Selasa, 03 April 2012

Suami-Suami Metropolis III : Kisah Luthfi dan Ferry

I

Wajah Luthfi keruh saat keluar dari ruangan Pak Sujono, kepala bagian umum kantor tempatnya bekerja. Berjalan menuju basement gedung kantor ia terus terdiam. Rekan-rekan sekantornya yang menegur tak dihiraukannya. Termasuk Grace, sekretaris Kepala Cabang yang sexy. Padahal. Kalau suasana hatinya sedang senang, sekretaris ini tak pernah luput dari godaan mesumnya. Sehari tak ngobrol jorok sekalian menyempatkan untuk mencolek dada montok dan bokong indah milik Grace bisa membuat kepalanya pusing tujuh keliling.

Padahal baik Luthfi maupun Grace sama-sama sudah menikah. Meski demikian keduanya menjalin hubungan perselingkuhan mesum. Memek Grace bukan barang baru lagi buat Luthfi. Seringkali Luthfi ngentotin memek indah milik sekretaris cantik itu. Luthfi memang dapat memberikan kenikmatan duniawi pada Grace dengan kontol perkasanya yang memiliki ukuran luar biasa itu. Kontol gede seukuran terong ungu yang bisa membuat wanita mana saja yang dientotnya keranjingan.

Sebenarnya, bukan hanya Grace yang menjadi objek selingkuhan Luthfi. Ada beberapa pegawai wanita lainnya yang juga keranjingan dengan kontol gedenya itu. Antara lain Bu Mitha, kepala personalia kantor yang janda. Wanita separuh baya berusia hampir lima puluh tahun yang masih montok itu rajin meluangkan waktunya di ruang kerjanya untuk menggapai surga dunia bersama Luthfi. Padahal usia Luthfi yang belum genap dua puluh lima tahun itu hanya berselisih tiga tahun dari putra pertamanya.

Dengan lihai Luthfi bisa menyembunyikan dari istrinya rahasia kebejatannya itu. Bahkan, di lingkungan tempat tinggalnyapun, Luthfi memiliki selingkuhan. Yaitu ibu-ibu muda teman arisan istrinya sendiri. Luthfi ini adalah satu dari sekian laki-laki maniak sex yang pernah ada di dunia ini.

Sangat wajar bila Luthfi mudah untuk memperoleh teman selingkuhan yang cantik dan sexy. Ia memiliki modal yang cukup untuk itu. Fisiknya jauh diatas rata-rata. Wajah ganteng bak artis sinetron, ditunjang dengan tubuh yang tinggi atletis tentu saja dengan mudah bisa menggoda hati wanita. Apalagi bila sudah merasakan keperkasaannya saat bersenggama, wanita-wanita yang gila sex tak akan bisa berpisah lagi dengannya. Entah kenapa Tuhan sedemikian bermurah hati pada makhluk bejat satu ini.

Wanita-wanita yang menjadi pasangan selingkuhnya umumnya yang hidup berkecukupan lagi. Baik yang berkecukupan karena bekerja atau karena suami mereka kaya raya. Karena itu Luthfi bisa sekaligus memoroti duit mereka. Hasilnya, Luthfi jadi seorang suami yang bisa memenuhi kebutuhan materi keluarganya. Pingkan, sang istri yang memang punya hobi hidup mewah tentu saja senang karena suaminya bisa memenuhi segala keinginannya untuk berfoya-foya. Selain kebutuhan materi terpenuhi, kebutuhan biologisnya juga selalu terpuaskan oleh keperkasaan suaminya itu. Karena itu ia tak pernah mencampuri urusan suaminya. Mau suaminya seminggu hanya dua hari nongol di rumah ia tak peduli. Yang penting setiap pulang pasti membawa duit untuknya. Ia tak pernah perduli darimana duit itu diperoleh suaminya. Padahal pekerjaan asli Luthfi hanya seorang supir di kantornya.

Sampai di basement Luthfi langsung masuk ke dalam mobil kantor yang disupirinya. Pintu mobil dibantingnya keras. Tentu saja tingkahnya itu menjadi perhatian dua supir lainnya yang sedang duduk-duduk istirahat sambil ngopi dan ngerokok.

“Kenapa Fi?” tegur Pak Ujang, supir senior kantor pada Luthfi. Ia melongokkan kepalanya ke jendela mobil yang dinaiki Luthfi.

“Kesal Pak Ujang,” sahut Luthfi. Suaranya tinggi.

“Kesal kenapa?” tanya Pak Ujang lagi dengan suara rendah. Supir senior ini memang senantiasa berpenampilan bijak di hadapan rekan-rekannya sesama korps supir. Karena itu supir-supir yang lebih muda seringkali menjadikannya sebagai tempat curhat segala masalah.

“Fuhhh..,” Luthfi menghela nafas dalam. “Gimana gak kesal pak, harusnya saya kan cuti selama tiga hari mulai besok. Bu Mitha sudah mengijinkan sejak jauh-jauh hari. Eh, Pak Sujono malah membatalkannya. Katanya saya harus mengantarkan tamu dari kantor pusat untuk rekreasi selama tiga hari itu. Padahal saya udah punya acara, makanya saya ambil cuti itu,” katanya menjelaskan kekesalannya pada Pak Ujang panjang lebar.

“Mmmm, gitu ya. Emangnya kamu ada acara apa Fi?” tanya Pak Ujang.

“Ada deh pak. Urusan keluarga. Gak bisa saya jelaskan pada bapak,” sahut Luthfi. Mana mungkin ia menjelaskan acara apa yang akan dijalaninya pada supir bijak itu. Soalnya acaranya adalah acara mesum. Bu Mitha bermaksud mengajaknya ke luar kota untuk berpesta sex bersamanya. Meskipun rekan-rekan kantornya udah tahu rahasia kebejatannya, namun khusus perselingkuhannya dengan Bu Mitha, kepala personalianya itu, disimpannya rapat-rapat. Ia tak mau kewibawaan Bu Mitha menjadi hancur karenanya. Bisa berabe. Jangan-jangan ia bisa dipecat nanti. Bu Mitha memang punya wewenang penuh untuk mengusulkan pemecatan seorang pegawai rendahan seperti dia kepada pimpinan pusat di Jakarta.

“Terus Bu Mitha sudah kamu beritahu?” tanya Pak Ujang lagi.

“Udah. Tapi dia juga gak bisa buat apa-apa. Soalnya tamu dari Jakarta ini orang penting alasannya,” sahut Luthfi.

“Iya, saya dengar juga begitu. Kalo gak salah yang datang itu Pak Ferry ya? Dia itu kepala pemeriksa internal Fi. Kalo servis kantor cabang kita ke dia gak oke, bisa gawat. Entar laporan hasil pemeriksaannya miring lagi soal kantor kita. Pak kepala cabang kan bisa repot,”

“Huh, kayak gak ada orang lain aja sih pak. Masak kalo tamu-tamu dari mana aja, harus saya yang bawa jalan-jalan?” kata Luthfi kesal.

“Gimana ya Fi. Kamu itu emang cocok urusan begituan. Pengalaman kamu soal itu kan banyak. Maaf lho, saya bukannya mengejek, kamu kan tahu apa yang dicari orang kantor pusat kalo ke daerah. Paling-paling urusan hura-hura. Nah, kamu kan paling ngerti urusan begitu,” kata Pak Ujang. Dia berusaha berbicara sesopan mungkin. Kuatir kata-katanya menyinggung perasaan Luthfi yang sedang kesal.

