Minggu, 09 Oktober 2011

Aku dan Elang

Aku sedang menikmati foto-foto model dari majalah Playgirl yang kuambil dari internet di komputerku di kantor. Malam belum begitu larut. Rasa malas pulang ke tempat kost membuatku betah di kantor. Ada ratusan foto cowok keren yang telanjang atau setengah telanjang yang kutonton bolak-balik. Aku tidak suka melihat gambar yang vulgar dan sangat porno. Sarafku di kepala kembali berdenyut. Keren banget nih cowok.

Gambar cowok dengan wajah ganteng dan tubuh indahnya kunikmati sendiri sambil memerosotkan celanaku sampai ke bawah lutut. Celana dalamku pun kuturunkan sampai paha, membuatku bebas mempermainkan kontolku di bawah meja. Aku sedang sendirian di lantai dua ini, di ruanganku. Bang Jay sudah sejak sore keluar kantor, padahal biasanya dia juga ada di kantor sampai pagi, bisa kerja, bisa juga cuma main-main seperti aku sekarang ini. Office boy juga sudah pamit pulang. Ada dua orang satpam di lantai bawah. Mereka biasanya sedang menonton TV. Foto-foto cowok yang sebenarnya konsumsi para cewek dan ibu muda itu terus aku nikmati dengan layar monitor 21 inch. Kadang terpikir untuk mengajak satpam yang sedang bertugas di bawah untuk menikmati kegemaranku ini bersama. Tapi.. Nggak ah. Aku belum siap untuk godaan semacam itu.

"Kenapa sih suka lihat cowok telanjang, Yadi?" kadang timbul pertanyaan itu dalam hati kecilku.

Jawaban pasti dan sesungguhnya agak sulit diungkapkan. Sama sulitnya mengakui diri bahwa aku punya kecendrungan menyukai sesama cowok. Tapi kupikir, cowok itu memang lebih indah untuk dinikmati. Seperti ciptaan Tuhan lainnya, burung misalnya, yang jantannya kelihatan lebih indah. Contoh dari keluarga burung adalah: burung cendrawasih, merak, kalkun, ayam dan lainnya, yang jantannya pasti diciptakan dengan bentuk dan warna lebih indah. Sedangkan binatang berkaki empat yang dapat diberikan contoh: singa. Tuhan menciptakan semua itu tentu dengan maksud yang baik, salah satunya adalah ketertarikan untuk lawan jenisnya. Tapi kenapa kamu suka melihat yang sesama jenis, Yadi? Apakah kamu tertarik karena seks? Atau keindahan manusia laki-laki? Ah, tak tahulah!

Tangan kananku masih di atas meja menekan mouse untuk mengganti gambar-gambar yang kuinginkan, sedang tangan kiriku mengelus pelan batang kontolku yang sudah sangat mengeras. Tegang karena aku melihat foto-foto ini atau karena sentuhan tanganku, sudah tak ada bedanya lagi. Cairan kontolku sudah mengering lagi, sampai tanganku lengket di kulit kontolku. Akhirnya kugunakan air liurku untuk memudahkan telapak tanganku naik turun, bermasturbasi.

Fantasiku meluncur secara liar. Membayangkan model yang ganteng, aku tidak ingat lagi aku mendownload dari mana, dari Men Magazine atau Playgirl. Lama-lama timbul imajinasi lebih setelah melihat ini dengan sang model keluar dari kaca monitorku dan dan membiarkanku menikmati tubuh indahnya. Aku bisa menyentuh tubuhnya dari atas. Mengelus rambut ikalnya, dan menyentuh lehernya yang sangat berotot. Turun ke bahunya yang membulat kekar. Aku dapat meremas dadanya yang padat dan mempermainkan putingnya yang sudah menegang. Aku dapat mencium aroma ketiaknya yang segar dan kemudian menikmati puting susunya yang kenyal. Tubuhnya sangat keras dan hangat. Semua aku nikmati dalam suasana yang sangat mendebarkan.

