Senin, 02 April 2012

Suami-Suami Metropolis II : Kisah Kamal

I

“Ouhhh… ahhhh…… ahhhhhh…….ahhhhhhhh………. goddhhhhhh…,” tubuh sintal Yayuk menggelepar. Kedua lengannya mengepit erat-erat punggung lebar berotot milik Yosep, laki-laki muda yang sedang menyenggamainya dengan liar. Jemari Yayuk mencakar punggung bersimbah keringat itu. Matanya terpejam. Selangkangannya ditekannya sekuat tenaga ke atas. Menyatukannya dengan selangkangan milik Yosep.

“Ohhh.. ohhh… ohhh.. ohh..,” erang Yosep diantara hentakan pantatnya yang keras dan cepat. Meski tubuh Yayuk yang bersimbah keringat itu sudah terbaring lemas tak berdaya, usai orgasmenya yang kelima, Yosep tak peduli. Ia terus berpacu menggapai puncak kenikmatan yang belum juga diraihnya. Kontolnya terus bergerak keluar masuk memek Yayuk dengan buas. Memek Yayuk yang sudah becek karena sudah lima kali orgasme, membuat Yosep semakin mudah melakukan aksinya menggagahi Yayuk.

Ceprot.. ceprot.. ceprot.. ceprott.. suara gesekan kontol milik sang lelaki muda di memek Yayuk terdengar keras. Suara itu semakin membakar birahi lelaki itu. Pantatnya bergerak semakin cepat. Mulutnya mencari-cari mulut Yayuk untuk kemudian melumatnya dengan penuh nafsu.

Akhirnya usaha keras lelaki muda itu membuahkan hasil juga. Kontolnya yang gemuk panjang dirasakannya berdenyut-denyut. Spermanya bergerak cepat menuju lobang kencingnya. Sesaat kemudian tubuhnya yang ramping berotot itu mengejang. Pantatnya menekan kuat, membenamkan dalam-dalam kontolnya hingga mentok di rongga memek Yayuk. Spermanya berlompatan. Menyemprot seluruh dinding rongga memek wanita cantik bertubuh sintal yang dientotnya itu.

“Ohhh.. Mbakk.. Mbakk… ohhh…..ohhhh………,” erangnya keras. Yayuk memejamkan matanya. Ia menikmati sensasi semburan cairan kental hangat di dalam memeknya.

Setelah itu keduanya terdiam. Tinggal deru nafas mereka yang terdengar terengah-engah memenuhi kamar tempat mereka memacu birahi sejak dua jam yang lalu.

II

Asap rokok mengepul dari antara celah bibir tipis dan hidung mancung Yayuk. Pun begitu juga lelaki muda yang duduk setengah berebaring disebelah kirinya. Keduanya asik merokok di atas ranjang empuk hotel usai pergumulan birahi mereka yang buas dan liar. Masih bertelanjang bulat. Keringat masih menetes dari pori-pori kulit mereka.

“Kamu benar-benar mesin sex, Seph,” katanya sambil tersenyum pada Yosep. Tangan kirinya mengurut-urut batang kontol setengah keras milik Yosep. Menarik-narik daging kulup kontol laki-laki itu. Berusaha menutupi kepala kontol yang besar berwarna kemerahan itu. Tentu saja kulup itu tak bisa menutup kepala kontol itu, karena batang kontol milik Yosep belum sepenuhnya lemas.

Yang diajak bicara tak menyahut sedikitpun. Yosep asik merokok sambil tatapannya memandangi ke arah bawah, ke selangkangannya. Mengawasi jemari tangan kiri Yayuk yang nakal mengusik kulup kontolnya. Lengan kanannya diletakkannya dibawah leher menopang kepalanya. Ketiaknya yang dihiasi dengan bulu-bulu ketiak yang lebat dan basah dipampangkannya. Membuat Yayuk harus menukar-nukar pandangannya. Kadang ke ketiak kadang ke selangkangan juga.