Luthfi terdiam mendengar kata-kata Pak Ujang. Meskipun merasa tersindir tapi apa yang dikatakan Pak Ujang memang tidak salah. Sejak dia bekerja di kantor itu memang urusan entertainer buat tamu-tamu kantor selalu diserahkan ke dirinya. Sebenarnya dia senang mengurusi hal seperti itu. Bersama-sama tamu yang dibawanya dia juga punya kesempatan untuk bersenang-senang. Hanya saja waktunya kali ini kurang tepat dirasakannya. Jauh-jauh hari ia sudah merencanakan kepergiannya dengan Bu Mitha. Rencananya kepala personalianya itu akan mengajak beberapa temannya sesama janda genit atau tante-tante haus sex lainnya. Sudah dibayangkan oleh Luthfi betapa nikmatnya apa yang akan terjadi nantinya bersama rombongan Bu Mitha itu. Ditambah lagi berapa banyak duit yang akan diperolehnya dari wanita-wanita binal itu. Sekarang semua harapannya itu sirna jadinya.

“Benar juga sih Pak Ujang. Habis yang lain sok alim semua sih. Padahal saya rasa banyak juga pegawai disini yang bejat. Hehehe,” kata Luthfi sambil tertawa sinis pada Pak Ujang. Mau tak mau Pak Ujang ikut tertawa. Tertawa miris. Soalnya ia juga merasa tersindir dengan kata-kata Luthfi.

II

Pingkan mengerang-erang keras tanpa terkendali. Nafasnya tersengal-sengal. Tubuh sintalnya yang bersimbah keringat ditindih keras oleh Luthfi. Jemari Pingkan mencengkeram kuat-kuat punggung berotot suaminya yang juga bersimbah keringat seperti dirinya itu. Kedua suami istri itu sedang mengentot di atas ranjang mereka. Pantat keduanya bergoyang keras menghentak-hentak berbalasan.

“Ahh.. ahhh… ahh… ahh… ahhh… ahhh….ahhh..,”

“Ohh.. ohhh… ohhh… ohh….ohh..,”

Baik Luthfi maupun Pingkan sama-sama sedang berusaha keras untuk segera menuntaskan persenggamaan mereka yang sudah berlangsung hampir satu jam itu. Tak lama tubuh keduanya sama-sama mengejang. Pantat mereka saling menekan kuat. Keduanyapun orgasme bersamaan.

Bibir Luthfi menciumi bibir istrinya dengan ganas. Mereka berpagutan mesra. Jemari Pingkan membelai-belai penuh kasinh sayang rambut pendek suaminya yang basah oleh keringat cinta mereka.

”I love you honey,” bisik Luthfi mesra. Bukan hanya Pingkan saja yang dibisikinya kata-kata mesra seperti itu. Semua wanita yang ditidurinya selalu diucapkannya kata-kata mesra itu. Dan seperti wanita-wanita yang lain pula, Pingkan merasa sangat bahagia mendapatkan bisikan kata-kata itu. Ia merasa tersanjung. Dalam perasaannya, suaminya itu benar-benar mencintainya sepenuh perasaan. Dalam perasaannya juga, kontol gede suaminya yang perkasa itu hanya miliknya seorang. Hanya memberikan kepuasan pada memeknya saja. Tak pernah ia mengetahui bahwa kontol suaminya itu sudah bak piala bergilir. Bukan hanya memek dan mulutnya saja yang pernah menikmatinya. Tapi juga memek dan mulut wanita lain. Pun juga memek dan mulut Pinta, adik perempuannya yang masih duduk di bangku SMU yang tinggal bersama mereka karena biaya sekolahnya mereka yang menanggung.

“I love you too darling,” jawab Pingkan penuh perasaan. Dilumatnya bibir Luthfi sepuas-puasnya.

Setelah itu Luthfi berguling dari atas tubuh istrinya. Ia berbaring telentang disisi Pingkan penuh kepuasan. Dengan nakal jemarinya mengelus-elus puting susu istrinya yang masih setengah bengkak.

“Sayang,” kata Luthfi lembut.

“Apa?”

“Besok, mas harus pergi ke luar kota. Ada tamu dari kantor pusat yang harus mas bawa jalan-jalan,” kata Luthfi.

“Berapa hari mas?” tanya Pingkan.

“Tiga hari,”

“Ya udah. Gak papa. Yang penting hati-hati ya,”

“Iya sayang. Doain ya,”

“Selalu,” sahut Pingkan mesra. Dikecupnya pipi Luthfi lembut. “Mas selalu Pingkan doain yang baik-baik,” sambungnya.

“Makasih sayang,” sahut Luthfi tak kalah mesra. Selanjutnya keduanya terdiam.

“Sayang,”

“Ya,”

“Haus,”

“Hmmmm.. mau minum ya,”

“Iya. Tapi sayang capek banget ya. Biar mas ambil sendiri di dapur aja deh,”

“Iya mas. Capek banget. Pingkan tidur ya. Gak papa kan mas amil sendiri?”

“Gak papa. Ya udah tidur aja deh,” kata Luthfi. Kemudian ia bangkit dari ranjang. Suara dengkur halus istrinya mulai terdengar. Istrinya sudah tertidur karena kelelahan usai persenggamaan mereka yang dahsyat.

Luthfi memungut celana pendeknya yang terserak di lantai. Tanpa emmakai celana dalam dikenakannya celana pendek itu. Kemudian ia berjalan ke luar kamar menuju dapur.

Di dapur ternyata ia menemukan Pinta, adik iparnya. Gadis SMU itu sedang minum air es dari kulkas.

“Lho, belum tidur gadis kecil?” kata Luthfi sambil mencoel pipi adik iparnya yang cantik itu. Gelas Pinta diambilnya, kemudian ditenggaknya sisa air minum yang masih ada dalam gelas itu. Air minum bekas adik iparnya. Tanpa sepengetahuan Pingkan, Luthfi dan Pinta memang biasa seperti itu. Gimana gak biasa? Wong tukar menukar ludah saat saling berpagutan saja mereka sering kok. Hehehe.

“Gimana mo tidur? Suara dari kamar Mas Luthfi heboh banget. Pinta jadi terganggu,”

“Masak sih seheboh itu?”

“Iya. Kayak perang dunia ketiga aja,”

“Duh, kesiannya gadis kecil ini sampe gak bisa tidur. Maaf ya udah terganggu,”

“Terganggu banget. Pinta jadi terangsang,”

“Terangsang? Hehehe,”

“Iya. Terangsang banget. Makanya kemari. Habis kalo coli sendiri gak enak,”

“Mau mas coliin?” bisik Luthfi mesum.

“Ya mau dong. Emang udah nungguin dari tadi,” sahut Pinta nakal.

“Mau dicoli pake apa?”

“Ya pake kontol Mas Luthfi dong,”

“Doyan ya kontol mas Luthfi?” tanya Luthfi. Saat ini ia sudah mendekatkan wajahnya ke telinga Pinta.

“Doyan banget,”

“Masak doyan sih?”