Aku sedang membayangkan wajahku turun sampai ke perutnya, setelah menikmati dadanya yang sangat padat. Perutnya yang bergerak naik-turun sesuai dengan nafasnya yang semakin kencang membuatku tidak bisa berlama-lama, kemudian turun ke bawah pusarnya. Dinding otot depan kantung kencingnya begitu rata, ada urat ototnya di sana. Kontolnya yang dari tadi kupermainkan dengan telapak tanganku sekarang sudah menyentuh hidungku. Aroma khasnya membuat jantungku berdetak makin kencang. Kakinya yang berbulu bergerak-gerak mempermainkan kontolku yang sudah sangat tegang. Dengan sedikit ragu, kupermainkan batang yang hangat itu di wajahku. Ke pipiku, ke dagu, ke hidungku dan kembali ke bibirku yang masih terkatup. Kuulangi beberapa kali. Sesekali kugenggam erat kontolnya dan membuat aku dapat merasakan denyutnya.

Batang yang kenyal itu berdenyut lagi di genggamanku, mengalirkan darah hangatnya. Kembali kutelusuri dengan bibirku sampai ke pangkalnya. Bulu kelaminnya yang telah dicukur sudah mulai tumbuh lagi, dapat kurasakan kasar, membuat sensasi tersendiri di bibirku. Terasa nikmat di kulitku. Getar rangsangan makin membuat kontolku juga berdenyut. Nafasku terasa sulit diatur, makin kencang hingga membuatku bernafas dengan mulut juga. Ah.. Dengan tidak ada bulunya, membuat aku bebas mengelus sampai ke pangkal kontolnya.

Kulihat wajah model impianku menikmati apa yang aku lakukan sambil sesekali matanya terpejam dan bibirnya sedikit terbuka. Tangannya di kepalaku seperti memaksaku untuk sucking his dick. Dengan pelan aku membuka lebar bibirku dan..

Bayangan sosok di pintu membuatku menghentikan aksi fantasiku dan kulihat Elang, ya Elang, sudah berada di depanku, dekat pintu. Hampir copot jantungku karena kaget. Mungkin sangat merah wajahku sekarang. Jantungku yang sudah berdetak kencang dan nafasku yang sudah ngos-ngosan karena nafsu, rasanya bekerja dua kali lipat sekarang. Mataku terasa tak percaya..

Aku tidak dapat berkata apa-apa. Ada rasa takut muncul tiba-tiba. Aku sebut nama Tuhan. Ah, kenapa kalau sudah dalam situasi begini, kamu ingat Tuhan, Yadi? Yang kamu lakukan sekarang, Tuhan tidak suka, dan kamu tahu itu Yadi! Mungkin Dia tidak mau mendengar kamu. Hati kecilku yang rada cerewet itu kembali bersuara.

Tanganku masih di mouse dan tangan kiriku menekan dadaku, berusaha menenangkan jantungku yang berdetak kencang. Beberapa kali aku gelengkan kepala, untuk menyadarkan apa yang kulihat. Susah payah rasanya aku untuk bernafas dengan sedikit tenang. Nafas panjang yang kulakukan terasa hampir mencekikku. Kutegakkan tubuhku dari duduk yang merosot.

"Elang?" tanyaku setelah beberapa saat tersadar.

Dia bisa melihat kontolku yang memerah. Ada rasa malu yang membuatku menarik celana dalam dan celanaku untuk dikenakan dengan semestinya.

"Elang, ada apa? Kok kamu datang lagi?" tanyaku setelah merapikan celanaku.

Kusapukan telapak tanganku ke wajah. Sosok Elang tidak juga hilang membuatku sadar akan kehadirannya. Air putih di mejaku segera aku teguk pelan. Hampir saja aku tersedak.

