Minggu, 09 Oktober 2011

Akhir Sebuah Penantian

Budi seorang pemuda lugu dari Sukabumi itu pergi meninggalkan desanya karena dipaksa menikah oleh orangtuanya. Orangnya yang putih, berbadan atletis dan imut itu memang sudah berusia 25 tahun tapi rasa ketertarikannya pada sesama jenis membuatnya ia tidak pernah melirik seorang gadis pun, yang ia harapkan hanyalah dapat hidup bersama dengan seorang lelaki yang menyayanginya. Dia datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, dan akhirnya diterima sebagai penjaga rumah oleh Pak Herman.

Pak Herman seorang duda berusia 40 tahun dicerai istrinya tiga tahun lalu karena dirinya mandul, hal itu membuat dirinya frustasi dan benci sekali pada setiap wanita.

"Sudahlah kamu bekerja disini saja menjaga rumah saya dan menemani saya untuk teman ngobrol ya.. Bud? Karena saya disini hanya tinggal sendiri" kata Pak Herman.
"Baik Pak saya akan bekerja sebaik mungkin." Kata Budi dengan lugunya.

Sudah sebulan Budi bekerja di rumah tersebut, Pak Herman mulai tertarik dengan keluguan Budi dan kejujurannya. Ia paling senang kalau Budi memijitnya, karena dengan hal itu ia langsung terangsang dan paling-paling ia hanya melampiaskannya dengan onani. Pernah suatu kali setelah Budi selesai memijat, dia kembali lagi kekamar Pak Herman karena akan mengambil minyak angin yang tertinggal, ia terkejut melihat Pak Herman telanjang bulat sambil tiduran diatas ranjang. Budi lalu bersembunyi dibalik lemari dan dilihatnya Pak Herman yang telanjang bulat itu sedang mengosok penisnya dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya meremasremas dadanya.

"Woow.. Pak Herman sedang onani!" bisiknya dalam hati.

Seakan tidak mau ketinggalan sedetikpun ia amati terus permainan Pak Herman. Kini Budi pun ikut terangsang, lalu dia menggosok-gosokkan penisnya ke lemari tapi karena tidak puas akhirnya tangannya pun main juga, ia lepas celananya lalu dikocoknya penis itu dengan tangannya. Sementara itu Pak Herman mulai menekuk kakinya lalu mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga penisnya yang besar itu mencuat keangkasa bagaikan tugu monas dengan ujung yang bulat kemerahan, nafasnya menderu suaranya yang berat terkadang menyebut nama Budi.

"Ooohh.. Budi.. Rasakan nikmatnya ini.. Aahh.."

Budi gemetar ketika mendengar namanya disebut, kemudian ia melihat Pak Herman bergerak kesana kemari sehingga membuat sprei ranjangnya menjadi berantakan, hampir sepuluh menit berlalu dan akhirnya posisi Pak Herman kemudian berubah menjadi setengah jongkok, badannya ia sandarkan di ujung ranjang, kepalanya menatap ke atas lalu ia mempercepat kocokan penisnya dan menjadi lebih dalam, matanya memejam lalu ia mengejan menahan nikmat dan mengerang keras..

"Oooahh.."

Saat itu juga Budi melihat penis Pak Herman menyemburkan cairan putih kental keudara dan berhamburan jatuh diatas sprei yang putih bersih. Pak Herman lalu terduduk lemas, kemudian ia menjilati tangannya yang penuh dengan air mani sambil terkadang sesekali ia masih menggosok penisnya yang mulai layu. Budi yang tadi juga ikut mengocok penisnya lalu mempercepat gerakannya.

"Wah tanggung dikit lagi.. Oohh.. Oohh."
Dan akhirnya..
Croott.. Croott..

Cairan putih kental milik Budi membasahi lemari dan lantai, Budi panik dan langsung lari meninggalkan kamar Pak Herman menuju kamar mandi untuk menyelesaikan urusan penisnya yang belum kelar. Peristiwa itu membuat Budi selalu membayangkan Pak Herman.

