Senin, 31 Oktober 2011

Kisah Masa Laluku

Aku terlahir sebagai seorang anak lelaki, di usiaku yang masih kecil sampai aku sekolah di tingkat SMP, aku mempunyai sifat seperti perempuan, hal ini bisa di lihat dari caraku berbicara dan juga gaya tubuh. Banyak teman-teman dan yang lainnya memanggilku dengan sebutan "Banci". Aku merasa benci sekali terhadap diriku, tapi syukurlah kalau sekarang aku bisa berlaku layaknya sebagai seorang lelaki sejati, meski terkadang disaat aku bercanda dengan temanku, sifat asliku terkadang muncul, aku bisa terkesan sangat cerewet sehingga kelihatan sekali aku mirip dengan anak perempuan.

saat aku masih duduk di bangku SD, aku suka bermain dengan beberapa teman lelakiku, dan biasanya mereka bermain di rumahku yang kebetulan setiap hari selalu sepi kare4na ayah dan ibuku bekerja di luar rumah. Suatu hari aku mengajak mereka main dokter-dokteran, aku berperan sebagai dokter dan mereka pasienku. Dan di saat itu sudah muncul naluri ke-"Gay"-anku, aku suka sekali untuk memegang penis kedua teman-temanku, tetapi yang aku lakukan saat itu hanya sekedar memegang penis mereka, aku belum bisa membedakan apa itu lagi ereksi atau bukan.

Setiap hari kami selalu bermain bersama, sampai akhirnya kami mulai saling suka memegang penis satu dengan yang lainnya. Kemudian kami mulai suka saling menggesek-gesekkan kedua penis kami, dan hanya itu yang sebatas itu yang kami lakukan, karena pada saat itu kami bertiga belum puber, belum bisa mengeluarkan pejuh dari penis kami. Jadi kami hanya saling mengonani tanpa merasakan orgasme.

Dan dari kami bertiga, aku merasa hanya aku saja yang mempunya naluri gay yang lebih besar, karena aku tidak bisa menyukai perempuan sedangkan kedua temanku suka menggoda teman perempuan, dan mereka juga berpacaran dengan teman perempuan tersebut.

Kemudian saat aku mulai duduk di bangku SMP, aku sudah puber, dan aku sudah mengetahu kalau dalam mengonani, aku bisa mengeluarkan cairan putih yang belum kuketahui apa namanya. Dari sana aku merasa bahwa naluri sex ku begitu mendalam, aku suka sekali memegang penis orang lain, tidak perduli siapapun dia.

Aku mulai suka memanfaatkan situasi, di tempat ayahku berdagang, kami mempunya beberapa orang pegawai lelaki, satu dari mereka sudah berumur 40 tahunan, aku suka mengajak dia ngobrol dan kemudian aku suka mulai memegang penisnya, meski hanya memegang dari luar celananya, aku sudah merasa senang sekali. Kemudian aku mulai memberikan dia uang dengan imbalan dia mau membuka celananya dan membiarakan aku memegang penisnya. Dia menyetujuinya karena dia juga butuh uang dari aku. Dan kejadian itu berlangsung setiap hari karena di waktu sore, tinggal kami berdua sehingga aku selalu dapat memegang penisnya yang lumayan besar untuk orang asia.

Awalnya aku hanya suka memegang penisnya dan mengocokknya dengan berbagai macam gaya, kemudian aku mulai ingin untuk mengoral penisnya dan dia diam saja sambil menikmati apa yang aku lakukan. Aku hanya suka mengoralnya sampai aku merasa puas sendiri, aku tidak menunggu dia orgasme karena saat itu aku tidak mengetahui kalau di dalam berhubungan sex, aku juga harus memuaskan pasanganku itu.

