Minggu, 07 September 2014

Menjalin Cinta Baru

Sudah seminggu ini aku tidak mencuci pakaianku. Sebagai mahasiswa yang merantau di luar negeri, laundry menjadi satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Aku mengemasi pakaian kotorku. Aku menuruni tangga apartemenku. Tidak seperti apartemen-apartemen mewah, apartemenku ini lebih mirip seperti rumah susun jika di Indonesia. Hanya saja dinding disini sudah dilapisi cat dan jauh dari kesan kumuh. Namun tetap saja, untuk fasilitas seperti laundry dan kolam renang jangan harap ada di apartemen ini. Untungnya ada salah seorang penghuni yang membuka jasa laundry. Namun hari ini laundry tersebut benar-benar penuh.

Aku memutuskan untuk melaundry pakaianku di tempat lain. Kunyalakan vespa s150 milikku dan mulai mengitari kota. Baru sekitar 2 blok, aku menemukan tempat laundry yang cukup sepi. Aku masuk ke dalamnya,dan menyerahkan pakaian-pakaian kotorku yang sudah kukemasi ke dalam satu kantung. Aku diminta untuk menuliskan nama dan alamatku. Dibutuhkan sekitar 3 jam untuk dapat mengambil pakaianku. Aku memutuskan untuk mendatangi studio di kampusku. Mengambil beberapa lensa yang tertinggal.

Aku merupakan salah satu mahasiswa jurusan fotografi. Tidak heran, lighting dan lensa merupakan teman akrabku. Baru bulan lalu aku selesai mengadakan pameran sebagai syarat tugas akhirku. Dan kalian tahu, sekarang adalah saat-saatnya mahasiswa mulai memikirkan pekerjaan. Selesai mengambil lensa tersebut, aku kembali ke tempat laundry. Kulihat sudah ada seorang pria berdiri untuk mengambil pakaian. Aku menyerahkan kartu laundry kepada petugas bersamaan dengan pria itu. Pria itu umurnya sekitar 50 tahun, mungkin lebih. Memiliki rambut berwarna putih. Rambutnya pendek dan memiliki brewok serta kumis yang dibiarkan tumbuh namun tetap rapi.

Dari pakaiannya, tampaknya dia sehabis bekerja. Mengenakan setelan jas berwarna biru tua yang cukup ngepress di badannya. Cukup lama aku memperhatikan pria itu. Pria itu tidak peduli sepertinya, karena dia sibuk menelepon. Petugas kemudian datang membawa dua bungkusan hitam dan meletakkannya diatas meja. Karena pria tua itu sambil menelepon dan aku sibuk memperhatikannya, kami tidak memperhatikan lagi bungkusan yang kami bawa. Sesampainya di apartemenku, baru kusadari ternyata pakaianku tertukar dengan pria itu. Aku sempat membongkar kantung pakaian itu, untuk memastikannya.

Ada 1 setel jas, beberapa kemeja,beberapa kaos, beberapa boxer dan g-string. Tunggu dulu. G-string? Untuk apa pria seumuran dia mengenakan g-string. Ah sudahlah itu bukan urusanku, pikirku. Lalu akhirnya kutemukan juga apa yang aku cari. Kartu bertuliskan nama dan alamat pria itu. Lucas Harlington, Foyld & Brancster street, Sprinckle Apartment 17th floor No.1723A Aku pun kembali turun ke bawah dan menghidupkan vespaku. Tidak lupa dengan bungkusan pakaian pria tersebut yang sudah kurapikan sebelumnya. Jarak dari apartemenku ke alamat pri tersebut sekitar 4 blok. Sesampainya di depan gedung apartemen pria itu, aku langsung mencari nomor apartemennya. Apartemen pria itu jauh lebih besar dari apartemenku. Memilliki kolam renang, gym, dan beberapa fasilitas lainnya.