Tubuh Yosep ini benar-benar menggoda. Kekar, tinggi, kulitnya yang sawo matang dihiasi dengan bulu-bulu halus yang lebat. Terutama di ketiak, dada, perut sampai selangkangannya. Ditunjang lagi dengan wajahnya yang ganteng dan jantan. Ngesexnyapun buas. Inilah yang membuat Yayuk keranjingan ngentot dengannya.

“Ohh.. Yoseph…,” rintih Yayuk lirih. Dibungkukkannya tubuhnya untuk sekedar menyelomoti kepala kontol milik Yosep. Kontol Yosep menjadi berasap oleh kepulan asap yang keluar dari multu Yayuk.

“Kenapa Mbak Yayuk? Pengen lagi yah?” katanya menggodanya. Pantatnya bergerak-gerak lembut membuat kontolnya jadi keluar masuk mulut Yayuk.

“Mmhhhh….. iya. Mbak suka banget kontol kamu ini sayang.. mmpphh..,” sahut Yayuk sembari mengulum kepala kontol itu bak es krim yang lezat. Suara desisan seperti orang kepedasan keluar dari mulut wanita cantik itu.

Tiba-tiba irama lagu “Mencintaimu” milik KD, mengalun keras dari ponsel poliphonic milik Yayuk.

“Huh, mengganggu saja,” gerutu Yayuk. Penuh keterpaksaan dilepaskannya kontol Yosep dari mulutnya. Ia harus segera mengangkat ponsel itu, kalau tidak bisa berabe, soalnya yang menghubungi itu adalah suaminya. Nada dering lagu “Mencintaimu” memang khusus di set apabila suaminya yang menghubungi.

“Halo mas,” kata Yayuk dengan suara penuh kemesraan. Yosep hanya tertawa lucu melihat gaya Yayuk yang berpura-pura mesra menyahut panggilan telepon suaminya. “Iya mas, masih dua hari lagi nih pulangnya. Tugas-tugas Yayuk belum kelar juga disini. Mas udah makan? Mmmm enak banget. Sabar ya mas, entar kalo Yayuk udah pulang pasti mas, Yayuk masakin deh. Udah ya sayang, Yayuk masih harus ngelanjutin kerjaan lagi nih. Love u. muachh..,” kata Yayuk mengakhiri pembicaraan.

“Mesra nih ye,” goda Yosep sambil ngakak.

“Huh, sok perhatian. Padahal dia cuman ngecek doang. Mastiin kapan gue balik. Kalo dia tahu kapan gue balik, dia kan punya waktu buat ngungsiin lontenya,” kata Yayuk kesal.

“Hehehe, cemburu nih?”

“Siapa yang cemburu? Rugi aja cemburu sama dia. Lagian gue kan bisa ngentot sepuasnya dengan kamu disini Sep,” kata Yayuk. Ia kembali mendekati Yosep yang sedang mengangkang memamerkan kontolnya. Dengan penuh nafsu Yayuk kembali melumat kontol perkasa milik lelaki muda itu.

Berpuluh-puluh kilometer jaraknya dari hotel tempat Yayuk sedang asik memuaskan birahi bersama Yosep, Kamal, suami Yayuk, meletakkan kembali gagang telepon. Tubuhnya yang kekar telanjang bulat bersimbah keringat. Wajahnya yang ganteng tersenyum mesum ke arah sofa. Disana duduk sesosok tubuh yang juga telanjang bulat bersimbah keringat seperti dirinya. Sosok yang disenyumi itu membalas senyuman Kamal.

Kamal mendekat ke arah sofa. Kemudian ia langsung mendekap tubuh telanjang bulat itu. Keduanya berciuman dengan buas sambil meraba-raba satu sama lain. “Lanjut di kamar yuk,” ajak Kamal. Mulutnya menjelajahi leher hingga sampai ke dada bidang tubuh yang didekapnya itu. Kamal sedang menggumuli laki-laki seperti dirinya juga. Tanpa merasa jengah mulutnya menjelajahi otot-otot kekar milik laki-laki itu. Keduanya terlihat sama bernafsunya.

