang, mencumbuiku dalam guyuran air segara dan diudara terbuka disiang bolong itu.

Dan seperti biasanya setiap kami bercumbu pasti sampai ngecrot, baik itu di kamar tidur ataupun di kamar mandi, setelah semuanya selesai masih dengan hanya berbalut handuk kami masuk ke dalam kamar dan segera merebahkan diri, sampai akhirnya aku tertidur dalam keadaan setengah telanjang itu. Menjelang sore kurasakan suatu kecupan sayang dikeningku, lalu kubuka mataku dan wajah Steve ada di depan mataku sambil tersenyum.

"Honey, lets wake up"

Kulihat hari sudah senja dan mataharipun mulai tenggelam diufuk barat, aku segera mandi dan keluar dari kamar menikmati udara segar disenja hari sambil menikmati pemandangan matahari tenggelam dengan sinarnya yang kemerahan itu. Suatu suasana yang amat sangat romantis sekali untuk dilewatkan begitu saja.

Menjelang malam kami menuju kesebuah café yang hanya diterangi oleh lampu yang remang-remang saja, karena disetiap meja yang ada hanya ada disebuah lampu kecil berwarna-warni didalam kap lampu dari rotan, kami nikmati makam malam kami, dan kampun tidak berlama-lama didalam café itu. Setelah itu kami kembali menuju ke arah pantai sambil menikmati deburan ombak yang tidak sekeras pantai Kuta, sambil bercerita kesana kemari dan diselingi dengan tawa kami berdua sampai waktu menunjukkan pukul 21.00, kamipun menuju kekamar dengan berpelukan dan saling tertawa, malam itu tidak ada aktivitas yang kami lakukan, mungkin masih lelah karena siangnya sudah ngecrot di kamar mandi, sehingga kami cepat tertidur dan menjelang pagi harinya kami lakukan seperti biasanya seperti yang diinginkan oleh Steve semalam.

"Spend your cream for me, for tomorrow morning, ok?

Dalam suasana pagi hari diiringi deburan ombak yang terdengar dari kamar kami, maka kamipun juga melakukan deburan-deburan ombak nafsu kami yang saling berpacu untuk saling mengejar kepuasan dan saling memberikan kepuasan dalam diri kami masing-masing, sampai akhirnya terkulai dengan badan yang berpeluh dan saling berpelukan diatas tempat tidur yang sudah kusut masai semuanya, tapi kulihat ada senyum tersungging dibibir Steve yang segera kubalas dengan kecupan lembut dibibirnya yang segera dibalas dengan melumat bibirku.

Aku segera menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku dan segera kukenakan pakaianku dan akupun sudah bersiap sedia menunggu Steve yang masih berada di kamar mandi dan tak lama kemudian dia segera muncul dengan pakaian yang sudah rapi juga segera kamu berdua menuju cafe yang ada dihotel tersebut untuk makan pagi, kemudian membereskan billing dari hotel tersebut dan segera meluncur ke arah Bedugul, sampai di Bedugul hari sudah siang, kami menggelilingi danau itu dengan menyewa kapal setelah puas dengan menyusuri danau itu maka Steve mengajukan keinginannya untuk mandi sauna di Bali Handara, dan akupun bersedia untuk mengantarkannya dan diapun mengajakku untuk bersama mandi sauna juga akan tetapi aku menolak karena bagiku lebih baik melihat-lihat pemandangan disekitar komplek itu yang kelihatan asri dan sejuk, sampai tak terasa sore itu mendung mulai datang berarak-arak dan langit yang tadinya cerah kini menjadi gelap dengan mendung menandakan tidak akan lama lagi akan turun hujan yang sangat deras sekali.

Bersamaan itu Steve sudah selesai dengan mandi saunanya dan mengajakku untuk cepat-cepat meninggalkan tempat itu sebelum hujan turun dan segera kupacu motorku menuju ke arah Denpasar, akan tetapi baru berjalan sekitar dua kilometer dari tempat yang baru kami kunjungi ternyata hujan turun dengan derasnya sehingga badan kami berdua basah kuyup dan Steve memutuskan untuk mencari tempat penginapan yang tidak jauh dari situ, maka segera kubelokkan ke arah jalan yang menurun menuju ketepi danau karena sebelumnya pada saat siang tadi aku melihat ada sebuah hotel ditepi danau itu yaitu hotel Bedugul.

