Selasa, 11 Oktober 2011

Anak-anak Nakal

Sulit bagiku untuk mengatur napas dalam gulungan air sedangkan tubuhku semakin terseret, udara yang kutahan dalam mulutku sudah terbuang dan sekarang aku kehabisan oksigen, aku berusaha mencari sesuatu yang dapat kupegang tapi di dalam air aku tidak melihat apapun bahkan seorang manusiapun tidak ada, mungkin aku akan mati tenggelam pikirku.

Saat harapanku semakin tipis ada sebuah tangan yang sangat kukenali menggapaiku, tangan seseorang yang sangat aku harapkan dan aku berusaha menariknya supaya aku bisa selamat. Dengan memegang tangan tony akhirnya aku berhasil selamat dari kolam ombak yang hampir menenggelamkanku. Aku memandangi tony dengan penuh kerinduan, tapi seakan dia tak mengenaliku lagi, bahkan belum sempat aku mengucapkan sepatah katapun dia sudah berlari meninggalkanku. Tony tidak sendiri tangannya menggandeng seorang lelaki sebayanya.

Aku tidak sempat memikirkan siapakah orang itu, pikirku yang terbaik adalah mengejarnya "tony.. tony.. tony.. tunggu Kakak" teriakanku sangat keras. Panggilanku tak dihiraukan tony yang terus berlari. Aku berhenti di ruang bilas namun tak kutemukan lagi jejak tony, aku memandangi sekeliling ruangan dan kulihat seorang bocah yang tadi berlari bersama tony.

Aku menghampiri dan kutatap wajahnya jelas sekali, dia adalah Michael anak sepupuku yang baru berusia sembilan tahun, kenapa tony bisa bersama Michael yang juga keponakanku itu?, aku memandangi wajah Michael dengan rasa penasaran tapi tenggorokanku serasa terbakar, aku kekeringan dan haus. Aku meraih botol minuman aqua yang sudah tersedia dalam mobilku dan kuteguk sebanyaknya untuk menghilangkan dahagaku.

Cuaca hari ini sangat panas, hawa panas terik matahari menembus bahkan mengalahkan hawa dingin ac mobilku. Semalam aku sulit tidur sehingga siang ini aku terpaksa memarkirkan mobilku di sekitar tempat penyinggahan jalan tol dan tertidur hampir satu setengah jam. Mimpiku belum selesai aku masih ingin menemukan tony yang menyelamatkan aku dari gulungan ombak di kolam ancol tapi hawa panas matahari telah membuatku terbangun dari mimpi.

Perasaanku sudah hancur entah seperti apalagi bentuknya, setiap terbangun dari mimpi aku sudah terbiasa meneteskan airmata. Perasaan Rinduku yang sangat dalam kepada tony setiap kali memimpikannya, tapi harus bagaimana lagi aku melampiaskannya?, sungguh ini penyiksaan bathin terberat yang baru aku hadapi seumur hidupku. Aku menjadi manusia paling lemah di dunia ini, perasaanku saat ini terbagi dua, satu perasaanku menghadapi kehancuran seperti ini dan satu lagi aku mengkhawatirkan tony akan mengalami hal yang sama sepertiku.

Pada saat aku lemah aku sering mengingat pesan nenekku, datang padaNya dan sembah sujud maka kamu akan damai senantiasa. "Aku memohon padaMu timpahkan kesalahan ini hanya padaku, selamatkan tony bagiku, lindungilah dan ampunilah dia jangan biarkan dia masuk dalam kegelapan". Aku tahu permohonanku ini yang sangat jarang aku ucapkan selama aku bersenang-senang, tetapi hanya padaNya bisa kutujukan. Namun aku sadari menyebut namaNya pun aku tak layak, kehidupanku sebagai umat ciptaanNya sudah terlalu banyak perbuatan tercelah yang aku lakukan dengan sengaja, tetapi aku tetap memohon aku tak ada jalan lain selain jalan buntu di depanku.

Sudah seminggu aku berpisah dengan tony, sejak terakhir aku mengantar keberangkatannya hatiku hancur dan semakin hari semakin lemah jiwaku, rasanya ingin mati saja, kesepian di masa kecilku tidak menyiksaku seperti kesepianku saat ditinggalkan tony. Beberapa kali mobilku hampir menabrak karena aku mengendarainya sambil melamun membayangkan wajah tony yang selalu hadir dalam setiap mimpiku. Tetapi harapanku selalu kuyakinkan dalam hatiku bahwa tony akan kembali padaku setelah waktunya, aku harus sabar dan tetap bersemangat, penampilanku tidak boleh berubah supaya tony akan menemukanku kembali seperti keadaanku pada saat ditinggalkannya.

