Jumat, 06 April 2012

Suami-Suami Metropolis VI : Cerita Merry

I

Sebenarnya aku sangat malu menceritakan hal ini. Karena apa yang akan kuceritakan nantinya adalah aib bagi diriku. Selama ini cerita itu aku simpan saja di batinku yang membuatku akhirnya jadi tertekan batin seperti ini. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku benar-benar bingung.

Sebelumnya kuperkenalkan dulu diriku. Namaku Merry. Usiaku dua puluh empat tahun. Aku menikah pada usia dua puluh satu tahun dengan Bang Frans, suamiku. Saat itu usianya dua puluh tujuh tahun. Menikah dengan Bang Frans kurasakan sebagai suatu anugerah saat itu. Suamiku berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya di Medan. Kami berdua memang berasal dari Medan. Bertemu di Jakarta saat kuliah. Kami kuliah di perguruan tinggi yang sama, hanya fakultas saja yang berbeda. Bang Frans itu adalah cowok idola di kampusku. Begitu banyak cewek-cewek kampus yang terpikat padanya. Rata-rata mereka itu cantik-cantik dan tajir. Ternyata dia memilihku, seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana kebanyakan. Meskipun tanpa maksud menyombongkan diri, kecantikanku menjadikan diriku salah seorang dari beberapa primadonna di kampus.

Sejak masa pacaran sampai menikah dengan Bang Frans, tak kutemukan prilaku seksual yang aneh padanya. Ia sangat normal dan wajar. Hanya gairahnya memang sangat luar biasa. Keperkasaannya saat menggauli sangat dahsyat dan prima, membuatku begitu terpuaskan. Dia pria yang sangat jantan.

Namun segala kebahagiaanku punah sudah. Aku kini merasa sangat jijik melihat suamiku itu. Dan itu sudah berlangsung sejak enam bulan lalu, saat anak pertama kami lahir. Saat itu aku memang tak bisa melayani kebutuhan sexnya karena kondisiku yang baru melahirkan. Aku tak tahu setan apa yang merasuknya. Perbuatannya sungguh nista dalam pandanganku. Suamiku berzinah dengan orang lain. Dan itu kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.

Perbuatannya yang berzinah dengan orang lain itu saja sudah membuatku sangat marah. Padahal selama ini aku sudah berusaha untuk menjadi istri setia yang memenuhi segala kebutuhannya. Namun, disaat aku tak bisa melayaninya dia tega melakukannya dengan orang lain. Dan gilanya lagi dia berzinah dengan laki-laki. Dan laki-laki itu adalah Darwin, keponakanku sendiri!

Mereka melakukannya di kamar tamu, saat Darwin dan kedua orang tuanya mengunjungi kami, karena persalinanku itu. Ibu Darwin adalah kakak kandungku yang tertua. Benar-benar edan!

Saat itu pukul dua dini hari. Aku terbangun karena bayiku menangis. Kulihat suamiku tak ada di kamar bersamaku. Setelah kususui anakku dan diapun kembali tertidur lelap aku menunggui suamiku kembali. Namun sampai setengah jam ia tak kunjung kembali juga. Aku berniat mencarinya. Kemudian dengan tertatih-tatih aku keluar kamar.

Aku menuju dapur. Kupikir ia ada disana. Berjalan menuju dapur aku harus melalui kamar tamu tempat Darwin tidur. Lamat-lamat kudengar suara-suara mendesah dan mengerang dari dalam kamar keponakanku itu. Nakal juga keponakanku ini, pikirku, sempatnya-sempatnya dia coli di rumahku. Tak kuhiraukan apa yang dilakukan Dariwin di dalam kamar, aku terus berjalan menuju dapur. Kupikir remaja seusia Darwin wajar sajalah begituan. Mendingan juga begitu, daripada dia menyalurkannya dengan melakukan pergaulan bebas, kataku dalam hati.