“Habis enak,”

“Trus sekarang mau apa?”

“Pinta mau dientot Mas Luthfi, sekarang,”

“Mau apa? Mas gak denger,”

“Mau dientot. Entot Pinta mas. Entot Pinta. Puasin memek Pinta,” kata Pinta. Suaranya bergetar menahan nafsu.

“Mau apa? Mas kurang denger,”

“Entot Pinta mas. Memek Pinta udah gatel. Pinta gak tahan lagi nih. Masukin kontol Mas Luthfi ke memek Pinta sekarang,”

“Mas masih capek sayang. Tadi baru ngentotin memek mbakmu,”

“Gak peduli. Pinta mau kontol Mas Luthfi. Ayo mas. Puasin memek Pinta,”

Luthfi terkekeh. Ditariknya tubuh adik iparnya yang sedang dilanda birahi itu ke kamar mandi yang terletak di dapur. Begitu keduanya masuk, Luthfi langsung mengunci pintu kamar mandi. Setelah itu ia langsung menyuruh Pinta untuk menungging dengan berpegangan pada tepi bak mandi. Diangkatnya daster putih bersih adik iparnya keatas. Buah pantat Pinta yang mulus tanpa ditutupi celana dalam langsung terpampang jelas dihadapan Luthfi. Jari tangan Luthfi langsung menggapai memek Pinta. Diremasnya memek Pinta yang ditumbuhi memek lebat itu dengan penuh nafsu. Dirasakannya memek itu sudah sedemikian beceknya. Pinta sudah benar-benar terangsang.

Berdiri di belakang Pinta, Luthfi menggesek-gesekkan kontolnya yang masih tertutup celana pendek ke bokong adik iparnya itu. Pinta mendesah seperti orang kepedasan.

“Masshh.. entot Pintahh… udah gak tahan masshhh..,” kata Pinta.

Luthfi menurunkan bagian depan celana pendeknya yang berkaret itu sampai kebawah buah pelirnya saja. Kontolnya sudah membengkak. Keras, gemuk, dan panjang. Dari lobang kencingnya sudah menetes cairan precum yang bening kental. Dibantu dengan tangannnya yang menggenggam batang kontolnya, Luthfi memasukkan kepala kontolnya ke memek Pinta. Selanjutnya seluruh batang kontolnya ditanamkannya ke lobang memek Pinta hingga mentok sampai Pinta bisa merasakan jembut lebat Luthfi yang kasar menggelitik bibir memeknya.

“Ohhh masshhhhhh…,” desah Pinta. “Cepetan mashhh.. nanti Mbak Pingkan tahu,” kata Pinta.

Luthfi tersadar dengan kata-kata Pinta. Padahal ia masih ingin menggoda adik iparnya itu dengan kontolnya. Namun ia tak mau keasikan mereka terganggu kalau seandainya Pingkan terbangun. Segera saja ia menggenjot dengan keras dan menghentak-hentak. Pinta kelojotan. Sekuat tenaga ia menahan erangannya agar tidak keras kelua dari mulutnya. Ia tak mau suara erangannya terdengar ke luar kamar mandi.

Keduanyapun segera sibuk mengadu alat kelamin mereka. Pinta sangat menikmati dientot oleh abang iparnya itu. Sejak Luthfi memperawaninya ketika ia masih duduk di kelas satu SMU dulu, Pinta selalu ketagihan pada kontol gede abang iparnya itu. Dan tak pernah bosan untuk selalu mengulang dan mengulang lagi melakukan senggama dengan Lutfi. Sejak ia sudah tak perawan lagi, Pinta jadi ketagihan ngentot. Enam kali berganti cowok sampai saat ia duduk di kelas dua SMU sekarang ini, seluruh cowoknya itu sudah diajaknya ngentot. Namun dari keenam cowoknya itu tak ada satupun yang bisa memberikannya kenikmatan seperti apa yang diberikan Luthfi padanya.

Setelah berganti posisi tiga kali atas permintaan Pinta, terakhir adalah posisi dimana Luhfi menggendong Pinta sambil mengentotnya, akhirnya keduanya pun orgasme bersamaan. Saat orgasme dalam gendongan Luthfi, Pinta memeluk leher abang iparnya itu erat-erat. Mulutnya melumat bibir Luthfi dengan buas. Tubuh mereka kelojotan saat cairan kelamin mereka menyembur dan kemudian bercampur menjadi satu dalam memek Pinta.

“Spiralnya masih dipake kan sayang?” bisik Luthfi dengan suara tersengal-sengal.

“Masih masshh.. masih… supaya gak hamil,” jawab Pinta bergetar.

“I love you honey,” kata Luhf lembut.

“Huh, gombal,” kata Pinta. Kemudian ia turun dari gendongan abang iparnya itu. Luthfi nyengir. Ditariknya bagian depan celana pendeknya menutupi kontolnya yang masih tegang dan berlumuran spermanya dan cairan kelamin Pinta. Kemudian dia meninggalkan adik iparnya itu sambil berpesan,” jangan lupa, habis ini langsung itu tidur,” katanya.

Pinta tak menyahut. Setelah Luhfi keluar kamar mandi ia langsung membersihkan memeknya yang belepotan cairan kelamin mereka berdua.

III

Ferry membereskan berkas-berkas hasil pekerjaannya dan mengumpulkannya semua ke dalam satu map. Berkas-berkas itu adalah data-data keuangan dan kegiatan usaha kantor cabang yang sedang diperiksanya. Sebagai pemeriksa internal, setiap akhir tahun ia memang bertugas untuk memeriksa perkembangan usaha dan keuangan kantor cabang perusahaan mereka yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Kebetulan Ferry mendapat bagian memeriksa kantor cabang yang ada di Pekanbaru. Teman-temannya sesama pemeriksa dari Jakarta juga ditugaskan melakukan pemeriksaan akhir tahun seperti dirinya, namun ke kantor cabang lainnya.

Kegiatan pemeriksaan sebenarnya sudah selesai dikerjakan Ferry kemarin. Data-data yang disimpannya dalam map tadi akan dibawanya ke Jakarta untuk menyusun hasil laporan pemeriksaan nantinya. Seharusnya hari ini ia sudah kembali ke Jakarta. Namun seperti sudah menjadi kebiasaaan, usai pemeriksaan, kantor cabang yang diperiksa menawarkan kepada pemeriksa untuk refresing terlebih dahulu sebelum kembali ke Jakarta. Biasanya ini adalah cara-cara kantor cabang menyenangkan pemeriksa agar laporan yang dibuat nantinya sampai membahayakan posisi kepala cabang.

Ferry yang memang doyan kesenangan itu tentu saja langsung menyanggupi saat ditawarkan untuk refreshing terlebih dahulu sebelum pulang. Lumayan kan bisa bersenang-senang secara gratis. Hehehe. Dan untuk kesenangan yang diperolehnya itu, tentu saja Ferry harus membuat laporan hasil pemeriksaan yang bisa memuaskan pimpinan cabang kantor Pekanbaru ini.

Dasar “sakit”, sejak hari pertama bertugas di kantor cabang Pekanbaru ini, mata nakal Ferry sudah jelatatan sibuk mengamati “barang-barang bagus”. Ternyata banyak juga “barang bagus” disini. Dari antara semua “barang bagus” itu, pilihannya jatuh pada Rully, pegawai baru di bagian akunting yang masih muda dan tentu saja ganteng.

