Selasa, 17 Juli 2012

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin.

Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku sangat sayang pada beliau.

Karena kesatuan kami pasukan tempur elit, tentu saja yang jadi Komandan adalah orang-orang pilihan termasuk anggota kesatuannya. Tidak bisa dibantah Komandan-ku orangnya cerdas dan ganteng!. Dia tinggi langsing dan atletis. Jika Komandan-ku sedang mengenakan baju maka yang terlihat adalah seorang lelaki yang tinggi, atletis, tegap dan langsing. Tetapi kalau bajunya dibuka maka tampak otot dada yang ketat dengan dua puting susu yang selalu tampak mengencang. Otot perutnya sangat ketat, demikian juga otot biseps, triseps dan otot tungkainya. Barangkali akan sangat indah kalau beliau jadi model lukisan.

Komandan-ku punya isteri cantik dan beranak dua orang laki-laki yang juga ganteng seperti bapaknya. Masing-masing bersekolah di primary school (sekolah dasar) dan di high school (sekolah menengah atas).

Walaupun aku termasuk perwira yang dekat dengan Komandan, tapi seringkali darahku berdesir dan jantungku berdebar jika dekat-dekat dengan lelaki yang begitu gagah dan menawan itu.

Bahkan terkadang aku jadi tegang-terangsang, jika kami latihan renang. Karena beliau senang mengenakan celana renang yang minim. Begitu juga kalau sedang latihan fitness atau binaraga. Para perwira melakukan latihan binaraga hanya mengenakan cawat atau kancut. Kancut Komandan rancangannya ketat dan kuat, tapi minim dan rendah. Sehingga, kalau sedang mengangkat barbel, kancutnya tertarik ke bawah dan sebagian rambut kemaluannya yang hitam terlihat jelas!.

Tambah kacau lagi kalau sesudah latihan renang atau binaraga, Komandan ganti celana renangnya yang basah (kena air) atau ganti kancutnya yang basah (karena keringat) dengan kancut yang kering di hadapanku. Sambil bertelanjang bulat dia mengeringkan tubuhnya yang indah dengan handuk. Kalau sudah begitu aku terpaksa pura-pura ke WC untuk ngocok (masturbasi, onani, ngeloco, coli). Supaya kontol-ku yang sudah terlalu tegang, terasa kencang dan lubangnya membasah oleh cairan mazi (pre-cum) bisa agak relaks. Di kesatuan kami anggotanya laki-laki semua. Karena itu kolam renang dan ruang olah raga tidak punya ruang ganti. Keduanya mempunyai tempat mandi di salah satu sudut, tapi terbuka, tanpa penutup, tembok apalagi pintu. Keruan saja sudut itu jadi tempat lirikan favoritku. Disitu aku bisa menikmati perwira-perwira yang gagah berotot dengan kontol besar dan jembut lebat, mandi, membersihkan dan menyejukkan badan tanpa ragu.

Waktu cerita ini terjadi akau masih lajang (bujangan) dan tinggal di . Semua perwira yang tinggal di (6 orang) suka bertelanjang dada. Mungkin karena penghuninya laki-laki semua atau karena kepanasan. Atau ingin memamerkan tubuh mereka yang berotot atau mungkin karena ototnya terlalu ketat sehingga jika tanpa baju dadanya terasa agak relaks. Yang pasti kalau mau mandi mereka melepaskan pakaiannya di luar kamar mandi. Jadi ke luar masuk kamar mandi bertelanjang bulat saja. Walaupun hal seperti ini sangat lazim di dunia militer, tetap saja kadang-kadang membikin aku terangsang sampai lemas, melihat perwira yang gagah-gagah, atletis berotot dengan kontol yang besar dan jembut lebat menghitam bertelanjang bulat!

Malam hari, mereka juga selalu tidur bertelanjang bulat - tidak perduli hari dingin atau panas. Kebiasaan ini mereka dapatkan waktu pendidikan di akademi militer.

Komandan sekali-sekali bertandang di , ngobrol, main kartu, atau main pingpong. Jika ngobrol kemalaman malah suka menginap. Sebetulnya rumah dinas Komandan tidak jauh dari dan masih dalam kompleks asrama kesatuan kami. Tapi alasan beliau, tidak mau mengganggu orang-rumah yang sudah tidur untuk mebukakan pintu.

Kalau menginap di , terpaksa Komandan tidur di kamarku. Karena kamarku agak luas dan punya dua tempat tidur. Karena kadang-kadang "kemalaman" di , maka Komandan juga menyimpan pakaian dan alat mandi di lemariku. Dia tidak perlu pakaian tidur, karena kalau tidur juga selalu bertelanjang bulat. Tentu saja setiap kali Komandan tidur di kamarku aku jadi resah-gelisah. Supaya tidak "berbeda" dengan Komandan, aku juga terpaksa tidur telanjang bulat. Komandan sendiri seperti cuek saja!.