II

Tak ada orang di dapur. Ruangan dapur gelap gulita karena lampunya dimatikan. Kemana suamiku ya? Pikirku. Aku berjalan kembali ke kamarku. Lagi-lagi aku harus melewati kamar tamu. Dimana ada Darwin di dalamnya. Entah kenapa keisenganku datang. Aku berdiri di depan pintu, mencoba mendengar lebih jelas suara-suara desahan dan erangan yang berasal dari dalam kamar itu. Saat suara itu semakin jelas aku serta merta kaget. Jantungku berdebar keras. Suara itu bukan milik satu orang saja, berarti ada orang lain di kamar Darwin. Tapi siapa? Jangan-jangan dia ngerjain pembantu kami lagi. Tapi apa mungkin Darwin mau melakukannya dengan Mbok Sum. Perempuan itu kan sudah tua. Terus sama siapa dong? Tanyaku dalam hati.

Aku mencari-cari lobang yang bisa kugunakan untuk mengintip. Si Darwin harus digrebek nih. Masih remaja gitu, umurnya belum genap enam belas tahun, kok berani melakukan perbuatan mesum. Di rumah tantenya lagi. Tak sengaja tanganku menyenggol daun pintu. Eh, pintu kamar itu tak terkunci rupanya. Dan juga tak tertutup rapat. Pantas saja aku bisa mendengar suara-suara itu dari luar. Kukuakkan celah daun pintu itu sedikit. Tak terlalu lebar, namun aku sudah bisa mengintip apa yang terjadi dalam kamar.

Ruangan kamar itu bercahaya remang-remang. Mataku langsung menangkap pemandangan cabul di dalam kamar. Dugaanku benar. Darwin memang sedang ngentot dengan seseorang. Tepatnya dia sedang dientot. Astaga, yang mengentotnya itu adalah suamiku!

Oh Tuhan, ini benar-benar gila. Suamiku yang ganteng dan bertubuh kekar itu kulihat mandi keringat. Dia sangat bernafsu mengentot Darwin yang menungging. Sama bernafsunya seperti saat Bang Frans mengentot denganku. Keponakanku yang masih duduk di kelas satu SMU itu terlihat meringis-ringis sambil mendesah-desah. Dia sangat keenakan dientot suamiku. Pantatnya bergerak menghentak-hentak membalas hentakan pantat suamiku yang cepat dan keras.

Tangan kanan suamiku mencengkeram kuat buah pantat Darwin yang putih dan bulat sexy itu, sementara tangan kiri suamiku melakukan coli di kontol Darwin yang besar dan tegak keras. Dada bidang dan perut rata suamiku menyatu dengan tubuh bagian belakang milik Darwin. Mulut suamiku sibuk menciumi leher dan punggung keponakanku itu.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku tak berani menggerebek mereka karena bukan tak mungkin akan membangunkan kedua orang tua Darwin. Dan kalau sampai mereka tahu, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.

III

Aku benar-benar tak habis pikir mengapa mereka bisa melakukannya. Kok bisa-bisanya suami melakukan sodomi pada Darwin dan keponakanku itu bersedia. Malah kulihat dia sangat menikmatinya. Apa tuh bocah gak kesakitan lobang pantatnya diobok-obok kontol suamiku yang gemuk panjang bak timun itu?

Kepalaku jadi pusing. Tapi meski begitu aku tetap terus mengintip apa yang mereka lakukan. Aku penasaran dengan apa yang akan terjadi kemudian. Peristiwa ini baru pertama kali kusaksikan seumur hidupku ini. Perasaanku campur aduk antara marah, kecewa, dan juga ingin tahu.

Setelah beberapa saat Bang Frans melepaskan kontolnya dari lobang pantat Darwin. Kontol suamiku yang gemuk panjang kulihat mengkilat. Ia tak menggenakan kondom. Suamiku kemudian berbaring telentang di atas ranjang. Darwin kemudian menindihnya. Mereka berciuman buas sambil tersenyum-senyum mesum. Tubuh mereka yang berkeringat saling menggesek-gesek. Tak lama Darwin bangkit dari menindih suamiku. Dia bersimpuh diantara paha Bang Frans. Kemudian kedua tangannya memegang betis suamiku kiri dan kanan. Kedua kaki Bang Frans dikangkangkannya lebar-lebar.