“Boleh, siapa takut,” sahut laki-laki itu.

Keduanya kemudian bangkit dari sofa. Sambil memunguti semua pakaian mereka yang berserakan di lantai, keduanya segera berjalan menuju kamar tidur Kamal. Kamar yang merupakan ruangan pribadi Kamal bersama istrinya Yayuk.

Dengan santai sambil berangkulan, kedua lelaki ganteng bertubuh kekar dan jantan itu memasuki kamar tidur Kamal. Sampai di dalam kamar, keduanya melemparkan pakaian mereka sesukanya di lantai. Kemudian keduanya menghambur ke atas ranjang empuk yang ada didalam kamar itu.

Kamal menelentangkan tubuhnya di atas ranjang. Kedua pahanya diangkatnya tinggi-tinggi, memamerkan lobang pantatnya yang ditutupi bulu-bulu.

“Bud, jilat nih bool gue,” katanya manja. Laki-laki tampan yang sedang mengamati lobang pantat Kamal itu bernama Budi. Dengan rakus, Budi segera menyelomoti lobang pantat Kamal. “Ohh… ohhh… ohhh..,” Kamal mengerang-erang keenakan.

Budi ini tak lain dan tak bukan adalah adik kandung Yayuk, istri Kamal. Sejak Kamal dan Yayuk menikah tiga tahun lalu, Budi sudah ikut dengan mereka. Kamal dan Yayuklah yang membiayai kuliah cowok ganteng yang hobi membentuk otot ini. Selama tiga tahun itu pulalah Kamal dan Budi menjalin hubungan sex tanpa pernah diduga oleh Yayuk. Kecurigaan Yayuk pada Kamal adalah bahwa suaminya itu berselingkuh dengan wanita lain di belakangnya. Padahal, selain berselingkuh dengan wanita-wanita lain, Kamal ternyata berselingkuh juga dengan laki-laki. Beberapa laki-laki malah. Termasuk dengan Budi, adik kandung Yayuk yang memang sangat menggairahkan ini.

Kehidupan Budi yang normal, bahkan terkenal playboy tentu saja tak menimbulkan kecurigaan. Tak akan ada orang yang mengira bahwa ternyata Budi yang jantan dan juga Kamal yang macho itu ternyata doyan ngesex dengan sejenis.

“Ahhh.. ah… ah…. Ahhh..,” Kamal mengerang-erang keras. Wajahnya yang ganteng merah padam. Otot-ototnya mengejang. Diatasnya, dengan buas Budi sedang asik menggenjotkan pantatnya menyenggamai suami kakak kandungnya itu. Keduanya terlihat sangat menikmati persenggamaan mereka. Pantat keduanya bergoyang cepat dan keras berbalasan. Tak lama kemudian kedua laki-laki itupun orgasme. Sperma mereka tumpah ruah. Lobang pantat Kamal banjir dipenuhi sperma asik iparnya. Sedangkan spernya sendiri membasahi perut dan dadanya yang berkeringat. Setelah menuntaskan orgasme mereka, keduanya kemudian tertidur di atas ranjang sambil berpelukan.

III

“Mas, gue pergi dulu ya,” kata Budi pamit pada Kamal. Ia terlihat rapi dengan setelan jean, kaos oblong, plus jaket kulit yang ngepas ditubuhnya yang ramping berotot.

“Mo kemana kamu?” tanya Kamal yang sedang asik menonton siaran berita di televisi.

“Biasa mas, ngapel ke rumah Fiona,” sahut Budi cengengesan.

“Jangan kemalaman pulangnya,” pesan kamal.

“Beres boss,” sahut Budi sebelum menghilang dari tatapan Kamal. Tak lama suara sepeda motor Budi yang memekakkan telinga terdengar keras menjauh dari tempat tinggal Kamal.

Hari itu malam minggu. Waktu masih menunjukkan pukul 5 sore. Kamal tinggal sendiri di rumah. Yayuk belum pulang. Masih hari Minggu besok istrinya itu kembali dari dinas luar kota sekalian pesta sexnya dengan Yosep.

