Kamis, 12 April 2012

Perjalanan Jakarta - Semarang

Eko seorang prajurit dari pasukan Elit Group II Kopassus hendak berlibur cuti ke Semarang menemui kekasih gelapnya. Ia mengantri tiket kereta api Jakarta-Semarang seharian penuh dan akhirnya duduk bersebelahan dengan seorang mahasiswa bernama Tono. Keretapun mulai diberangkatkan jam tiga sore, sementara Eko dan Tono duduk tenang tanpa kenal satu sama lain. Duduk di kelas Super Eksekutif tentunya sangat menyenangkan. Perjalanan tak terasa dan ternyata Tono yang memiliki Tujuan ke Surabaya itu adalah seorang GAY. Tubuhnya yang keren karena hobinya renang dan melakukan kegiatan Fitness rutin membuatnya semakin percaya diri apalagi ketika duduk berdampingan dengan salah seorang parjurit pasukan elit di Indonesia ini.

Perjalanan menembus malam dimulai, keduanya pun tertidur karena mungkin lelah seharian mengantri tiket untuk pulang. Maklumlah menjelang lebaran, tiket susah sekali didapat. Eko yang tak sabar menemui kekasih gelapnya di Semarang terus bermimpi bermain bersama sang kekasih dan sejumlah wanita-wanita cantik, dan sementara Tono yang juga rindu akan kekasihnya di Surabaya memimpikkan sedang bermesraan dengan kekasihnya itu. Tanpa sadar dalam remang-remang malam di atas kereta saat itu, tangan Tono menggapai celana Eko yang juga sedang bermimpi.

Tangan Tono pun mulai masuk merogoh isi terdalam celana Eko sambil membayangkan ia melakukan hal itu bersama kekasihnya. Sementara Eko bermimpi yang menyenangkan pula, wanita-wanita itu memegang kontolnya dan meremas-remas, membuat Eko tanpa sadar melepaskan kancing dan retzleting celananya membiarkan tangan Tono menari-nari di dalamnya. Eko yang sudah tidak tahan lagi dengan kenikmatan ini menarik kepala kekasihnya untuk menjilati kontolnya. Tono kaget dan terbangun ketika kepalanya ditarik ke arah kontol Eko. Tapi tanpa ragu disantapnya santapan gratis ini, sementara Eko yang terbiasa bermain wanita ini dengan gaya militernya menekan-nekan kepala Tono agar kontolnya leluasa keluar masuk mulutnya dengan irama yang dibuatnya.

Tak tertahankan lagi Eko spontan terbangun dan menekan kepala Tono untuk mengeluarkan cairan bening itu ke tenggorokkan Tono. Setelah merasakan kenikmatan sekejab itu Eko kaget dan menarik kepala Tono, dan langsung menutup celananya. Tono hanya tersenyum sementara Eko memandangnya dengan muka merah. Selama perjalanan jantung Eko berdebar-debar keras, walaupun ia seorang prajurit tetapi dalam hal percintaan ia lemah. Tono mengambil kesempatan itu dengan membuka celananya dan memperlihatkan kontolnya yang besar dan memain-mainkkannya di hadapan Eko setelah melihat reaksi Eko yang tampaknya juga seorang GAY. Tono terus memperhatikan Eko yang menegukkan liur di tenggorokkannya dan juga mukanya yang memerah disertai dengan berdirinya kemaluan Eko.

Eko dengan wajah malu-malu dan secara diam-diam terus memandangi kontol Tono yang besar itu, dan akhirnya sebagai ucapan terima kasihnya ia pun mulai memberanikan diri dan memegang kontol Tono dan mengocoknya. Tono menggeliat kesenangan. Tubuh Tono yang besar dan kekar itu juga membuat sang prajurit segan apalagi sering terjadi kasus mahasiswa dan TNI yang membuat Eko harus ramah terhadap mahasiswa. Tono langsung menarik kepala Eko dan prajurit yang sudah tidak tahan lagi dengan nafsunya itu langsung menyambar kontol Tono.

Tono menikmati kuluman itu hingga meninyapun menetes kedalam mulut sang prajurit. Setelah mereka selesai bermain, mereka pun berkenalan. Sebuah perkenalan yang terlambat. Eko banyak bercerita bahwa memang dirinya sebenarnya GAY, tetapi ia selalu melampiaskan nafsu seksualnya kepada banyak wanita. Ia tak pernah mencintai wanita, sementara wanita hanya dijadikannya sebagai tempat pemuas nafsu. Sejak menjadi pasukan elit ia selalu dikenalkan kepada wanita dan bahkan diharuskan bergilir memainkan wanita oleh seniornya.

Saat bermain, bukan wajah wanita yang dibayangkan melainkan tubuh-tubuh prajurit-prajurit yang seksi itu. Akhirnya lama-kelamaan kebiasaan itu semakin membuatnya ketagihan untuk menjadikan wanita semakai tempat pemuasan nafsunya. Ia tak pernah puas dengan satu wanita karena ia tak pernah mencintai wanita, ia bingung saat kemana harus mencurahkan isi hatinya dan akhirnya pelampiasan itu larilah kepada wanita. Sungguh malang nasib wanita yang menjadi korban dari orang yang juga menjadi korban lingkungannya sendiri.

Baru kali ini Tono melihat tetesan air mata jatuh mengalir dari mata seorang prajurit. Ia mengusapkan tetesan air mata itu dan membawa kepala Eko ke atas dadanya. Ia pun masuk sebagai tentara agar mampu menghilangkan perasaan dirinya sebagai seorang GAY, namun justru semakin menyiksanya dan hanya menipu dirinya sendiri. Eko pun berkata mulai hari ini ia akan berhenti mempermainkan wanita jika Tono mau menjadi kekasihnya.

Tono yang juga ngebet banget sama Eko langsung menerima tawaran Eko. Tiba-tiba lampu kereta menyala dan kereta telah tiba di Semarang. Namun Eko tidak hendak turun dan Tono pun heran. Tono berkata, bukankah kamu akan ke Semarang? Eko pun menjawab, aku ke Semarang hanya untuk menyakiti hati seorang wanita, karena hari ini aku telah menemukan kekasihku dan jati diriku yang sebenarnya. Aku akan ikut kekasihku ke Surabaya. Tono pun senang sekali mendengar hal itu, dan akhirnya keretapun melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Selama perjalanan tak ada masalah dengan tiketnya apalagi ia seoang tentara.

Dan akhirnya prajurit itu menemukan cinta sejatinya dan menentukan jalan hidupnya yang terbaik. Namun mereka berharap agar masyarakat bisa menyadari hal ini dan agar orang-orang seperti mereka ini tidak larut dalam keputus asaan dan hal-hal lain yang sangat merugikan. semoga mereka mau mengambil pelajaran dari kisah ini.

1 komentar:

adi mengatakan...

smga langgeng aj

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.