Akhirnya aku sampai di depan apartemennya. Aku menekan bel, 5 menit kutunggu, tidak ada respon. Aku menekannya berkali-kali, tapi tetap tidak ada respon. Aku melihat jam di tanganku, waktu menunjukkan pukul 6.30 pm. Mungkin, dia sedang keluar. Aku pun memutuskan untuk pulang saja dan esok pagi akan kembali lagi. Ketika aku sedang melangkahkan kaki menuju lift, kudengar suara pintu terbuka dan seseorang setengah berteriak. “Siapa yang membunyikan bel?” Aku pun membalikkan badan dan setengah berlari menghampiri pria itu. Astaga, baru kusadari sekarang. Saat dia telah melepas jasnya, dan hanya mengenakan kemeja biru muda dan celana panjang berwarna krem. Dia benar-benar seksi. Kemejanya yang ketat dan sebagian basah karena keringat, tercetak jelas betapa indahnya tubuh pria itu.

Meskipun telah berumur, tubuh pria itu tidak buncit. Tidak ada lemak, Yang hanya ada otot dan rambut-rambut halus di tubuhnya. Aku sempat terdiam beberapa detik memperhatikan tubuh pria itu. “Aku belum pernah melihatmu, ada perlu apa kau mencariku?” Aroma vodka sangat terasa keluar dari mulutnya. Dan tampaknya dia telah setengah mabuk. “Anda Lucas bukan, kita tadi melaundry pakaian di tempat yang sama. Dan kurasa kita telah tertukar.” Tanganku sedikit gemetar ketika menyerahkan bungkusan pakaiannya. “Oh, aku belum sempat mengecek katung pakaian tadi. Untunglah kau sadar terlebih dahulu. Sebagai rasa terimakasihku maukah kau masuk dan temani aku minum?” Awalnya aku ingin menolak, tapi akan sangat rugi bagiku melewatkan kesempatan untuk melihat pria berumur yang sangat bergairah dan sedang mabuk. “Tidak perlu, aku harus ke..” Aku berpura-pura membalikkan badan.Lalu dia menggenggam pergelangan tanganku yang membuat langkahku berhenti.

Oh tuhan, rasa genggamannya benar-benar hangat. “Ayolah temani aku, aku butuh teman bicara saat ini. Bukankah kau juga butuh pakaianmu yang aku bawa.” Dia pun langsung menarik tanganku dan mengajakku masuk. Ketika telah menutup pintu. Tanpa sengaja aku tersandung dan badanku menumbur dirinya, tuhan kurasakan aroma tubuhnya benar-benar membuatku bergairah. Nafsuku benar-benar meningkat. Mulai tergambar di otakku, bagaimana caranya aku harus mendapatkan tubuhnya. Aku duduk di ruang keluarganya. Dia menuju dapur, dan membawakan dua botol vodka. Dia lalu menghidupkan televisi. Dia memilih channel olahraga yang sedang melangsungkan pertandingan hockey. Dia bertanya padaku apakah aku suka hockey. Aku hanya menggangguk. Dia begitu fokus melihat televisi sambil menenggak vodka. Sementara perhatianku penuh ke tubuhnya. Dia tidak sadar bahwa aku memperhatikannya.

Baru 10 menit, kulihat vodkanya sudah habis. “Apa kau mau milikku,” Aku menyodorkan vodka yang masih tersisa ¾ botol milikku. Dia langsung mengambilnya. “Terimakasih. Rupanya pahlawan satu ini tidak suka minum ya.” Dia mengalihkan perhatiannya kepadaku. “Tidak, aku hanya terbiasa minum anggur tua. Bagiku itu lebih nikmat.” Aku sambil mebuang muka agar dia tidak curiga bahwa aku memperhatikannya. “Begitukah? Kapan kau terakhir kali kau menikmatinya, anak muda?” “Kau dapat memanggilku Bowo. Kira-kira 6 bulan yang lalu. Kau tahu, harga minuman seperti itu cukup tinggi bukan? ” Aku mengambil bantal sofa untuk menutupi selangkanganku, karena penisku sudah menegang. Aku tidak ingin Lucas mengetahuinya. “Ah, sayang sekali aku telah menghabiskan anggur terakhirku kemarin. Tapi sepertinya aku dapat melakukan sesuatu, Bowo.” Dia beranjak dari sofa dan mengangkat teleponnya. “Halo, tolong sambungkan aku dengan D’jack Ass Club & Resto yang ada di lantai 2.” “Hei, kau tidak perlu memesan minuman.” Aku membalikkan muka mengarahnya.