Kamal dan Yayuk adalah potret kehidupan keluarga muda metropolitan. Diusia pertengahan tigapuluhan tahun, keduanya belum berencana untuk memiliki anak. Kesibukan dalam mengejar karir, membuat keduanya sepakat untuk menunda dulu keinginan memiliki anak.

Kehidupan yang penuh kecukupan karena penghasilan keduanya yang lebih dari memadai membuat pasangan muda itu tercebur dalam kehidupan metropolitan yang penuh godaan. Sex bebas menjadi biasa buat mereka. Meskipun saling tahu sama tahu kalau pasangan mereka berselingkuh, keduanya tak saling menggugat. Keduanya memang sudah menyadari, bahwa sejak sebelum menikahpun, sex bebas sudah menjadi budaya mereka. Yang penting kehidupan rumah tangga tetap dipertahankan agar tidak menimbulkan keresahan pada orang tua mereka.

Kehidupan sex yang sangat bebas inilah yang membawa Kamal akhirnya masuk dalam kehidupan sex yang menyimpang. Bermula dari klub kebugaran yang diikutinya sejak lajang dahulu. Banyak dari teman-teman satu klubnya itu yang sudah sedemikian sering menikmati hubungan sex normal akhirnya mencoba-coba variasi baru dengan melakukannya sesama jenis. Ternyata, setelah tercebur dalam nikmatnya sex sejenis, sangat susah untuk meninggalkannya. Bahkan institusi pernikahan juga tak mampu membuatnya untuk meninggalkan kehidupan sex sejenis itu. Begitupula dengan teman-temannya yang lain yang rata-rata juga menikah seperti dirinya.

Akhirnya kehidupan Kamal, dan umumnya laki-laki seperti Kamal ini, menjadi penuh kemunafikan. Didepan istri dan wanita-wanita lain ia bersikap sangat anti pada kehidupan homoseksual. Bahkan cenderung mencela. Padahal dibelakang itu, ia sangat menikmati saat-saat menyodomi atau disodomi atau bermain-main dengan kontol laki-laki lain.

Sepeninggal Budi, Kamal juga bersiap-siap untuk pergi. Sendiri di rumah tanpa kegiatan dan hanya sekadar nonton televisi saja membuatnya suntuk. Pukul setengah enam sore Kamal sudah asik seliweran di Mall Blok M. Sambil lihat-lihat berbagai barang yang dipajang di etalase toko atau sekalian beli ketika ada yang dirasa cocok dengan selera, matanya juga jelalatan cari-cari “barang bagus” yang banyak beredar di mall, baik cewek ataupun cowok.

Di mall memang banyak sekali “barang bagus” beredar sekarang. Mulai dari yang abg sampai yang stw. Ada beberapa yang sudah kerling-kerlingan mata dengan Kamal, tapi satupun tak ada yang cocok dengan seleranya. Setelah hampir seluruh sudut mall dijelajahinya, langkah Kamal akhirnya tiba di studio 21 yang ada dalam mall itu. Seluruh poster film yang dipajang dipelototinya satu per satu.

“Arisan! Bagus tuh,” tiba-tiba terdengar suara celetukan laki-laki didekat telinganya. Kamal menolehkan pandangannya ke arah celetukan itu. Sebuah wajah ganteng dengan rahang kokoh yang terlihat rapi dicukur menyambut tolehan Kamal. Wajah ganteng itu tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya yang rata.

“Arisan?” tanya Kamal.

“Film arisan itu,” sahut laki-laki itu sambil menunjuk poster besar bertajuk Arisan! Yang ada di deretan poster film yang sedang diputar.

“Bagus?” tanya Kamal pada laki-laki rapi yang kelihatannya berusia sepantaran dengannya itu.