Obat penawarku setiap hari akan kutemukan setelah jam 6sore, aku tidak akan melakukan semua kegiatan apapun pada jam ini karena biasanya tony meneleponku dari merlbourne jam 10 malam (pkl 18.00 wib). Kami senantiasa berbincang sekitar 10 hingga 15 menit demikian juga hari ini sejak dari setengah jam yang lalu aku sudah menantinya dan ketika dering telepon berbunyi inilah saatnya. "Salam, Kak Raffel sayang yang aku rindukan setiap saat" ucapan tony membuka pembicaraan. "Salam, tony manja yang Kakak rindukan juga setiap saat" balasku.

Aku sebenarnya sering memikirkan apa yang harus aku bicarakan kepada tony, tapi setiap kali pembicaraan pikiranku jadi buyar, aku terhanyut dalam perasaanku sendiri. Namun aku berusaha menjaga ungkapanku supaya tidak terbawa perasaanku terhadap tony, aku tidak ingin tony terlalu memikirkan keadaanku, aku hanya berharap dia bisa konsen dengan kegiatannya saat sekarang. "Apa kabar Kakak? mimpikan tony lagi nggak semalam?" lanjutnya. "Kakak sehat tuh dan bahagia, yaa Kakak mimpikan tony lagi, malahan tadi siang Kakak mimpi tony jadi pahlawanku, menolong Kakak yang hampir tenggelam di kolam renang" jawabku padanya "ha.. ha.. ha.." terdengar tawanya yang membuat perasaanku bahagia.

Aku berkata dengan pelan "ton.. kamu nggak akan pernah tinggalkan apalagi melupakan Kakak kan?" tony menjawab dengan suara iba "kak Raffel maapin tony, biar tony jauh dari Kakak sekarang, tapi hati tony tetap dekat sama Kakak, karena tony sudah pernah merasakan kasih sayang yang tiada duanya dari Kakak" jawabannya membuatku meneteskan airmata tapi tony tidak mengetahuinya, perasaanku menjadi lega karena mimpiku salah, dengan mengatur suara aku berusaha mencandainya "tony kamu udah belajar iklan kecap yaa.." dan suara manja yang aku dengar pertama kali ketika tony berusia 12tahun terdengar kembali. "..a..aa.. h" sahutnya mengingatkan padaku ketika aku mencandainya "Waah.. jangan-jangan kamu cacingan". Bila saja saat ini tony ada di sebelahku aku akan mencium pipi-nya dan kukatakan "Kak Raffel sayang padamu".

Kami rutin berkomunikasi hingga enam bulan dan aku selalu mengingatkan tony supaya lebih mengutamakan pelajaran sekolahnya dan setelah masa itu, skala komunikasi kami mulai menurun. Tetapi tidak pernah merubah perasaan kami yang saling menyayangi. Setelah menjelang masa setahun berpisah dengan tony keadaanku mulai pulih kembali, walaupun masih tersisa luka bathin yang sulit disembuhkan. Dalam usiaku yang sudah melewati 26 tahun aku belum bisa menemukan pendamping hidup yang benar-benar aku cintai bahkan aku tidak pernah mempedulikannya, apalagi memikirkannya sejak aku mengenal tony.

Memang dulu pernah tante Lily menginginkan aku bisa memacari keponakannya yang bernama Lucy, kami sempat bertemu beberapa kali tapi perasaan kami tidak ada kecocokkan sehingga tidak berlanjut lagi. Aku juga sangat enggan melangkah ketempat-tempat yang pernah aku datangi bersama tony jika bukan karena terpaksa, terkadang aku pergi sendiri bermain game Daytona tetapi tidak ada rasa nikmatnya lagi. Keinginan seks ku sejak di tinggal tony tidak terlalu berlebihan, aku jarang sekali memikirkannya, apabila niatku benar-benar datang aku hanya melakukan "onani" bahkan keseringan spermaku keluar sendiri saat tidur dengan memimpikan kisah-kisah seks.