Untunglah Komandan selalu tidur dengan lampu padam, sehingga beliau tidak bisa melihat kegelisahan-ku, dan tidak bisa melihat kontol-ku yang makin lama makin tegang, terasa ketat, mengencang dan agak sakit. Waktu itu umurku sekitar 27 tahun, jadi kalau sedang ngaceng, kontolku tegak dan mengencang sekali, kadang-kadang terasa ketat dan agak sakit (tapi nikmat sekali!). Kalau sudah begitu, aku membalikkan badan ke tembok dan diam-diam aku ngocok di tempat tidur sampai terpancar air mani, supaya relaks. Agar bau sperma tidak tercium oleh Komandan, aku ngocok dengan handuk, lalu air mani (sperma, pejuh) yang keluar aku tampung dalam lipatan handuk. Esok harinya baru dicuci!.Begitulah "penderitaan" ku kalau ketamuan Komandan di kamar.

Pada suatu malam Sabtu, aku sendirian di . Penghuni lainnya, sebagian sedang ikut pendidikan militer di kota lain, seorang lagi izin pulang kampung urusan keluarga. Malam itu Komandan ngobrol lagi bersama aku sampai jam 24:00. "Aku tidur disini", kata beliau singkat. Lalu beliau masuk kamarku mengambil sikat gigi dan menyikat gigi di wastafel. "Tidur kita" katanya lagi dari dalam kamar. Aku menurut saja dan masuk kamar. Seperti biasa beliau melepaskan seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat, lalu tidur menelentang. Darahku mulai menggelegak terangsang oleh keberadaannya dan ketelanjangannya. Aku mulai salah tingkah lagi dan pura-pura mengantuk lalu memadamkan lampu. Karena mataku beradapatasi, kamar mulai terasa agak terang. Cahaya lampu luar masuk melalui ventilasi dan kaca jendela.

Aku mulai bersiap mau ngocok karena rangsangan tadi belum dituntaskan. Tiba-tiba aku merasa seseorang mendekatiku. Aku diam! Komandan!, kataku dalam hati. Mau apa dia?. Beliau maju terus, makin dekat lalu naik ke tempat tidurku. Aku diam, pasrah, menyerah. Rupanya, khayalanku, cita-citaku selama ini akan segera terwujud!

Dia membalikkan tubuhku yang miring dan sudah telanjang bulat itu. Aku menurut. Lalu dia mulai menindihi aku menggosokkan batang kemaluannya di sekitar kemaluanku. Aku menurut saja. Dadanya yang kekar juga digosok-gosokkan ke dadaku, puting susu kami yang kencang dan melenting saling bergesekan dan terasa nikmat. Lengannya yang kekar memeluk aku. Tempat tidur terasa bergoyang. Lalu dia memiringkan tubuhku, sehingga kami berpelukan, berhadapan dalam kedaan telanjang bulat. Dia juga mulai menciumi aku, bibirku, leherku, wajahku. Kami bercipokan dan bertukaran air ludah.

Komandan lakukan semua yang beliau mau. Aku menurut saja dan sekali-sekali mengimbangi dengan gerakan atau posisi untuk menambah kenikmatan dan kebahagiaan beliau. Beliau agaknya merasa senang ajakan (perkosaan?) nya tidak ditolak. Dalam keadaan hening itu, Komandan terus "bekerja" memimpin acara "perkosaan" itu. Semua beliau lakukan dengan tenang, relaks dan mesra. Walaupun sekali-sekali terasa bernafsu! Aku sangat bahagia dan merasa NIKMAT SEKALI!.

Fisik dan libido beliau memang hebat! Setelah acara 69, masih menyodomi aku. Lalu minta disodomi, Lalu minta dihisap kontolnya. Semuanya itu diakhiri beliau dengan keluarnya air mani beliau yang terpancar jauh, melimpah, kental dan terasa dingin dengan ditingkah bau sperma yang khas. Setelah beliau puas, beliau menarik aku untuk tidur di lantai yang dingin (gaya akademi militer), kami berbaring bersebelahan. Lengannya yang kekar memeluk lenganku. Seakan-akan berpesan beliau menyayangi aku dan akan melindungiku selalu.

Menjelang subuh, kami terbangun. Komandan mandi sebentar dan berpakaian. Sebelum beliau pulang, aku masih sempat dipeluk dan diciumi sepuas-puasnya. Seakan-akan mau berpisah untuk selama-lamanya.

Dua hari kemudian Komandan mendapat perintah melalui radiogram bahwa beliau harus mengikuti pendidikan staf komando. Setelah pendidikan selesai, Komandan pindah ke kesatuan lain dalam jabatan yang lebih tinggi. Beberapa tahun kemudian aku sempat kawin dan beranak satu (hebat juga homo bisa punya anak!) Tapi jika kebetulan ketemu beliau lagi, darahku masih berdesir dan jantungku bedebar, ingat kejadian malam terakhir itu! Hebat dan nikmat sekali!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.