Senin, 25 Maret 2013

Nafsu Bejad Pria Paruh Baya Bangunan Kosong

Namaku.. Sebut saja Tanto. Usiaku sebentar lagi memasuki angka kepala lima, single tinggal sendiri di belahan selatan jakarta. Penampilanku biasa saja, tidak mencerminkan penampilan seorang gay. Sampai2 banyak teman2 gay ku tidak percaya kalau aku seorang gay, mereka mengira aku seorang straight tulen, atau seorang Bisex. Mungkin karena cara berpakaianku yg santai dan cuek, tidak seperti pria2 metrosexual.

Tubuhku tidak terlalu gemuk, juga tidak kurus. Masih tersisa sedikit gumpalan otot2 di trisep dan bisep sewaktu masih rajin fitness bbrp tahun lalu. Perutku krn tidak lagi nge-gym terlihat mulai membulat, namun dibanding pria2 seusiaku, perutku mash belum dikategorikan buncit. Kulitku agak gelap, rambut cepak pendek, dengan uban yg mulai tumbuh sengaja aku biarkan tidak disemir (beberapa teman mengatakan malah membuat keliahatan lebih sexy... Ha3 itu kata mereka)

Kontol ku menurutku standard saja, tapi bbrp lawan mainku mengatakan, kontolku gede. Bagiku gede atau standard bukan jadi ukuran memuaskan lawan main kita, tapi bagaimana cara kita menggunakan "alat" inilah yg mampu memuaskan lawan mainku. Terbukti bbrp org yg masih virgin, ataupun yg pernah sekali di entot tapi merasa kapok, setelah merasakan sodokan kontolku menjadi ketagihan.

ML buatku sebuah FUN, kepuasan lawan mainku memberi kepuasan tersendiri bagiku, erangan2 lawan mainku saat bagian2 G spotnya aku stimulasikan, atau erangan kenikmatan mereka saat kami french kiss, rintihan mereka saat puting susu mereka kuremas, plintir atau aku jilat dan sedot, rintihan dan erangan mereka saat kontolku menyodok nyodok lubang pantatnya, rengekan mereka meminta aku utk menyodok kontolku lebih dalam dan lebih keras saat mereka mendekati klimaks, membuat aku merasa puas.

Kadang mereka muncrat duluan, sementara kontolku masih buas menyodok2 lubang pantat mereka, berapa dari mereka terkadang, setelah muncrat... Merasa tidak nyaman atau ngilu bila lubangnya terus disodok, maka aku tidak masalah utk menghentikan permainanku walau aku belum klimaks. Biasanya mereka menawarkan diri utk mengocok atau mengisap kontolku agar aku bisa muncat juga, biasanya aku menolak... Sensasi muncrat di dalam lubang pantat tak dpt diganti dengan tangan atau mulut. Bagiku tak masalah... Melihat lawan mainku terpuaskan, kelelahan, mencapai klimaks sampai memuncratkan sperma mereka karena pantatnya diobok-obok oleh kontolku merupakan kepuasan utk ku juga. Kontraksi otot2 lubang pantat mereka yg mencengkram kencang batang kontolku saat mereka mencapai klimaks sungguh sensasi yg luarbiasa.

Aku menyukai sex liar, tapi juga menyukai sex romantis. Sebenarnya aku tidak suka nge-sex dengan kucing (pria bayaran)... Tapi dalam beberapa kejadian, aku sekali-kali menerima tawaran2 para "kucing" tersebut, biasanya mereka yg menawarkan diri, bila penampilannya aku suka, dan aku yakin mereka bisa di entot, jika kebetulan aku lagi horny barulah aku nge-sex dgn mereka.