"Alangkah senangnya jika aku bisa bermain onani bersama Pak Herman" pikirnya.

Pada suatu sore ia meminta dipijit Budi tetapi kali ini ia sengaja meminta Budi untuk memijit dadanya karena nafsu birahinya sudah tak tertahankan. Sementara Budi yang mulai tertarik dengan Pak Herman merasa senang bila ia meraba dada Pak Herman yang agak berbulu itu, ia tersenyum dan berharap Pak Herman senang dengan pijitannya dan setelah itu dia dapat melihat Pak Herman onani lagi karena pijatannya yang sensual itu. Ia menatap wajah Pak Herman yang ganteng itu, rambut-rambut tipis yang mulai tumbuh dibekas kerokan jenggot, jambang dan kumisnya semakin membuat Pak Herman terlihat gagah, bibirnya yang seksi seakan ingin membuat Budi untuk menciumnya.

Saat Budi menatap wajah Pak Herman tibatiba Pak Herman juga menatapnya,

"Kenapa Bud kok memandangi saya terus?"
Budi terkejut, wajahnya yang putih itu langsung kemerahan, hal ini semakin membuat Pak Herman penasaran.
"Apakah Budi itu seorang homoseks ya..? Tapi kalau dilihat dari caranya memandangku kok sepertinya iya? Apa Budi mau ya.. kalau aku mencoba untuk bermesraan dengannya? Apakah Budi juga senang terhadapku?" Pak Herman mulai bimbang, lalu tanpa sadar ia membelai wajah Budi.
"Wah pijitanmu enak pasti pacarmu seneng kalau kamu mijitin dia" pancing Pak Herman.
"Wah saya belum punya pacar pak," katanya.
"Wah anak seganteng kamu masa belum punya pacar, rugi dong. Gimana kalau kamu lagi ngebet, ntar main gituan sama siapa?"
"Ngebet gimana pak?" kata Budi bingung.
"Ngebet itu kalau nafsumu lagi bergelora emang kamu enggak pernah onani?"
"Ah bapak saya jadi malu. Ya.. Pernah sih Pak tapi jarang, takut berdosa."
"Eh Bud kamu pernah berciuman belum?" Pak Herman mulai memancing lagi.
"Belum pak." Kata Budi tersipu.
"Apa? Belum pernah, wah payah. Sini aku ajarin," kata Pak Herman semangat, lalu ia bangkit dan memandang Budi.

Budi duduk diranjang Pak Herman sambil memandangnya, dia bingung. Pak herman lalu memegang dagu Budi dengan penuh nafsu dia lalu menempelkan bibirnya ke bibir Budi, Pak Herman mulai melumat bibir Budi, setelah itu dia berhenti.

"Gimana Bud enakkan?" Budi hanya terdiam, bibirnya masih terbuka sesekali ia menelan ludah karena tercengang.
"I.. Ii.. Aa enak pak"
Budi lalu berdiri, ia menatap Pak Herman tak percaya sementara Pak Herman pun terdiam.

Mereka saling bertatapan lalu tanpa ada perintah mereka berciuman lagi tetapi kali ini lebih liar, bibir Pak Herman melumat bibir Budi, lalu lidahnya dimasukkan ke dalam mulut Budi, Budi pun langsung menerima dan menghisapnya, kemudian ganti lidah Budi yang dihisap Pak Herman. Setelah puas mereka berhenti.