Saat itu aku memiliki keingin yang besar untuk melihat penis setiap lelaki yang aku jumpai, dan karena itu aku selalu membuka topik pembicaraan dan ujung-ujungnya aku suka menempelkan tanganku di gundukan celana lelaki yang aku temui. kalau aku merasa mereka memberiku lampu hijau, maka aku akan terus membuka resleting celana mereka, kemudian memegang penis mereka dan mengocoknya sesuka hati. dan kalau memang keadaan sekita mengijinkan, maka aku tidak akan segan-segan untuk mengoral penis mereka sampai mereka mengeluarkan sperma mereka.

Dan hal-hal tersebut aku lakukan hanya beberapa kali, karena aku masih tinggal di kota kecil dan karena usiaku yang juga masih duduk di bangku SMP membuat sedikit sekali kesempatan bagiku untuk bisa berduaan dengan seorang lelaki dewasa.

Kemudian disaat aku duduk di bangku SMU, perubahan tubuh yang membuatku lebih besar membuat aku mulai mendapat kesempatan untuk berdua dengan lelaki dewasa. Saat itu aku lebih hati-hati dan aku mulai merasa harus menghilangkan image kegenitanku dan mulai membentuk image lelaki sebenarnya pada diriku. Saat aku bisa berdua dengan lelaki dewasa aku dapatkan dimana saat itu aku sudah mulai membantu orang tuaku berdagang. Setiap ada pembeli lelaki yang datang dan ingin melihat barang yang ada di gudang penyimpanan, aku yang selalu menawarkan diri untuk mengantarkan mereka malihat di gudang tersebut yang jaraknya lumayan jauh dari kantor kami dan keadaan sepi di gudang itu membuat aku bisa sedikit merayu para pembeli yang datang, bukan merayu mereka untuk membeli, tetapi merayu merayu mereka untuk bersedia mengijinkan aku memegang penis mereka.

Dan aku punya cara sendiri untuk merayu mereka,
"Sudah menikah Pak?", tanyaku memulai pembicaraan.
"Sudah dik", jawabnya.
"Wah asyik donk 'adiknya' ini tiap malam masuk sarang", sambungku sambil meletakkan tangan kananku tepat di gundukan penis yang masih terbalut celana jeansnya.
Dan kalau lelaki yang aku pegang penisnya tidak terlihat mencoba menepis tanganku maka aku akan berbuat lebih berani. Aku akan terus meletakkan tanganku di sana dan akan mulai meremas pelan.
"Besar sekali ya Pak?", candaku biasanya.
"Ah, Adik bisa aja".
"Besar nih, aku buka ya Pak?", kataku sambil membuka resleting nya.
"Jangan dik, nanti dilihat orang".
"Sepi kok disini, nggak ada yang bakal datang".

Kemudian aku akan mulai mengeluarkan penisnya dan mulai meremas penisnya sampai mengeras, seperti biasa jika kesempatan sudah di depan mata, maka aku tak akan ragu lagi, aku akan mulai berjongkok dan akan mulai mengoral penisnya sampai dia merasa puas dan mengeluarkan spermanya.
"Enak nggak Pak?".
"Enak banget dik".
"Lain kali kalau pingin lagi, kesini lagi yah Pak!".
"Oke deh, makasih yah".

Dan aku mengeluarkan sapu tanganku kemudian membersihkan sisa air ludahku yang menempel di penis bapak tersebut dan kemudian menutup resleting mereka, dan setelah mengambil barang dari gudang tersebut, kami akan kembali ke kantor seperti tidak terjadi apa-apa diantara kami. Dan saat-saat menyenangkan itu aku dapatkan dalam banyak kesempatan, terutama saat ketika kedua orang tuaku pergi berlibur ke Luar Negeri selama dua minggu. Saat itu aku yang harus mengurusi kantor mereka dan aku mempunyai banyak kesempatan untuk merayu setiap lelaki yang datang untuk membeli produk yang kami jual.

