Sabtu, 08 September 2012

Arisan!

Kalo sudah niat baik, aku merasa semuanya jadi mudah. Rencanaku untuk pindah tempat tinggal, dengan mudah kudapatkan gantinya. Dari seorang sahabat aku dapat rumah kontrakan di wilayah Jakarta Selatan, gayanya sih kayak rumahnya si Ucup dalam Bajaj Bajuri kalo dari tampak depan. Lumayan. Di depan ada teras, kemudian bagian dalam yang terbagi tiga, bagian depan ruang tamu, kemudian kamar tidur dan bagian belakang dapur dan kamar mandi. Bagian belakang tidak beratap, membuat udara mengalir bagus dari depan ke belakang. Lay out rumah petak standar.

Perabotku juga tidak banyak. Baru setahun tinggal di Jakarta Pusat, belum berkeluarga, punya barang begini kupikir sudah lebih cukup. Aku hanya punya tikar rotan yang kubeli dari pameran kerajinan di JHCC, yang kutata dengan dua bantal lantai. Di pojok ada meja tv dengan pesawatnya dan vcd player. Udah begitu saja. Sedang dinding ruang tamu masih kosong, hanya ada kalender bekas penghuni lama. Ruang tidurku mungkin paling berantakan, walau sudah kuusahakan agak rapi. Aku tidak punya lemari. Lemari yang waktu di tempat kost bukan punyaku. Pakaian dan barang-barangku masih dalam dus bekas rokok. Ada dua dus. Sebagian barangku yang penting masuk tas yang tidak begitu besar. Matras spring bed single kusandarkan di dinding, membuat kamar tidurku yang hanya memiliki tiga dinding menjadi luas. Kuhamparkan karpet yang penuh cerita di tengah ruang. Aku memang perlu lemari pakaian, tapi aku akan beli di pameran furnitur saja.

Sedang di dapur ada kulkas kecilku, dan kompor gas yang baru kubeli. Entahlah, apa aku sempat untuk masak. Tapi dengan sendiri begini, rasanya bebas saja. Sekalian belajar hidup di 'rumah'.

Tetangga sebelahku mas Wawan dan istrinya mbak Sri dengan satu anak putrinya yang cantik, Mira. Rumah petak ini, berjejeran dengan pemiliknya yang rumahnya bertingkat. Dulu katanya, bangunan rumah petak ini bekas tempat pembuangan sampah sementara. Tapi karena tidak nyaman karena penghuni sekitar ini makin rame, mengakibatkan sampah juga makin banyak, akhirnya tanah ini dibeli dan dijadikan rumah petak. Nggak tahu, pembuangan sampah sementaranya pindah kemana.

Aku ingat, ketika baru dua hari di rumah ini, saat tengah malam terbangun untuk buang air, aku dengar suara yang 'tidak biasa'. Suara kecipak air yang keras dan berulang-ulang. dan ada suara mas Wawan dan istrinya. Lama baru aku sadar, bahwa itu adalah suara effect dari apa yang mereka lakukan: ngentot!! Selama ini bayangan dalam otakku hubungan ml hanya antara dua lelaki. Jadi membayangkan mas Wawan dengan istrinya melakukan hubungan suami istri tidak langsung membuat aku terangsang, tapi lama-lama baru membuat aku terangsang! Itu pun setelah mendengar erangan mbak Sri dan mas Wawan yang telah mencapai puncak orgasmenya. Benar-benar ini adalah pengalaman aneh menurutku. Aku bisa terangsang membayangkan hubungan badan antara manusia lain jenis ...Ah...

Kalo aku terbangun tengah malam, entah kenapa aku dapatkan 'hiburan' itu. Aku sepertinya mendengar drama radio porno! Lama-lama aku merasa gila juga karena keinginan merangsang diri sendiri untuk mengimbangi fantasiku sangat menggebu. Disamping itu aku juga merasa apa yang kulakukan itu tidak sehat. Akhirnya dengan usaha berat aku anggap 'biasa' kalo mendengar itu semua. Paling tidak aku dapat menekan nafsuku yang ingin masturbasi bila mendengar itu.

*** Aku mau keluar mencari sarapan, ketika kulihat mbak Sri dan Mira di teras rumahnya. Sepertinya mereka mau pergi. Sudah hampir sebulan aku di sini, dan keluarga mas Wawan sudah seperti saudara saja. Tempatku kalo malam memang jadi tempat pelarian mas Wawan. Dia banyak cerita tentang banyak hal dan kupikir ada yang dirahasiakan pada istrinya. Dari cerita-ceritanya, kayaknya mas Wawan bi-sex. Penampilan mas Wawan kalo ke tempatku kadang 'seadanya' yaitu celana pendek tanpa penutup atas yang menurutku usaha untuk merayuku, tapi kupikir itu gr-ku saja. Aktivitas seks yang yang hampir tiap malam dengan istrinya, membuat aku menepiskan dugaan bi-sexnya.