Bagiku ML atas suka sama suka lebih nyaman, namun kalau keinginan liar mulai datang, keinginan ML secara dominan, dimana aku bisa memerintah lawan mainku melakukan sesuai keinginanku, atau aku lagi malas untuk aktif jadi aku bisa memerintah lawan mainku utk lebih aktif, maka pilihanku adalah para pria penjaja tubuh tersebut. Hanya 2 atau 3 "kucing" yg pernah aku pakai tubuhnya, krn kalau aku sudah merasa cocok dgn permainan mereka, utk apa mencari-cari yg baru yg aku belum tau kualitas permainannya. Sebulan sekali atau tiga bulan sekali paling banyak aku memakai jasa "kucing", selebihnya aku ML atas dasar suka sama suka dng "Sex Buddy" (teman sekedar utk ML).

ML dengan kucing, aku tidak perlu memikirkan kepuasan para kucing tersebut, aku membayar utk memenuhi nafsuku, setelah aku muncrat aku tidak peduli apakah mereka ingin muncrat juga atau tidak, namun melihat beberapa dari mereka mengocok kontol mereka saat aku entot lubang pantatnya. Dan melihat mereka muncrat saat aku ewe lubangnya...merupakan kepuasan tersendiri. Seperti yg aku jelaskan, aku bukan org yg suka menggunakan jasa "kucing", aku tdk pernah mencari-cari, mereka yg aku kenal umumnya diperkenalkan teman, atas dasar rekomendasi teman2, yg benar2 telah mengenal "kucing2" tersebut barulah aku mau.

Apalagi mencari2 kucing di Mall, pertokoan atau ditempat umum lainnya, aku merasa tidak nyaman dan risih, belum lagi di tambah penampilanku membuat para kucing2 itu sulit mengenaliku bahwa aku seorang gay, calon pelanggan mereka, tidak seperti umumnya para gay yg cara berpakaian, bahasa tubuh, atau gaya bicaranya mudah dikenali.

Tapi ada sebuah kejadian lain... Hari itu aku berkujung ke kota Bogor, siang itu panas... Karena suatu keperluan, aku singgah disebuah pertokoan tidak jauh dari kebun raya Bogor. Setelah menyelesaikan keperluanku, aku mencari toilet. ternyata toilet ada di lantai 5.

Lt 5 sepertinya dulu bekas food court, terlihat dari meja-meja dan bangku panjang. Juga deretan stand penjual makanan yg tutup, hanya ada dua stand yg masih beroperasi namun sama tidak terawatnya dgn lantai sebelumnya, 4 - 5 pemuda duduk dibangku-bangku yg tersebar, ada yg sendiri ada yg berteman, dimeja mereka hanya ada botol minuman, ada beberapa malah tidak memesan makanan atau minuman sama sekali.

Sepertinya tempat ini hanya di jadikan tempat tongkrongan sambil merokok atau ngobrol. Diseberang food court yg berbatas dinding setinggi pinggang, pengaman tangga... Ada sebuah bangunan dng kacang disekelilingnya, merupakan tempat hiburan ketangkasan Billyard terlihat kosong, hanya ada 2 org yg sedang bermain billyard... Mungkin mereka adalah pegawai disitu yg sedang membunuh waktu, karena tidak ada pengunjung.

Dibagian kiri sebelum pintu masuk billyard ada petak tempat pedagang makanan/minuman ringan, ada 4 pemuda duduk-duduk bermain kartu dan merokok, dimeja tersebut kulihat hanya ada 1 botol minuman ringan yg mungkin diminum bersama-sama oleh mereka. Aku berjalan melintasi mereka menuju ketempat sholat. Saat persis berada didepan mereka, salah satu dari pemuda tersebut melayangkan pandangannya ke arahku tepat disaat aku juga melihat kearahnya, pandangan mata kami saling beradu, aku melemparkan senyum dan dia membalas senyumku dgn singkat, sebelum pandangannya kembali tertuju kepada kartu-kartu remi ditangannya.

Aku masih sempat melihat pemuda tadi sekali lagi melihat kearahku menjauh, aku harus menaiki 1 tangga lagi menuju lantai paling atas, di ujung tangga aku melihat tanda penunjuk arah ke "Toilet" .