Sampai akhirnya aku lulus SMU dan aku harus pindah ke kota 'X' untuk kuliah disana. Di kota 'X' tersebut aku tinggal bersama keluarga Adik ayahku. Awal di kota 'X' ini membuat aku bosan karena aku kehilangan kesempatan-kesempatan untuk merayu lelaki-lelaki yang bisa memuaskan nafsu sex aku yang begitu besar. Dan dikota ini aku memulai kuliahku, bertemu teman-temahn baru sambil mengincar teman-teman baruku. Tetapi tidak ada yang aku sukai diantara mereka, dan lagi pula kalau aku bisa menemukan teman baru yang aku sukai, aku ragu karena aku merasa tidak punya tempat untuk melakukan hal tersebut.

Dan ternyata aku menemukan ide-ide yang bisa membuat aku mendapatkan kepuasan. Setiap malam hari ketika hujan tiba, aku suka permisi kepada pamanku untuk keluar rumah dengan berbagai alasan. Dan aku akan mulai mencari tukang becak yang biasanya bisa aku jumpai di jalan raya. Aku akan memilih mana tukang becak yang aku sukai, tentunya mereka yang kelihatan bersih dan juga wajahnya menarik. Aku akan menyetop becaknya kemudian dengan menawarkan sejumlah uang, aku akan menyuruh mereka untuk membawa aku keliling-keliling kota ini. Becak di kotaku ini bukan seperti becak di pulau jawa yang biasanya pengemudinya ada di belakang sedangkan penumpangnya di depan, tetapi becak yang ada di kotaku adalah becak yang pengemudinya duduk di samping kita untuk mengemudikan becaknya. dan ketika hari hujan, maka mereka akan menutup becaknya dengan tenda sehingga yang tampak hanyalah wajah tukang becak itu sedangkan aku akan berada didalamnya. Dan duduk di dalam becak tersebut membuat aku bisa memperhatikan gundukan penis tukang becak tersebut tanpa di ketahui tukang becak itu sendiri.

Setelah beberapa lama becak berjalan dan hujan masih deras, maka aku akan memulai pembicaraan dengan berteriak kecil karena aku ada di dalam becak sedangkan kepala tukang becak tersebut berada di luar maka kalau aku berbicara pelan, maka tidak akan kedengaran apa yang aku bicarakan. Untuk memulai aksiku agar bisa langsung memegang penis tukang becak tersebut tanpa membuat dia terkejut, maka aku akan memulai pembicaraan yang menjurus kehal-hal berbau sex.
"Bang, hujan-hujan begini kok bukannya pulang kerumah? Kan enak, abang bisa menyenangkan 'adiknya' he he he heh e", kataku sambil langsung mendaratkan tanganku di gundukan penis abang becak tersebut untuk memperjelaskan arti kata 'Adik' yang aku katakan.

Kemudian seperti biasa, aku akan merayu dengan yang lebih lagi sementara tanganku tentunya tidak menghentikan aksiku. Aku akan mulai mengeluarkan penis dari celananya, kemudian meremasnya sampai mengeras, sementara abang becak itu terus mengemudikan becaknya dengan perlahan, sehingga orang di sekitar tidak akan curiga. kemudian aku akan mulai mengoral penis tukan becak tersebut, sambil berbisik kepadanya agar mencari jalan yang lebih sepi. Biasanya di tempat yang lebih sepi, tukang becak tersebut akan menghentikan becaknya di tepi kemudian mulai menikmati oral yang aku lakukan terhadap 'adiknya'. tentunya bisa di tebak akhir kisah ini kalau dia kemudian akan mengeluarkan spermanya.

Biasanya setelah itu, aku akan menutup resletingnya kembali dan aku akan mulai untuk mengocok penisku yang sudah menegang dari tadi. Kemudian setelah selesai, maka aku akan menyuruh tukang becak tersebut mengemudikan becaknya kembali ke tempat asal. Hal tersebut aku lakukan beberapa kali, tentunya bukan dengan tukang becak yang sama melainkan tukang becak yang lain.