Kami segera check in dalam keadaan basah kuyup dan tanpa berbasa-basi lagi dengan pihak hotel, kami segera mendapatkan kunci kamar dan kami segera bergegas memasuki kamar dan aku segera menuju kekamar mandi, dengan mengguyur badan dengan air hangat maka agak sedikit menolongku dari gemetarnya tubuhku karena kedinginan dan setelah selesai segera kuraih handuk untuk mengeringkan tubuhku dan aku bergegas kembali ke kamar untuk mengenakan baju kering, akan tetapi Steve melarangku untuk berpakaian dan dia menyarankan aku untuk memakai selimut saja untuk menghangatkan tubuhku, karena Steve tahu aku begitu kedinginan dan dia mempunyai maksud untuk menghangatkan tubuhku dengan tubuhnya, maka kuturuti kemauannya.

Aku segera nyungsep dibalik selimut yang tebal itu sambil menunggu Steve yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi, tidak lama kemudia Steve sudah keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat dan diapun segera nyungsep juga dibalik selimut yang tebal sambil memeluk tubuhku dengan sangat erat dan kemudian dia menindihku, sambil kupeluk erat pula tubuhnya dengan demikian kami bisa merasakan kehangatan antara satu dengan lainnya, walaupun tidak ada aktivitas sex yang kami lakukan saat itu, tapi sudah membawa kenikmatan tersendiri dengan kehangatan tubuh kami, sampai akhirnya kami tertidur dalam keadaan saling berpelukan pada sore hari itu, sampai sekitar pukul tujuh malam saat aku terbangun dan kudengar suara gemericik hujan diluar masih turun walaupun tidak sederas sore tadi dan masih kurasakan udara yang sangat dingin malam itu.

Aku menggeliatkan tubuhku yang masih telanjang bulat itu yang membuat Steve juga ikut terbangun dan segera kupegang penisnya yang masih tertidur itu, akan tetapi dia melarangnya, katanya lebih baik kita makan dulu direstoran, setelah itu baru kita bermain untuk mengusir rasa dingin, aku setuju dengan usul Steve, dengan tidak memakai CD aku segera menggenakan celana pendek yang gombor dengan belahan yang agak tinggi dipinggirnya yang membuatku tampak seksi kata Steve, kamipun berjalan menuju restoran dengan menyusuri lorong-lorong didalam hotel itu. Setelah sampai didalam restoran aku segera memesan makanan kesukaanku yaitu nasi goreng dan Steve memesan pancake, tidak banyak yang kami bicarakan saat kami makan, hanya pandangan-pandangan mata yang penuh dengan arti yang saling kami lemparkan satu sama lain.

Setelah kami menyelesaikan makan malam kami, segera kami menuju kembali kekamar dan tanpa dikomandoi lagi segera kulepas celana pendek gomborku dan langsung kelihatan mencuat penisku dan kemudian kulepaskan juga kaos oblongku dan segera nyungsep dibalik selimut tebal demikian juga yang dilakukan oleh Steve, lalu kami bergumul dibalik selimut itu sambil saling mencumbui satu sama sama lain, dan yang paling kusukai dari cumbuan Steve adalah dia selalu ingin memberikan kepuasan kepadaku dengan menciumi tubuhku mulai dari atas sampai keujung kaki dan dia merasa puas atau senang kalau melihat aku mengelinjang penuh dengan kegelian dan mendesis keenakan.

Setelah aku tak tahan maka segera kurebahkn tubuh Steve dan segera kuraih penisnya dan kuhisap sampai pangkalnya sambil tanganku beraksi disekujur tubuhnya sambil membuat rangsangan-rangsangan yang lebih hebat lagi, dan terus terang saja pada waktu Steve menghendaki untuk memasuki lubang analku dengan penisnya akan tetapi memang pada saat itu aku masih belum mengenal anal sex sehingga ketika dicoba aku merasakan kesakitan yang amat sangat, apalagi penis Steve lebih gede dibandingkan dengan penisku, akan tetapi aku bersyukur mengenal Steve yang penuh dengan pengertian, begitu dia melihat aku kesakitan dia tidak melanjutkan dengan penetrasinya, dia membiarkanku rileks beberapa saat sampai hilang rasa sakitnya kemudian dia mulai mencumbuiku lagi sambil saling melakukan oral sex sampai akhirnya sama-sama ngecrot dan merasakan kepuasan, saling berpelukan, sama-sama terkulai ditempat sampai akhirnya tertidurdiblaik selimut tebal dengan keadaan masih telanjang bulat dengan udara diluar yang terasa makin dingin saja.