Sengaja aku membeli 1 botol minuman ringan ditempat pedagangan minuman yg berada persis di samping meja tempat keempat pemuda-pemuda tersebut duduk , siang itu udara sangat panas.

Saat aku berada distand penjual minuman, secara sembunyi-sembunyi aku melihat ke arah pemuda yg tersenyum kepadaku tadi. Usianya sekitar 18 - 20thn, badannya ramping, rambutnya yg bergelombang acak-acakan sedikit panjang hampir menyentuh bahu dan bgn depannya panjang menutupi alis matanya. Kulitnya sedikit terang tapi tidak terlalu putih jika dibandingkan umumnya kulit orang sunda mungkin terlalu sering berpanas-panasan.

Memakai kemeja yg terbuka dan sebuah t'shirt hitam bergambar tengkorak, satu kakinya dinaikkan keatas bangku, celana jeansnya yang ketat robek cukup lebar dibagian lutut sehingga memperlihatkan kulitnya yg putih.

Penampilannya secara keseluruhan sebenarnya bisa dibilang menarik, hanya karena dekil dan berantakan hingga menutupi ketampanannya. Dari sudut mataku, aku lihat pemuda tersebut secara sembunyi-sembunyi juga menatap ke arahku sementara pandangan teman-temannya serius tertuju ke arah kartu-kartu remi ditangan mereka.

Saat menerima uang kembalian, sengaja aku menatap langsung kearahnya, dan dia pun menatap kearahku tapi sesekali matanya melihat ke arah teman2nya, sepertinya dia khawatir teman-temannya mengetahui tindakannya. Aku tersnyum ke arahnya, dia membalas dgn sebuah senyuman kecil disudut bibirnya... Sebuah sinyal!! Aku memberanikan diri utk memastikan reaksinya, aku sekali lagi melemparkan senyuman dan dia tersenyum lebih lebar sebelum kembali pura- pura melihat ke arah kartu remi.

Dadaku berdegup... Permainan kucing-kucingan ini sungguh mendebarkan!!!, karena ini pengalaman pertamaku "cruising" di tempat umum. Aku memilih sebuah bangku/meja seberang depan tempat mereka duduk, sehingga aku bisa langsung beratatapan dgn pemuda tersebut, dan dia juga bisa melihatku tanpa khawatir diketahui oleh teman2nya.

Pelan2 aku menghabiskan minumanku tanpa buru-buru, aku menyalakan sebatang rokok sambil menatap pemuda tersebut dengan lebih jelas, hidungnya runcing, tulang pipinya menonjol, matanya yg aga sipit membuatnya semakin menarik... Entah kenapa, aku selalu merasa suka dgn orang2 yg bermata sipit.. Bibirnya merah tipis, dengan sedikit bulu2 halus tumbuh diatas bibirnya, kumis yg mulai tumbuh tidak terasa kontolku mulai bangun membayangkan bibir tersebut mengulum kontolku.

Berkali-kali dia mencuri lihat ke arahku, aku melihat dia meraih korek gas yg tergeletak diantara kotak2 rokok di atas meja tanpa sepengetahuan teman2nya dia memasukkan korek gas tsb ke saku celananya. Tidak lama kemudian, ia mengeluar sebatang rokok... "Coy... Koreknya mana?" Teman-temannya mengalirkan pandangan dari kartu2 remi ke arah meja, mencari keberadaan korek gas. Yg lainnya meraba2 saku celana mereka, "Aah tadi ada disini.." Ujar salah satu temannya "Mana siiih..." Dia sekali lagi bertanya sambil pura2 memeriksa saku celananya... Aku hafal trik ini... Sebuah "pertanda" yg cukup jelas!!! "Ga tau ah"

jawab temannya acuh, melanjutkan perhatian mereka kepermainan kartu remi. Pemuda tersebut berdiri, dengan rokok menyelip bibir dia berjalan ke arahku. "Boleh pinjem koreknya om?" Katanya perlahan, tatapannya langsung mengarah ke mataku. Aku tersenyum kepadanya, dia membalas senyumku sambil ujung lidahnya terjulur membasahi sudut bibir bagian atas. "Sendirian om?" Bisiknya, sambil menyalakan batang rokok yg terselip dibibir tipisnya. Aku tidak menjawab pertanyaanya, sebagai gantinya aku berbisik, "Saya tunggu di toilet ya"

