Senin, 09 Juli 2012

Kenangan Manis

Hari beranjak sore. Aku bergegas bangun tidur dan segera berangkat ke Sport Center. Pukul 17.00 WIB nanti akan diadakan pertandingan basket antara sekolahku dengan SMU X. Kebetulan aku terpilih menjadi salah satu pemain basket yang ikut bertanding. Sesampainya di sana aku segera ganti pakaian dan langsung ke arena pertandingan.

Pertandingan terasa berlangsung dengan cepat dengan kemenangan ada pada regu sekolahku. Seusai pertandingan aku ngobrol dan evaluasi pertandingan dengan pelatih basketku. Tak terasa seorang demi seorang berlalu meninggalkan lapangan basket. Yang tersisa sekarang hanyalah aku dan pelatihku. Tak begitu lama pelatihku pun pamit pulang. Tinggallah aku sendiri di lapangan. Aku segera menuju ruang penyimpanan barang-barang. Di sana aku menemukan sebuah tas ransel hitam, entah siapa yang punya. Aku menjadi penasaran, aku buka tas ransel itu. Tak banyak isinya hanya sebuah album dan pakaian ganti satu setel. Penasaran siapa yang punya, aku buka album itu. Tak kuduga album tersebut berisikan foto-foto cowok-cowok model yang sedang berpose aduhai. Tanpa berpikir lebih lanjut aku buka satu-persatu lembarannya hingga habis tak tersisa. Kontolku saat itu sudah keras terbalut celana basketku. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara Andre – pebasket dari sekolah lawanku – yang muncul di balik pintu “Kamu suka ?”. Aku sangat terkejut mendengar pertanyaannya sampai tanpa kusadari album foto itu jatuh dari genggaman tanganku.

Andre lalu mengambil album foto itu dari lantai lalu berkata “Ini aku dapat dari sodaraku yang bekerja di salah satu agensi di Jakarta. Kalau kamu suka kamu boleh pinjam, di rumah aku masih punya beberapa album lagi. Kamu mau ?”. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan. Ia lalu memberikan alamatnya kepadaku kemudian ia mengambil tasnya dan pergi menuju tempat bilas. Sejenak aku termenung akan kejadian barusan dan ketika aku sadar aku langsung mengikuti Andre menuju ke ruang bilas. Dalam perjalanan aku bertanya kepada Andre “Ndre, apa cowok-cowok tadi itu gay ?”. Lalu dijawabnya “Ia, jangan kaget banyak di antara cowok model kita yang rela menyerahkan tubuhnya agar bisa terkenal.” Aku bertanya lagi “Sejak kapan sih kamu mengoleksi foto-foto kaya gitu ?”. Ia jawab “Sejak aku ngefans sama mereka.” “Apa kamu juga gay ?” tanyaku tanpa sadar kepadanya. Kali ini ia hanya menjawab dengan senyuman. Aku pun membalasnya dengan memberikan senyumanku yang sensual. Ia lalu merangkul pingganggku hingga kita sampai ke tempat bilas. Sesampainya di sana, Andre mencium bibirku dengan gentlenya. Lidahku dan lidahnya bertemu dan bergelora mengikuti arus gairah yang tidak terbendung. Sambil menciumku dengan penuh nafsu, Andre mencoba melepas baju basketku yang tanpa lengan itu. Ia lalu merapatkan tubuhku ke dinding kamar bilas dan bibirnya mulai beranjak turun dari bibirku. Leherku diciumnya dengan penuh nafsu. Kini bibirnya merambah pentil susuku. Dengan lembut dikecupnya pentilku lalu lidahnya bermain di pentilku. Aku agak kegelian karena goyangan lidahnya dan nafasnya yang menerpa dadaku. Setelah puas menjelajahi pentil susuku, bibirnya berpindah ke perutku yang rata dan ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Aku hanya dapat mengerang kenikmatan sambil terus menyemangati Andre untuk terus menjelajahi tubuh sensualku. Ia lalu menurunkan celana basketku hingga aku hanya mengenakan CD string bikini saja yang membalut kontolku yang sudah memberontak ingin cepat keluar. Namun Andre tidak segera menurunkan CD ku, ia malah terus menciumi kontolku dari luar string bikiniku.