Berdekat-dekatan dengan pemuda jantan yang selalu harum itu membuat Ferry tak bisa berkonsentrasi penuh selama melakukan tugas pemeriksaannya. Wajah ganteng dihiasi kaca mata minus satu yang bertengger di batang hidung mancung milik Rully, benar-benar membuat iman Ferry tergoda. Ditambah lagi tubuh tinggi atletis Rully yang tak bisa disembunyikan kegagahannya dengan secarik kemeja kerjanya yang selalu disetrika licin itu.

Selama dua minggu kegiatan pemeriksaan berlangsung, Ferry selalu horny membayangkan gimana nikmatnya ngentot dengan pemuda berusia dua puluh empat tahun itu. Otaknya dipenuhi angan-angan menikmati lobang pantat dan batang kontol pemuda itu.

Pilihannya satu lagi jatuh pada Luthfi, supir kantor cabang itu. Dia sudah tergoda pada supir jantan itu saat hari pertama ia diantar ke hotel oleh Luthfi. Sepanjang perjalanan tak bosan-bosan ia mengamati supir ganteng itu. Seperti juga pada Rully, otaknya dipenuhi angan-angan untuk mereguk kenikmatan bersama Luthfi.

Karena itu saat Pak Sujono, kepala bagian umum kantor cabang Pekanbaru menanyakan siapa pegawai yang dipilihnya untuk menemaninya refresing, dengan mantap Ferry langsung menyebut nama kedua makhluk ganteng itu. Agar urusan kantor lancar, segera saja Pak Sujono memerintahkan kedua pegawai itu bersiap-siap menemani Ferry refresing. Tak peduli bahwa ternyata Luthfi sudah disetujui cutinya saat itu.

Usai membereskan berkas, Ferry membereskan perlengkapan yang akan dibawanya refresing. Sebentar lagi pukul delapan pagi. Sesuai rencana, pukul delapan pagi kedua pegawai itu akan datang menjemputnya. Karena itu ia harus segera bersiap-siap.

Sedang sibuk membereskan perlengkapannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Dharma muncul di layar monitor ponselnya. Dharma adalah temannya satu SMU dulu. Bersama Dharma dan beberapa teman yang lain, mereka rajin ngumpul-ngumpul. Kumpulan suami-suami metropolis yang gila sex dan “sakit”. Selain suka mencari kepuasan sex dengan wanita-wanita yang mereka suka, mereka juga sering melakukan pesta sex sejenis yang heboh.

“Ada apa Dhar?” tanya Ferry pada temannya yang menelepon itu.

“Kapan elo balik Jakarta Fer?” tanya Dharma.

“Tiga hari lagi. Kenapa emangnya?”

“Itu, anak-anak ngajak ngumpul malam tahun baru. Katanya mau bikin acara arung jeram sekalian acara arung kontol,” kata Dharma terkekeh.

“Hehehe. Asik. Boleh. Gue udah nyampe tuh malam tahun baru. Gue pasti ikutan deh,”

“Oke deh kalo gitu. Selamat bekerja deh. Dan juga selamat berburu kontol, hehehe,”

“Tau aja deh elo kalo gue disini sedang memburu kontol hehehe,”

“Ya tau dong. Masak gue gak tau. Gue kan gitu juga, hehehe,”

Pintu kamar Ferry diketuk dari luar, pembicaraan keduanyapun usai. Ferry segera menuju pintu kamar dari lobang kecil di pintu ia mengintip siapa yang mengetuk kamarnya. Di depan pintu berdiri Rully. Benar-benar tepat waktu. Ferry langsung membuka pintu kamar.

“Ayo masuk dulu, saya sedang membereskan pakaian yang akan saya bawa,” kata Ferry mempersilakan Rully masuk.

“Terima kasih pak,” sahut Rully sambil melangkah masuk. Kemudian ia duduk di kursi yang ada dalam kamar sedangkan Ferry menuntaskan acara beres-beres pakaiannya.

IV

Luthfi menunggu Ferry dan Rully di mobil. Saat keduanya datang, Luthfi segera menyongsong mereka. Tas yang dibawa Ferry langsung dimasukkannya dalam bagasi mobil, bersatu dengan tas bawaannya dan juga bawaan Rully.

“Kita mau rekreasi kemana nih?” tanya Ferry pada Rully.

“Kita akan ke Batam pak, Luthfi yang akan memandu perjalanan kita,” jawab Rully. Luthfi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum pada Ferry, mengiyakan apa yang dikatakan Rully.

Dengan menumpang kapal ferry mereka nyebrang ke Nagoya. Sesampainya di sana Luthfi langsung membawa Rully dan Ferry menuju hotel tempat mereka menginap selama di Batam. Rully memesan dua kamar. Satu khusus untuk Ferry sedangkan yang satu lagi untuknya dan Luthfi.

Sorenya Luthfi membawa Ferry dan Rully jalan-jalan keliling Nagoya. Jalan-jalan, belanja, dan cari makanan enak.

“Kalau gini-gini doang gak seru juga ya,” kata Ferry pada Rully dan Luthfi saat mereka sedang makan. Senyum mesum nangkring diwajah gantengnya.

“Sabar pak, nanti malam baru kita cari yang seru,” sahut Luthfi.

“Nah gitu dong,” tanggap Ferry senang. Senyumnya makin mesum. Luthfi juga ikutan nyengir mesum. Sementara Rully terlihat senyum malu-malu pengen. Hehehe.

Kembali ke hotel waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ferry dan Rully mandi membersihkan badan. Sementara Luthfi ngacir cari ayam buat “disantap” malam itu.

Ferry sendiri sebenarnya lebih pengen segera dapat “menyantap” dua cowok itu. Namun untuk menuju kesana ia perlu kamuflase dulu. Kalo langsung-langsung aja takutnya gagal.

Pukul setengah sembilan si Luthfi nongol. Rully menyambutnya dengan pertanyaan,” Gimana Luth? Dapet?”

“Pastilah. Saya mandi dulu deh. Setelah itu kita maen ke karaoke, mereka udah nunggu disana,” jawab Luthfi.

Karaoke yang dimaksud Luthfi terdapat di lingkungan hotel tempat mereka menginap juga. Setelah Luthfi selesai mandi, bersama Rully mereka menjeput Ferry ke kamarnya. Lalu ketiganya menuju karaoke.

Luthfi sudah membooking sebuah ruangan untuk acara karaoke mereka. Didalam ruangan itu sudah menanti tiga gadis. Cantik-cantik. Muda-muda. Mereka memperkenalkan namanya, Mira, Yulia, dan Vina. Masing-masing masih duduk dibangku SMU.

Langsung saja keenam insan lain jenis itu saling berpasang-pasangan. Minum-minum sambil bernyanyi-nyanyi. Sambil berkaraoke tangan masing-masing saling menjalari tubuh pasangannya. Tak ketinggalan cium pipi dan juga bibir.