"Bud gimana kalau kita mencoba.." Pak Herman terdiam, ia bingung
"Terus terang aku juga belum pernah melakukan ini.. Tapi.. Kau tahu sudah tiga tahun aku haus akan cinta, dan kini kamu muncul membuat cintaku segar kembali. Aku harap kamu mau berkorban untukku Bud? dan demi cintaku padamu apapun akan ku lakukan"
Budi menitikkan air mata lalu berkata, "Dalam keadaan menderita bapak masih sempat menolong saya, kasih sayang bapak yang tulus kepada saya tak akan bisa saya lupakan, apapun yang bapak inginkan akan saya turuti"

Pak Herman lalu tersenyum dan mencium kening Budi. Kemudian ia menyuruh Budi untuk melepas pakaiannya, Budi bingung tapi ia tahu apa yang diinginkan seorang lelaki yang haus cinta ditambah nafsunya yang selama ini terpendam lalu tibatiba membara membuatnya hanya bisa mengikuti ajakan Pak Herman, kemudian ia melepas pakaian Pak Herman lalu celananya hingga Pak Herman telanjang bulat.

Kemudian Pak Herman ganti melepas pakaian Budi, saat celana dalamnya akan dilepas Budi memejamkan mata, ia malu tapi pasrah dan akhirnya Pak Herman melihat sebuah sosis putih kemerahan didalam sarang yang lebat yang selam ini diidamidamkannya nafsunya makin bertambah lalu diciumnya penis yang tak berdosa itu.

"Kita mau ngapain pak, saya nggak tahu?"
"Tenang Bud, saya pernah melihat adegan ini di film blue"
"Tapi kita kan laki-laki pak, gimana caranya.."

Walaupun Budi juga seorang gay, tapi ia sama sekali belum pernah melihat adegan hot seperti itu apalagi antara laki-laki dengan laki-laki.

"Ala.. enggak ada bedanya kok, cuma ada sedikit modifikasi malah lebih aman, kita enggak bakalan hamil, lagi pula saya juga belum pernah melakukannya jadi kita sama-sama belajar."
Pak Herman lalu memandang penis Budi lagi, "Wah penismu kok enggak bangunbangin sih Bud, kan sudah saya cium, sini aku bangunin ya."

Pak herman yang sudah ngebet langsung memeluk Budi agar penisnya bisa bergesekan dengan penis Budi. Pak Herman lalu mendorong Budi sampai terjatuh diranjang, dia lalu membuka pahanya, ditatapnya penis yang berwarna putih dengan kepala yang kemerahan itu tersembunyi diantara rambut-rambut yang subur. Pak Herman gemetar, air liurnya mulai menetes lalu dengan perlahan dia mulai menjilati penis Budi yang masih tidur. Jilatan-jilatan itu terus dilakukan mulai dari buah zakarnya terus naik sampai kepala burung yang berwarna kemerahan itu hingga basah oleh ludah.

"Ohh.. Aduh Pak jangan.. Ohh"

Budi menggeliat sambil mengerang keenakan kakinya malah dia buka semakin lebar sementara tangannya meremas rambut Pak Herman karena tidak kuat, Pak herman tersenyum melihat tingkah budi yang mulai tidak karuan.

"Terus Bud enggak usah malu kalau mau teriak"

Penis Budi pun tibatiba langsung berdiri kokoh, Pak Herman tercengang kemudian dengan lembut dibelainya penis itu lalu diremas-remas sambil dikocok perlahanlahan terkadang Pak Herman tak kuasa untuk menjilatnya seperti permen lolypop, jantung Pak Herman berdetak kencang karena dia sendiri baru kali ini memegang penis orang lain bahkan menjilatnya lalu mulai mengulum penis itu dengan raguragu. Tapi karena nafsu homoseksnya yang selama ini terpendam sudah tak tertahankan lagi dia masukkan seluruhnya ke dalam mulutnya sambil digosokkan dengan lidahnya, sepertinya Pak Herman mulai kesetanan dia melakukan seperti yang ada di film porno. Budi mulai mengerang keenakan dia merasa ada sesuatu yang hangat dan basah menerpa penisnya.

"Ahh.. Aduh.. Jangan Pak saya nggak kuat ohh.."

Aduh seluruh tubuh Budi terasa lemas dan pasrah karena kenikmatan yang luar biasa itu, matanya merem melek, mulutnya terus mendesah bahkan pinggulnya ia goyangkan kesana kemari, maju mundur untuk menandingi jilatan-jilatan Pak Herman.