Ketika fajar mulai menyingsing, kami segera mandi dengan air hangat yang ada di kamar mandi dan segera bergegas menuju restoran untuk makan pagi setelah semuanya selesai segera kupacu motorku dipagi yang cerah itu menuju ke arah Denpasar, sekitar pukul sebelas siang sampailah kami dikota Denpasar dan segera menuju ke arah Kuta untuk kembali ketempat penginapan Steve yang ada di Kuta, sebenarnya aku masih ingin berlama-lama lagi untuk bisa menemani Steve menggelilingi pulau Bali ini akan tetapi karena liburanku sudah mendekati akhir, dan yang rencananya aku hanya tinggal selama dua atau tiga hari saja di Bali, tapi yang jadi kenyataannya aku hampir satu minggu tinggal di Bali dan mau tidak mau sore nanti aku harus segera balik ke Surabaya lagi, walaupun dengan berat hati Steve melepaskan kepergianku untuk balik ke Surabaya dengan naik bus malam dan sore itu Steve mengantarkan aku sampai terminal Ubung dengan mengendari motornya. Pada saat diterminal Ubung dan sambil menunggu keberangkatan bus, Steve menanyakan alamat kostku yang ada di Surabaya, dan aku hanya mengira sebagai basa-basi saja, segera kuberikan alamatku dan juga alamat kost Budi yang hanya berbeda gang saja. Aku pikir nggak apalah, agar Steve tidak kecewa. Sekitar pukul tujuh malam bus yang membawaku akan berangkat segera kuhampiri Steve dan kusalami tangannya sambil kubisikan

"Thank you for all of you"

Aku tidak berani memeluk atau menciumnya karena keadaan diterminal itu sangat ramai dengan orang, segera kunaiki bus dan hanya kulambaikan tanganku dari dalam bus sambil cium jauh dari jendela kaca bus itu, bus mulai berangkat dengan berderak dan masih sempat kulirik Steve melambaikan tangannya ke arahku dengan pandangan kosong, seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya, aku berusaha untuk tersenyum dan membalas lambaiannya. Aku selama dalam perjalanan dengan bus malam menuju Surabaya, kubayangkan dan kureview kembali apa yang telah terjadi pada diriku selama satu minggu terakhir ini ditahun yang baru juga, sampai tak terasa aku terlelap tidur didalam bus malam itu sampai ketika pagi hari aku terbangun, aku sudah berada di jalan tol Gempol-Surabaya, aku segera berkemas dan merapikan barang bawaanku agar lebih ringkas lagi karena aku harus oper dengan angkutan kota menuju ketempat kostku.

Pada saat aku sudah sampai ditempat kostku dan menaruh barang bawaanku, aku segera berlari ketempat kost Budi yang tidak seberapa jauh dari tempat kostku dan aku menceritakan apa yang telah terjadi selama dia sudah pulang dan aku juga menceritakan tentang pangalamanku bersama dengan Steve jalan-jalan mengelilingi pulau Bali, akan tetapi satu yang tidak kuceritakan pada Budi yaitu pengalamanku bergumul dengan Steve berkali-kali. Akan tetapi rupanya Steve juga memperlakun Budi juga demikian tanpa sepengatauanku, ketika itu Budi cerita kalau pada suatu tengah malam ketika aku sedang tertidur lelap, Budi bangun dari tidurnya dan menuju kekamar mandi untuk buang air, rupanya pada saat itu Steve terbangun dengan suara berisik Budi, sehingga Steve menunggu sampai Budi selesai dengan hajatnya di kamar mandi, pada saat Budi akan merebahkan badannya kembali ketempat tidur, Steve menghampirinya dan mengelus-elus penis Budi yang setengah ngaceng itu sampai akhirnya ngaceng penuh dan Steve melepaskan kancing celananya dan kemudian mengocok penis Budi yang sudah ngaceng penuh itu.