“Yap. Gue mau nonton itu. Ceritanya tentang komedi satir kaum muda Jakarta,” sahutnya menjelaskan tanpa diminta Kamal. “Jarang-jarang film Indonesia ada yang bertema seperti itu,” tambahnya lagi.

“Mmmm.. boleh juga kayaknya. Nonton sama siapa?” tanya Kamal.

“Sendiri. Istri saya pulang ke Sumatera. Liburan Natal sekaligus tahun baru disana. Kenalkan saya Frans,” kata laki-laki itu kemudian, mengulurkan tangannya, mengajak Kamal berjabatan tangan.

“Kamal. Saya juga sendiri. Istri saya malah sedang tugas luar kota. Suasana tahun baru begini dia malah punya tugas. Mau nonton bareng?” ajak Kamal.

“Boleh,” sahut Frans cepat. Keduanya segera menuju loket penjualan tiket. Setelah sempat saling tawar menawarkan untuk saling membayari, akhirnya keduanya sepakat bahwa yang membayar tiket adalah Frans, sedangkan Kamal membelikan makanan dan minuman kecil untuk cemilan sambil nonton.

Gedung bioskop penuh. Banyak yang tertarik untuk nonton film ini rupanya. Setelah menemukan nomor mereka, dua teman baru itu langsung duduk dan memulai ngobrolan. Obrolan mereka nyambung rupanya. Keduanya sama-sama punya hobi arung jeram dan olah raga-olah raga penuh tantangan lainnya. Mereka berdua tak ubahnya seperti dua sahabat lama saja kelihatannya.

Selama film diputar keduanya asik tertawa-tawa. Komedi yang tertuang dalam film itu benar-benar lepas dan menyegarkan. Tak ada tanda-tanda keanehan Frans dirasakan oleh Kamal. Ia menduga cowok yang duduk disebelahnya ini adalah laki-laki normal. Namun saat tiba di adegan yang cukup seru, dimana Tora Sudiro merebahkan kepalanya di dada Surya Saputra, Kamal menyadari dugaannya pada Frans keliru. Saat adegan itu berlangsung, ia melirikkan matanya untuk melihat reaksi Frans, ternyata Frans juga melirik padanya. Keduanya sempat bertemu pandang cukup lama untuk kemudian membuang muka kembali memandang layar film.

“Kayaknya dia sakit juga,” batin Kamal.

Setelah film usai keduanya bersiap-siap pulang. Sepanjang jalan menuju lapangan parkir mereka bercerita sambil mengomentari isi film. Kamal pengen mengajak Frans singgah ke rumahnya. Nafsunya pada cowok itu mulai bangkit. Namun mengingat adanya Budi di rumah, ia tak enak untuk membawa laki-laki ini pulang. Ia berharap Frans yang mengajaknya singgah ke rumahnya. Namun, sampai mereka tiba di parkiran tak ada ajakan yang keluar dari mulut Frans. Untuk menawarkan diri, Kamal merasa gengsi.

Mobil Frans duluan melaju meninggalkan parkiran. Harapan Kamal akan diundang oleh Frans untuk singgah ke rumahnya sirna. Dengan kecewa iapun melajukan mobilnya. Mau gak mau pulang dan ngentotin si Budi lagi deh, pikir Kamal dalam hati. Kontolnya dirasakannya sudah ereksi keras. Birahinya pada Frans harus dituntaskannya malam ini pada Budi.

Di tepi jalan raya tidak terlalu jauh dari mall Blok M, Kamal melihat Fras sedang memarkirkan mobilnya. Cowok ganteng itu terlihat berdiri santai di samping mobilnya. Bersender sambil tersenyum pada Kamal yang sedang melihatnya. Kamal segera memarkirkan mobilnya di depan mobil Frans. Dari spion mobil, Kamal melihat Frans mendatangi mobilnya.

“Ngapain disitu?” tanya Kamal menyelidik saat wajah ganteng Frans nongol di jendela mobilnya. Tubuh atletis cowok itu membungkuk.

“Nungguin elo,” sahut Frans santai.

“Maksud elo?” tanya Kamal lagi.