"Mira, mau kemana nih? Udah cantik...," tanyaku pada si kecil Mira sambil menyapa mbak Sri dengan sedikit mengangguk. Aku menatap ke gadis cilik usia tiga tahun yang segar banget itu ...Huh, perasaan orang lapar kali ya ..?

"Mira mau pulang, Om Yadi." jawab Mira. Ih, senyumnya menggemaskan. Apalagi sorot matanya itu ... Rasa suka suka sama anak kecilku timbul.

Mungkin perasaan semacam ini sama dengan rasa sukaku sama cowok keren. Pelampiasan rasa sukanya pun berbeda. Kalo sama anak kecil sekedar ingin memeluk atau mencubit pipinya. Sedangkan suka sama cowok kok sampai keinginan ke hubungan kelamin. Yang salah adalah pelampiasannya ya ...

"Bukan pulang Mira, mau pergi ketempat mbah," koreksi mbak Sri. Aku tersenyum saja. Mira ngotot menggunakan istilah "pulang".

"Pulang Mama!," katanya serius. Akhirnya ibunya nyerah.

"Mbahnya dimana, Mira?" tanyaku lagi.

"Di Cirebon," mbak Sri yang menjawab."Tapi di desanya, yang perlu naik kendaraan lagi."

"Dengan mas Wawan?" tanyaku. Kulihat mas Wawam yang berbadan tegap itu tidak ada.Sedang di dalam mungkin, untuk siap-siap, pikirku.

"Nggak. Dia cuma ngantar sampai stasiun. Ada kerjaan lembur katanya," jelas mbak Sri.

Aku maklum saja. Ketika mas Wawan yang sebenarnya ganteng juga dan tidak begitu tinggi itu keluar rumah dan mengunci pintu, merekapun jalan keluar gang untuk naik taksi yang sudah menunggu. Aku bantu menuntun Mira berjalan. Kami berjalan sambil bergandengan tangan, kadang Mira sesekali melompat, seperti menari.

"Mas Yadi udah pantas tuh punya anak," gurau mbak Sri di belakangku. Aku tertawa saja. Tapi dalam hati, ada sesuatu yang menyentak. Mungkinkah ? Saat ini aku masih suka sama sesama ... walau berusaha untuk tidak menuruti nafsu salah itu, tapi beraaaat banget. Memang kecendrungan suka sesama pada diriku selalu kututupi dan berusaha untuk ditahan.

"Selamat jalan ya, hati-hati ..."kataku sambil menutup pintu taksi. Mira melambaikan tangannya senang. Entah apa yang diucapkannya, aku tidak begitu dengar karena pintu dan jendela taksi sudah tertutup. Kulambaikan tanganku. Ada perasaan aneh dalam hatiku, entah apa. Aku melangkah ke warung untuk sarapan.

Hari Sabtu yang santai begini memang menyenangkan. Kuminum tehmanisku yang hangat. Setelah sarapan di warung bubur ayam, aku menuju warnet untuk mengecek email yang ada. Menjelang siang, aku kembali ke rumah. Biasanya Joko, anak pemilik rumah kontrakan ini, suka main ke tempatku. Anak kelas tiga SMU itu, termasuk ganteng dengan hidung bangirnya dan alis tebalnya. Cuma kayaknya, akhir-akhir ini kupikir dia ada 'rasa' denganku. Huih! GR-nya si Yadi. Aku sendiri memang menyadari keseringan dia di rumahku. Kalo di hari kerja, dia nonton tv malam hari di tempatku dan kalo libur bisa seharian dari pagi sampai malam. Beberapa kali dia memang nginap ditempatku. Untungnya tanpa terjadi 'apa-apa'. Walau kesempatan itu ada ...dan aku memang membayangkannya ...

Benar saja, si Joko itu sudah di teras sambil membaca koran. Dia mengenakan kaos singlet dan masih pake celana abu-abunya. Tubuh tipisnya kelihatan jelas.

"Dari mana mas?" tanyanya. Ekspresinya seperti lama tidak ketemu. Padahal semalam dia main ke tempatku. Cuma nonton tv sama-sama.

"Biasa, internet ..." kataku sambil membuka pintu rumah yang kukunci.

Joko mengikuti aku masuk. Bau keringat anak abg ini benar-benar ...

"Ntar, jadi ikut main bola kan?" tanyanya. O ya! Aku ingat rencana nanti sore ...