"Ooohh.. Aahh.. Rasanya ada yang mau keluar pak.. Terus Pak lebih cepat lagi."

Budi semakin menggeliat baru kali ini dia merasakan nikmat yang tiada tara jauh lebih nikmat dibanding onani, tiba-tiba budi merasa pasrah tangannya menggenggam kuat, perutnya mengejan dan pantatnya terangkat lalu..
Crot.. Crot.. Crot
Air maninya keluar.. "Uuaahh.. Aahh.. Aahh"

Pak Herman tidak menyianyiakan kesempatan itu, lalu dia telan semua air mani Budi sambil terus dia jilati, sebagian air mani itu mengenai wajah Pak Herman. Budi terkapar lemas tak berdaya. Pak herman lalu bangkit dia tersenyum.

"Gimana Budi enakkan?" tetapi Budi cuek saja karena dia masih menikmati kejadian tadi.

Lalu Pak Herman mulai merayap naik, posisinya kini berada diatas budi sambil terus menjilati perutnya dan terus naik ke dadanya lalu mulai menciumi leher sampai akhirnya dia memandang Budi, lalu dipeluknya Budi. Budi menjadi terangsang lagi karena bulu dada Pak Herman yang agak kasar itu mengenai dadanya yang licin, dalam keadaan telanjang itu penis Pak Herman digosok-gosokkan keperut Budi tak lupa pula ia menciumi bibir Budi. Budi tersenyum lalu dia membalas menciumnya tangannya mulai nakal, ia meremas pantat Pak Herman sambil sesekali jari telunjuknya menusuk lubang anus Pak Herman.

"Sekarang gantian ya Bud, bapak juga kepingin."
Pak Herman lalu memutar badan sehingga posisi Budi kini diatas.
"Tapi.. Pak, saya belum pernah Pak menjilat anu bapak."
"Sudah lakukan seperti yang aku kerjakan tadi, Bud"

Budi lalu mulai merangkak turun, kepalanya kini tepat berada di depan penis Pak Herman yang besar dan berdiri kokoh. Dilihatnya rambut yang tebal mulai dari bawah pusar sampai disekitar penis Pak Herman yang agak kehitaman, rasanya ingin muntah tapi dia tidak berani menolaknya apalagi dari dulu ia memang ingin sekali memegang penis orang lain dibanding memegang vagina seorang cewek, lalu dipegangnya penis itu akhirnya dia mulai menjilat penis Pak Herman.

Dia jilat dari bawah ke atas, Budi tersenyum geli melihat kepala penis yang bulat kemerahan itu mengkilat karena basah, lalu dikecupnya kepala penis itu dan jilat-jilat seperti es krim.

Pak Hermanpun memekik kegelian, lalu dia mulai lagi menjilati penis itu terus sampai kebawah, terkadang buah zakar nya pun dia mainkan dengan lidahnya bahkan sampai paha Pak Herman pun ia jilati. Lalu setelah puas..
Sleep..
Penis Pak Herman masuk juga ke dalam mulutnya digosok-gosoknya sambil kepala Budi naik turun..
"Uuhh.. Terus Bud.. Fuck.. Me.. Oohh.." Pak Herman mengerang keenakan.

Budi terus menjilati penis tersebut, rasanya ia tidak ingin melepasnya, sampai limabelas menit budi menjilati akhirnya Pak Herman merubah posisi 69, dia menelungkup lalu menungging sementara budi dibawah sambil terus menjilat penis Pak Herman sehingga bentuk mereka seperti seekor anak sapi yang sedang menyusu induknya, Pak Herman kadang juga menjilat penis Budi yang juga tegang sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya dan akhirnya Pak Herman mendesah keras..

"Ahh.. Oohh.."

Dan seketika itu budi merasakan mulut dan wajahnya penuh dengan cairan hangat yang aneh tetapi ia telan saja cairan itu sampai habis. Akhirnya mereka berdua tergeletak lemas.