Kejadian itu sedah berlalu 2 tahun yang lalu, dimulai dari informasi tentang penyakit AIDS yang aku peroleh. Aku menjadi ketakutan akan diriku, aku mulai memeriksakan diri ke dokter dan syukurlah aku dinyatakan bebas dari penyakit kelamin AIDS ataupun penyakit kelamin lainnya. Sejan saat itu juga aku berusaha untuk menghentikan aksiku yang liar itu dengan cuma beronani di kamar saja atau hanya dengan melihat-lihat gambar porno lewat internet kemudian melampiaskannya dengan beronani juga.

Syukurlah sudah dua tahun ini aku bisa bebas dan tidak pernah sekalipun aku berhubungan badan dengan sembarangan orang lagi. Kalaupun aku benar-benar haus sentuhan lelaki, maka aku akan pergi ke panti pijat tuna netra dan kemudian membiarkan diriku di pijat sambil merasakan sentuhan dari seorang lelaki yang aku rindukan dan tentunya kami tidak melakukan hal lain.

Saat ini aku cuma ingin menjalin hubungan dengan pria yang dewasa, yang bisa menyayangi aku apa adanya diriku. Dan juga mapan, dalam arti bisa menghidupi dirinya sendiri. Saya tidak suka dengan lelaki yang masih suka meminta kepada orang tuanya, walau hanya untuk beli rokok sekalipun.

Send someone to love me
I need to rest in arm..

Lagu Betterman ini adalah lagu kesukaan saya, isinya lebih kurang sama dengan yang saya rasakan saat ini, yaitu perasaan butuh seorang yang bisa menyayangiku apa adanya, yang bisa menemaniku disaat senang dan susah. Dan untuk itu tentunya saya juga sudah siap untuk memberikan segala perhatian dan kasih sayang yang saya miliki untuk dia.

Seperti yang sudah saya sampaikan di cerita saya sebelumnya, bahwa saya hanya mencari seseorang yang lebih dewasa dari saya, yang perhatian dan setia. Dulu saya sempat memegang suatu kriteria dalam mencari pasangan, yaitu seperti yang di impikan setian orang, yaitu tentunya mencari yang ganteng, masih muda dan kaya. Tapi sekarang saya tidak lagi memandang itu sebagai suatu keharusan, karena saya merasa bahwa apa yang ada dalam dirinya itulah yang lebih penting, yaitu kejujuran, kesetiaan dan kedewasaan dalam berpikir. Itulah yang abadi menurut saya dan saya sampai sekarang belum menemukan sosok tersebut dalam hidup saya. Adakah yang saya cari?

Kisah saya di cerita sebelumnya adalah hanya sebagian kecil dari perjalan hidup saya yang kelam, kisah dengan pembeli, tukang becak dan supir taxi adalah sebagian kecil dari orang-orang yang saya pakai untuk memuaskan nafsu saya yang besar saat itu. Mereka bukanlah dari dari dunia kita sehingga mereka mau melakukan hal itu dengan saya tetapi mereka adalah orang-orang yang berhasil saya rayu dan ada beberapa yang saya iming-imingi dengan memberikannya sedikit imbalan. Saya sudah memberikan kepuasan kepada mereka, malah saya juga yang harus membayar. Lucu yah, tapi itu juga karena saya yang sangat menyukainya dan sangat ingin memenuhi nafsu saya yang besar. saya tidak perduli lagi apakah dia itu bersih atau tidak.

Itu adalah masa-masa awal saya di kota ini dan selanjutnya saya mulai melirik kalangan yang lebih tinggi. Saya mulai sibuk chatting di internet dan mulai melakukan janjian kopi darat kemudian berakhir di hotel. Saya juga tidak sembarangan dalam mencari pasangan, minimal mereka harus lebih tua atau seumur dengan saya, selain itu juga dalam chatting tersebut, saya mengajak mereka berdiskusi tentang sesuatu hal untuk menguji cara berpikir mereka. Saya tidak mau jika mereka mau berhubungan badan dengan saya di karenakan mereka ingin memperolah uang dari saya, saya tidak akan mau melakukannya dengan mereka. Oleh karena itu, minimal saya mencari seseorang yang sudah mempunyai handphone.