"Iya dong," jawabku. Kuambil botol minum dari kulkas dan kuberikan padanya. Biasanya dia disini memang minum air dingin. Dia ambil gelas plastik sendiri dan menuangkannya.

"Jok, udah makan belum?" tanyaku. Dia mengangguk.

"Udah di rumah tadi. Mas belum ya?" tanyanya. Dia tahu arah bicaraku yang ingin minta tolong dia membelikan makan siang.

"Sini aku beliin deh," katanya sambil berdiri. "Biasa kan?" tanyanya. Maksud biasa itu adalah nasi soto daging dan tempe goreng. Menu biasaku kalo beli di warung Tegal di pojokan jalan. Aku serahkan duit sepuluh ribu.

Ketika dia keluar untuk membeli pesanan makan siangku, mas Wawan masuk. Sudah pulang dari stasiun rupanya, pikirku. Dengan celana pendek longgar dan kaos singletnya, mas Wawan kelihatan macho! Wajahnya kulihat penuh nafsu, atau kecapean. Aku tidak tahu pasti ekspresi apa itu ...Tapi kontolnya tanpa ditutup celana dalam itu jelas terlihat dari celana pendeknya. Menggelembung membuat aku ingin untuk menyentuhnya. Aku tidak berani melirik lama. Takut disangka naksir, padahal memang nafsu ...

"Lagi ngapain?" tanyanya sambil menuju rak tv. Aku senyum saja, karena dia tahu aku sedang membaca koran. Kupikir dia mau menyalakan tv. Biasanya mas Wawan nonton di tempatku kalo rebutan siaran dengan anaknya Mira.

"Pinjam vcd player-nya. Boleh ya?" tanyanya. Tangannya sudah memegang vcd yang ada di bawah tv.

"Boleh saja, mau nonton apa sih? Stel di sini saja," kataku sedikit bergurau ...Dapat kulihat sebagian kontolnya dari pipa celananya yang longgar ketika jongkok. Huh, bisa-bisanya kau Yadi. Pahanya yang kencang dan padat itu membuat jantungku mulai memberi reaksi ...

"Enakan pake tv yang gede," katanya. Aku tertawa. TV 14inc-ku memang kecil dibanding tvnya yang 21 inc. Aku bangkit membantu mencopot kabel yang terhubung ke tv.

"Sini saya bantu pasang," kataku sambil melangkah membawa kabel, sedang mas Wawan bawa vcd player. Hm.. tumben bau mas Wawan wangi, pikirku. Tadi pagi tidak begini ...Entah kenapa, syetan di kepalaku menginginkan lebih dari melihat! Aku berharap mas Wawan mau masturbasi di depanku, atau aku bantu dia ... ah!

Ketika aku sedang jongkok memasang kabel ke tv di ruang tamunya mas Wawan, ada sosok lelaki yang masuk dari dalam. Hm wangi! Ini sama wanginya dengan yang kucium tadi ...

"Oh, ada tamu ya?" kataku. Sedikit kaget. Pria setengah baya tampang kaya India, mungkin sekitar 45 tahun. Penampilan agak bersih, gemuk dengan perut buncitnya dan hanya pake sarung dan kaos oblong yang agak sempit. Bukannya ini kaos yang biasa dipakai mas Wawan? pikirku. Sekilas wajahnya lumayan ganteng. Otakku memberi sinyal aneh yang membuat jantungku mempercepat iramanya ...

Akupun diperkenalkan oleh mas Wawan kepada temannya itu. Perasaanku mengatakan ini bukan 'teman biasa'. Genggamannya ...aku rasakan getaran nafsu di situ!

"Roni," katanya ketika kami bersalaman. Genggamannya empuk ...dan tangannya halus. Sorot matanya seperti mau menelanjangiku saja... dan bayangan kontol dibalik sarung itu membuat jantungku berdetak .. deg !

Ketika semua sudah siap, mas Wawan menyalakan tv dan vcd player.

"Ikut nonton saja," kata pak Roni. Suaranya di telingaku membuat aku seperti dihipnotis. Aku duduk di depan tv, menunggu film apa yang akan di putar. Ketika kulihat sekeliling ruang tamu ini, baru aku sadar, kalo gorden dan pintu tertutup. Tadi waktu kupulang, juga masih tertutup, dan tidak menyadari kalo mas Wawan sudah pulang ...Mas Wawan dan pak Roni duduk berdampingan di lantai dengan kaki selonjor dan tangan yang menopang di disamping tubuh. Tonjolan di bawah pusar mereka itu seperti menggodaku untuk menyentuhnya ...