Dia kemudian membalikkan badan dan mengangkat jarinya ke mulut, mengisyaratkan aku untuk diam. Aku mencoba mengunci kontak mata denganya. Dan benar saja, untuk beberapa menit dia terpana menatap mataku. Lalu dia menyambungkan pembicaraanya di telepon. “Tolong berikan 2 botol anggur terbaik yang kalian miliki. Antarkan ke lantai 17 nomor 1723A ya.” Dia lalu mematikan teleponnya. “Hei Tuan Lucas, bukankah 2 botol terlalu banyak?” “Sudahlah, hitung-hitung terimakasihku padamu. Dan kalau tidak habis, kau bisa membawanya pulang.” Lima menit kemudian terdengar bunyi bel. Dia menuju pintu. Dan meletakkan dau botol itu di atas meja makan. “Bowo, bisa kau ambilkan es batu di dapur.” Aku mematikan televisinya dan menuju dapur. Setelah kubawakan es batu, aku duduk di meja makannya. Dia telah duduk di depanku. “Kenapa kau matikan televisinya, nak?” “Anggur terbaik tidak akan nikmat jika diminum sambil menonton televisi.” Dia hanya tertawa kecil mendengarku berkata seperti itu. Lalu aku berdiri. Dan mematikan lampu ruangannya sehingga hanya cahaya temaram dari lampu di meja makan.

Aku kemudian membuka gordeyn yang menutupi kaca yang cukup besar dan hampir mengisi setengah dari ruangan itu. Dari kaca itu, kami dapat melihat pemandangan kota malam yang cukup ramai dengan lampu. “Hei, kau memiliki pemandangan sebagus ini di apartemenmu, Lucas. Ini adalah suasana yang tepat untuk menikmati anggur.” Aku sambil duduk kembali didepannya. Kali ini tawanya semakin besar. Aku membuka satu botol dan menuangkan ke gelas kami. Dia langsung menenggaknya. Meskipun aku sangat menyukai anggur yang dipesannya, aku tidak ingin malam ini mabuk. Aku menahan diri. Sambil terus menuangkan ke gelas pria itu. Dan dia terus menenggaknya. Sekarang sepertinya rencanaku berhasil, Lucas sudah hampir mabuk. “Sepertinya kau ada masalah. Dan cukup aneh pria seumurmu tinggal sendiri di apartemen sebesar ini.” “Sebenarnya aku tidak sendiri. Setidaknya sampai sebulan yang lalu.” “Maksudmu?” “Aku telah menikah. Selama 10 tahun kami belum memiliki anak. Dan aku bertengkar hebat dengan istriku. Karena aku mendapatinya berselingkuh dengan sopirku.” “Lalu?” Aku kembali mengisi gelasnya. Ku perhatikan kini botol yang kubuka tadi isinya tinggal seperempat. Lucas sudah benar-benar mabuk.

Sambil dalam kondisi mabuk dia melanjutkan cerita. “Aku marah kepadanya, dan mengancam istriku untuk menceraikannya. Lalu dia berkata bahwa dia telah hamil, bukan olehku tapi oleh sopirku. Selanjutnya dia menegaskan bahwa dia lebih baik tinggal dengan sopirku, yang tidak sekaya diriku tapi sopirku itu tidak mandul. Keesokan paginya kudapati surat pengunduran diri dari sopirku diatas meja kantorku. Dan surat permintaan cerai dari istriku. Aku benar-benar depresi. Hingga hobiku mabuk kini terulang. Hampir setiap malam setelah istriku pergi dari apartemen ini, aku selalu mabuk. Aku tidak berani menceritakannya kepada teman-temanku. Karena mereka akan memandang rendah diriku. Dan kenyataan yang paling menyakitkan bahwa aku telah terbukti mandul. ” Dia kemudian meneteskan air mata. Lalu membuka sendiri satu botol anggur yang tersisa. Dan langsung menengguknya dari botol itu.