“Buru-buru pulang?” Frans bukannya menjawab malah balik bertanya.

“Gak juga. Kenapa?”

“Mampir ke rumah gue yuk,” ajak Frans.

Tanpa ba bi bu lagi keduanya segera meluncur di jalan raya beriringan menuju rumah Frans.

“Kok gak dari parkiran ngajak gue mampir?” tanya Kamal saat keduanya sudah tiba di rumah Frans yang megah.

“Hehehe. Biar elo penasaran,” jawab Frans nakal.

“Karena sudah bikin gue penasaran, maka elo harus gue hukum,” sahut Kamal. Tubuh Frans langsung didorongnya ke dinding. Bibirnya langsung melumat bibir tipis Frans penuh nafsu. Sesaat kemudian kedua suami ganteng itu asik berpagutan penuh nafsu.

“Udah-udah,” kata Frans mendorong tubuh Kamal agar melepaskannya setelah mereka berpagutan cukup lama.

“Kenapa?” tanya Kamal bingung.

“Entar elo dimarahin bini gue baru tau,”

“Lho? Bukannya bini elo gak ada di rumah?” tanya Kamal bingung.

“Gak lihat tuh, bini gue ngelihatin kita ciuman sejak tadi,”

“Mana? Mana?” Kamal celingukan. Kalo ternyata istri Frans melihat bisa berabe.

“Tuh dia,” tunjuk Frans ke arah foto besar dirinya dan istrinya yang tergantung di ruang tamu. Kamal terkekeh.

“Cantik. Siapa namanya?” tanya Kamal sambil mendekati foto besar itu. Istri Frans memang cantik.

“Merry,” sahut Frans tertawa. Ia kegirangan karena telah membuat Kamal kebingungan sejenak tadi.

Kamal mengelus wajah Merry yang ada di foto dengan lembut. “Mer, gue mau minta ijin nih,” katanya. Matanya melirik nakal ke Frans. “Gue sama suami elo mau ngentot berdua malam ini. Jangan marah ya,” katanya tergelak-gelak.

“Sial!” kata Frans ikut tergelak. “Emang gue ada bilang mau ngentot dengan elo malam ini?”

“Gak bilang sih. Kalo elo gak mau ya gak papa. Gue ngentot aja sendiri. Tapi pantat elo kangkangin lebar-lebar ya. Elo diam aja sambil liatin titit gue ngobok-ngobok bool elo,” sahut Kamal semakin terbahak.

“Edan!”

Dan setengah jam kemudian setelah keduanya puas bergantian mengulum kontol mereka yang gemuk dan panjang, sofa ruang tamu rumah Frans sudah berubah menjadi tempat kedua suami ganteng itu memacu birahi. Duduk mengangkang dalam pelukan Kamal, Frans sibuk menggoyangkan pantatnya naik turun mengeluar masukkan kontol Kamal yang tanpa dibungkus kondom dalam lobang pantatnya yang rimbun bulu. Keduanya telanjang bulat. Keduanya bersimbah keringat. Keduanya mengerang-erang dan mendesis-desis keenakan.

Tangan Kamal memegangi pinggang ramping Frans erat-erat. Ia membantu gerakan pantat Frans agar bergerak semakin cepat dan keras naik turun. Suara tepukan buah pantat Frans di selangkangan Kamal terdengar keras. Membuat birahi mereka semakin menggila.

IV

“Enak banget pantat elo Frans,” kata Kamal cengengesan. Ia sedang mengucurkan air kencingnya di closet. Sementara disebelahnya Frans sibuk membersihkan lobang pantatnya yang belepotan sperma kental Kamal. Air dari shower disemprotkannya ke lobang pantatnya sambil jari telunjuk kirinya mengorek-ngorek lobang pantatnya sendiri.