Darah di jantungku memompa kencang menyaksikan adegan film porno di tv. Film homo! Setelah beberapa menit baru kusadari, tidak ada pemainnya yang cewek .. Adegan pergumulan lima cowok saling mengumbar nafsu membuat aku sadar ... Entah kenapa ada rasa terus ingin duduk di sini menyaksikan semua itu, dilain pihak rasa berdosa itu muncul ... inilah setoran dosamu Yadi! Mas Wawan dan pak Roni duduk berdampingan sambil sesekali mereka berkomentar tentang apa yang mereka lihat ... huh! Pak Roni sudah melonggarkan sarungnya ... dan kulihat tangannya mas Wawan menyelusup di situ. Karena aku duduk di belakang mereka, jadi aku dapat melihat dua tontonan yang berbeda. Mau tidak mau pandanganku mengarah kepada dua lelaki di depanku yang duduknya makin gelisah ...Siang di ruang tamu ini terasa makin panas.

"Maaf, saya tadi ninggalin Joko. Tadi saya minta tolong dibeliin nasi ...," kataku akhirnya. Ada sorot mata menyesal kulihat ... atau penuh nafsu dari dua psang mata itu. Entahlah. Kutinggalkan mereka, menonton itu semua ...

Pintu kembali kututup ketika keluar. Aku kernyitkan mataku ketika sedikit silau matahari seperti manampr mataku ketika melihat keluar.

"Lama ya nunggunya," kata Joko sambil masuk ke teras sambil membawa bungkusan pesananku. Aku menggeleng pelan. Aku masih agak belum 'normal' setelah nonton vcd tadi. Aku membuka pintu yang tadi tidak terkunci dan melangkah masuk.

"Ngantri mas," katanya menjelaskan karena lama baru kembali. Kuterima bungkusan yang disodorkannya

Dia penuh inisiatif mengambil piring dan sendok dan menyerahkannnya untukku. Jantungku masih belum tenang. Bagaimana kalo Joko tahu apa yang ditonton mas Wawan dan pak Roni itu? Yang jelas, mas Wawan telah membohongi istrinya ...Dia bilang lembur kerja, nyatanya selingkuh dengan seorang cowok. Siang-siang bolong lagi!

Segera aku nyalakan tv karena suara film porno dari tempat mas Wawan dapat kudengar dari ruang tamuku. Joko belum sempat dengar jelas, walau aku tahu dia penasaran dengan suara yang sayup-sayup itu ... Sengaja aku tingkatkan volume suara tvku untuk menutupi suara hah-huh yang makin seru. Di tvku acara gosip artis yang lagi ngomongin perselingkuhan. Aku duduk di depan tv sambil makan, sedang Joko duduk bersandar di dinding.

"Mas Yadi pernah nonton bf ya?" akhirnya dia bertanya. Aku yang sedang menelan makananku hampir tersedak. Aku minum untuk mendorong makananku yang terasa nyangkut di kerongkongan.

"Pernah. Kenapa?" tanyaku. Kuteruskan melahap makan siangku.

"Saya juga pernah. Tapi yang biasa..." katanya. Nah, pembicaraannya mau kemana nih? Mau bicara porno lagi?.

"Mau nonton yang tidak biasa?" hampir saja aku tawarkan dia untuk bergabung dengan mas Wawan. Tapi segera kutahan diri. Jangan menambah dosa lagi, Yadi! Apakah siap untuk menerima hasil kumpulan dosa yang dilakukan? Hukumannya pasti akan datang, tunai atau nanti di akhirat. Hah! Suara itu kok tiba-tiba berbisik...

"Emang mas Yadi punya?" ada nada penasaran di suara Joko. Anak ABG ini, kalo salah arah dapat terjerumus kedalam lembah dosa... Aku alihkan pembicaraan ke siaran tv saja. Joko kalo bicara yang agak porno denganku sangat suka sekali. Biasalah, seumur dia memang punya raa ingin tahu yang tinggi. Apalagi soal sex!

Pernah aku jelaskan soal mengurut kontol untuk memperbesar dan panjang padanya yang langsung ingin dipraktekkannya di depanku. Mau tidak mau aku jelaskan juga padanya. Praktek langsung ke kontolnya dengan memakai body lotion yang kupunya. Entah kenapa, aku tidak ada rasa sungkan atau malu ketika itu. Dia sudah membuka celananya dan aku memijat kontolnya yang sudah sangat tegang. Walau aku terangsang, tapi kuusahakan untuk tidak terlihat. Jaga imej dikitlah. Batang hangatnya hanya baru beberapa kali kuurut naik turun, sudah memuncratkan cairannya yang kental dan banyak. Akhirnya aku selesaikan sampai disitu. Tapi ada rasa senang juga melihat sperma abg itu. Kusapu keseluruh batang kontolnya yang berlumuran sperma yang menempel di telapak tanganku. Ingin merasakannya dengan mencelupkan jariku ke mulutku. Tapi kutahan ...