Saya mempunyai alasan untuk itu, setidaknya dimasa yang modern ini dimana seorang tukang becak didaerah saya saja ada yang sudah memakai handphone. Jadi kalau seseorang itu mempunyai handphone, saya anggap dia itu sudah sedikit mapanlah, selain itu juga mempermudah kami berhubungan. Tetapi saya juga tidak sembarangan memberikan nomer handphone saya. Dalam chatting, selalu saya yang meminta nomer handphone mereka dan kemudian jika saya rasa mereka cukup "Bermutu", maka saya baru mau menelepon mereka. Itupun bukan menelepon dari handphone atau dari telepon rumah melainkan dari wartel. Saya benar-benar ingin menjaga nama baik saya. Dan saya juga tidak sembarangan melakukan copy darat, saya harus pastikan kalau orang itu benar-benar menginginkan hubungan jangka panjang dan bukannya kencan semalam.

Dari chatting-chatting yang pernah saya lakukan, saya pernah mendapatkan seorang yang saya anggap tepat, dimana dia tidak membutuhkan uang dari saya dan hanya membutuhkan hubungan intim. Dia lebih tua dari saya, usianya 29 tahun saat itu. Kami pernah berhubungan lewat telepon beberapa kali dan dari sana saya tahu bahwa dia tidak mempunyai sifat kewanitaan. Suaranya menggambarkan suara seorang lelaki sejati dan dewasa. Mungkin begitu juga anggapan dia terhadap saya sehingga suatu hari dia mengajak kopi darat di suatu tempat.

Dan tibalah hari itu, saya menyuruh dia menjumpai saya di warnet tempat saya biasa chatting dan kemudian dia datang. Lalu kami ngobrol sebentar dan akhirnya dia menawarkan saya untuk ke suatu hotel. Saya juga bersedia karena rasanya saya ingin merasakan bagaimana rasanya berhubungan badan secara langsung, bukan seperti biasa dimana hanya saya yang menservis mereka.

Kemudian kami berdua pun melaju ke hotel yang dimaksud. Dan sesampai disana kami berdua masuk kedalam kamar hotel. Didalam kamar, saya masuk kekamar mandi untuk buang air kecil kemudian mencuci alat kelamin saya hingga bersih. Setelah itu kami berdua nonton TV yang ada dikamar tersebut sambil ngobrol-ngobrol seadanya.

Dari obrolan kami itu, saya baru mengetahui kalau dia itu sebenarnya bisex karena saya menanyakan diumurnya yang sudah hampir 30 tahun dan belum menikah. Apakah orang tuanya tidak mendesaknya untuk segera menikah? dan dia mengatakan kalau dia sekarang lagi berpacaran dengan seorang wanita dan berencanakan untuk menikah beberapa waktu lagi.

Saya menanyakan hal ini kepada dia karena disini kebanyakan para orang tua yang memiliki anak lelaki yang sudah berumur diatas 25 tahun dan sudah mapan akan disesak untuk segera menikah. Begitulah kebanyakan prinsip yang di pegang oleh orang-orang tionghua di kota kami, terutama para orang tua yang sukses dalam berkarier, tentunya ingin menikahkan anaknya kemudian mengadakan pesta yang besar untuk menunjukkan kebesarannya. Dan untuk saat ini, saya benar-benar tidak menginginkan berhubungan dengan seseorang yang bisex, saya tidak akan siap apabila saya akan di tinggalkan untuk menikah dengan wanita. Kecuali saya tidak benar-benar sayang kepadanya.

Awalnya kami sama-sama grogi, tidak ada yang berani untuk memulai pertempuran. Kemudian saya mulai berinisiatif untuk memeluknya dengan satu tangan dan tangan kanan saya, saya letakkan tepat di dadanya, kemudian sayapun mulai meremas dadanya yang masih terbalut baju kaos. Saya mulai meremas dan memutar pelan puting susunya.