Aku hanya tersenyum prihatin. Ini lebih dari ekspektasiku. Pria normal yang sedang depresi, akan sangat mudah untuk menjadi objekku. Aku membiarkannya menenggang botol anggur tersebut. Dan kubiarkan dia mabuk. Kadang- kadang dia tertawa sendiri, lalu dia menangis. Ketika anggur tersebut tinggal 1/2 , aku menahannya. “Cukup, Lucas. Kau dapat menghancurkan dirimu jika terus minum seperti ini.” “Hei, anak muda. Tahu apa kau! Bahkan orang yang paling kucintai saja tidak peduli dan meninggalkanku karena aku mandul.” Dia meneteskan air mata kembali. Kuberanikan diri memegang wajahnya dan menghapus air matanya. “Bukan berarti karena kau mandul, kau akan hidup tanpa cinta”.Seperti telah kuduga dia mengambil tanganku. Dan menciuminya. “Tanganmu sangat wangi, lebih hangat dari tanga istriku.” Aku melepaskan tanganku. Kali ini dia sudah hampir tidak sadarkan diri. Aku hanya tersenyum licik. “Lucas, sepertinya aku sudah harus pulang. Sekarang sudah jam 9. Bisakah kau ambilkan pakaianku?”Pintaku. “Tapi kepalaku sangat berat, Bowo. Bisakah kau temani aku sebentar lagi.” “Aku mohon sekarang, Lucas.” Nadaku sedikit memerintah.

Akhirnya dia berdiri dengan sempoyongan. Dan baru beberapa langkah dia terjatuh tidak sadarkan diri. Aku hanya tersenyum licik. Karena rencanaku untuk menyetubuhinya sebentar lagi akan berhasil. Aku mencoba menggoyang-goyangkan badannya, tenyata dia tidak sadarkan diri. Aku membawanya ke kamar. Kulihat dia masih menyimpan beberapa foto dia dan istrinya. Ku telentangkan tubuh pria itu diatas tempat tidurnya. Aku benar-benar menikmati malam itu. Setelah kutelanjangi dia, setiap inci dari tubuhnya tidak luput dari jilatanku. Ternyata benar, dia suka memakai g-string. Malam itu aku mendapati dia memakai g-string berwarna hitam. Benar-benar seksi. Aku langsung berfokus pada lubang anusnya. Kujilati terlebih dahulu. Lalu karena sudah tidak sabar, aku langsung membuka pakaianku. Dan mengeluarkan penisku yang sejak dari sofa tadi menegang.

Kuambil kondom dari dompetku. Kuangkat salah satu kakinya ke bahuku. Perlahan-lahan kumasukkan penisku ke anusnya. Dia sempat mengerang, namun dia masih tidak sadar. Saat semua penisku terbenam di dalam tubuhnya. Tiba-tiba dia menjerit dengan sangat kesakitan. Namun dia masih tidak sadar. Plup! Aku mengeluarkan penisku. Dia pun meracau, “Ah.. Ini yang pertama dalam hidupku. Aku menginginkannya lagi. Ayo lakukan lagi.” Mendengar racauannya itu, aku memasukkan lagi penisku, kutarik maju mundur. Awalnya lambat, semakin lama semakin cepat. Tidak kuhiraukan lagi racauannya. Ketika sudah sangat cepat, kuperlambat gerakan tubuhku. Lalu terdengar kembali racauan Lucas. “Aw.. siapa pun itu tolong secepat tadi.” Mendengar itu aku pun kembali mempercepat gerakan tubuhku, memaju-mundurkan penisku. Dia terus mendesah sambil tidak sadar. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sampai di puncaknya, aku merasakan klimaks.