Makanku sudah selesai. Dia bantu aku mencuci piring. Sebentar dia sudah ada di sampingku. Enak juga ya kalo ada yang bantuin gini. Kami nonton film cerita siang. Rasa kantukku dengan tiba-tiba menyerang ...Ngantuk sekali sampai pindah ke kamarpun sudah tidak kuat lagi. Akhirnya aku rebah di ruang tamu ini dengan kepalaku bersandarkan bantal lantai yang besar. Aku tidak tahu, Joko ngomong apa ... Aku sudah terlelap.

Entah berapa lama aku tertidur, ketika ada sesuatu yang beraksi di atas tubuhku. Rasa kantuk yang sangat berat, membuat aku tidak kuasa menolak. Joko sedang mempermainkan kontolku! Dia sudah tengkurap disamping tubuhku sambil mengemut dan mempermainkan kontolku dalam mulutnya. Ah.. kenapa aku sangat ngantuk begini? Mulutnya yang hangat, mengeluarkan dan memasukan batang kontolku berulang-ulang. Kontolku yang sangat tegang terasa sesak di mulutnya. Susah bagiku untuk menolak... sarafku sudah menegang sampai ubun-ubun karena ransangan yang dilakukannya itu. Dari mana dia tahu caranya itu? Huh ... aku berusaha menggeliat sebagai usaha untuk menolak, tapi tak bisa ..Sesekali dia kocok batangku dengan tangannya. Cairan liur yang ada membuat kocokan terasa nikmat banget! Ah ... mataku susah untuk diajak kompromi. Akhirnya kubiarkan apapun yang terjadi. Kembali dia masukkan batang kontolku dan dapat kurasakan kontolku menyelusup ke kerongkongannya....ah!

Ketika aku terbangun, sudah hampir jam lima sore. Kulihat Joko di sampingku sambil menonton tv. Ada empat jam aku tertidur. Kuperiksa bagian depan celanaku yang hanya tertutup sampai pinggul. Basah! Entah air liurnya Joko atau sperma. Kulihat Joko merasa tidak ada apa-apa, terhadap apa yang dilakukannya padaku ketika aku tidur. Apakah dia masukkan obat tidur di makan siangku tadi ? Aku tidak mau menuduhnya begitu... dan tidak mau membahas apa yang dilakukannya. Entah kenapa.

Kuregangkan tubuhku yang terasa agak kaku.

"Aku mandi dulu ya," kataku ketika Joko kembali mengajakku untuk ikut main bola sama anak-anak kampung sekitar sini.

Tidak lama aku mandi, hanya sekedar menyegarkan badan dari tidur siang yang lumayan lama. Cairan di sekitar kontolku langsung larut waktu tersiram air. Aku pakai kaos dan celana pendekku. Kamipun menuju 'lapangan', yang tak lain adalah halaman sekolah SMU swasta.

Main bola plastik dengan sekitar 16 orang asik banget dan sangat menguras keringat juga. Apa yang aku lakukan sebenarnya usaha untuk berakrab dengan warga sekitar sini. Dan lumayan. Aku punya banyak teman. Dan aku senang ada juga yang mengajak untuk kegiatan pengajian. Alhamdulillah, aku diingatkan untuk terus dapat beribadah dengan baik...Menjelang magrib kami menghentikan permainan ... dan pulang ke rumah masing-masing. Joko ikut aku pulang ke tempatku.

Kulihat rumah mas Wawan masih tutup, walau di dalam lampunya nyala. Aku dan Joko masuk rumah dan istirahat sebentar sambil minum. Tubuh panas kami mesti di normalkan dulu sebelum mandi. Aku sudah tidak betah dengan keringat yang terasa sangat lengket di tubuhku. Kubuka kaosku yang basah karena keringat dan Joko melakukan yang sama.

"Jok, kau nggak pernah dicariin Emak?" pernah aku ajukan pertanyaan begitu, ketika Joko seharian di rumahku.

"Nggaklah," katanya. "Emak tahu kok aku main di tempat mas Yadi."

Benar saja. Entah karena aku bertanya begitu ke Joko atau karena apa, ibunya Joko pun ngomong langsung padaku untuk minta tolong ngajarin Joko untuk persiapan UAN. Hm, pintar juga dia cari alasan. Kehadiran Joko di rumahku memang sudah diketahui orang tuanya. Kalo saja orang tuanya tahu apa yang telah Joko lakukan di tempatku, mungkin mereka juga tidak mau mengijinkan Joko berlama-lama di tempatku.

