Jumat, 22 Juni 2012

Layu Sebelum Berkembang 2

Dua tahun telah berlalu sejak Roni meninggalkan rumahku. Kini aku telah duduk di bangku SD kelas 2. Walaupun awalnya sulit bagiku untuk melupakan peristiwa masa lalu, tapi sejak masuk SD aku sudah keasyikan bermain dengan teman-teman baru di SD, sehingga kenangan buruk itu tidak lekat lagi di ingatanku. Mungkin "tragedi" itu tidak akan terlalu mempengaruhi jalan hidupku kelak, seandainya apa yang akan ku ceritakan berikut ini tidak pernah terjadi. Ibarat lolos dari mulut harimau masuk ke mulut buaya...

Adalah Hendro, juga masih sepupu jauhku yang berasal dari kampung nenek. Ketika itu ia masuk kelas 1 SMP, di sekolah yang sama dengan SD-ku (satu yayasan dan sekompleks). Hendro adalah anak remaja yang pemalu dan jarang bicara. Kehidupan pribadinya seakan-akan tertutup bagi orang lain. Mungkin itulah sebabnya mengapa ayahku tidak menaruh curiga sama sekali terhadapnya, meskipun dulunya telah ada pengalaman buruk dengan Roni. Mengingat sekolah kami berada di lokasi yang sama, maka setiap hari aku pergi dan pulang sekolah bersamanya. Hal itu membuat kami jadi sangat akrab. Apalagi aku sering tidur di kamarnya ketimbang kamar Bunda pengasuhku yang kondisinya sudah sakit-sakitan akibat hipertensi.

Awalnya memang tak ada kejadian aneh antara aku dan Hendro. Dia biasanya suka mengusap-usap kepalaku sampai aku tertidur setiap malam. Suatu kali aku terbangun tengah malam, mungkin karena mimpi buruk. Aku kaget melihat Hendro berbaring di sampingku dalam keadaan bugil, tapi ia tidak menyadari kalau aku sedang terjaga. Ku lihat tangan kirinya memegang sebuah majalah, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus batang penisnya... benda yang dulunya pernah akrab denganku saat Roni masih ada! Sambil tetap pura-pura tidur, aku mengintip majalah yang sedang dibacanya. Ternyata itu gambar porno laki-laki dan perempuan sedang berhubungan seks. Hendro mulai mengocok-ngocok batang kemaluannya sambil merintih pelan. Melihat hal itu, mataku jadi terbelalak, dan Hendro langsung menyadarinya.

"Eh, kamu terbangun rupanya", sahutnya kaget seperti maling kepergok.

"Iya kak, aku mimpi buruk", mataku tetap menatap tajam ke arah kontolnya yang sedang tegak.

"Kenapa, Ver? Oh ini...", ujarnya sambil menunjuk ke arah kontolnya, "kamu juga punya kan?! Coba sini kakak lihat."

Hendro mengarahkan tangannya ke arah selangkanganku. Aku berusaha membalikkan badan karena malu, tapi tangannya terlalu kuat untuk ku hindari. Dalam hitungan detik jemari tangan Hendro telah terselip di balik celanaku, menyergap "burung"-ku yang masih mungil.

"Wah, panjang juga burungmu, dik... kalo udah besar nanti pasti galak deh. Sini kakak bantu, bair cepat besar."

Hendro mulai memeloroti celanaku. Aku hanya diam bagai tersambar petir. Kejadian setelah itu sungguh di luar dugaan. Hendro tiba-tiba membungkukkan kepalanya ke arah kontolku, tak lama kemudian batang penisku yang masih sekecil jari kelingking itu tenggelam ke dalam rongga mulutnya yang besar. Walaupun masih berusia 6 tahun, tapi aku sudah bisa merasakan kenikmatan saat lidah Hendro mempermainkan batang kecilku. Aku menggeliat menahan enak bercampur geli yang seolah merambat ke sekujur tubuhku.

Kejadian selanjutnya sudah bisa diduga. Hendro juga menyodorkan batang penisnya ke arah mulutku yang mungil. Bak ketemu sobat lama, aku tak perlu diajari lagi bagaimana cara memperlakukan batang kenikmatan itu. Pengalaman masa lalu yang telah nyaris terlupakan, kita tiba-tiba memenuhi sel-sel otakku. Hanya saja kali ini aku bukan bayi mungil lagi, tapi bocah kecil yang sudah tahu hitungan matematika.

Permainan pun berlanjut semakin memanas. Akhirnya Hendro mencapai puncaknya. Dibenamkannya penisnya ke dalam rongga mulutku yang kecil dan...

"Aaaahhhh....", Hendro merintih kenikmatan sambil menghujamkan batangnya nan keras. Serta merta cairan lahar putih itu mengalir masuk ke kerongkonganku. Rasanya agak pahit, mungkin karena sudah lama aku tidak mengkonsumsinya. Setelah itu Hendro pun terkulai lemas. Selang beberapa saat, Hendro mengocok kontolku hingga aku mencapai puncak. Hanya saja saat itu aku masih belum punya sperma, jadi tidak ejakulasi.

Sejak saat itu aku dan Hendro sering melakukan hal semacam itu. Tentunya tanpa sepengetahuan siapa pun. Jika sedang berduaan denganku sikap Hendro berbeda sekali, sebab di depan orang lain ia tetaplah remaja pemalu. Tak tahunya di balik sikap pemalunya itu tersembunyi sisi jiwanya yang lain. Kami terus berhubungan intim sampai Hendro lulus SMP dan masuk SMA di kota lain. Pada saat itu aku sudah duduk di kelas 5 SD. Memang masih tergolong anak ingusan, tapi telah "masak" karbitan. Pengalaman hidup telah memaksa aku menjadi dewasa secara seksual sebelum waktunya. Sudah terlambat untuk dihentikan. Aku telah berubah menjadi penghisap kontol yang handal, bahkan mungkin melebihi kepiawaian para gigolo profesional. Aku benar-benar tahu bagaimana cara memberi kenikmatan dengan lidah dan rongga mulutku pada setiap kontol yang masuk ke sana di kemudian hari.

Ya, inilah aku yang sebenarnya. Jadi, sebenarnya pengalamanku dengan Franky bukanlah yang pertama. Hanya saja perlu ku akui bahwa memang aku jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan Franky. Karena sebenarnya pengalaman di masa kecilku ini belum benar-benar ku tanggapi dalam konteks seksual.

Untuk selanjutnya, aku akan tuliskan kisah hidupku di masa SMA sampai saat ini secara berkelanjutan. Bagaimana aku jatuh ke pelukan banyak lelaki, dan bagaimana aku mendapatkan "keperjakaan" beberapa temanku.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

51C021F6 umur aq 16..sambas

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.