Hingga pada suatu kali aku tinggal di sebuah perumahan Jakarta Utara, rumah milik orangtuaku yang sebelumnya dikontrakkan kepada orang lain. Aku lebih memilih tinggal sendiri daripada bergabung dengan orangtuaku walaupun rumah ini tidak terlalu besar aku ingin belajar mandiri, terkadang tony masih suka menelepon ke sini. Di rumah ini aku tinggal setahun lebih sebelum aku memiliki apartemen sendiri, ada pengalaman-pengalaman yang menarik dalam kehidupanku di sini.

Hari sabtu aku sedang libur kerja, ketiga adikku semuanya sudah berkumpul disini, adikku yang sudah menyelesaikan kuliahnya lebih berminat membuka usaha dagang alat-alat electronic dan handphone. Sedangkan kedua adikku yang kecil masih kuliah. Kami ingin mengadakan acara berkumpul dan makan bersama dengan saudara-saudara sepupu kami. Aku memperhatikan satu persatu saudaraku dari wanita sampai laki-laki yang pada umumnya masih kuliah.

Marco adalah putra sulung dari om herry, penampilannya sangat unik menggunakan anting sebelah, rambutnya dicat kuning, gaya bicaranya sok akrab, memang kami sangat menyukainya yang type humoris. Marco datang bersama teman kuliahnya bernama teddy yang berpenampilan sopan juga pemalu. Bagiku mereka biasa saja tidak ada yang aneh. Marco bertanya padaku "kak Raffel, gimana tinggal disini enak nggak, kok kelihatan perumahan disini agak sepi yaa" aku menjawab "yah lumayanlah tidak terlalu berisik lagi pula tetangga disini juga ramah". Marco mulai tertarik "oh ya" aku merasakan ada maksud tertentu dan benar saja "kak Raffel aku pengen coba tinggal di sini sehari bolehkan?, kebetulan ada teddy bisa temanin juga" bagiku tak ada salahnya "yah terserah kamu, kalau mau kalian bisa tidur di kamar sebelah".

Malam harinya aku benar-benar tidak tahan dengan sepupuku ini merokok, minum bir (kedua hal yang aku benci) tapi aku usahakan bersikap baik padanya. Kami berbincang, bermain catur dan teddy ternyata pintar memainkan gitar hingga larut malam. "Marco aku mau tidur dulu deh kalau kalian masih pengen lanjut, terusin aja" kataku sambil menguap. "kak Raffel aku pindahin vCD nya ke kamar yaa mau nonton film sambil tidur aja" pintanya sambil memainkan mata. "Yah sudah, kerjain sendiri" aku tidak mempedulikannya langsung ke kamar dan terlelap.

Pada saat tengah malam aku terbangun karena mendengar suara agak "aneh" di kamar Marco dan teddy. Saat aku menghampirinya pintu kamar mereka masih terbuka dan aku melangkah dengan pelan karena merasakan sesuatu yang tidak beres. Saat pertama aku melihat layar televisi sudah kuduga mereka menonton film porno pria dan wanita sedang "making love", tapi lebih kaget lagi aku melihat Marco sedang melakukan anal sex bersama teddy, dengan cahaya dari monitor TV bisa terlihat jelas Marco memasukkan penisnya ke lubang belakang teddy sambil memompanya. Aku menjadi terangsang melihat perbuatan mereka, "apakah ini sudah direncanakan Marco?" pikiranku. Tapi aku waspada, Marco saudara sepupuku ini nanti bisa membuat masalah bagiku, akhirnya aku tinggalkan mereka dan tidak mempedulikannya lagi.

Kejadian seperti ini membuat aku cukup kaget, pertama kali aku melihat langsung orang melakukan hubungan homoseks, apalagi itu dilakukan Marco yang lucu dan lincah sewaktu kecilnya suka bermain denganku. Cukup lama perbuatan mereka membayangi aku terus, ada perasaan ingin menikmatinya dan ada perasaan was-was juga. Setelah dua minggu kejadian itu pada hari Sabtu siang adikku mengantarkan TV pesanananku, dan setelah selesai membereskan instalasinya, adikku langsung pamit pulang. Aku mengantarnya hingga ke mobilnya, dan tepat saat itu aku memperhatikan rully anak tetanggaku sedang mengutak-atik motornya yang kelihatan sedang mogok.