Kukeluarkan penisku, kulepaskan kondomku. Dan kubenamkan semua penisku dengan cepat ke dalam anusnya. Dia cukup mengerang kesakitan. Karena kulakukan dengan cepat dan ukuran penisku, meskipun orang indonesia, tidak kurang dari 8 inci. Lalu, Croot! Croot! Crot! Semua pejuh yang kukeluarkan berada di dalam anusnya. Aku pun menarik penisku dan merebahkan diri disampingnya. Kuamati penisnya, ternyata karena sodokanku tadi, selangkangan dan perutnya telah dibanjiri oleh precum. Kumainkan penisnya, dia hanya mendesah kenikmatan.Aku pun berhenti memainkan penisnya. Aku mencoba menampar- nampar pipinya, ternyata dia masih benar-benar tidak sadar. Kalian tahu rasanya lubang anus pria 50 tahun yang baru pertama kali dimasuki oleh penis. Luar biasa ketatnya. Bahkan sangat jauh lebih ketat dari vagina perempuan. Ditambah lagi otot pantatnya yang cukup kuat.

Meskipun Lucas, tidak sadarkan diri namun ototnya masih dapat merespon dengan baik. Karena tidak ingin membuang kesempatan. Akupun turun dari tempat tidurnya. Kubalikkan tubuhnya dan kutarik ke tepi ranjang. Kumasukkan kembali penisku ke dalam anusnya. Kali ini aku melakukan doggystyle. Selama aku menyodominya dia tetap tidak sadar dan meracau. Ketika ingin mencapai klimaks, aku menarik keluar penisku. Kulepaskan kondomku. Kukocok penisku di atas perutnya, dan kulepaskan semua cairan mani yang hangat tersebut diatas perutnya. Ternyata Penisnya pun menegang. Dengan tangan kiriku, kukocok penisnya. Dan tangan kananku memilin-milin putingnya, kali ini racauannya semakin menjadi. Dia mengira aku adalah istrinya. “Ah, sayang kau liar sekali malam ini. Tidak pernah aku merasakan sensasi ini Juliana. Ough.. Juliana” Aku pun memasukkan penisnya kedalam mulutku. Lalu dia meracau lagi. “Ah, rasanya hangat sekali. Apakah itu lidahmu, Juliana? Dari dulu aku ingin memasukkan penisku ke mulutmu. Tapi kau tidak pernah mau, sayang.” Malang sekali ternyata pria ini. Aku pun mempercepat permainan lidahku. Mengemut penisnya dengan semakin cepat.

Ukuran penisnya hampir 10 inci. Berwarna kemerahan yang membuatku gairahku meningkat. Kedua bijinya pun tidak luput dari hisapanku. Kuhisap dengan sangat kuat kedua biji pria 50 tahun itu. Aku pun semakin cepat memainkan penisnya. Dan dengan mata terpejam, tiba-tiba dia berteriak.. “Aghh.... akan kukeluarkan sekarang... Aghh... Aghhh.. AGGHHHH..” Semua pejuhnya pun berhamburan di mulutku. Terasa agak asam, namun tetap nikmat. Kukira dia telah bangun, namun ternyata dia tertidur lagi tidak sadarkan diri. Aku pun menuju kamar mandinya, membersihkan diri. Lalu aku keluar menuju dapur, ternyata diatas meja makannya masih ada anggur. Kutuangkan anggur itu ke gelasku. Tidak seenak saat pertama kali membuka botolnya, namun kunikmati malam itu, dengan anggur yang tersisa. Aku pun kembali merapikan pakaianku dan sebelum aku pergi, aku mengenakan kembali g-string padanya. Lalu menyelimuti dirinya. Lalu meninggalkan apartemen itu dengan membawa bungkusan pakaianku.