Tiba-tiba Andre berseru tertahan “Ton sekarang giliranmu.” Ia lalu berdiri dan dari belakang aku berusaha menangkap tubuhnya yang padat berisi itu. Aku mencium tengkuknya, bagian tubuh yang menurutnya paling erotis. Aku lalu membalikkan tubuhnya hingga wajahnya berhadap-hadapan denganku. Tanpa banyak bicara lidahku segera menjulur menerobos bibirnya yang membuka dengan sensualnya. Tiba-tiba air dari shower mengucur membasahi tubuh kami. Dinginnya air shower itu seakan tidak mengendorkan gairah nafsu kami. Tubuhnya yang kekar khas pemain basket itu terbalut kontum basketnya yang sudah sangat basah oleh air, begitu juga celananya. Namun tak lama kemudian saat aku masih asyik mengulum lidahnya yang sexy, ia melepaskan bibirnya. Ia mengatakan bahwa ia kedinginan. Kami lalu mengambil handuk dan mengakhiri acara bilas kami. Kami lalu kembali menuju ke ruang ganti. Di sana aku melepaskan baju basketnya sehingga ia tampak begitu sexy. Aku lalu membaringkan Andre ke kursi panjang yang terdapat dalam ruangan itu. Kembali wajahku dan wajahnya bersatu dalam gairah yang membara. Segera aku menurunkan wajahku hingga ke pentilnya. Kuemut pentilnya yang imut itu lalu kugigit-gigit lembut Andre terpekik tertahan. Aku yang sangat terkagum dengan dadanya yang macho itu tidak melepaskan setiap inchi dadanya untuk kujilati. Tiba-tiba terdengar langkah orang mendekat. Aku dan Andre kaget dan lalu berusaha menutupi tubuh kami dengan handuk yang ada. Kami lalu berpakaian. Kembali kenikmatan kami terganggu. Andre lalu mengajak aku ke rumahnya. Tanpa sabar lagi kami berlari menuju mobil Andre. Sesampainya di rumah, rumah tampak lengang. Kedua orang tua Andre belum pulang kerja dari kantor. Kami langsung masuk kamar Andre yang besar itu.

Andre segera melolosi seluruh pakaian luarnya dan kembali berbaring di ranjangnya yang empuk itu. Kini sasaranku adalah kontol Andre. Mulutku kini berada di atas CD Andre. Aku jilat kontolnya yang masih berada di dalam CD. Andre tidak sabar lagi. Ia meminta aku agar membuka Cdnya. Aku yang ingin ia penasaran tidak mau membuka Cdnya sampai Andre benar-benar terangsang. Perlahan-lahan aku turunkan Cdnya. TernyataAndre memiliki kontol yang cukup besar sekitar 17 cm dan bentuknya oke banget tanpa dihiasi bulu-bulu jembut. Aku segera kulum kontol Andre lalu tanganuk memegang biji pelernya. Aku cium-cuim kontolnya hingga Andre mengerang penuh kenikmatan. Rupanya servisku pada kontol Andre sangat mengasyikkan bagi Andre. Tiba-tiba saja ia memuncratkan spermanya ke mulutku. Aku kaget sekaligus kecewa karena semuanya berakhir dengan cepat. Aku lalu menghabiskan cairan pria milik Andre. Ternyata Andre juga tidak ingin kemesraan ini segera berlalu. Ia menarik aku hingga kontolku yang masih sangat tegang sekali ini berada di atas wajahnya. Ia lalu melakukan oral seks untukku. Andre memang seorang cock sucker yang asyik.

Tiba-tiba aku merasa ada tangan yang memeluk aku. Aku menoleh dan melihat Roy teman Andre memeluk aku dengan mesranya. Andre menjelaskan kalau Roy itu pacarnya. Aku langsung merasa nggak enak ngeseks sama cowok orang. Namun ketika aku ingin meminta maaf, mulutku telah disumbat oleh mulut Roy yang dengan mernafsu memuluti mulutku. Adegan segera berganti. Roy mengeluarkan kondom dan mengambil baby oil yang terletak di laci lemari Andre. Ia lalu melumuri pantat Andre dengan baby oil juga kontolnya yang besar. Ia lalu memasukkan kontolnya ke dalam pantat Andre. Aku nggak mau kalah. Aku lumuri kontolku dengan baby oil dan memasukkan kontolku ke dalam pantat Roy yang bahenol itu. Roy memekik tertahan namun aku malah mempercepat goyanganku. Tak lama kemudian aku memekik tertahan “Aku mau keluar”. Ternyata Andre dan Roy juga menginginkan hal yang sama. Secara hampir bersamaan kami mengeluarkan cairan cinta kami.

Setelah itu Andre memasang air hangat di kamar mandinya yang terletak di kamarnya itu. Kami bertiga kemudian berendam di baththub Andre. Sambil berendam kami menceritakan pengalaman seks kami masing masing.. Rupanya kegiatan itu membuat kontol kami bangun lagi. Roy lalu mengangkat aku dari baththub dan mengulum kontolku. Rupanya ia ingin merasakan nikmatnya kontolku. Lalu kami berbaring di lantai kamar mandi Andre dan melakukan posisi 69. Andre yang terangsang tapi tidak mendapat bagian lalu melakukan auto felatio. Setalah 15 menit bergelut dengan kontol Roy akhirnya Roy kembali mengeluarkan magma putihnya disusul dengan aku dan Andre. Malam itu menjadi malam yang mengasyikkan buat kita bertiga.

1 komentar:

ahmadborhan mengatakan...

Wah..best cerita ini..ada sambungan tak..

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.