*****

Aku memang berusaha melupakan kejadian di Gelanggang Renang Ancol dimana aku 'hilang' diculik ke dunia lain. Saat itu, baru menjelang subuh aku ditemukan di ruang pompa, berarti aku menghilang hampir 8 jam. Padahal ruang pompa itu terkunci dan jarang dibuka. Entah kenapa aku dapat masuk ke sana. Cerita teman-temanku Ran, Bima, Ganda dan Dana setelah lama aku tidak ditemukan, sedang areal kolam sudah tutup, mereka lapor ke petugas Ancol untuk dicarikan. Bima datang memang agak malam, setelah maghrib, katanya. Ketika dia menanyakan aku dimana ke Ran, Ganda dan Dana, saat itulah mereka tersadar kalau aku tidak ada. Tidak mungkin aku pulang lebih dulu, karena pakaianku masih utuh di ruang penitipan kamar bilas. Aku berusaha dicari kemana-mana. Malah disangka tenggelam, sehingga semua kolam di telusuri.

Akhirnya, karena lama tidak ditemukan dan malam semakin larut, barulah dipanggil 'orang pintar'. Semua yang hadir pada malam itu, terutama teman-temanku, diminta untuk khusuk baca doa yang dibimbing bapak itu. Katanya mereka pada menangis. Kalau aku benar-benar tidak ditemukan, entah bagaimana mereka akan menjelaskan kepada keluargaku, begitu pikir mereka.

Areal kolam renang yang begitu luas, memang sedikit menyulitkan menemukan titik lokasi keberadaanku. Akhirnya diputuskan mereka bergerak bersama, mencari getaran gaib yang mungkin ada. Mereka disuruh memanggil-manggil namaku. Hampir putus asa, akhirnya Bima merasakan ada suara. Cerita Bima, dia mendengar namanya dipanggil, sayup-sayup tapi tidak tahu dari arah mana. Ketika melewati daerah pompa, getaran itu makin kuat terasa oleh Bima. Diputuskan untuk membuka ruang pompa yang lembab itu. Saat itulah, secara pelan-pelan sosokku ditemukan, setelah dibaca-bacakan doa oleh Bapak 'orang pintar'. Katanya, kalau terlambat sedikit lagi, aku akan sulit untuk diajak 'kambali'. Ah.. Aku dibawa ke ruang pengelola kolam untuk dibersihkan dari dunia lain. Diberi minum. Kemudian tubuhku terasa lemas.

Setelah dianggap sudah cukup kuat, aku diajukan banyak pertanyaan. Aku ceritakan semua. Aku cerita soal Elang dan pacarnya yang diperkosa di ruang kamar bilas sampai meninggal karena over dosis. Pengelola yang tahu mengatakan memang pernah ada ditemukan kematian pasangan muda yang mati over dosis, tapi bukan karena pemerkosaan. Mayat Elang dan pacarnya juga tidak dibawa untuk diotopsi oleh keluarga mereka, mungkin karena telanjur sudah malu. Kejadian yang kualami malam itu diminta tidak diceritakan kepada masyarakat luas oleh pengelola kolam renang dengan segala pertimbangannya. Rupanya begitu ya..

*****

Dan malam ini Elang hadir kembali. Dia hanya mengenakan celana renang merah bertelanjang dada, sama seperti waktu aku melihatnya di Ancol. Sekarang aku dapat melihat wajahnya dengan lebih jelas di bawah sinar lampu kantorku yang terang benderang ini. Rambut ikalnya yang hitam dengan sedikit cambang halus di pipinya. Aku sangat suka matanya, dengan alis dan bulu mata yang lebat dan hitam. Aku tidak begitu ingat wajahnya seperti siapa, wajah khas cowok latin dan sedikit manis sebagai cowok. Tapi sorot matanya dapat menunjukkan kecerdasannya.

"Hati-hati kamu menikmati itu semua," katanya tanpa menjawab pertanyaanku yang heran dengan kehadirannya. Suaranya pelan tapi terasa berat.
"Apapun niat kamu untuk melihat foto-foto cowok itu sambil bermasturbasi, itu akan membuat kamu terobsesi dengan seks yang salah, Yadi."