Setelah adikku pergi, aku sempatkan diri menyapa "rull kenapa motornya, mogok yah" dia menjawab "iya neghh Mas Raffel". Aku sejak dulu sudah memperhatikan Rully yang tinggal berjarak enam rumah denganku, orangtuanya pegawai negeri berasal dari Bandung. "mas boleh pinjam konci nggak aku susah bongkarnya, konciku nggak lengkap" Rully memintaku "okey, tunggu bentar yaa" jawabku. Aku sebenarnya tidak suka mengurus masalah seperti ini, tapi ada hal lain yang membuatku ingin menemaninya bahkan aku sampai membantunya. "Rull, naik motor itu enak yaa? Nggak kena macet, aku nggak bisa naik motor soalnya nggak pernah pake" kataku, kemudian Rully dengan ramah menjawab "nanti habis aku perbaiki Mas Raffel belajar saja".

Aku membonceng Rully dengan motor bebeknya, ternyata tidak sulit bagiku untuk mengendarai motor ini, awalnya hanya perlu keseimbangan dan selanjutnya tidak merasakan apa-apalagi tinggal melaju terus. Aku membonceng anak kelas 3SMA yang masih berseragam sekolah ke tempat makan yang tidak jauh dari komplek kami. Rully ternyata suka makan kwetiau goreng sapi, di rumah makan kami duduk berhadapan, saat memandangi wajah Rully yang ganteng, keinginanku kambuh lagi "rull nanti malam kita nonton film action yok" ajakku. "Boleh Mas aku sedang nganggur kok" jawabnya. Pada saat pulang aku ingin Rully yang membonceng supaya aku bisa mencari kesempatan pikirku, sepanjang perjalanan aku memeluk pinggang Rully dan kuharapkan Rully mengerti keinginanku.

Di dalam bioskop saat pertunjukkan film sedang berlangsung aku ingin sekali memegang tangan Rully, kemudian tanganku kuletakkan di atas tangan Rully dan aku rapatkan jari-jariku diantara jari-jarinya kemudian aku mulai meremasnya, ternyata Rully membalas dia meremas jari-jariku juga, dan aku mulai makin berani tanganku kupindahkan ke sela-sela pahanya kemudian kutempelkan ke penisnya, "mas banyak orang" suaranya pelan kudengar tapi aku tetap teruskan, kuremas-remas lagi penis Rully yang tertutup celana panjangnya dan makin lama kurasakan makin menegang, lama lama tanganku kecapean, aku lepaskan lagi dan hanya memegang tangannya saja sambil menikmati pertunjukkan film sampai selesai. Sudah kuatur rencanaku aku akan mengajaknya tidur di rumahku saja.

Ketika kami tiba di rumah hampir pukul 12 malam, Rully akhirnya bersedia tidur di rumahku karena dia sudah mengerti maksudku. "Rully pernah begituan belum sama laki-laki" aku memancingnya dan ditanggapinya "maksudnya berbuat homoseks, pernah sekali burungku diisep sama temanku mas" akhirnya tanpa menunggu lagi aku menariknya ke kamar yang pernah dipergunakan Marco.

Aku membuka pakainku dan hanya tinggal CD yang menutup penisku, kemudian aku meminta Rully membuka pakaiannya semua juga dan hanya CDnya saja yang tersisa. Aku membaringkan diri di atas kasur kemudian Rully menyusul di sebelahku, sesaat ada "bayangan yang hadir" dan membuat aku takut melakukannya, tetapi nafsuku ingin kusalurkan, tanganku mulai mengerangi tubuh Rully kemudian aku menggenggam penisnya yang sudah menegang dan mulai aku mengocoknya, "rull kamu isepin punya Mas yaa" Rully menuruti "ya mas" kemudian wajahnya diarahkan ke bawah perutku dan dengan tangannya Rully mengangkat sedikit CDku dan penisku terkuak menegang, mulutnya diarahkan ke penisku dan mulai dimasukan kemudian di hisapnya.

Ada suatu "bayangan yang muncul lagi", aku menjadi takut kembali. "rull kamu ngocok di atas perut Mas aja deh" kemudian Rully menghentikan hisapannya, dan mulai memainkan penisnya dan di kocoknya tepat di atas perutku. Aku terdiam hanya memandangi Rully yang merangsang dirinya sendiri, "ehk.. ehk.. ehk" dan ketika kocokkannya makin cepat aku memperhatikan kepala penisnya makin besar dan "crot.. crot.. crot" meluncur di atas tubuhku dan sebagian jatuh ke kasur. Kemudian dengan kedua tangannya Rully melulurkan spermanya di sekitar perutku, tangannya mengelus-elus membangkitkan nafsuku lagi.