Dia menjawab pertanyaanku dengan kedipan mata. Beberapa menit setelah dia kembali ke tempatnya, aku menghabiskan sisa rokokku sebelum mematikannya kedalam botol minuman yg telah kosong. Aku berdiri, berjalan menuju arah toilet melintasi mereka, ketika kulihat pemuda tersebut memandangku sejenak, aku memberi isyarat dengan gerakan kepalaku, menunjuk ke arah toilet. Dia mengangguk kecil tanpa sepengetahuan teman- temannya.

Masuk ke dalam toilet yg bau menyengat, sepertinya toilet ini jarang digunakan lagi, air di kran tidak mengalir, sungguh tidak nyaman masuk ke dalam ruangan ini. Tapi nafsuku telah menguasai otakku, aku sudah tidak peduli dgn toilet yg jorok ini. Aku memilih dereteran toilet yg menghadap sejajar dengan pintu, agar mudah memantau situasi diluar. Sayup aku mendengar, pemuda tadi berkata kepada teman2nya... "Sialan gue mau kecing dulu coy...terusin kartu gue"

Suaranya cukup keras sehingga bisa aku dengar dari dlm toilet, perkataan ini sepertinya lebih ditujukan kepadaku, seolah-olah iya ingin mengatakan "saya nyusul kamu ke toilet sekarang"... Tidak lama kemudian, pemuda tersebut masuk, pas saat aku menumpahkan air seni ku yg sejak tadi sudah tertahan. Kontolku ngaceng, karena menahan kencing atau karena pemuda tadi... Aku tdk peduli. Pemuda tersebut langsung berdiri disampingku, aku tersenyum kepadanya, dan dia tersenyum kepadaku sambil menurunkan resleting celananya, dia mengeluarkan kontolnya yg masih lemas, pandangannya mengarah ke kontolku. "Besar juga barangnya om" Ia berkata dengan suara direndahkan. Aku melihat kearah kontolnya, dia memainkan kontolnya, di kocok-kocok perlahan.

Bentuknya streamline batangnya coklat terang dengan kepala kontol yg besar bewarna pink. Perlahan-lahan kontolnya mulai mengeras. Aku sudah menyelesaikan hajatku, menggoyangkan kontolku yg makin mengeras, agar sisa2 kencing benar2 berhenti menetes. Sementara kontol pemuda tsb tidak juga menumpahkan air kencingnya. "Punya kamu juga bagus... Mulai bangun ya?" "Iya nih jadi bangun...habis diliatin terus" dia tersenyum "Bangun karena diliatin atau karena dikocok?" "Eee... Dua duanya kali... Sendirian om" tanyanya lagi "Berdua" jawabku "Loh temannya mana?" Ia melihat ke arah pintu, mungkin mengecek situasi diluar atau mencari keberadaan temanku. "Lah ini kan berdua, sama kamu" "Ahh...om bisa aja" dia tertawa kecil. "Tinggal dimana om?" "Jakarta" "Yaah... Kirain diBogor"

Dia masih mempermainkan kontolnya yg sudah setengah menegang "emang kenapa?" Aku masih memegang kontolku yg berdenyut-denyut mengeras "Kalau tinggal di Bogor, saya boleh dong main2 ke rumah om" "Main apa nih" tanyaku memancing, sambil menatap kontolnya yg semakin mengeras, bentuknya agak sedikit bengkok keatas, kepala kontolnya yg kemerahan lebih besar dari batangnya sungguh sangat mengundang. "Yah main apa aja deh.... om maunya main apa" senyumnya nakal Aku melangkah kesamping, mendekati pemuda tsb, jantungku semakin keras berdegub. "Kalau main ini?" Bisik ku di kupingnya sambil kugenggam batang kontolnya, ia tidak mengelak.