Aku menggelengkan kepalaku. Aku tidak mau dan tidak suka diajari begini. Apalagi oleh hantu Elang ini, batinku mulai protes. Badannya yang tidak begitu gemuk dan juga tidak kurus kulihat putih bercahaya, sama seperti wajahnya. Kulirik jam di komputerku telah menunjukkan pukul 00:25. Sudah lewat tengah malam. Dia katakan kalau apa yang kulakukan sudah mulai berlebihan dan akan mencapai ke hal yang lebih buruk. Seperti halnya dia dengan pacarnya yang sudah melakukan tindakan hubungan dosa yang sangat berlebihan. Dia sadar dengan hukuman Tuhan yang ditimpakan kepadanya. Dia ingin aku juga menyadari itu..

Dia masih berdiri di sana. Monitor komputerku masih memperlihatkan cowok ganteng tanpa busana yang memperlihatkan kontolnya yang setengah tegang terkulai di pinggulnya. Model playgirl keren Billy Amicarelle. Huih!

"Kamu bilang ke Ran untuk tidak melihat kelamin orang lain, sedang kamu sendiri masih suka melakukannya," Elang kembali bersuara, seperti sedang menghakimiku.
"Kamu sendiri tahu, semua yang kamu lakukan ini adalah awal dari penyimpangan.."

Kemudian dia bicara tentang apa yang kulakukan ini. Cowok keren yang kulihat ini semua adalah ciptaan Tuhan. Begitu sempurnanya ciptaan Tuhan seharusnya dapat menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan dengan tidak melakukan hal yang dilarangnya. Deg! Sekarang Elang terasa tampil seperti malaikat dengan semua nasehatnya. Setelah melakukan dosa ini, dengan melihat kelamin orang lain, pasti akan berlanjut ke dosa-dosa berikutnya.. Masih mampukah untuk minta ampun dengan dosa semakin beruntun dan banyak itu? Ah.. Kamu tahu apa Elang..? Protes hati kecilku lagi.

"Bagaimana aku dapat menahan diri untuk tidak melihat kesenanganku ini?" tanyaku. Ada nada takut di suaraku.
"Sibukkanlah dirimu untuk hal yang bermanfaat,"jawabnya yang terasa klise buatku. Gampang diucapkan, susah sekali untuk dilaksanakan.
"Jauhilah hal yang membuat kamu ingat akan kesenanganmu ini. Perbaiki cara pikir, kalau melihat cowok keren, pikirkanlah hal yang diluar seks. Misalnya kamu kagum dia bisa memelihara tubuh untuk dapat dilihat dengan indah. Kemudian itu akan memotifasi kamu agar mau membuat diri kamu juga bisa indah seperti cowok yang kamu lihat. Mulailah dari diri sendiri.."

Terasa sulit aku untuk mengakui kebenaran yang disampaikan Elang. Dia sebenarnya banyak membantuku untuk dapat berpikir dan bertindak benar. Namun dalam hatiku, aku belum yakin terhadap apa yang disampaikan Elang. Entah kenapa?

Aku tersadar setelah mendengar suara pengajian dari kejauhan. Samar-samar. Komputerku masih menyala dengan screen saver cowok-cowok pemain sepak bola Euro 2004. Kutarik nafas dalam. Tidak ada bedanya, apakah aku bermimpi atau mengalami langsung bertemu Elang. Haruskah aku cerita dengan orang lain kejadian ini?

Hari ini aku tidak akan pulang. Aku sendiri punya persediaan pakaian ganti. Setelah tidur lagi sebentar untuk menunggu agak siang, kemudian aku mandi agak lama sambil merenung kembali kejadian semalam.

Aku sadar dengan keisenganku dalam bereksperimen dalam sex membuat Tuhan memperlihatkan akibatnya langsung padaku. Salah satunya adalah kejadian ke dunia lain bertemu dengan Elang untuk mengambil hikmahnya: Lihatlah temanmu itu yang sangat bebas dalam sex dengan pacarnya, dia mendapatkan kenikmatan sesaat dengan pemerkosaan dan berakibat sampai dengan kematian karena over dosis obat yang disuapkan dengan paksa padanya. Begitulah.