Aku bangkit dari depan tv."Aku mandi duluan ya," kataku sambil mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Segera aku lorotkan celanaku sekaligus celana dalamnya. Huh... rasa segar air yang kusiramkan ketubuhku terasa nikmat sekali. Kusiram tubuhku beberapa kali dari kepala. Kuambil sabun cair dan meratakannya ketubuhku. Karena singgungan sabun licin di kontolku, membuat kontolku mengembang, walau tidak tegang penuh.

Aku sedang menikmati sapuan tanganku keseluruh tubuhku ketika tiba-tiba Joko mendobrak masuk. Pintu kamar mandi memang tidak kukunci.

"Maaf, aku kebelet mau kencing nih," katanya sambil melorotkan celana pendeknya kemudian menggantungkannya di samping pakainku yang sudah tergantung duluan. Dia sudah telanjang sepertiku. Dia kencing berdiri sambil melirik ketubuhku yang penuh busa sabun.

"Kontol mas Yadi besar juga ya," komentarnya sambil berbalik memperlihatkan kontolnya yang yang sudah tegang juga, mendongak ke atas. Bulu kontolnya masih terlihat halus dan kontolnya tidak begitu besar, kelihatan ramping dan merah. Kontolnya kulihat berdenyut karena sangat tegang. Aku jadi ingat kejadian ketika mengurut kontolnya. Melihat apa yang kulihat, membuat kontolku yang agak gemuk dan panjang sedikit bergerak tegang. Makin berdiri, yang tak dapat kutahan...

Aku agak risi bertelanjang dengan kontol yang menegang ini, tapi berusaha bersikap biasa. Hm! Mandi bersama seperti ini sangat menggodaku ... jantungku mulai berdetak kencang. Aku akan memakai shampo ketika tanpa aba-aba, Joko menyiram tubuhnya beberapa kali. Kontolnya sudah sangat-sangat tegang. Aku terangsang juga dengan tubuh Joko yang tipis dengan barangnya yang bergoyang itu.. Cipratan air yang mengenai tubuhku, membuat busa sabun yang menutupi kulitku, terutama batang kontolku jadi terurai, larut. Tubuhku kelihatan mengkilat. Kulihat Joko melihatku penuh nafsu ... Hanya beberapa senti kontolku dan kontolnya yang saling ngacung itu dapat saling sentuh. Aku mundurkan sedikit tubuhku agar kontol kami tidak saling main anggar.

Sekarang gantian Joko menyabuni tubuhnya, dan tangan kanannya mengocok batang kontolnya sampai menimbulkan busa sabun yang kental seperti krem. Aku berusaha untuk tidak tergoda dan mengalihkan perhatian dengan membersihkan rambutku dengan shampo. Busa shampo menyelusuri tubuhku sampai ke batang kontolku, terus turun ke pahaku dan kakiku.

Ketika kedua tanganku sibuk menggosok rambutku, tangan Joko sudah menggengam kontolku dan mengocoknya pelan. Sama seperti yang dilakukan tadi siang... ketika aku tidur. Genggamannya membuat kontolku makin berdenyut. Entah kenapa aku biarkan dia melakukannya. Aku tidak menolaknya ...

Hm, nikmat sekali! Nafasku sudah melalui mulut ...Ah ..Sarafku kembali menegang dan panas. Tidak lama Joko melakukannya, sampai aku tersadar. Maksiat yang aku biarkan ini adalah dosa! Cepat kutepiskan tangan Joko dan aku membilas rambut dan tubuhku dengan siraman air. Tidak ada ekspresi rasa bersalah padanya yang telah dengan berani mengocok kontolku. Joko mengalihkan tangannya dengan mengocok batangnya dengan genggaman telapak tangan yang kencang. Ada sorot mata yang aneh terpancar dari wajah ABG itu... Aku mestinya tidak membiarkan ini semua ...Tubuhnya sedikit terbungkuk menahan rangsangan yang dilakukannnya.

Segera kubilas rambutku dan tubuhku dengan beberapa kali siraman air. Agak terburu-buru aku keluar kamar mandi. Tubuh basahku kukeringkan di luar kamar mandi. Jantungku masih berdetak kencang... kalo saja 'kenikmatan' ini diteruskan ...kan tak ada yang tahu Yadi. Ada suara setan terkutuk berusaha menggodaku. Iya ya ... batinku membuat sarafku menegang lagi ... Tapi Tuhan tahu Yadi! Apa yang ada di pikiran dan yang kau lakukan! bisikan lain pelan menyentakku. Kebimbangan antara ingin berbuat berbuat lebih jauh dengan Joko dan ingat dosa itu membuat aku lama bertelanjang di kamar ini ...