Lalu aku bertanya pada Budi seolah-olah aku orang yang nggak ngerti apa-apa.

"Terus kamu diem aja yaa?"
"Ya, diem aja, abis enak sih dan disamping itu Steve menyuruhku diam agar aku nggak berisik supaya kamu jangan bangun," jelas Budi padaku.
"Oh gitu yaa," lanjutku.
"Iya, terus kamu diapakan aja sama si Steve," tanya Budi.
"Nggak diapa-apain tuh"
"Masak sih," tanya Budi penasaran.
"Iya, tuh, benar koq," jawabku meyakinkan Budi.

Tak berapa lama kemudian aku pulang ketempat kostku, dan aku beristirahat untuk menghilangkan rasa pegal-pegal diseluruh tubuhku karena perjalanan jauh dengan tidur sepuas-puasnya. Pada suatu pagi kira-kira jam enam pagi, aku dibangunkan oleh seseorang dan ketika kubuka mataku ternyata yang menguncang-nguncang tubuhku adalah Budi yang datang dengan agak tergesa-gesa katanya.

"Eh, kamu dicari sama Steve, sekarang dia ada ditempat kostku," kata Budi.
"Apa?, yang benar aja, masak si Steve bisa sampai ketempat kost kita didaerah yang terpencil ini?" tanyaku.
"Yaa, benar!! Aku juga heran koq dia bisa sampai ketempat kita yang jauh dari kota ini hanya berbekal dari alamat yang kamu tulis dibuku catatannya itu," jelas Budi.
"Huuh, nekad benar yaa tuh bule satu ini," balasku.
"Oke, kamu pulang dulu nemani si Steve, aku mau mandi dulu"

Aku segera bergegas kekamar mandi untuk mandi pagi dan setelah aku berpakaian rapi segera kususul Budi ditempat kostnya dan kulihat si Steve sedang duduk diteras tempat kost Budi sambil bercakap-cakap dengan Budi. Segera aku menghampiri Steve dengan sedikit basa-basi dengan menanyakan kapan dia datang, lalu katanya baru saja dia tiba dari Denpasar dengan bus malam kemudian dia menuju ketempat penginapannya disekitar jalan Pemuda Surabaya, kemudian dia tanya ke tourist information yang tidak jauh dari tempatnya menginap untuk mengetahui alamat kami dan dengan kendaraan apa dia bisa mencapainya.

Itulah sedikit ceritanya, dan aku menanyakan padanya apa yang akan jadi acaranya selama ada di Surabaya ini, akhirnya dia mengutarakan keinginannya yang pertama dia ingin jalan-jalan dikota Surabaya saja dan kami bertiga akhirnya keliling kota Surabaya seharian penuh, dan malamnya kami makan malam bersama setelah itu kami nonton film disebuah gedung bioskop dikawasan jalan Pemuda juga, sampai film selesai akhirnya aku mohon diri untuk pulang ketempat kostku bersama dengan Budi dan Steve kembali ketempat penginapannya dan kami berjanji akan mengunjungi Steve kembali dan siap menjadi guidenya selama Steve berapa di Jawa Timur ini.

Keesokkan harinya sekitar pukul delapan pagi kami berdua sudah berada di depan tempat penginapan Steve dan tak berapa lama kemudian Steve juga sudah siap-siap menunggu kedatangan kami dan dia mengutarakan kalu pengin jalan-jalan ke Malang, maka kami bertigapun naik kereta api menuju ke Malang dari Stasiun Gubeng yang memang tidak jauh dari tempat penginapan Steve. Selama dalam perjalanan dengan kereta api kami senantiasa bersenda gurau sampai akhirnya tiba dikota Malang, lalu kami keliling kota Malang sampai sore dan akhirnya sampailah dikota batu dan kami menginap sehari dikota Batu dan keesokkan harinya kami melanjutkan perjalanan kami ke kota Blitar untuk mengunjungi makam Bung Karno dan sorenya menginap dikota Blitar selama sehari.

Demikianlah kenangan manisku bersama dengan Steve.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.