“Hehehe. Gue udah terbiasa dapat pujian begitu,” sahut Frans. Setelah dirasakannya lobang pantatnya bersih dari sperma Kamal, tangannya menjalar ke selangkangan Kamal. Digenggamnya erat perkakas antik sahabat barunya itu. Dirut-urutnya batang kontol itu sambil disiram dengan air dari shower. “Habis ini giliran gue yang ngebool elo. Mudah-mudahan pantat elo masih seret. Gue curiga udah dobol banget. Hehehe,”

“Enak aja. Gak sampe semenit lo bakal gue bikin muncrat,” sahut kamal tak mau kalah.

“Mari kita buktiin,” tantang Frans.

Kamal langsung menungging berpegangan pada closet. Pantatnya dikangkangkannya lebar-lebar. Frans melumuri lobang pantat Kamal dengan baby oil milik istrinya yang ada di kamar mandi. Setelah dirasakannya cukup, ia mulai melakukan penetrasi di lobang pantat Kamal.

“Ouhhhh……,” erangnya saat senti demi senti batang kontolnya memasuki lobang pantat Kamal.

“Gimana? Mmmm…. Seret kan?” kata Kamal.

“Ohhh… Godhhh…. Ohhh….,” erang Frans. Kontolnya masuk terus hingga mentok seluruhnya. Kemudian ia mulai menggenjotkan pantatnya maju mundur. Tak lama ruangan kamar mandi itu ramai dengan suara-suara kedua suami ganteng yang sedang memacu birahi itu.

“Arghhhh…arghhhhhhh…arghhhhhhh…arghhhhhhhh..,” Kamal melolong-lolong. Ia diterpa kenikmatan dan kesakitan sekaligus. Tak disangkanya Frans akan mengentotnya sebuas ini. Seperti piston kontol gemuk panjang milik teman barunya ini mengaduk-aduk lobang pantatnya dengan kecepatan tinggi. Frans benar-benar penuh tenaga sex.

“Hihh.. hihh.. hihh.. hihh… hohh.. hohhh…,” kata Frans dengan suara berat. Nafasnya ngos-ngosan. Kamal mulai kepayahan. Tungkai kakinya dirasakannya tak lagi mampu menopang tubuhnya yang bungkuk menungging menerima hajaran kontol Fans dalam lobang pantatnya. Sudah setengah jam ia dalam posisi seperti itu.

“Ohh.. ghhh… Frans capek.. ahgg.. capek..,” katanya terputus-putus. Kontolnya yang tadi tegak keras saat mulai dientot Frans kini terkulai lemah.

“Hihh.. hih… hahh… hahh…,” Frans tak perduli. Ia terus menggenjot dengan buas.

“Fransss brentih duluh.. ah… ahhh… brentih.. ahh…,” racau Kamal.

“Enak ajahh.. ahh…. Ahh… belum keluar.. ahhh…,” sahut Frans.

“Gue capek.. ahh.. ahh…,”

“Kalo gitu puter posisi.. ahhh… ahh..,” kata Frans. Ia segera membalik tubuh Kamal. Pantat Kamal didudukkannya di closet. Kedua kaki cowok itu diangkatnya tinggi-tinggi. Kemudian ia memasukkan kontolnya kembali ke lobang pantat Kamal. Sambi memandangi wajah ganteng berkeringat milik Kamal yang meringis-ringis, kembali Frans mengentot teman barunya itu.

Hentakan pantat Frans terus menggila sampai lima belas ke depan. Akhirnya ia tak mampu lagi menahan orgasmenya. Pantatnya menekan keras, tangannya menekan pantat Kamal hingga kempot. Seandainya mungkin, kedua buah pelir milik Frans akan masuk juga ke lobang pantat Kamal saking kuatnya tekanan Frans pada cowok itu.

“Setannn!!!! Ahrghhhhhh…. Gue nyampaih… arghhhhh…,” teriak Frans kuat-kuat. Sepertinya ia tak rela spermanya berloncatan dari lobang kencingnya membasahi lobang pantat Kamal yang sedang asik disenggamainya itu. Tubuhnya membungku. Mulutnya menyedot kuat-kuat puting susu Kamal yang kecoklatan.