Aku turun ke lantai bawah dan memacu vespaku menuju apartemenku. Sesampainya dikamarku, aku merebahkan diri dan tertidur. Benar-benar pengalaman luar biasa. Keesokan harinya aku membuka mata, ternyata sudah pukul 1 siang. Aku dibangunkan oleh bunyi bel. Aku mengintip pintu, ternyata Lucas. Oh tuhan, apakah dia akan marah, apakah dia akan menuntutku ke polisi. “Bowo, aku tahu kau di dalam. Bowo silahkan buka pintunya.” Aku pun membuka pintunya, dengan muka tidak bersalah aku bertanya, “Sejak kapan kau disini, Lucas?” “Satu jam yang lalu. Betapa cerobohnya dirimu meninggalkan kartu ini.” Oh tuhan ternyata itu kartu laundry di dalam kantung baju, yang sepertinya terjatuh di apartemennya. Nada bicaranya cukup tinggi. Dan belum cukup lama aku memikirkan kata-kata yang harus kuucapakan. Kurasakan ada telapak tangan yang menghantam pipiku. Ternyata itu tamparan dari Lucas. Dia kemudian mendorong tubuhku ke dalam apartemen, dan menyudutkan tubuhkan.

Kedua tangannya memegang kerah kemejaku. Munurunkan tubuhku yang agak sedikit lebih tinggi darinya. “Apa itukah caramu bercinta, meninggalkan pasanganmu di pagi hari.” “Lucas, aku bisa menjelaskan sebenarnya.” “Kukira itu hanya mimpi, namun ketika aku terbangun kudapati tubuhku telanjang. Dan ktika aku menuju kamar mandi, kurasakan anusku begitu perih. Ketika kuraba dengan jariku, ada begitu banyak cairan mani. Ternyata itu bukan mimpi.” “Hei.. Tenanglah Lucas. Semalam kau sangat bersedih tentang istrimu. Dan aku hanya mencoba membantumu. Memberimu pengalaman baru yang mungkin akan kau suka.” Dia kembali mendorongku ke dinding. “Betapa bangsatnya dirimu, Bowo.” Ketika aku membalas tatapan matanya, aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya. Lalu kulumat bibirnya, dia membalas lumatan bibirku.

Luar biasa sekali gairah pria tua ini. Kulepaskan ciuman kami. “Maaf, Lucas.” “Aku benar-benar kesal padamu Bowo. Aku sangat marah padamu. Tapi saat menatap matamu, aku seperti orang bodoh.” Kedua tangannya kini melingkar di leherku. Akupun melingkarkan tangaku di pinggangnya. “Tidak, itu tidak bodoh. Itu adalah cinta baru yang belum pernah kau rasakan. Kau pasti tidak pernah sepuas semalam bukan? Apa yang kau lakukan semalam belum pernah kau lakukan dan membuatmu penasaran bukan?” Lucas kemudian mengangguk. Lalu dia merebahkan kepalanya di dadaku. “Bowo, berjanjilah padaku untuk membantuku sering melakukannya lagi padaku dan jangan pernah meninggalkan aku sendiri di pagi hari seperti orang bodoh. Bantu aku melupakan istriku. Dan bantu aku memulai hidup baru. Jadi pasanganku di dalam hidup baruku.” Tangan kiriku mengusap kepalanya seperti anak kecil.

Sementara dia masih menikmati pelukanku. “Sebisaku, Lucas.” Dia sekarang memindahkan kedua tangannya ke pinggangku. Cukup lama kami berpelukan. Meskipun dia sudah tidak berumur, kuyakini dia pasti sangat kesepian sehingga mau menerima diriku dan setiap perlakuanku. Aku pun melepaskan pelukannya. “Kenapa, Bowo?” Aku membuka ikat pinggangnya, dan menuruni celananya. “Benarkan, apa yang membuatmu suka memakai g-string, Lucas?” Tangan kananku meremas pantatnya yang seksi dan tanganku meremas tonjolan penisnya. “Aku sebenarnya tidak terlalu suka memakainya. Namun Juliana sangat bergairah jika melihatku memakai ini.” “Kalau begitu, hal pertama yang harus kita lakukan adalah melepas benda ini dari kehidupanmu.” Dengan sengaja aku robek g-string itu. Dan kalian tahu pasti apa yang kami lakukan selanjutnya.