Sengaja bibirku kutempelkan kedaun telinganya pipiku menempel ke pipinya, agar dia bisa merasakan panasnya nafasku yg terbakar nafsu. Kepalanya agak bergetar bergidik, bisa kurasakan desahan halus nafasnya saat bibirku menempel di kupingnya, sepertinya aku mengenai salah satu G spotnya. Kontolnya yg ada di genggamanku terasa hangat, kenyal dan mengeras, dpt aku rasakan otot2 kontolnya berdenyut. "Om mau?" Iya bertanya sambil menelan ludah, jakunnya bergerak "Iya sekarang" "Yah kalau sekarang saya ga bisa ke jakarta... Udah kesoren... Ntar pulangya kemaleman? Tapi asal om ongkosin pulang yah?" Maksud perkataannya jelas bisa ku tangkap "Saya maunya sekarang... Kelamaan kalau kejakarta dulu" "Sekarang?... Jadi kita check-in hotel?"

Main di kamar hotel bukanlah sebuah petualangan, aku menginginkan sebuah pelualangan sex liar yg memompa adrenalin. "Kelamaan muter2 cari hotel, saya pengen sekarang" tanganku semakin kencang menggengam kontolnya yg semakin mengeras. "Disini?" "Iya disini... Tapi bukan di toilet ini, kamu tau dimana kita bisa main disini" bibirku menyentuh samping lehernya dibawah telinga, dia bergetar "Ada... Tapi saya nanti bagi ongkos utk pulang yah" bahasa yg sopan "Iya...kamu bisa apa aja" "Apa aja?" "Iyaaa... Kamu ML bisa ngapain aja" tanganku mulai mengocok pelan kontolnya yg sudah full ereksi. "Terserah om aja... Apa aja saya bisa... Ikut maunya om aja" pasrah atau tidak mengerti? "Bener nih apa aja...kamu bisa?" "Iyaaah ikut gimana om aja, tapi saya dikasih ongkos utk pulang yah" "Berapa?" "Terserah om" sopan sekali

"Ko terserah... Kalau ongkos pulang naik angkot 25ribu cukup kan?" "Yaah koq 25, jgn segitu dong" "Makanya berapa kamu biasanya" Kutempelkan bibirku kekupingnya, ujung lidahku menjilat pelan daun telinganya... Iya bergidik, ujung jempolku mengelus kulit kepala kontolnya yg hangat dan halus. Aku siap menanti angka yg akan dia sebutkan "Cepek?" Aku kaget dengan harga yg dia minta, tidak mengira dia akan meminta jauh di bawah perkiraanku. "OK... Tapi beneran nih kamu bisa segala macem" "Iyaaa... Pokoknya om puaslah" lubang kontolnya mulai mengeluarkan precum, cairan bening yg licin. Aku gosok2 cairan tersebut di kepala kontolnya, dia melenguh halus...

Dari luar terdengar suara teriakan temannya "Aseep... Lama benget, ngapain sih?" Rupanya namanya Asep nama yg sangat umum. Dia menoleh ke arah pintu, dan menjawab teriakan teman2nya "Sebentar gw mules" "Coli lu yah" terdengar teman2nya tertawa "Sialan lu" "Sep masih mau lanjut ga kartunya..." "Ga ah... Gue mules" Kontolnya didalam gengaman tanganku mulai melemas, mungkin kaget dgn teriakan teman-temannya. "Om ntar tunggu saya di belakang billyard yah... Saya keluar sekarang, om keluarnya ntar aja aga lamaan dikit biar teman2 saya ga curiga" rupanya Asep memiliki rahasia bagi teman2nya, sisi kehidupan lain yg ia tidak ingin teman2nya mengetahui. Dia segera memasukkan kontolnya kembali kedalam celana, mematut diri, memastikan celananya sudah rapih sebelum keluar meninggalkan aku sendirian didalam toilet busuk ini. Di depan pintu dia berhenti sebentar, melihat kearahku sambil mengedipkan matanya, aku membelas dengan anggukan dan menyalakan rokok ku.