Apa yang sudah aku lakukan, rasanya belum seberapa parah. Aku hanya bermain-main dan belum pernah terjadi sampai berhubungan kelamin sesama jenis atau sodomi atau disodomi. Hanya nyaris saja. Dan sesekali memang timbul rasa iseng bereksperimen dengan seks. Tapi kenapa ya, kecenderungannya dengan sesama cowok? Apa karena kebiasaanku nonton BF hetero, kemudian terpikir untuk mencari pengalaman yang berbeda dengan main-main dengan cowok? Atau karena pernah nonton BF gay hingga terobsesi untuk mencobanya karena merasa lebih 'aman'?

Tapi aku beruntung, Tuhan masih menjagaku agar tidak terjerumus ke dalam dunia gay. Aku selalu diingatkannya. Aku punya penampilan yang disukai oleh semua orang - cowok dan cewek - karena ganteng, serta kesempatan untuk masuk dunia gay juga ada. Pengalamanku pernah ikut pemilihan Top Model, membuatku banyak kenal dengan komunitas yang juga menyukai sesama jenis itu.

Setiap kali aku mendekati ingin pengalaman seks dengan cowok, setiap kali itu pula cepat aku tersadar bahwa hal itu dosa. Mungkin karena lingkunganku juga tidak mendukungku untuk berbuat aneh-aneh secara vulgar. Aku punya keluarga yang tentu malu bila mengetahui anaknya punya kelainan, begitu pikirku. Tapi tetap saja aku mendekati lingkungan itu, tapi dengan penuh kehati-hatian. Setiap kali melangkah jauh, aku langsung menghentikannya dengan sadar.

Rangsangan seks yang timbul pada diri cowok, sesungguhnya sama saja, apakah itu dirangsang oleh cowok ataupun cewek, begitulah pendapatku untuk selalu menjauhi dari rangsangan oleh cowok. Dan kupikir cewek punya 'onderdil' yang memang pasangannya cowok. Aku memang harus jadi diriku sendiri. Dunia mencintai sesama jenis, walau aku juga punya kecenderungan itu, bukanlah dunia yang sehat. Itu adalah dunia yang penuh bahaya. Aku harus berusaha keras untuk dapat suka pada lawan jenisku, cewek, terutama untuk urusan seks. Segera kuselesaikan mandiku setelah sadar bahwa Elang juga ada dalam ruang mandi ini. Tapi aku tidak melihat sosoknya. Dia mungkin melihatku sedang mandi di bawah pancuran air shower sambil termenung dan merenung.

Pengalaman semalam kuusahakan tidak mengganggu kerjaku di siang harinya. Setelah rapat pengarahan dari Bu Poppy, Bang Jay mengajakku untuk mencari film kartun sebagai bahan materi iklan produk makanan anak-anak ke Glodok di daerah kawasan bisnis yang sangat ramai, antara stasiun Kota, Pinangsia dan Glodok. Ini adalah kali pertamaku ke sini. Aku baru tahu bahwa jalur Busway melewati daerah Glodok ini. Aku pernah mendapat cerita, kalau banyak VCD porno yang mudah didapat di Glodok di bawah jembatan ini. Apa yang kami cari sudah dapat, film dengan format DVD. Dan menjelang pulang menuju parkir mobil, di blok D lantai bawah, Bang Jay mengajakku untuk beli VCD porno.

"Mau yang Indonesia Bang, yang lesbi atau sama binatang juga ada..", ramai mereka menawarkan barangnya.

Mataku menelusuri VCD yang digelar bebas itu. Kemana aparat keamanan? Apakah bisnis barang porno ini sudah legal di Republik ini? Ada dua orang ibu muda sedang cekikikan melihat cover VCD yang ada, sambil lewat. Belum lagi di pojok sana di balik pagar, anak-anak belasan tahun sibuk memilih. Aku masih berdiri di samping Bang Jay sambil melihat sekeliling. Ada beberapa VCD gay dengan cover hanya pakai printer warna di atas kertas putih, tidak seperti VCD lainnya. Mungkin karena copynya sedikit, jadi covernya dicetak seadanya.