Kalau mulanya yang berkaraoke adalah Ferry, Rully, dan Luthfi bergantian, tak sampai setengah jam kemudian gantian ketiga gadis itu yang berkaraoke. Tapi karaokenya tidak pake mic, namun menggunakan kontol ketiga pria itu. Dengan penuh semangat ketiga gadis itu melakukan oral pada ketiga pria yang horny itu. Saat itulah kali pertama Ferry berkesempatan menyaksikan kontol milik Rully dan Luthfi. Kontol-kontol gemuk panjang yang membuatnya tergoda untuk segera melahapnya.

Sebentar saja ruang karaoke itu berubah jadi arena pesta sex mereka berenam. Masing-masing pria sibuk menggagahi wanita-wanita itu. Pake acara tukar-tukar pasangan lagi, plus adegan lesbian.

Ferry ingin menambah satu adegan lagi, yaitu adegan gay. Ia menunggu-nunggu momen yang tepat untuk itu. Akhirnya momen itu datang juga. saat itu Ferry sedang mengentot Vina dalam posisi konvensiona. Vina telentang mengangkang ditindih oleh Ferry. Tiba-tiba Rully mendekati mereka berdua. Ferry melihat Luthfi sedang asik ditunggangi Mira yang menduduki selangkangannya. Sementara Yulia menduduki wajah ganteng Luthfi memberikan memeknya untuk diselomoti.

Rully langsung bersimpuh dekat Mira, kontolnya dimasukkannya ke dalam mulut gadis itu. Wajah Ferry saat itu sangat dekat dengan wajah Vina, sehingga demikian kontol Rully menjadi demikian dekat juga dengannya mulut Ferry.

Rully yang sedang merem melek keenakan diselomot Vina tak menyadari rencana Ferry. Soalnya saat itu Rully memejamkan matanya, berkonsentrasi dengan kuluman Vina. Ferry langsung memanfaatkan kesempatan itu.

“Bagi dong Vin,” bisiknya di telinga Vina. Pelan sekali, hanya Vina yang bisa mendengar.

Vina yang tak bisa berbicara, karena mulutnya penuh dengan kontol Rully tersenyum pada Ferry. Sebagai pelacur profesional ia memang biasa dengan keinginan aneh-aneh kliennya. Karena itu ia langsung tanggap dengan keinginan Ferry. Ia sudah sering bertemu dengan orang seperti Ferry ini, doyan memek namun juga doyan kontol.

Mulutnya melepaskan kontol Rully. Tangannya mengocok-ngocok batang kontol yang berlumuran ludah itu agar Rully tidak curiga. Jari telunjuknay dileakkan dibibir,” Sssttt..,” bisiknya pelan pada Ferry. Maksudnya jangan sampai Rully tau. Ferry tersenyum senang. Langsung saja kontol Rully dimasukkannya dalam mulutnya. Sambil mengentoti memek Vina, Ferry pun asik melahap kontol Rully.

Rully tak curiga sama sekali. Ia asik memejamkan mata. Padahal diselangkangannya Vina dan Ferry saling ganti berganti menyelomoti kontolnya.

Yulia menggelepar. Memeknya basah kuyup. Cairan kelaminnya meleleh ke mulut Luthfi yang sedang asik mengerjai memeknya dengan mulut. Gadis itu telah mencapai orgasmenya untuk yang kedua kalinya. Kemudian ia duduk lemas di sisi Luthfi memandangai Mira yang sedang asik menggoyang-goyangkan pantatnya mengentoti Luthfi.

Karena wajahnya sudah tidak ketutupan memek Yulia lagi, maka Luthfi bisa memperhatikan seluruh sudut ruangan karaoke lagi. Saat matanya tertumbuk pada Ferry, Rully, dan Vina yang sedang in action, supir ganteng ini langsung melotot. Ia kaget melihat Rully yang tak menyadari bahwa Ferry yang sedang menghentak-hentakkan pantatnya naik turun mengentoti Vina sedang melakukan oral padanya sekaligus.

“Gila,” desisnya. Gocekannya pantatnya yang membalas goyangan pantat Mira terhenti seketika.

“Kenapa? Kenapa? Apa yang gila? Asik lagi,” kata Mira protes. Ia yang sedang keenakan merasa kecewa karena Luthfi menghentikan gocekan pantatnya. Kenikmatan yang dirasakannya menjadi berkurang.

“Asik apaan? Si Rully bukan homo tau. Gue mau bilangin ke dia deh,” kata Luthfi. Ia mencoba melepaskan kontolnya dari lobang memek Mira. Maksudnya ia akan mendatangi Rully dan memperingatkan teman kerjanya itu. Karena untuk berteriak memperingatkan Rully percuma saja. suaranya akan kalah dengan hingar bingar musik yang memenuhi ruangan karaoke.

“Biarin aja,” sergah Mira. “Gue lagi nanggung nih,” kata Mira. Ia mengepitkan kedua pahanya kuat-kuat tak rela melepaskan kontol Luthfi dari cengkeraman memeknya.

“Iya biarin aja, gue suka lihatnya kok,” kata Yulia mendukung Mira.

“Gue yang gak suka,” sahut Luthfi sedikit kesal. Suaranya semakin meninggi.

“Jangan jadi orang kuno dong,” kata Yulia lagi.

“Maksud kamu?” tanya Luthfi tak mengerti maksud Yulia.

“Kenapa kalian para cowok boleh memuaskan birahi dengan melihat kami para cewek berlesbian ria? Lalu kami para cewek kenapa gak boleh memuaskan birahi juga dengan melihat kalian para cowok berhomo ria? Gak adil kan?” kata Yulia serius pada Luthfi. Pertanyaan yang sederhana, namun Luthfi tak tau menjawabnya. Repot juga kalo urusan kesetaraan gender dibawa-bawa.

“Udah biarin aja mereka. Gue lagi nanggung nih. Entar kalo gue udah beres terserah elo deh mau ngapain. Mukulin mereka juga terserah. Malah kalo elo mau gabung gue lebih senang. Mmmmm pasti seru ngelihat elo ngentot dengan salah satu dari mereka. Tapi sekarang yang penting gue mau nuntasin oragasme gue yang udah terasa sampe di ujung nih,” kata Mira pada Luthfi. Cewek itu kembali melanjutkan gerakan pantatnya. Cepat dan semakin cepat. Tangannya mencengkeram pantat Luthfi menggoyang-goyangkannya karena Luthfi tak membalas goyangan pantatnya.

Luthfi benar-benar tak berkonsentrasi lagi ngentot dengan Mira. Matanya melihat terus ke arah mulut Ferry dan Vina yang dengan buas bergantian mengoral Rully. Sementara rekan sekerjanya itu terus tak menyadari.

V

“Berani mencoba?” bisik Yulia di telinga Luthfi. Nada suaranya menantang keberanian Luthfi.

“Enak aja! Saya bukan homo,” kata Luthfi keqi dengan tantangan Yulia.

“Saya enggak bilang kamu homo kok. Saya banyak melihat laki-laki bukan homo yang mau melakukan itu. Tujuannya hanya satu, kepuasan, titik. Sama seperti kami mencari kepuasan dengan bermain cinta sesama perempuan,” kata Yulia.

Kata-kata Yulia membuat Luthfi terdiam seribu bahasa. Matanya menatap bongkahan pantat Ferry yang putih yang sedang bergerak-gerak cepat itu. Yulia mulai berhasil menimbulkan rasa penasarannya akan sensasi sex bukan dengan lain jenis. Bagaimana sensasinya bila melakukannya dengan lelaki? Pikirnya dalam hati.