6 bulan telah berlalu.Dia memintaku untuk tinggal di apartemennya. Dan mempekerjakanku sebagai sopir. Meskipun telah berumur. Hubungan cinta kami sangat luar biasa. Ketika melakukan seks, Lucas selalu menjadi bottom, tidak pernah sekalipun dia meminta menyodomiku. Aku pernah menanyakan apakah dia mau menyodomiku. Namun dia tahu aku akan tidak menyukai itu. Dan dia menolaknya. Dia sangat menuruti permainanku ketika di ranjang. Tetapi meskipun begitu, selain ketika hubungan seks, dia bersifat sangat tegas dan berwibawa ketika kami berada di tempat kerja ataupun di apartemen. Melihat toleransinya ketika di ranjang, aku juga mentoleransi dominasinya ketika di apartemen atau di kantor. Aku tidak pernah menolak permintaan atau ajakannya seperti makan siang, karena aku tidak ingin mengecewakannya.

Kini dia telah mampu melupakan Juliana, dia tidak pernah lagi mengenakan g-string. Seluruh kenangan tentang juliana telah dibuang bahkan dibakarnya. Dan kini kami berdua sedang menikmati anggur sambil memandangi indahnya kota ini di malam hari. Aku merebahkan kepalaku di pundaknya. Dan tangannya melilit di pinggangku. “Bowo, aku ingin berbicara serius denganmu. Terimaksih telah membantuku. Aku sekarang telah dapat melupakan Juliana. Namun apakah kau tetap dapat disampingku, menjadi pasanganku hingga aku menutup mata. ” “Terimakasih juga Lucas, kau sudah seperti ayah sekaligus pasangan hidupku. Ya, aku akan menghabiskan hidupku bersamamu. Tapi,..” “Ada apa, Bowo?” “Tapi bisakah kita mengadopsi anak. Aku tahu, setiap pria pasti ingin memilik anak. Dirimu juga seperti itu kan?” “Kau benar-benar mengerti aku Lucas. Aku tidak berani bertanya dan memintanya padamu.”

1 komentar:

Pengakuan Gay Indonesia mengatakan...

Hai Gay indonesia....
Salam kenal semua. Kenalkan aku 30th tinggal di Bangkabelitung.
Saat nih Aku single. No BF. No Merried.
Senang membuka perkenalan dengan anda2 diluar sana.

Yaa... dibuat simple...
Kita kenalan. Saling tukar foto. Saling komunikasi. Tukar pikiran dll.
Apabila terdapat kecocokan, Lanjut special yaa... kenapa nggak?
Gak cocok...? berteman pun tak masalah...

Aku hoby jalan2... traveling... backpacker...
Liburan dengan budget minim.
Kadang aku bisa 3-4kali /tahun keluar pulau.
Barangkali nanti bisa keliling bareng kamu....?

Mungkin saja suatu hari kita bisa bertemu & aku berkunjung ke daerahmu....?
& kamu welcome menerima kedatangan...

Lebih disukai Gay manly, tidak ngondek, tidak manja.
Bisa bertukar foto, bukan Hanya sms & telp.
Biar adil & real.
Lebih disukai kesederhanaan, jujur, sabar.
percaya tidak ada yg sempurna,
Tapi lebih meyakini chemistry & saling suka.
apapun bentuk keterpaksaan, pasti tidak akan awet.

Jangan lupa... kontak ya...
WA : xx1949246000
BBM : D33CA027
weChat : debelitong
Line ID : belitong.ml

Posting Komentar

 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.