Kecipak suara kocokan Joko dan nafas dari mulutnya penuh nafsu itu menyadarkanku. Aku segera memakai celana dalamku dan mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tahan diri kamu dari godaan itu, Yadi! Kusisir rambutku dengan tanganku. Wangi shampo masih ada dan terasa masih belum bersih aku membilasnya karena buru-buru tadi.

Joko berdiri telanjang di pintu kamar mandi kamar mandi, menunggu aku meminjamkan handuk padanya ..Kontolnya terkulai di antara pahanya. Segera aku serahkan handuk bekas yang kugunakan tadi ...

Aku ke ruang tamu menonton tv. Tidak lama kemudian Joko sudah duduk disampingku dengan pake celana pendek dan kaos. Ingin aku menegur dia agar lain kali jangan mandi bareng ...atau saling telanjang...

"Assalamualikum..." ada suara cewek di luar. Ada tamu!

Segera kubuka pintu. Kulihat Elga dengan adiknya Joko di teras. Ada apa ini?

"Mas Yadi, ada yang nyariin," kata Anwar, adiknya Joko itu.

Kaget? Atau perasaan biasa saja? Entahlah. Aku seharusnya malu dengan responku yang tidak menyambut dengan kehadiran Elga di depanku. Kenapa kau Yadi? Haruskah aku berpura-pura tertarik? Secara fisik tidak salah untuk menyukai Elga yang memang cantik dan tinggi itu, apalagi kepribadiannya juga bagus...

"Masuk ...Sendirian saja?" tanyaku mempersilahkan dia masuk dan duduk di lantai beralaskan tikar.

"Iya nih. Nggak mengganggu kan?" tanya Elga setelah menjawab pertanyaanku. Ada rasa ragu ketika dia melangkah masuk... Kutahu ini pasti akibat dari sambutanku. Kucoba untuk berusaha senang atau sambutan yang positif ketika Elga datang ini... tapi entah kenapa beraaaat sekali.

Katanya cinta itu adalah kata kerja, dan transitif. Artinya, kita punya kontrol penuh terhadapnya. Apakah kita akan mencintai atau tidak mencintai. Kita juga bisa memilih siapa yang hendak kita cintai dan yang tidak kita cintai. Tapi kita sering ditipu oleh kelemahan diri kita dan kita jadikan cinta sebagai kambing hitamnya. Karenanya banyak yang percaya bahwa cinta itu buta. Itu yang pernah kubaca dimilis. Tapi benarkah?

Kukenalkan dia dengan Joko. Joko dan Elga saling bersalaman. Kemudian Anwar dan Joko pamitan pulang. Mau makan malam, alasannya.Tinggal aku dan Elga berdua dan kubiarkan pintu tamu terbuka. Kuakui, Elga memang penuh inisiatif untuk memecahkan kekakuan antara kami. "Aku diapelin cewek!" batinku. Ada rasa senang dengan pelan terasa dengan kehadiran Elga malam minggu begini ... Apapun perasaan kamu malam ini Yadi, kamu harus bantu Elga agar mau tetap jadi teman kamu! Bisikan itu terngiang pelan. Pelan aku mengangguk.

Akhirnya, karena rasa laparku, pembicaraan santaiku dengan Elga sambil nonton tv kuhentikan. Kutawarkan dia untuk makan di luar. Dia mau. Dalam hati aku bersorak, ini adalah usahaku untuk menghargai kehadirannya. Akhirnya kamu punya hati dan perasaan Yadi! Bagus itu, dan perlu dibiasakan.

Dalam perjalanan ke warung makan, kami masih ngobrol. Aku tahu dia tinggal sekitar Ciganjur, rumah orang tuanya. Jadi ke tempat tinggalku tidak jauh dengannya. Entah kenapa kemudahan itu ada saja. Padahal semula aku pikir dia tinggal di sekitar Kebun Jeruk, tempat pertama kali aku bertemu dia ketika naik bis ke Kramat, Jakarta Pusat. Itu sebulan yang lalu. Kami memang berhubungan hanya dengan sms dan sesekali telpon dari dia. Elga memang menyadarkanku soal kecendrungan cowok yang suka dengan sesama. Walau aku berharap dia tidak tahu aku juga mengidap hal itu.

Aku sadar dengan kecendrungan ini, tapi aku ingin tidak larut untuk menuruti kesalahan ini, dan berusaha untuk ke jalan yang 'benar'. Sudah terlalu banyak dosa yang kubuat, terakhir ya tadi sore, saat mandi bareng Joko. Malu rasanya aku ... Segala kenikmatan Tuhan yang ada padaku sepertinya tidak dapat kusyukuri. Diberi cobaan dengan kecendrungan suka sesama saja kadang membuat aku mengeluh karena tidak 'kuat'. Cobaan dengan 'kenikmatan semu' itu kadang berat sekali untuk menghadapinya, ditolak atau dinikmati...