Tanpa kuminta Rully mulai mengulum penisku di hisapnya dalam-dalam dan aku sangat kenikmatan. "Bayangan itu muncul lagi" tapi samar-samar kadang menghilang sedangkan isapan Rully makin kuat dan kurasakan spermaku akan keluar. "Bayangan yang hadir" itu makin lama makin jelas "crot.. crot.. crot" kurasakan kenikmatan sewaktu menembakan spermaku tetapi bersamaan dengan tetesan airmataku yang mengalir. Bayangan yang muncul dalam pelupuk mataku dari awalnya tidak jelas tetapi pada saat terakhir aku melihat wajah "seorang bocah meneteskan airmata" bocah yang aku sayangi.

Aku berkata dalam hati "ampuni Kakak, Kakak rindu padamu, kamu jangan menangis lagi". Rully membersihkan sperma di tubuhku dengan tissue sambil berkata "mas maapin Rully yaa, kenapa menangis mas" aku segera bangun dan memakai baju dan berkata padanya "Rull nggak baik kita berbuat begitu, maapin Mas Raffel yaa, Mas janji nggak akan berbuat begitu lagi padamu". Setelah membersihkan diri kami tidur bersama di kamarku.

Pukul 04.00 aku terbangun dengan bunyi alarm dari HP ku, aku melihat Rully masih tertidur lelap di sebelahku. Aku menuju ruang tamu dan memutar nomor telepon tujuan merlbourne, "hallo" suara tante Lily menjawab "pagi tante, tony sudah bangun Raffel pengen ngomong". Tante Lily berbincang sesaat denganku dan menanyakan keadaanku, setelah itu suara tony menyahutku "salam Kakak sayang, pakabar Kakak?" jawabku seperti biasa "salam tony manja yang Kakak rindukan setiap saat, Kakak sehat-sehat aja" dan kuteruskan kembali "semalam tony menangis?" tony menjawab "yaa, karena tony rindu sama Kakak setelah melihat foto Kakak" kataku lagi "ton maapin Kakak yaa mungkin Kakak bersalah pada tony, Kakak telepon tony saat ini karena ka.. Kak sa.. ngat ka.. ngen pa.. da to.. ny" airmataku mengalir tidak tertahan lagi, suara tangisku terdengar oleh tony. "ka.. Kak kenapa?, ka.. Kak ja.. ngan mena.. ngis".

Suara tony terdengar mulai menangis "to.. ny sudah men.. jadi anak baik sekarang, to.. ny nggak pernah ber.. buat macam-macam karena to.. ny ingat pesan ka.. kak, ka.. Kak jangan nangis lagi". Aku berusaha mengatur suaraku agar tidak terdengar menangis agak sulit bagiku "ton Kakak ngantuk mau tidur nanti malam Kakak telepon lagi yaa, dah.. dah" tony menyahutku dengan suara pelan "tony akan baik-baik saja, sekarang tony mau pergi dengan mama, selamat tidur Kakak sayang, dah.. dah". Kututup gagang teleponku dan airmataku terus mengalir, aku menangis menyesali perbuatanku yang selama ini telah kupertahankan akhirnya gagal juga. Aku hanya bisa berjanji dan berjanji agar tidak melakukan perbuatan seperti ini lagi.

Aku membuka album foto dengan cover depannya yang sengaja kubuat tulisan besar ANTONY-14, lembar demi lembar kuperhatikan dan kubayangkan saat saat kejadian dalam foto itu. Saat kuperhatikan lembar foto tony di depan kue ulang-tahunnya yang ke 14, wajahnya tampan, dengan lekuk-tawa dibibirnya giginya yang putih kecil-kecil terlihat jelas dan lesung pipinya yang membuatnya terlihat sangat manis. Ingin kuperhatikan lebih jelas lagi, kubuka plastik penutupnya dan kuangkat foto itu agak lengket dengan albumnya kudekatkan semakin dekat ke mataku.. "Mas fotonya jadi semua? ada yang blank nggak?" sambil kuperhatikan foto ulang-tahun tony yang ke-14 ini waa.. aku suka sekali, wajah tony manis sekali dalam foto ini.