Satu batang rokok aku rasa cukup lama, aku matikan puntung rokok tersebut dengan ujung sepatuku. Dari jauh aku melihat Asep dan kawan2nya duduk sambil bercanda ditempat yg sama. Aku langsung menuju ke arah belakang gedung billyard, aku sempat melihat pendangan Asep mengikuti ke arah aku berjalan. Aku langsung mempelajari situasi disekitarku, begitu sampai dibelakang gedung billyard. Benar2 sepi dan agak gelap krn kurangnya penerangan dari jendela. Beberapa bangunan nampaknya bekas kios/toko melihat bentuknya, dengan kaca2 yg lebar sampai kelantai dulunya pasti berfungsi sebagi etalase, beberapa kaca masih utuh, tapi banyak yg telah pecah.

Pintu2 "rolling door" sebagian tertutup tapi ada juga yg sepertinya dibuka paksa. Ada tiga bangunan sepertinya bekas kantor, melihat bentuk jendelanya yg menggunakan kaca gelap dengan dinding setinggi pinggang. 2 bangunan pintunya kelihatannya terkunci, 1 bangunan yg berada dipojok dgn 2 daun pintu kaca gelap full sampai kelantai juga memiliki jendala2 dgn kaca yg cukup gelap sehingga aku tidak bisa melihat bagian dalam bangunan tersebut, salah satu pintunya kelihatan sedikit terbuka.

Aku menginjak puntung rokok ku yg kedua, ketika ku lihat sosok Asep datang melewatiku, dia memberi kode dengan gerakan kepalanya menunjuk ke arah yg dia tuju, aku biarkan saja. Sampai ia memasuki bangunan bekas kantor yg dipojok, aku lihat dia melemparkan pandangannya kesekeliling ruangan, sepertinya utk memastikan situasi aman sebelum dia masuk melalui celah pintu yg terbuka. Sebelum tubuhnya menghilang dibalik pintu kepalanya mengangguk ke arahku. Setelah menunggu beberapa saat, aku melihat kesekeliling utk memastikan benar2 tidak ada orang disekitar ruangan, setelah yakin aman, aku berjalan cepat menyusul Asep. Seperti cara masuk asep tadi, aku memiringkan tubuhku melewati celah pintu kaca yg terbuka sedikit.

Kulihat Asep duduk bersandar di dinding beralaskan karton, merokok sambil memainkan HP-nya. Dari dalam ruangan melalui kaca2 jendela dan kaca pintu yg gelap aku bisa melihat situasi diluar, tapi yg diluar tak bisa melihat kedalam, tepat sekali! Didalam ruangan yg berdebu tidak terurus, kulihat banyak karton-karton dan koran2 bekas... Mungkin digunakan untuk duduk atau tidur, botol2 dan gelas2 plastik, serta puntung2 rokok bertebaran. "Maaf om agak lama" Asep menyelipkan HP-nya kesaku celana, kedua kakinya yg ditekuk membuat kedua lututnya mnyembul dari celah celana jeans yg robek... Sexy! "Iya koq lama" "Iya tadi sengaja ikut teman2 saya turun, nunggu mereka pulang dulu...baru saya berani naik lagi" "Oow... Oke"

Aku berjalan menuju tempat Asep duduk, Asep segera berdiri. Terseyum... Entah kenapa rasanya wajah pemuda ini terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Setelah berada disekatnya, aku baru menyadari mengapa dia terlihat lebih tampan, melihat kerah baju dan bagian dadanya yg basah, sepertinya dia baru saja mencuci muka. "Habis cuci muka Sep?" "Iya biar seger" "Sering pake tempat ini?" "Ah ga sih..." "Tapi pernah?" "Iyaah..." Jawabnya malu2 Kudekatkan wajahku ke wajahnya, samar2 tercium bau sabun yg dia gunakan utk membersihkan wajahnya "Sama cowok?". Aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya yg langsing "Ga lah... Sama cewe dong... Sama cow baru sekali ini sama om" "Ngewe?" Asep menjawab pertanyaanku dengan tertawa singkat. "Jadi kamu blm pernah ngewe sama cowok?" "Pernah tapi ga disini"