“Kok diam? Tergoda untuk mencoba?” tantang Yulia lagi.

“Enak aja!” kata Luthfi sok tak penasaran. Tangannya mencengkeram buah patat Mira. Dengan segenap kekuatan digenjotnya pantatnya menyenggamai gadis yang sedang menungganginya bak seorang cowgirl itu.

“Tak usah malu?” kata Yulia lagi.

“Ahhh.. ahhhh… ahhh.. ahhhh… ahhhh… ahghhh…. Agghhhh…… ohhhh……..,” erang Mira kuat. Tenaga penuh yang diberikan Luthfi mengocok memeknya dengan kontol yang keluar masuk dengan cepat dan keras bak piston membuat Mira tak sanggup lagi menahan orgasmenya.

“Hihihihihi,” Yulia tertawa kesenangan. Ia tahu Luthfi kesal dengan kata-katanya. Ia tahu cowok itu tergoda untuk mencoba tantangannya. Namun merasa malu karena nantinya akan dianggap homo.

“Sudahlah, gak usah malu. Kita-kita kan hanya cari kepuasan doang. Kalo emang penasaran cobain aja,” kata Yulia lagi. Sementara Mira yang terbaring lemas kecapaian hanya tersenyum-senyum menyaksikan ulah Yulia yang menggoda rasa penasaran Luthfi. “Ngapain juga mesti malu. Kita-kita yang cewek aja gak malu kok melakukan sex lesbian,” tambah Yulia.

Luthfi menimbang-nimbang. Ia berpikir keras. Sekeras kontolnya yang masih tegak mengacung. Tiba-tiba akal sehatnya seperti hilang. Ia mendekati Rully. Setelah dekat kepala Rully dipegangnya kuat-kuat. Rully kaget. Ia menatap bingung pada Luthfi.

“Ada app……,” kata Rully tak selesai mengucapkan pertanyaan kebingungannya karena kontol Luthfi langsung menancap dalam mulutnya yang sedang membuka lebar karena akan berkata, “apa?”

Rully benar-benar bingung dan kaget. Matanya melotot pada Luthfi. Sesaat ia tak tahu harus berbuat apa karena Luthfi memegangi kepalanya. Namun setelah sadar ia langsung mendorong tubuh Luthfi dengan tangannya. Meminta pria itu menjauh darinya. Ferry terkesima melihat reaksi Luthfi. Ia tak percaya cowok ganteng itu melakukan hal itu pada Rully. Sementara itu Yulia dan Mira tertawa kegirangan menyaksikan kelakuan Luthfi.

“Apa-apaan sih Luth?” kata Rully berang setelah ia berhasil mendorong tubuh Luthfi hingga terjungkal ke lantai.

Ia berdiri dengan sikap kuda-kuda, siap menghajar cowok itu bila mendekatinya lagi. Suasana dalam ruangan karaoke itu berubah jadi tegang. Ferry menghentikan kegiatannya mengentoti Vina. Semuanya kini memandangi Rully dan Luthfi.

VI

“Kok kamu marah ke gue Rul?” tanya Luthfi tanpa merasa bersalah.

“Pake nanya lagi kenapa gue marah. Kelakuan kamu itu yang bikin gue marah!” sahut Rully dengan suara tinggi. “Gak sopan banget kamu itu. Gini-gini grade gue jauh lebih tinggi dari kamu Luth,” Rully benar-benar berang.

“Sabar Rul, sabar. Gue kirain kamu emang suka maen begituan, maka…,” kata-kata Luthfi terpotong karena langsung disela oleh Rully.

“Suka? Kurang ajar banget sih kamu ini. Kamu minta gue tonjok nih?!” Rully makin marah.

“Eit, kalo mo ngajak berantem boleh aja. Gue gak takut sama kamu Rul. Ini udah diluar jam kantor. Gue gak peduli mau grade kamu setinggi langit juga. Gak ada masalah buat gue. Tapi, sebenarnya gue rasa orang yang paling tepat untuk kamu tonjok duluan bukan gue. Tapi itu tuh, Pak Ferry!,” sahut Luthfi menunjuk ke arah Pak Ferry.

“Kenapa? Kok begitu?!” Rully bingung mendengar kata-kata Luthfi.

“Masak elo gak tau sih? Dari tadi kan dia enak-enakan ngemut kontol kamu. Makanya gue datangin kalian. Gue pikir kamu doyan maen sama cowok,” jawab Luthfi.

“Hah?!!!” Rully terhenyak. Matanya melotot pada Ferry, Rully benar-benar kaget dan bingung. “Kamu jangan ngomong sembarang Luth, yang tadi ngemut gue itu si Vina,” kata Rully pada Luthfi.

“Tanyain aja si Vina, apa benar dia doang yang ngemut kontol kamu? Kalau yang gue liat bersama Yulia dan Mira, Pak Ferry ikutan ngerjain kontol kamu juga,” kata Luthfi.

“Dan kamu keenakan banget Rul,” celetuk Yulia menegaskan kata-kata Luthfi.

Suasana semakin membingungkan buat Rully. Ia tak tahu harus ngomong dan berbuat apa lagi. Dia hanya memandangi wajah Ferry dengan bingung. Kok bisa-bisanya pria sejantan Ferry ini dan diketahuinya sudah menikah bisa melakukan hal yang dikatakan Luthfi tadi. Mengoral kontolnya bergantian dengan Vina.

“App.. apa benar begitu Pak?” tanya Rully terbata-bata pada Ferry.

Ferry tak langsung menjawab. Tatapannya yang bak elang menatap Rully tajam. Rully benar-benar bingung. Tiba-tiba ia merasa grogi karena ditatap oleh Ferry seperti itu.

“Kalo emang bener. Trus kenapa Rul? Ada masalah dengan apa yang saya lakukan ke kamu?” tanya Ferry. Suaranya tanpa ekspresi sama sekali. Sepertinya apa yang dilakukannya pada Rully adalah hal yang wajar saja. Rully semakin bingung. Ferry adalah orang yang diseganinya. Grade Ferry jauh lebih tinggi diatasnya. Dan, kepergian mereka ke Nagoya ini adalah untuk melayani kemauan Ferry, sesuai dengan apa yang diperintahkan Pak Sujono padanya.

“Apapun yang diinginkan oleh Pak Ferry, harus kamu layani Rul. Ini penting. Pak Irawan, Kepala Cabang kita, tidak mau posisinya terganggu hanya gara-gara kita tak bisa melayani Pak Ferry dengan baik,” kata-kata Pak Sujono saat menugaskannya berangkat mendampingi Ferry kembali terngiang jelas dibenaknya.

Rully memang sudah mempersiapkan diri untuk melayani Ferry. Duit segepok dari dana taktis kantor sudah dikantonginya. Duit itu rencananya akan digunakan untuk menservice Ferry. Namun ia tak pernah menduga kalu ternyata service yang diinginkan Ferry akan seperti ini. Tak disangkanya ternyata yang diinginkan Ferry adalah bermain cinta dengan sesama laki-laki juga. Dan sialnya, kok si Luthfi yang playboy itu bisa ikut-ikutan juga. Ngambil kesempatan dalam kesempitan.