“Sekarang giliran Darwin yang ngentotin om ya,” katanya dengan suara abgnya yang ngebas.

“Iya Darwin. Mulailah. Entot om sekarang,” sahut suamiku. “Om dah gak sabar pengen ngerasain kontol Darwin di dalam lobang pantat om ini,” tambah suamiku lagi. Huh!

Dan, terjadilah. Darwin dan suamiku melakukan coitus melalui lobang pantat. Darwin yang bertubuh langsing namun atletis karena rajin olah raga itu begitu bergairah saat mengentoti suamiku. Kontolnya yang cukup besar untuk anak seusianya itu kulihat dengan lincah menggasak lobang pantat Bang Frans.

Suamiku sangat keenakan. Kakinya dilingkarkannya pada pinggang Darwin. Tangannya dilebarkannya di atas tempat tidur memamerkan bulu ketiaknya yang lebat dan basah. Pantat mereka bergerak berbalasan berirama. Wajah ganteng suamiku memandang lurus ke arah wajah Darwin. Mereka bersenggama dengan riang. Penuh senyum. Mulut suamiku mengeluarkan kata-kata cabul yang semakin menambah gairah keponakanku menyenggamainya.

“Ohh.. Darwin.. kamu hebat ohh.. entot om sayang. Entot om.. kerasshh.. kerashh.. ahh.. ahh.. kuathh.. kuathh…,”

“Omm.. enak omm.. ohh.. pantat omm enak.. ohh.. lebih enak dari memek Vonny omm.. ohhh….,” racau Darwin menanggapi kata-kata suamiku. Benar-benar edan, si Vonny itu adalah ceweknya di sekolah. Pernah diperkenalkannya padaku. Ternyata gadis cantik yang kulihat sangat lembut itu sudah pernah juga digauli oleh si Darwin.

“Ohhh.. kontol kamuhh.. ohhh… juga enak Winhh… ohhh… ohhh…,” suamiku meracau cabul lagi.

“Enank om? Enak? Ohhh……,” tanya Darwin mengkonfirmasi.

“Enak sayang, enak banget.. ohhh… jauh lebih enak dari dildo punya tantemu, ohhhh… ohhhh…,” sahut Bang Frans.

Apa?!!! Suamiku ternyata tahu dimana aku menyimpan dildo itu. Kupikir selama ini ia tidak mengetahuinya. Dan ternyata lagi, dia ikut juga menggunakannya rupanya.

Suamiku melengkungkan tubuhnya ke atas sedikit. Mulutnya mencari-cari dada bidang Darwin. Setelah ketemu dengan ganas ia langsung melumat dan mengulum pentil dada keponakanku itu. Tak puas dengan itu saja, ketiak Darwin yang ditumbuhi bulu-bulu halus juga diserbunya.

Darwin menghentak-hentakkan pantatnya semakin keras dan cepat. Sepertinya keponakanku akan segera orgasme. Benar saja, tak lama kemudian spermanya tumpah dalam wadah yang disediakan oleh suamiku, yaitu lobang pantatnya Bang Frans sendiri. Setelah itu tubuh Darwin lemas. Dia berbaring telentang disamping suamiku, kulihat nafasnya ngos-ngosan. Batang kontolnya yang masih mengacung tegak kulihat mengkilat karena belepotan spermanya sendiri.

Suamiku bangkit dari telentangnya. Meski Darwin masih ngos-ngosan ia tak peduli. Ia mengangkangi wajah ganteng Darwin. Kemudian kontolnya yang gemuk panjang itu dibenamkannya kedalam mulut Darwin. Meskipun masih kelelahan Darwin tak menolak perlakukan suamiku itu padanya. Ia langsung mengulum-ngulum kontol suamiku.