Setelah satu jam mereka beristirahat, Pak Herman lalu minum segelas air sambil memberikan Budi segelas air juga.

"Kamu masih capek ya?"
"Enggak pak, sudah agak mendingan, memangnya kenapa pak?"
"Gini bapak masih mau mencoba cara yang lain, kamu mau ya..?"
"Sekarang kamu tiduran aja ya Bud," lalu Pak herman mulai memeluk Budi dari belakang sambil menciuminya sampai akhirnya dia menyuruh budi untuk nungging.
"Lho saya mau diapain lagi pak?"
"Tenang kita akan mencoba hal yang baru, yang saya sendiri pun belum pernah mencobanya."

Pak Herman lalu mengambil gel untuk melumasi penisnya, dia oleskan merata sementara Budi hanya melihat keheranan. Dia lalu menepuk pantat budi, wah pantatmu seksi juga. Tangannya lalu mulai meraba pantat yang putih itu lalu mulai membuka lipatan diantara kedua pantat itu dan terlihatlah lubang kemerahan yang ditutupi rambut. Nafsu Pak Herman makin bergelora, sambil menjilati selangkangan Budi, Pek herman lalu menjilati pantat bahkan sampai dilubangnya.

"Aahh geli pak. Aduhh.."

Tapi Pak herman diam saja, kemudian Pak Herman menjilati jari telunjuknya agar basah lalu memasukkannya ke dalam lubang tersebut dan menggosok-gosokkan sambil tetap menjilati lubang itu agar tetap basah lalu memasukkan jari tengahnya sampai akhirnya jari manisnya pun ikut masuk.

"Aduh.. Sakit.. Pak," kata budi sambil menangis.
"Tenang bud ini supaya lubangmu yang masih perjaka ini tidak kaget nantinya."
"Emang mau diapain pak?" Pak Herman hanya tersenyum, anak ini benar-benar lugu pikirnya.
"Anggap saja kamu seorang wanita yang akan menyerahkan keperawananmu untuk dimasuki penis suamimu ya.. Sekarang pejamkan matamu, jangan tegang, rileks aja."

Pak Herman pun gemetar karena dia juga belum pernah melakukan hal ini, rasanya tak tega untuk menodai seorang pemuda yang baik hati itu, lalu dia berkata lagi.

"Gimana Bud apakah kamu ikhlas memberikannya untuk bapak?"
Budi lalu menjawab,"Saya ikhlas, karena saya yakin bapak begitu tulus mencintai saya. Akan saya berikan milik saya yang paling berharga ini demi bapak. Lakukan saja.. Tapi.. Pelanpelan ya.. Pak, saya agak takut..?"

Lalu tanpa basa-basi lagi Pak herman mulai memasukkan penisnya ke dalam lubang tersebut, pelan tapi pasti karena dia tahu Budi belum pernah mengalami hal ini, penis itu pun masuk perlahan lahan, Pak Herman agak kesulitan karena penisnya cukup besar sementara lubang anus Budi cukup imut.

"Aaduuhh.. Sakit pak, pelan-pelan.. Pak".
Pak Herman lalu berhenti agar budi tenang, "Kita coba lagi ya Bud, bapak masukkan pelanpelan deh."

Untuk mengurangi sakit Pak Herman sampai meremas dan mengocok penis Budi agar Budi tidak tegang, sampai akhirnya penis itu masuk semua, lalu Pak Herman diam sejenak. Dia merasakan penisnya kini hangat dan seperti dipijit kuat oleh otot yang masih perjaka.

"Ooh baru kali ini aku melakukan sodomi ternyata enak juga," pikirnya.
"Kita mulai ya.. Bud, kamu rileks aja".