Setelah membayar dan menerima semua foto yang kucetak di Fuji Image Plasa, aku segera berlalu dari counter. "mungkin tony sudah selesai makan" muncul dalam pikiranku, tadi aku meninggalkan tony sendirian di foodcourt karena aku ingin lebih cepat bisa mengambil foto ini dulu. "ton, ayo sudah hampir malam kita harus pulang" kulihat tony sedang mencuci tangan di washtafle. "let's go home, tony udah beres" sahutnya, aku segera mengandeng tangan adikku yang paling aku sayangi seumur hidupku ini. Kemaren tony merayakan ulang-tahun ke-14 bersama teman-temanya di sebuah café, dan hari ini aku berjanji akan mengajaknya berkeliling mall. Sejak pagi kami sudah mengelilingi tiga mall besar sambil melakukan kegiatan makan, nonton, main game dan berbelanja.

Di dalam mobil tony memperhatikan satu persatu foto ulang-tahunnya, sesekali aku menatapnya sungguh asyik sekali tony memandangi fotonya. Sampai di rumah Pak dudung membuka pintu gerbang dan segera kumasukkan mobilku dalam garasi. "dek Raffel, tadi ibu telepon katanya pulang agak malam urusannya belum beres" Pak dudung menginformasikan padaku. "ya Pak dung, makasih" sahutku. Badanku terasa pegal sudah kubayangkan tubuhku berendam dalam airhangat. Segera aku ke kamar mandi atas sambil membuka pakaianku, sedangkan tony membaringkan tubuhnya di sofa ruang tengah sambil memencet remote TV. "ton Kakak mandi duluan yaa.." teriakku pada tony. "Okey deh!" sahutnya tidak kuperhatikan gerakannya.

Aku penuhi bathtube dengan air dingin kemudian kucampur dengan air panas setelah terasa hangat aku berendam di dalam dengan hanya mengunakan celana dalam, aku bermalas-malas sambil tiduran, terasa hangat sekali tubuhku yang lelah ini. Tok.. tok.. tok "Kakak, tony masuk yaa.." suara tony terdengar dari depan pintu kamar mandi. "yaa..!" sahutku pelan karena hampir tertidur, aku jarang mengunci kamar mandi bila sedang mandi karena sudah terbiasa. Pada awalnya karena sering diganggu tony jika aku sedang mandi, sebentar-sebentar ia ingin ke kamar mandi buang air kecil walaupun aku sedang mandi di dalam, ada saja alasannya tapi aku tidak pernah risih.

Seperti biasa kupikir kali ini tony ingin kencing, pintu di buka dan tony hanya menggunakan celana dalam saja "Kakak tony mau mandi juga yaa" sahutnya, sambil membuka mata aku membalas "ooh.. tony mau mandi juga ya sudah". Kuperhatikan tony menghidupkan shower dan mandi berpancuran. "ton kesini rendam air hangat bersama Kakak" mendengar perintahku tony segera masuk ke dalam bathtube dan sekarang kami sudah bersama di dalam bathtube duduk berseberangan.

Kumainkan jari-jari kakiku ke pinggang dan ketiak tony "hehehe..hahaha..ka.. kak.. tony geli nggak tahan.. hehehe" tony tertawa kegelian. Saat kulepaskan tony merendam wajahnya ke dalam air kemudian wajahnya terangkat lagi dengan pipi mengembung tepat di arahkan ke wajahku dan "phuu.." air dari mulut tony disemburkan ke wajahku. "tony nakal" kataku, kulihat tony ingin mengulanginya lagi, saat wajahnya dicelupkan ke dalam air, secepat mungkin aku menangkap tubuhnya dan kuangkat, sekarang tony dalam dekapanku dan wajahnya tepat dalam tatapanku, pipinya menggembung mulutnya telah terisi air, kutatap kedua bola mata tony demikian juga tony mengarahkan tatapannya ke bola mataku, kutatap lebih dalam lagi menelusuri isi hatinya yang telah menjadi milikku.