"Hidup ini seperti arisan," kata Elga saat kami sudah menyelesaikan makan malam : pecel lele. Kami teruskan dengan ngobrol sambil minum air jeruk hangat. Masih duduk di warung. Di pojok sana ada sepasang - cowok-cewek sedang makan. Kelihatan mesra sekali. Ada rasa iri dalam hati, kenapa mereka bisa, sedang aku tidak ... Hal beginian akhir-akhir ini memang menghantuiku. Cemburu dengan pasangan cowok-cewek! Ya Tuhan, bantu aku untuk dapat seperti mereka, doaku dalam hati.

"Setoran dosa atau amal baik yang kita buat selama ini, pada saatnya akan dikembalikan. Baik langsung atau akan diterima di akhirat nanti. Dalam bentuk hukuman azab atau pahala," katanya lagi memperjelas istilah yang disampaikannya.

"Kadang aku takut dengan azab Tuhan yang langsung diterima sekarang ..." katanya. Kemudian dia cerita saat dia beradu mulut dengan dengan mamanya yang sangat ikut campur masalah pribadinya, hukumannya langsung di dapat dengan siraman air panas pada pahanya. Memang ini tidak langsung terjadi dan terjadi seperti 'kebetulan' saja. Tapi dia merasa sangat bersalah dengan memarahi orang tua seperti yang dilakukannya. Akhirnya dia minta maaf dengan mamanya. Dia harus berpikir positif bahwa dengan 'ikut campur' mamanya itu harus dilihatnya sebagai sifat penuh perhatian.

Elga pamitan pulang ketika kami meninggalkan warung. Mestinya aku tawarkan dia untuk diantar pulang, sekalian aku tahu di mana rumahnya Aku tahu alamat rumahnya ketika kami saling tukar alamat, tapi alangkah baiknya kesempatan ini dilakukan sebagai kunjungan balasan.. Tapi tidak! Tidak ada rasa itu pada hatiku.. begitu 'datar' dan 'hambar'. Aku hanya mengantar dia sampai naik angkot yang ke Ciganjur.

Ketika aku terbangun tengah malam, apa yang terjadi hari itu terasa diputar ulang di mataku. Rasa kangen dan bersalah dengan Elga secara pelan hadir. Rasa sesalku timbul, kenapa menganggap biasa saja kepada Elga yang telah begitu baik padaku. Aku tidak perlu berpura-pura suka padanya, tapi sikap menghargai dan berpikir positip mungkin cukup ...sebagai awal. Elga ... maafkan aku, batinku.

Ada sedikit keributan di tempat mas Wawan. Suara pak Roni masih ada. Aku sudah berpikiran yang nggak-nggak sampai akhirnya aku sadar keributan itu terjadi ketika mas Wawan memerima telpon dari kampung istrinya. Dia histeris dan pak Roni menenangkannya.

Apa yang diomongin Elga soal 'hidup adalah arisan' terjadi nyata. Dan membuat aku sangat sedih, kenapa membiarkan dosa itu semua terjadi di depan mataku. Perselingkuhan mas Wawan dengan pak Roni, menurutku dibayar dengan meninggalnya istri dan anaknya Mira dalam kecelakaan mobil dalam perjalanan dari stasiun Cirebon ke desanya, rumah mbahnya Mira. Berita itu baru diterima malam ini saat mas Wawan dan pak Roni melakukan maksiatnya! Tubuhku menggigil mendengar berita itu.

Mas Wawan langsung ke Cirebon menyewa mobil pada hari Minggu pagi. Dia sangat terpukul ... Semua sudah terlambat! Terngiang kembali "Mira mau pulang" dari bibir mungil itu. Begitu besar dosa mas Wawan, sehingga Tuhan mengambil semua orang yang dicintainya itu ...Tuhan yang tahu keseimbangan antara dosa dan hukuman pada umatNya. Kasihan mas Wawan, hanya itu yang dapat terucap di bibirku ...

Sungguh aku terpukul dengan musibah yang dihadapi mas Wawan. Kupikir, inilah pelajaran yang diberikan Tuhan padaku. Aku tidak tahu, Tuhan akan menghukum aku seperti apa terhadap 'semua dosa' yang aku lakukan. Seringkali aku tidak dapat menjaga prinsipku. Kadang aku sangat mudah menolak atau menghindar godaan, kadang juga aku dapat hanyut dalam dosa. Masih banyak hal yang harus aku lakukan untuk mengisi hidupku. Haruskan aku terus memikirkan kesenangan dunia? Semoga Tuhan terus melindungiku. Amin!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.