Budi lalu mengangguk dan memejamkan mata hatinya berdebardebar. Pak Herman lalu mulai menggerakkan penisnya keluar masuk secara perlahan-lahan.
"Aaduh.. Pelan aja pak.. Oohh."
Pak Herman mengocok pelan lalu setelah beberapa menit ia mulai mempercepat gerakannya.
"Oohh.. Oohh ohh.."
Sementara Budi mulai terbiasa..
"Ayo Pak lebih cepat lagi.. Aahh.."

Budi kini mulai merasa keenakan seperti ada sesuatu yang membelah pantatnya dan rasanya panas bercampr nikmat. Jika dilihat gayanya seperti anjing kawin. Pak Herman mengerang sambil memegang pundak Budi, kepalanya terangkat ke atas karena keenakan.

"Uahh.. Oouuhh.."

Pinggulnya bergoyang cepat seakan tidak terkendali, kini khayalan yang selama ini hanya ia lakukan saat onani akhirnya terwujud sudah. Sementara budi masih tetap nungging tapi kini perutnya ia ganjal dengan bantal, ia terlihat pasrah..
"Uuhh.. Uuhh.. Terus Pak.. Masukkan lebih dalam dan berikan aku setetes noda manis itu.. Oohh, ini aku lakukan hanya untukmu pak.. Oohh.."
Goyangan gila itu terus berlangsung sampai keringat mereka berdua bercucuran dan akhirnya Pak Herman mulai merasa ada sesuatu dari penisnya.
"Oohh aku mau keluar Budi, aku keluarin didalam ya Bud.. Aahh.."
Crot.. Crot.. Crot..
Belum sempat Budi menjawab tibatiba Pak Herman sudah memuntahkan maninya ke dalam perutnya, Budi merasakan ada air hangat masuk ke dalam perutnya.
"Oohh.."
Pak Herman lalu terjatuh lemas, dia mencabut penisnya yang sudah kelelahan dan kemerahan itu, sementara lubang anus Budi tampak basah oleh mani dan kemerahan.

Kini Budi bangkit, "Gimana Pak enak lubang saya?"
"Gila Bud enak banget.. Oohh.. Sekarang gantian kamu yang coba, aku juga sudah berjanji untuk memberikan keperjakaanku pada orang yang kucintai."
Lalu ditariknya Pak Herman ke pinggir ranjang, "Kamu mau pake cara apa Bud?"
"Tenang pak, saya tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan bapak pada saya."

Lalu tanpa banyak bicara Budi mulai berdiri disisi ranjang dia mengoleskan juga gel pelicin penis itu lalu mencium Pak herman sambil meremas dadanya. Pak herman pasrah saja, sambil memejamkan mata dia membayangkan bahwa dia seorang putri yang akan menyerahkan keperawanannya pada pangeran yang dicintainya. Lalu budi mulai menciumi penisnya, sambil terus menjilat turun sampai ke lubang anus yang berambut itu tanpa raguragu dimasukkannya lidah itu ke dalam lubang keluar masuk, tangannya kini mengangkat paha Pak Herman dan meletakkannya dileher sehingga luban anusnya terangakat dengan satu kali dorongan kini penis budi dimasukkan ke lubang Pak Herman..

"Aawww.."
Pak herman menjerit kesakitan.. "Gila.. Kamu Bud main kasar ya.."

Tapi Pak Herman hanya tersenyum karena penis Budi memang tidak begitu besar sehingga tidak begitu terasa sakit, disamping itu ia ingin merasakan permainan yang kasar dimana ia menjadi seseorang yang tidak berdaya yang takluk pada seorang yang gagah. Kini Budi merasakan penisnya hangat dan seperti dipijit, sesaat sebelum Budi mulai bekerja, Pak Herman berkata,

"Kocok yang keras ya Bud..! jangan pedulikan aku, lakukan sesukamu kamu pantas mendapatkannya. Aku ingin permainan yang sedikit gentle dan keras. Aku ingin kamu menjadi perkasa dan aku hanyalah orang yang tak berdaya.."

Budi keheranan. Tapi ia tidak mau mengecewakan Pak Herman dia lalu mulai mengocok keluar masuk..