“Kok jadi pada bengong sih? Kalo pada bengong-bengongan kayak gini, mendingan kami balik aja deh,” kata Mira tiba-tiba memecahkan kesunyian.

“Iya. Lagian kami gak mau ikutan kalo kalian pada berantem,” sambung Vina. Ketiga cewek itu lalu bersiap-siap menggenakan pakaian mereka kembali.

Entah kenapa tak satupun dari ketiga cowok itu yang berusaha untuk mencegah kepergian mereka. Masing-masing mereka tetap berdiri saja dalam keadaan telanjang bulat. Tak ada yang berbicara. Hanya saling memandang satu sama lain.

“Ngapain juga kita begini,” kata Luthfi tiba-tiba. Rupanya dia merasa bosan juga dengan kediaman itu. “Gue nanggung nih. Lagian rasa penasaran gue pengen ngentot dengan cowok belum tersampaikan. Gimana Pak Fer? Kalo emang si Rully gak mau, kita maen berdua aja deh,” ajak Luthfi pada Ferry.

Astaga! Rully kaget luar biasa. Si Luthfi kok nekat ngomong begitu sih? Pikirnya. Setan apa yang merasuk ke tubuh cowok playboy sialan ini? Pikir Luthfi lagi.

“Hehehe. Boleh aja. Siapa takut,” sahut Ferry. Ia tertawa kesenangan, akhirnya harapannya untuk bercinta dengan Luthfi kesampaian juga. Dan mungkin nantinya ia bisa juga mendapatkan Rully. Sementara ini Luthfi sajapun sudah cukup. Ia langsung mendekati Luthfi. Kedua tubuh kekar mereka langsung saling merapat. Bibir mereka saling memagut. Jemari mereka saling meraba. Menjelajahi lekuk-lekuk tubuh mereka yang berotot. Dan itu semua mereka lakukan di depan mata Rully.

VII

Luthfi sedemikian beringas mencumbu tubuh kekar Ferry. Ia bagaikan orang kelaparan akan birahi. Tubuh Ferry yang duduk mengangkang di kursi dijelajahinya dengan tangan dan mulutnya. Meskipun Luthfi bukan gay, namun rasa penasarannya akan sensasi bercinta dengan lelaki membuatnya jadi seperti itu. Ternyata, kenikmatan menjilati tubuh lelaki berbeda dengan apa yang dirasakannya saat menjilati tubuh perempuan selama ini. Ia menemukan apa yang tak bisa dinikmatinya saat menjilati tubuh perempuan, otot-otot lelaki yang kencang dan padat. Dan rasanya begitu berbeda.

Rully yang menyaksikan kelakuan bejat Luthfi dan Ferry hanya bisa menahan nafas saja. Perasaan yang dirasakannya membuatnya semakin bingung. Ia merasa aneh, jijik, namun juga seperti terangsang menyaksikan live show yang ditunjukkan oleh Ferry dan Luthfi.

Tingkatan percumbuan Ferry dan Luthfi semakin tinggi. Kini Luthfi asik berkonsentrasi di sekitar selangkangan Ferry. Lidah Luthfi sibuk menjelajahi sudut selangkangan Ferry. Hingga akhirnya tanpa malu-malu lidah Luthfi mulai menjalar ke batang kontol Ferry yang sudah sekeras batu itu.

“Ohhhhh… Luthhh… ohhhh…………..,” Ferry mengerang keras. Terlihat Ferry begitu keenakan oleh lidah Luthfi yang menjilat-jilat batang kontolnya.

Rully merinding menyaksikan keseriusan Luthfi mengerjai kontol Ferry itu. Kok bisa Luthfi yang normal dan selama ini terkenal sebagai pemburu wanita itu bisa sangat menikmati batang kontol laki-laki. Mengapa ia tak merasa jijik sama sekali?

“Mmmhhh.. mmhhmmm….mmggghhhh… sluruppp….sruppp….,” suara mulut Luthfi.

“Ohhh… ohhh… gimana Luthhh ohh…? Enak khannnhhh.. aouhh….,” tanya Ferry meminta komentar Luthfi.

“Mmmhhh..mmhhh… enak sekali pakkhh.. mmhhh…mmmm….. enakk…,” sahut Luthfi. Pandangannya di arahkannya pada wajah Ferry. Masih dengan kontol gemuk panjang Ferry dalam mulutnya, Luthfi melemparkan senyum cabul pada Ferry. Dan senyumnya itu berbalas. Ferry tersenyum juga pada Luthfi dengan tak kalah cabulnya.

Ferry kemudian mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi. Ia memamerkan lobang pantatnya yang penuh bulu itu pada Luthfi. “Luthh… jilatin bool saya dong, jilatin Luthh.. sampe becek…ohhh..,” kata Ferry meminta Luthfi melakukan rimming pada lobang pantatnya.

Seperti kerbau di cucuk hidungnya Luthfi langsung menjilati lobang pantat Ferry. Lidahnya menusuk-nusuk ke celah lobang pelepasan Ferry. Sebelumnya Luthfis sudah sering juga melakukan rimming di lobang pantat perempuan. Namun lobang pantat perempuan-perempuan itu sangat berbeda dengan milik Ferry ini. Semua lobang pantat yang pernah di rimmingnya, termasuk istrinya sendiri, selalu halus mulus dan bersih dari bulu. Sedangkan lobang pantat tidak. Lobang pantat itu ditumbuhi dengan bulu-bulu halus yang membuatnya semakin keenakan. Rasa geli di lidahnya saat bergesekan dengan bulu-bulu itu menimbulkan sensasi yang luar biasa. Dengan buas Luthfi merimming lobang pantat Ferry. Wajahnya sampai disusupkannya dalam-dalam ke belahan buah pantat cowok tampan itu.

“Ohhhhhhhhhhhh…………..,” Ferry mendesah keras. Rambut kepala Luhfi diacak-acaknya. “Godhhhh… enaknyahh………..,” kata Ferry lagi. Ia sangat keenakan oleh perlakuan buas Luthfi merimmingnya.

Rully semakin terangsang. Saat ia melirik ke bawah, ke arah kontolnya sendiri, ia kaget. Kontolnya sudah membengkak. Mengacung tegak ke arah atas. Lurus rapat di perutnya yang berotot. Kepala kontolnya yang bulat bak jamur kemerahan terlihat mengkilap. Setitik precum terlihat di ujung kepala kontolnya itu. Keluar dari lobang kencingnya.

“Apa-apaan nih?” pikirnya. Kenapa dia bisa ngaceng total begini.

“Rull.. ohh.. Rull, kemari Rull. Dekat kesini,” kata Ferry diantara erangannya. Ia menyadari perubahan yang terjadi pada pria itu.

“Hehehe. Ayo Rul, kemari. Gabung sama kita. Enak banget ternyata Rul,” kata Luthfi menambah ajakan Ferry.

“Jangan bengong gitu Rul. Ayo sini,” kata Ferry lagi.

Rully ragu. Namun kemudian ia melangkah mendekati kedua cowok yang sedang bercumbu itu. Kontolnya yang keras bergoyang ke kiri dan ke kanan seiring dengan langkahnya mendekat ke Ferry dan Luthfi.