Pantat suamiku bergerak naik turun. Suamiku mengentoti Darwin pada mulutnya. Kulihat Darwin agak kerepotan. Gimana dia gak repot, dengan cuek kontol suamiku itu memasuki mulutnya dalam-dalam. Aku yakin kerongkongan Darwin pasti ditembus oleh kepala kontol suamiku yang bulat bak jamur itu. Apalagi saat jembut suamiku yang lebat itu menyentuh mulut dan hidungnya. Pasti membuatnya susah bernafas.

Tapi itulah, Darwin tak berkeberatan dibegitukan oleh suamiku. Ia malah sangat menikmatinya. Pipinya kulihat mengempot-ngempot. Remaja ganteng itu pasti melakukan sedotan kuat-kuat pada batang kontol suamiku. Aku saja belum pernah melakukan hal seperti itu pada Bang Frans. Dengan suamiku itu aku tak pernah melakukan hubungan sex yang aneh-aneh. Semuanya yang biasa-biasa saja. Hanya melalui memek doang. Bang Frans memang pernah memancingku soal oral. Dia bertanya tanggapanku soal itu. Waktu itu langsung kujawab kalo hal itu aneh buatku. Dan aku tak bakalan mau melakukannya. Kulihat waktu itu reaksi Bang Frans biasa-biasa saja atas jawabanku. Namun memang sejak itu ia tak pernah lagi memancing-mancing perilaku seksual yang ekstrim. Apa karena itu ia kemudian mencarinya dari orang lain. Entahlah? Tapi kenapa dia harus melakukannya dengan laki-laki? Kenapa dengan pelacur perempuasn saja? meskipun marah, mungkin aku lebih bisa memaafkannya dibandingkan apa yang dilakukannya saat ini bersama Darwin.

Cukup lama Bang Frans mengentoti mulut Darwin. Suamiku pasti keenakan hingga dia betah mengentoti mulut itu. Darwin pun kulihat enjoy dibegitukan Bang Frans. Tak sejenakpun kontol suamiku itu dilepaskannya dari mulutnya. Bahkan saat suamiku orgasmepun dia terus mengepit kontol Bang Frans dengan mulutnya. Gila! Aku melotot melihat jakun Darwin yang bergerak-gerak saat sperma Bang Frans tumpah ruah. Keponakanku itu menelan seluruh sperma suamiku dengan lahap. Bukan itu saja, setelah orgasme suamiku usai, Darwin menyuruh suamiku membuka celah pantatnya lebar-lebar, dengan tanpa merasa jijik keponakanku itu menjilati lobang pantat suamiku yang belepotan dengan sperma miliknya sendiri yang tadi disemburkannya disitu.

Suamiku tak mau kalah rupanya. Kontol Darwin yang masih setengah keras dan belepotan sperma dimasukkannya dalam mulutnya. Seperti sedang menyeruput es krim suamiku asik menyelomoti batang kontol Darwin. Membersihkan batang kontol itu dari sisa-sisa sperma Darwin yang melekat disana.

IV

Oh Tuhan, sejak melihat peristiwa itu aku rasanya mau mati saja. Tapi untuk bunuh diri aku tak berani. Aku takut. Melihat suamiku aku rasanya jijik sekali. Begitu pula melihat Darwin. Tak kusangka keponakanku yang ku kira anak baik-baik itu ternyata bejat sekali. Tega dia mengkhianatiku tante kandungnya sendiri.

Setelah darah persalinanku kering, Bang Frans memintaku untuk melayaninya. Aku rasanya pengen menolak, tapi tak berani. Akhirnya kulayani saja meskipun birahiku tak ada sama sekali. Supaya dia tak curiga aku berpura-pura sangat menikmati persenggamaan kami. Padahal, aku tak bisa orgasme saat disenggamainya waktu itu. Bayangan apa yang dilakukannya bersama Darwin benar-benar mengganggu pikiranku.