Kunantikan semburan berikutnya, "Kakak sudah siap, semburkan sekuat tenagamu sayang, Kakak senang menerima permainan ini jika hati tony bersuka cita karenanya" ucapan dalam hatiku, lama kunantikan tidak disemburkan juga, kulihat tony memejamkan matanya. Urat-urat kecil di pipinya terlihat jelas karena terlalu lama menahan air di dalam mulutnya, kulitnya terlihat seakan transparan. Seperti tertarik magnet mulutku langsung menyumbat bibirnya yang merah, kurasakan air dalam mulut tony mengalir pelan melalui mulutku dan terus terdorong masuk ke tenggorokanku, kubiarkan lolos masuk ke dalam perutku walaupun air bekas rendaman tubuh kami yang penting berasal dari mulut tony yang aku cintai.

Sesaat kami terdiam kemudian kutatap kembali wajah tony yang cakep ini, matanya kembali tertuju padaku semakin dekat persaanku terhanyut dan kutempelkan bibirku dengan bibirnya. Tony membalas, lidahnya dimasukkan dalam mulutku akhirnya kami saling melumat, suara desah kami diringi dengan suara air yang ber-adu terkena gesekan kami. Kuangkat tony sampai berdiri kemudian aku berlutut di depannya kubuka CDnya dan terlihat penisnya yang besar sudah menegang, mulai kuhisap dengan hitungan yang kuatur, dan kukulum dalam-dalam seakan ingin merasakannya sampai habis.

Tony merintih kenikmatan "ahk.. ahk.. ahk" aku semakin menguatkan hisapanku, aku ingin balas kekalahanku semalam. Semalam aku tidak berhasil menelan sperma tony karena kerongkonganku tersedak penis tony sehingga aku muntah, hari ini aku ingin mendapatkannya. Ketika penis tony semakin keras aku mempermainkan lidahku di ujung penisnya dan tony semakin mendesah "akk..akk.ahk" dan akhirnya kurasakan "crot.. crot.. crot" sperma hangat menembak kerongkonganku, langsung kutelan dan kujilati sisa-sisa yang tertinggal di penis tony hingga bersih.

Tony juga menginginkan bagiannya, aku duduk di atas pinggiran bathtube dengan posisi melebarkan kedua pahaku. Wajah tony mendekati selangkanganku dan lidahnya mulai menjilati penisku yang mulai mengeluarkan precum. Kemudian mulutnya mulai mengulum, penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Aku mendesah kenikmatan tidak tahan lagi dan "crot.. crot.. crot" semburan spermaku di dalam mulutnya dan semuanya bersih ditelannya. Aku memeluknya lagi mengelus wajahnya, menciumnya dan kukatakan "ton, Kakak sangat sayang padamu".

Aku mendekap tubuhnya kuat sekali dengan tatapan senyum manisnya yang penuh dengan rasa manja. Masih berendam di bathtube aku membopong tubuhnya seperti seorang bayi kudekatkan ke dadaku, membelai rambutnya dan mengecup keningnya, tony memejamkan mata sambil menikmati dekapan hangat Kakaknya yang sangat memanjakannya. Kupeluk erat sekali kemudian kubisikkan "tony adalah segala-galanya bagi Kakak". Aku ingin mendekapnya terus, tak ingin kulepaskan lagi..

Terdengar suara motor berhenti di depan pintu, segera kumasukkan kembali foto ulang tahun tony ke dalam album dan kutempelkan kembali plastik pelindungnya. Secepat mungkin aku membereskan album foto ANTONY-14 ini dan kusimpan, aku kedatangan tamu istimewa. Rully masuk ke dalam, seperti seorang prajurit menyerahkan scroll pada raja "ini Mas aku serahkan kotak wasiatnya" aku menerima kotak CD film seri yang dipinjam ayahnya sambil tertawa "hehehe kamu.. kaya ketemu raja saja". Sejak kejadian dengannya, Rully sering bermain ke rumahku, dia tidak sendiri bahkan adik-adiknya sekarang juga sedang bermain game playstation di kamar.

Rully mempunyai dua orang adik niko berusia 13 tahun dan mia berusia 11 tahun. Mereka semua sudah akrab denganku dan aku sering membeli makanan dan kuoleh-olehkan padanya. Walau kadang-kadang aku berhayal ingin bermain seks dengan laki-laki tapi aku tidak pernah punya niat melakukannya dengan Rully yang teryata laki-laki normal. Aku menganggap mereka sebagai adik-adikku jadi mereka sangat bebas bermain di rumahku. Bahkan Rully sudah seperti saudaraku dia sering membantuku. Setelah menetap setahun lebih di perumahan ini aku berniat pindah ke sebuah apartemen yang kubeli sendiri dengan sebagian uang dari mamaku.