"Aahh.. Aahh maafkan saya ya pak.. Oohh"

Karena penis Budi yang tidak terlalu besar maka ia dapat sedikit leluasa untuk menggerakkan kesana kemari, disodoknya kuat-kuat penisnya ke dalam lubang itu, Pak Herman mengerang kesakitan.

"Aaahh.. Aawww.. Terus aja Bud jangan hiraukan aku.. Oohh.."

Budi yang melihat Pak Herman mengerang hanya tersenyum saja, ia merasa kasihan tapi puas juga. Budi terus memacu pantatnya maju mundur dengan cepat dan kuat laksana ksatria yang memacu kudanya.

"Rupanya Budi punya teknik bercinta dan kekuatan yang hebat" bisik Pak Herman, sementara tangan budi mencengkeram pundak Pak herman, keringatnya makin bercucuran.
"oohh.. Oohh.. Ayo Bud lebih dalam lagi.. Oaahh.. Kau memang kuat.. Oohh.. Kau.. Gilaa.." Pak Herman mengerang sakit, nikmat dan emosi bercampur menjadi satu.

Ia menatap Budi lalu ia meneteskan air mata ohh.. Kini aku telah menyerahkan keperjakaanku pada orang yang kusayangi, ia menikmati setiap sodokan-sodokan yang diberikan oleh Budi dan berharap semoga budi puas. Ketika membuka mata Pak Herman melihat Budi jadi semakin imut ketika wajahnya penuh dengan keringat saat berjuang dan bibirnya yang kecil dan kemerahan itu tak hentihentinya mengerang membuat Pak Herman gemes kini ditariknya Budi sehingga kepala mereka saling beradu dan ciuman hebat pun terjadi. Lidah Pak Herman dimasukkan ke dalam mulut Budi, Budi pun lalu langsung menyedotnya lalu mereka bergantian memasukkan lidah. Sementara pinggul Budi semakin cepat bergerak sampai akhirnya ia melepaskan ciuman Pak Herman. Budi pun akhirnya mencapai orgasme rasakan ini Pak Herman..

"Uuoohh.. Aahh.."

Croott.. Crroott..

Dia berteriak keras, kini Pak herman merasakan sesuatu yang hangat mengalir didalam tubuhnya, Budi pun terkapar jatuh dipelukan Pak Herman, nafasnya terengah-engah, kepalanya menempel didada Pak Herman,
"Ternyata seperti ini rasanya menjadi korban sodomi.. Ahh" pikir Pak Herman sambil tersenyum bahagia dan memeluk Budi yang tak berdaya.

Pak Herman dan Budi pun kini berpelukan, tak lupa kecupan manis dikening Budi menandai berakhirnya kegiatan sore itu.

"Terima kasih ya Bud, Kau telah menyerahkan keperjakaanmu pada bapak dan bapak juga telah menyerahkan keperjakaan bapak kepadamu. Kamu tahu, kamu orang pertama yang telah membelah lubang anusku dan bapak juga baru pertama kali ini merasakan nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki, sekarang bapak ingin kamu menjadi pendamping bapak selamanya, mulai saat ini bapak tidak tertarik untuk mencari istri, cukup kamu saja," kata Pak Herman sambil menitikkan air mata.
"Baik pak, Budi juga berterima kasih karena bapak mau menyerahkan keperjakaan bapak dan berbagi rasa dengan saya, ini menandakan bahwa bapak cinta saya. Terus terang ini juga pengalaman saya yang pertama, dulu saya pernah berjanji siapa yang pertama kali meniduri saya dialah yang menjadi pendamping saya, dan ternyata bapaklah orangnya".

Lalu mereka tidur sambil berangkulan dalam keadaan telanjang, semalaman mereka cekikikan sambil bermain penis, berciuman, onani bersama layaknya sepasang pengantin dimalam pertama. Mereka akhirnya hidup bahagia bersama.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.