Lama-lama aku tak tahan juga begitu terus. Aku merasa seperti diperkosa saja olehnya. Cintaku padanya sudah hilang musnah. Sejak dua bulan lalu aku berencana untuk meninggalkannya. Tabunganku kuisi banyak-banyak. Segala alasan kukatakan untuk bisa memperoleh uang Bang Frans dalam jumlah banyak. Tanpa sepengetahuan dia, kujual satu-satu tanah milik kami yang dibeli Bang Frans menggunakan namaku. Lebih baik kujual sekarang dan uangnya kusimpan dalam tabunganku, daripada aku membawa-bawa surat tanah kemana-mana.

Kurasa tabunganku sudah cukup untuk aku bisa memulai hidup baru tanpa Bang Frans. Hari Natal kemarin adalah saat yang tepat untuk aku meninggalkannya. Saat itu Bang Frans tak bisa ikut pulang ke Medan merayakan natal seperti biasanya. Pekerjaannya menumpuk. Aku permisi padanya akan pulang ke Medan untuk bertemu orang tuaku sekaligus merayakan Natal dan Tahun Baru disana. Bang Frans mengijinkan. Dia tak merasa curiga.

Anakku kubawa serta. Bang Frans agak heran karena aku membawa si kecil tanpa didampingi babby sitter. Untunglah dia tak banyak tanya lagi setelah aku beralasan padanya kalau di Medan banyak yang bisa membantuku mengurus si kecil.

Selama di Medan kupuas-puaskan membahagiakan kedua orang tuaku. Apa yang mereka minta kupenuhi. Tabunganku masih sangat banyak untuk itu. Ini adalah kali terakhir aku bertemu mereka. Setelah itu aku akan pergi dan berniat tak akan menjumpai mereka lagi. Hanya itu satu-satunya cara. Kalau aku masih bertemu orang tuaku maka suatu saat aku pasti akan bertemu juga dengan Darwin. Padahal aku sudah sangat jijik pada keponakanku itu.

Setelah lewat tahun baru akupun pergi meninggalkan orang tua dan sanak familiku di Medan. Aku tak pulang ke Jakarta. Sebelum meninggalkan Medan kuganti nomor ponselku agar Bang Frans kehilangan kontak denganku. Begitu juga dengan orang tua dan sanak familiku.

Saat ini aku sudah jauh dari Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Memang aku masih di Indonesia, namun aku yakin mereka akan sangat susah mencariku. Kubeli sepetak tanah berikut rumah disini, tempatku hidup bersama anakku. Untuk membiayai hidup aku membuka usaha toko kelontong dirumah jadi aku bisa sekaligus merawat anakku.

Di lingkungan tempat tinggalku, aku kini terkenal sebagai janda kembang kaya. Banyak laki-laki yang berusaha melamarku. Baik yang sudah duda maupun yang masih perjaka tulen. Tapi sampai saat ini belum terbetik niat di hatiku untuk berumah tangga lagi. Sepertinya aku jadi orang yang apatis dengan institusi pernikahan.

Kalau hanya sekadar memenuhi kebutuhan sex semata aku tak kerepotan. Aku punya uang untuk membeli laki-laki mana yang kusukai. Selain itu juga ada tiga pemuda yang membantuku di toko. Salah seorang dari mereka cukup representatif dan cocok dengan seleraku. Namanya Daud. Umurnya baru delapan belas tahun. Dia sudah putus sekolah setelah menamatkan SMP. Penampilan kesehariannya sangat pemalu, namun kalo sudah di ranjang, wuih, dahsyat!

Mulanya ketika pertama kali kuajak ngesex dia menolak. Takut aku hamil katanya. Tapi setelah aku katakan aku tak akan meminta tanggung jawab apapun darinya, akhirnya dia bersedia juga memenuhi ajakanku. Maklum abg, staminanya luar biasa. Kalau sudah menyetubuhiku Daud seperti tak hendak berhenti. Semalam suntuk dia menggasakku. Sampai-sampai aku kelimpungan. Tapi aku suka. Habisnya enak banget sih.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.