Kubenahi baju-bajuku dan kumasukkan ke dalam koper, adikku semuanya sibuk membantu memasukkan barang-barang kecil milikku ke dalam dus-dus agar mudah di bawa. Rully juga sibuk mengatur barang-barangku ke dalam mobil box. Hari ini aku akan pindah ke apartemenku, lokasinya cukup jauh dari rumah yang kutinggalkan sekarang. Aku menjabat tangan Rully sambil mengucapkan terima kasih, dan aku mengelus pundaknya "Rull, jaga adik-adikmu baik-baik, jangan sampai mereka jadi anak-anak nakal, Mas Raffel akan telepon kamu sewaktu-waktu" pesanku.

Kemudian aku mengelus kepala niko dan mia "jadi anak baik-baik yaa dan rajin belajar" mereka mengangguk "terima kasih Mas Raffel, niko akan rawat PS-nya" sahut niko. Aku menghadiahkan mereka playstation karena kasihan mereka selalu ke rumahku untuk bermain. Kemudian aku bersalaman dengan kedua orangtua Rully "makasih yaa nak Raffel jangan lupa main-main kemari lagi" ucapan dari ayah Rully.

ku menyerahkan sebuah shopping bag berisi handphone kepada Rully kemudian aku berangkat meninggalkan mereka semua. Dari balik kaca mobil aku masih melihat Rully sangat terkejut dan senang, yah keinginannya sudah terwujud, selama ini dia berusaha menabung untuk membeli HP seperti teman-temannya yang sudah menggunakan HP. Karena aku sayang padanya maka memberinya sebagai hadiah.

Aku masih mendengar teriakan Rully "mas Raffel terima kasih banyak..! hati-hati mas" kuhentikan mobil sejenak dan kulambaikan tangan kepada Rully "selamat berpisah Rully" kuucapkan dalam hati dan melanjutkan perjalananku. Kutinggalkan komplek perumahan yang aku huni setahun lebih, rumahku yang pernah meninggalkan kenangan bersama Rully, "Selamat tinggal Rully jadilah anak yang baik demi masa depanmu".

Hal pertama yang aku kerjakan setiba di apartemenku, aku menggantung foto tony di dinding kamarku. Sengaja kugantungkan dengan sudut pandang yang tepat dari tempat tidurku, sehingga jika aku ingin tidur bisa mudah menatap foto tony. Apartemen ini cukup strategis, suasananya tenang aku merasakan seakan tempat ini penuh kedamaian. Tapi siapa yang tahu kehidupan kita bisa berubah?

Aku tinggal dalam apartemenku ini hampir tiga tahun, tetapi justru pada masa inilah yang membentuk aku menjadi seseorang petualang cinta sesama jenis. Tinggal di apartemen ini membuat aku mudah tergoda dan mudah mendapatkan akses untuk berhubungan homoseks. Aku mengenal puluhan remaja dan pemuda dari semua type kurasakan kenikmatan tubuh mereka yang pada umumnya masih kuliah atau bersekolah. Yaa kehidupanku di sini bersama ANAK-ANAK NAKAL.

Kadang-kadang ada perasaanku ingin melepaskannya tetapi aku tak kuasa melawan rangsangan-rangsangan yang mereka luapkan membuat aku terus ingin menikmatinya. Namun apa yang aku peroleh bukan kebahagian, keseringan terjadi kekecewaan dalam hidupku. Di sinilah karakterku benar-benar terbentuk hingga akhirnya aku berjumpa kembali dengan tony yang berusaha menyadarkan aku.

"Aku pernah menyayangi seorang bocah yang kukenal sejak dia berusia 12 tahun, ketika aku benar-benar memilikinya dan aku sangat membutuhkannya dia meninggalkanku saat berusia 16 tahun untuk membentuk masa depannya. Walau hidupku menjadi goncang saat ditinggalkannya tetapi aku selalu ingat bahwa aku masih memilikinya sebagai tanggung jawabku sampai aku tidak memiliki kehidupan di dunia ini lagi. Aku sudah berjanji padanya dan aku harus menepatinya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.