VIII

Hilang sudah perasaan sungkan. Hilang sudah perasaan jijik. Rully telah dibuai oleh nafsu yang tak dimengertinya. Dengan penuh kerelaan diberikannya kontolnya untuk dilahap oleh Ferry.

Rully mengerang keenakan. Dengan mata menyipit menahan nikmat, ditatapnya mulut Ferry yang membulat karena dipenuhi oleh batang kontolnya yang gemuk dan panjang. Ia membiarkan saja Ferry melakukan apa saja yang disukainya terhadap kontolnya itu. Dibelai-belainya rambut hitam Ferry yang ikal pendek itu. Seperti ia membelai-belai rambut Shinta, kekasih tercintanya saat melakukan oral padanya.

Namun Shinta tak bisa memberikan kenikmatan oral sehebat apa yang diberikan Ferry pada Rully. Shinta terlalu cepat merasa capek saat mengoralnya. “Huhhh… kontol sayang gede dan panjang banget sih. Mulut Shinta rasanya jadi keram deh,” komentar Shinta seringkali padanya. Dan karena sayangnya pada Shinta ia tak memaksa kekasihnya itu untuk melanjutkan lagi oral padanya.

Tetapi Ferry tidak demikian. Meskipun mulutnya harus membulat selebar-lebarnya, ia tetap giat mengoral kontol Rully. Tak ada kata-kata capek. Malahan dengan segenap daya upaya Ferry mencoba memasukkan seluruh kontol Rully dalam mulutnya. Dan Rully menjadi sangat keenakan karena itu. Ia sampai kelojotan saking enaknya, saat kepala kontolnya dirasakannya menembus kerongkongan Ferry dan bibir tipis Ferry bertemu dengan jembutnya yang lebat di pangkal kontolnya.

“Ohhhhhh… Pak Feryyyhhhhhh enak bangethhh… ohhhhhhhhhh……….,” erang Rully. Saking enaknya ia tak mau menyudahinya. Ditekannya kepala Ferry kuat-kuat. Dan itu membuat Ferry susah untuk bernafas jadinya.

Ferry benar-benar memuaskan hasrat kedua laki-laki normal itu akan pengalaman baru mereka. Usai ketiganya orgasme dalam sesi oral yang mereka lakukan Ferry mengajak mereka untuk melanjutkan ke sesi selanjutnya di kamar hotel mereka. Sesi anal sex antar lelaki jantan.

Di dalam kamar hotel yang ditempati Ferry, di atas ranjang single bed yang besar, kedua pegawai muda dan jantan itu diberikan kesempatan oleh Ferry untuk mereguk kenikmatan dengan memasuki lobang pantatnya bergantian.

Seperti kesetanan Luthfi dan Rully menyodomi Ferry berkali-kali malam itu. Pengalaman baru yang sangat nikmat itu membuat mereka ketagihan. Setelah Luthfi lemas usai menumpahkan spermanya Rully gantian menunggangi Ferry. Habis Ferry kembali Luthfi mengulang. Begitu terus sampai kedua pegawai muda itu kelelahan dan tertidur pulas diatas ranjang yang sudah kusut masai oleh persetubuhan buas mereka.

Ferry yang sangat kesakitan namun juga terpuaskan birahinya itu hanya bisa memandang lemas pada kedua pegawai muda yang tertidur lelap itu. Sejenak ia tersenyum melihat kontol keduanya yang basah belepotan lendir kental sperma. Keduanya tak sempat membersihkan diri lagi karena sudah sangat kelelahan. Ferry menyempatkan untuk membersihkan badannya dan lobang pantatnya di kamar mandi sebelum kemudian ia pun jatuh tertidur di samping Rully dan Luthfi. Namun sebelum tidur ia bertekad akan melanjutkan lagi pergumulan sejenis mereka esok hari. Keinginannya untuk menikmati keperjakaan kedua pegawai tampan itu belum bisa direalisasikannya malam ini. Karena itu, esok hari ia harus bisa memperolehnya.

IX

Tak banyak uang yang dikeluarkan oleh Rully untuk membiayai perjalanan refreshing itu jadinya. Mulai keesokan harinya tak ada lagi acara jalan-jalan keluar mereka lakukan. Ketiganya hanya berkumpul di dalam kamar hotel. Ketika lapar mereka memesan makanan agar di antar ke kamar. Sepanjang hari hingga kemudian kembali pulang ke Pekanbaru mereka mengisi hari dengan mengentot sesama mereka. Berulang-ulang. Berganti-ganti.

Atas ijin Ferry uang kelebihan biaya perjalanan itu mereka bagi bertiga. Sepulang acara refreshing kedua pegawai ganteng itu mengantongi uang dalam jumlah cukup banyak jadinya. Namun dalam acara refreshing itu juga keduanya harus merelakan hilangnya harta mereka yang paling berharga. Yaitu hilangnya keperjakaan lobang pantat mereka direnggut oleh Ferry. Untuk pertama kali dalam hidup mereka keduanya merasakan batang kontol menembus lobang pantat mereka. Batang kontol yang gemuk dan panjang, yang membuat dinding lobang pantat mereka terasa perih sekaligus geli-geli enak dan kepala kontolnya mentok hingga menyodok prostat mereka.

Detik-detik penetrasi pertama itu membuat Luthfi dan Rully merinding karena menahan sakit diantara rasa nikmat. Dengan gentle mereka menahan rasa sakit itu sekuat tenaga. Hanya jeritan-jeritan tertahan dari mulut mereka saja yang menjelaskan betapa sakitnya penetrasi itu. Namun Ferry tak merasa perlu untuk mengurungkan niatnya menggarap kedua pegawai ganteng itu hanya karena sakit yang mereka rasakan. Dirinyapun sudah pernah mengalamai rasa sakit itu saat pertama kali disodomi. Namun setelah itu tak ada lagi rasa sakit yang ada hanya nikmat. Dan ia mengulang kalimat Kamal, sahabatnya yang sekaligus orang pertama yang menyodominya, pada kedua pemuda ganteng itu, “Sakitnya hanya sebentar, nanti juga enak kok. Tahan ya.”

Kalimat itu sekaligus permohonan ijin untuk Ferry memperlakukan Luthfi dan Rully sekehendak nafsunya. Tanpa peduli dengan jeritan-jeritan tertahan keduanya Ferry menyodomi mereka dengan segala keperkasaan yang dimilikinya. Pantatnya bergerak mantap menghentak sekuat tenaga. Mengaduk-aduk lobang pantat mereka dengan batang kontolnya. Hingga spermanya luber memenuhi lobang pantat sempit yang memberikannya sejuta rasa nikmat itu.

Kembali ke Jakarta usai refresing di Batam itu meninggalkan kenangan indah bagi Ferry, Luthfi, dan Rully. Ferry merasa puas karena keinginannya untuk merengkuh kenikmatan bersama kedua pegawai ganteng itu bisa kesampaian. Sedangkan bagi Rully dan Luthfi pengalaman baru bersama Ferry merupakan awal dari babak baru kehidupan seksual mereka. Jenis kelamin tak lagi menjadi halangan bagi mereka memuaskan birahi. Hanya kepuasan yang dicari. Karena itu melakukannya bisa dengan siapa saja yang mereka kehendaki. Tak peduli apakah dia perempuan atau laki-laki.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.