Dia kemudian membalas pelukan saya dan melakuakn hal yang sama kepada saya, tak lama kami berdua saling membukakan pakaian masing-masing dan akhirnya mulai berciuman. Sayapun tak tahan lagi ingin memegang penisnya, tapi saya sedikit kecewa karena penisnya berereksi tetapi tidak sekuat yang saya harapkan. Saya pun menyanyakan kepada dia mengapa penisnya gak mau ber-ereksi lebih keras. Dia mengatakan mungkin karena dia sudah lebih tertarik kepada wanita. Dan sayapun bertanya kenapa dia masih mau berhubungan dengan saya, katanya karena dia ingin memuaskan nafsu ke-"Gay"-annya sebelum menikah. Dia tidak mau kalau perkawinannya kelak hancur karena ketahuan kalau dia seorang gay.

Lalu sayapun mengatakan, kalau begitu kita tiodak usah lanjutkan saja acara ini, tetapi dia diam saja dan malah mulai menciumi seluruh tubuhku, membuat aku bergetar seperti goyangan penyanyi dangdut dessy vibrator. Saya pun mulai membalasnya dan mulai menciumi seluruh tubuhnya sampai kemudian sata tiba di daerah sensitifnya, disana MR happynya juga tidak begitu tegang. Tapi saya tidak perduli, saya mulai memasukkan penisnya kedalam mulut saya dan mengulumnya, menjilatnya dan kemudian mulai menggigit pelan dan kemudian penisnya mulai mengeras lebih hebatnya. cukup lama saya bermasin di sana dan di sekitar area penis tersebut. Dia kemudian menyuruh saya untuk mengubah posisi dan akhirnya kami saling mengoral. Gaya 69-lah ceritanya.

Setelah lama saling mengoral, dia berbisik dan meminta kepada saya sesuatu hal, yaitu dia ingin mencoba lubang anus saya yang masih perawan, saya menolak dan mengatakan kalau akan terasa sakit sekali karena saya pernah mencoba memasukkan jari saya sendiri, tentunya setelah saya lapisi dengan kondom. Tapi dia terus merayu saya, hingga sayapun menyerah.

Kemudian dia mulai mengambil gel pelumas dan mengoleskannya ke lubang saya kemudian dia mulai memasukkan satu jarinya dan saya sedikit merasa kesakitan. Tapi saya membiarkannya, kemudian dia mulai memasukkan kedua jari dan saya makin merasa kesakitan, dan dia terus menusuk anus saya dengan jarinya. Sampai akhirnya dia mengambil gel dan mulai melumaskannya di penisnya sendiri, sementara saya bersiap-siap untuk ditusuk dengan rudalnya yang cukup besar.

Saya menunggu agak lama, tetapi dia belum juga menusukkannya, saya pun menanyakan hal ini kepadanya, dan dia menagatakn kalau penisnya seperti tadi, tidak bisa berereksi dengan keras. Cukup lama mencoba, dan tidak juga bisa, maka dia memutuskan untuk mengeluarkan spermanya dengan cara mengocok diatas perut saya, dan kemudian dia mulai mengocok penisnya sendiri dan saya juga mengocok penis saya sendiri. Akhirnya dia yang duluan mengeluarkan spermanya dan jatuh mengenai perut saya dan menegenai penis saya yang masih dalam genggaman saya.

Kemudian dia mulai tidur di sebelah saya dan mulai untuk menghisap puting saya, dan saya sendiri menikmati hisapannya sambil tanpa berhenti mengocok penis saya. Akhirnya sperma saya keluar juga dan muncrat mengenai kepala Budi dan jatuh berceceran. Setelah itu kami mulai saling berciuman agak lama dan kemudian masing-masing membersikan badannya, ngobrol-ngobrol sebentar dan akhirnya pulang.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Rendry Cari teman yang umurnya 13-20 smp-sma se indonesia 082226235515 selama 24 jam nonstop.

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.