Bang Jay akhirnya membeli 7 VCD dengan harga 20 ribu. Bang Jay dapat bonus satu VCD rupanya. Tadi aku dengar ditawarkan sepuluh ribu dapat tiga. Begitu murahnya untuk mendapatkan barang haram ini. Nyaris sama dengan harga CD kosong, atau malah lebih murah. Dalam otakku timbul dugaan bahwa ini sudah merupakan perbuatan kolaborasi sindikat untuk menghancurkan mental anak bangsa. Siapapun dia, targetnya adalah agar republik ini memang tidak akan pernah maju dan berkembang dengan menghancurkan generasi mudanya. Ah, ini sudah urusan politik.

Sesampainya di kantor sudah sore. Bang Jay langsung menuju komputernya untuk menyetel VCD yang baru dibelinya. Sedang aku minta DVD film kartun yang tadi dibeli untuk kulihat di komputerku. Konsentrasiku sejak awal memang terganggu dengan suara ah-uh dari komputer Bang Jay hingga membuat kontolku menegang. Mau tidak mau aku sentuh juga kontolku yang menimbulkan getaran listrik yang sangat nikmat.

Setelah menonton DVD dengan membuat beberapa catatan, aku pamit ke Bang Jay untuk pulang. Besok akan kubahas hasil catatanku. Setelah sejak kemarin tidak pulang, hari ini aku putuskan untuk pulang dengan sekalian membawa pakaian kotor di ransel.

"Nggak nonton nih?" tanyanya sambil tangannya memperbaiki posisi duduknya. Dapat kulihat celana jeansnya yang mencetak kontolnya yang sedang menegang. Aku menelan liurku.
"Nggak, mau istirahat dulu, pulang," kataku.

Setelah mematikan komputer, aku turun ke lantai satu yang sudah gelap, aku sandang ranselku. Aku keluar lewat pintu samping. Aku pamit dengan dua satpam yang sedang mengobrol di depan TV. Perut laparku membuatku segera naik angkot yang meluncur dengan lancar ke jalan besar di pinggir tol. Aku beruntung, setelah turun dari angkot, bis lanjutan untuk ke tempat kosku segera datang. Aku langsung naik.

Bis sudah penuh. Aku bergerak ke tengah sambil memegang ranselku agar tidak kena kepala penumpang yang sedang duduk. Aku berhenti di sisi cowok yang sedang duduk, kuperbaiki ranselku untuk disandang di dada. Tanpa sengaja, kontolku yang setengah tegang, menyenggol bahunya yang kekar. Dengan kondisi bis yang gelap ini, membuatku berani menahan kontolku agar tetap menempel di sisi lengannya. Lengannya ditekuknya sambil bersedekap, AC bus ini mungkin membuat dia kedinginan, pikirku. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena tertutup topi yang dikenakannya. Sebenarnya goyangan bis tidak seberapa, tapi tekanan dan goyangan tubuh cowok itu dengan tidak sengaja membuat kontolku menegang.

Dan hei, dia sengaja menggerakkan lengannya untuk merasakan kontolku di pangkal lengannya! Sekarang tangannya malah turun, melingkar di pahaku. Jantungku berdetak kencang. Kuperhatikan sekeliling, siapa tahu ada yang memperhatikan. Kembali kutekan tubuhku ke bahunya yang kemudian dia tahan dengan sedikit gerakan maju mundur. Huh! Rasa lelah yang tadi kurasakan ketika keluar kantor, terasa lenyap.

Kembali kulihat ke sekeliling dalam bis ini. Melihat penumpang sekitarku sudah pada kelelahan, dan aku yakin tidak memperhatikan apa yang kulakukan, membuatku berani menyentuh bahunya dan meremasnya. Dia diam saja ketika aku akhirnya dapat menyentuh tubuh kekarnya dengan sengaja itu. Berani juga kau, Yadi!, batinku memuji.

Bapak tua di samping cowok ini tiba-tiba tersadar dari tidurnya, melihat keluar bis dan kemudian buru-buru berdiri untuk turun. Bapak tua itu hampir saja jatuh ketika melewatiku, tapi segera aku bantu. Cowok itu memberiku jalan untuk duduk menggantikan posisi bapak tua yang baru turun itu, untuk duduk di sisi jendela.