Kamal terkesima. Ia tak mengira akan diperlakukan Frans seperti ini. Ia seperti baru saja diperkosa oleh teman barunya itu. Tubuh kekarnya yang berkeringat dirasakannya sanga lelah. Seluruh tulangnya terasa remuk. Lobang pantatnya terasa perih luar biasa. Membengkak dan sepertinya lecet.

V

“Kenapa mas?” tanya Budi keesokan paginya saat melihat langkah Kamal yang tertatih-tatih berjalan menuju ruang makan. Suami kakaknya itu hanya menggenakan kaos dan sarung saja.

“Sial, gue kena entot maniak tadi malam,” sahut Kamal sambil meringis.

“Trus?” tanya Budi cengengesan, mulutnya terus mengunyah sarapannya.

“Lecet semua Bud. Bengkak bool gue,” sahut Kamal.

“Masak sih? Coba liat,” kata Budi.

Kamal segera menungging dihadapan adik iparnya itu. Diangkatnya sarungnya. Buah pantatnya yang putih langsung terpampang di hadapan Budi. Tangan Budi sibuk membuka celah pantat Kamal, matanya menatap serius ke lobang pantat abang iparnya itu.

“Sadis! Bengkak banget mas,” komentar Budi.

“Gimana ya Bud? Mana mbakmu pulang sore ini lagi,” kata Kamal kuatir.

“Makanya, jangan ngentot sembarangan,” pesan Budi.

“Gak nyangka gue kalo orangnya maniak. Padahal awalnya gue liat kalem,” kata Kamal membela diri.

“Hehehe. Ya udahlah. Entar Budi ke apotek cari salep buat ngilangin lecet yang paling paten,” kata Budi.

“Makasih Bud. Berapapun harganya beli aja deh,”

“Beres,” sahut Budi.

Usai sarapan Budi segera ngacir menuju apotek. Pulangnya dia membawa salep yang diperlukan Kamal.

“Mahal banget mas. Tapi kata apotekernya dalam satu jam bengkaknya akan hilang. Kalo bisa yang lecet jangan kena basah-basah dulu, biar lukanya cepat kering,”

“Bisa repot dong Bud. Kalo gue pengen beol gimana?’

“Ya ditahan dulu dong. Biar cepat sembuh,”

“Iya deh. Tolong pasangin Bud,” kata Kamal.

“Ya udah nungging deh disitu biar gue olesin,” kata Budi.

Kamal menurut. Ia segera menungging di atas sofa. Pahanya dibukanya lebar-lebar. Budi jongkok di dekat buah pantat kakak iparnya itu. Dengan lembut jemarinya mengoleskan salep itu ke seluruh lobang pantat Kamal. Sesekali ia menusuk-nusuk jarinya ke tempat yang lebih dalam membuat Kamal jadi terangsang.

“Gila! Masak bisa ereksi sih?” komentar Budi terbahak.

“Abis jari elo godain lobang pantat gue sih,” kata Kamal.

Akhirnya acara mengolesi salep itu berubah jadi permainan sex. Sambil mengoles, mulut Budi mengoral kontol Kamal dengan lahap. Setelah sperma Kamal muncrat, gantian Budi yang minta dioral Kamal sampe spermanya muncrat dan ditelan oleh kakak iparnya itu.

Setelah tiga kali pengolesan salep, sorenya, lecet di lobang pantat Kamal dirasakannya sudah reda. Bengkaknya hilang dan rasa sakit tak lagi ada. Kamal pun tak merasa kuatir lagi dengan kepulangan istrinya, Yayuk.

Malamnya Kamal sudah pede untuk menggagahi istrinya. Memuaskan birahi istrinya yang gila sex itu. Ia tak perlu lagi kuatir istrinya bakal curiga dengannya. Lubang pantatnya sudah kembali normal. Kembali rapat ditutupi rimbunan bulu-bulu halus disekelilingnya. Meskipun kalo diperhatikan secara teliti, sebenarnya tuh lobang gak rapat-rapat amat. Hehehe...

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.