Jantungku kembali berdebar, ketika tangan kanannya bergerak ke selangkanganku yang tertutup ranselku dan menemukan kontolku yang sedang setengah tegang. Aku diam saja menikmati kelakuannya. Dia semakin berani dengan meremas kontolku. Posisi ransel yang di pangkuanku membuat dia merasa aman untuk beraksi lebih jauh. Jari-jarinya bergerak mencari resleting celanaku dan menurunkannya dengan agak susah hingga akhirnya kubantu dengan mengangkat sedikit ranselku. Nih, nikmatilah! Kira-kira begitu artinya.

Kutarik nafas untuk menenangkan diri. Yadi, kenapa kau biarkan? Tangannya bermain di gundukan kontolku yang hanya dibatasi dengan calana dalamku. Aku pejamkan mata. Cowok itu masih mempermainkan jari-jarinya di kontolku. Ingin aku balik melakukan hal yang sama padanya, tapi posisinya di tengah, rawan untuk ketahuan. Dan lagi selangkangannya tidak tertutup sepertiku.

Sekarang dia memasukkan jarinya dari pinggir atas celana dalamku untuk menyentuh langsung kontolku. Tetap kubiarkan, karena yakin tak akan ada yang tahu apa yang terjadi di balik ransel yang berada di pangkuanku. Dia elus pelan kepala helm kontolku, dan ke lobang kencingku. Dia lakukan berulang-ulang. Sedikit cairan kurasakan keluar. Ah.. Mataku masih terpejam.

Kulirik depan celananya juga sudah menonjol. Dengan sedikit memajukan tubuhku dan menurunkan lenganku, sikuku dapat menyentuh gundukan itu. Huh, keras sekali. Kupikir tadinya HP, tapi setelah melihat posisinya yang persis di tengah begitu, baru yakin aku telah menyenggol kontolnya. Dia juga diam saja. Dalam bis sebenarnya lampunya remang-remang, tapi aku tidak berani berbuat lebih jauh, walau sebenarnya ingin..

Hei, sudah hampir sampai! Aku tersadar hingga dengan cepat kunaikkan resleting celanaku. Dia menarik tangannya.

"Mau turun di sini ya?" tanyanya.

Hah? Seperti suara Elang. Kulirik wajah di balik topi itu. Benar! Kenapa tidak dari tadi kamu perhatikan cowok di sampingmu, Yadi? Ada sesal dalam hati. Selama perjalanan tadi memang aku hanya memejamkan mata atau melihat ke arah luar.

"Elang?" tanyaku tak percaya. Kuperhatikan lagi wajahnya dengan seksama. Dia tersenyum ke arahku.
"Bukan," jawabnya. Mana mungkin tidak? Wajahnya, matanya semuanya mirip Elang.
"Oh.. Mirip temanku," kataku.

Ingin aku terus duduk untuk dapat berkenalan lebih jauh dengan cowok mirip Elang ini. Tapi batin kecilku mengajak untuk segera turun. Aku berdiri dan dia menggeser kakinya agar aku dapat keluar.

"Maaf yang tadi," katanya setelah aku berdiri di sampingnya, akan bergerak ke pintu.
"Tak apa-apa. Aku suka kok.. Terima kasih," kataku sedikit berbisik.

Ingin kutawarkan untuk ikut denganku. Dan membayangkan aksi seru yang akan terjadi di kamar kosku. Tapi mulutku terasa kaku.

"Turun yuk.." kata itu tak bisa juga kuucapkan. Ada degub jantung yang keras terasa di dadaku hingga membuat lidahku terasa kelu.

Sebelum turun, dengan sengaja kusenggolkan kontolku di bahunya. Dia mendongakkan kepalanya melihat ke arahku. Sorot matanya, yang aku hapal merupakan milik Elang kulihat begitu ramah, sepertinya mengerti dengan kode ajakanku..

Aku segera menuju pintu dan meminta kenek untuk memberi kode ke sopir agar berhenti. Dalam hati, aku berharap agar pemuda mirip Elang itu ikut turun menyusulku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.