"Mmmm... Terus kamu bisa apa aja nih?" Tubuhku telah menempel ketubuhnya, Asep bersandar di dinding disamping jendela, hingga aku bisa melihat situasi diluar. Tanganku mulai meraba gundukan diselangkangannya kontolnya masih lemas . Kemudian merambah ke perutnya yg rata. "Apa aja... Terserah om" Asep menelan liurnya, wajahku dan wajahnya hanya berjarak 1 cm. Nafasku panas menerpa wajahnya, dan aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu. Dari balik kaos yg dikenakannya tangan kananku menelusuri perut kemudian naik kedadanya. Aku bisa merasakan jantungnya berdegub kencang. Jari2ku meremas dadanya, kemudian kuplintir puting susu kanannya, Asep merintih pelan...satu lagi G spot...tangan kiriku meremas-remas pantatnya. Matanya terpejam kutempelkan bibirku, ku cium perlahan dia membalas.. kukemut bagian bawah bibirnya yg tipis, Asep merintih sangat pelan dan bibir tipisnya menjadi sedikit terbuka, ku julurkan lidahku diantara bibirnya yg terbuka, ujung lidahku mengusap bagian bawah bibir atasnya, dan Asep menjulur lidahnya menyambut lidahku... Lidah kami berpagutan, semakin liar, saling melilit. Aku raih tangannya yg pasif, telapak tangannya kutempelkan ke gundukan celanaku dan kutekan telapak tangannya agar menekan kontolku yg sudah sangat mengeras, dari balik celana aku bisa merasakan precum ku sudah menetes dari ujung lubang kontolku. Aku arahkan telapak tangannya agar menggosok-gosok batangku, Asep segera tanggap.

Ciuman kami semakin liar, ku sedot2 lidahnya sambil lidahku memelintir, asep mengerang pelan. Tangan kananku merambat turun keperutnya, aku bisa merasakan perutnya berkontraksi saat ujung jariku mempermainkan lubang pusernya, bergerak lebih turun lagi jemariku menyusup kedalam boxernya, menyemtuh jembutnya yg belum terlalu lebat. Akhirnya jari2ku menyentuh kontolnya... Yg masih lemas!...He's absolutely straight! Tadi didalam toilet aku berfikir dia gay atau bi, saat dia mengomentari ukuran "barang"ku. Tapi setelah berciuman dan meraba tubuhnya, dan kontolnya belum juga bangun, pertanda bahwa dia pure straight, membutuhkan rangsangan lebih utk membuat seorang straight bisa ngaceng saat ML dgn sesama pria.

Jadi pemuda jelas sekedar menjual sex demi uang semata, bukan pemuda Gay atau Bi yg mencari uang dan kepuasan. Kulepas lilitan lidahku dari lidahnya, kucium pipinya dan daun telinganya, kontolnya yg dalam gengamanku mulai berdenyut. Kujulur lidahku liar menjilati telinga sampai kelubang telinganya, kembali kontolnya berdenyut lebih keras...mulai bangkit, Asep merintih... Menikmati. Kutarik tanganku dari dalam celananya, kulepas kacing celana jeansnya, resleting kuturunkan. Ku keluarkan kontolnya yg mulai menegang melalui ban karet celana boxernya. kulepaskan kemejanya dan kulemparkan kelantai. Aku tarik bagian depan t'shirtnya melewati kepalanya, dengan lengan t'shirt yg masih ditempat kubiarkan tersangkut dipunggungnya. Dada dan perutnya yg putih mulus, puting susunya yg bewarna coklat muda terpapar siap utk kunikmati.

Dalam posisi masih berdiri, kuciumi dan kujilati leher Asep terus turun kedadanya, tangan kiriku meremas dada kirinya, sementara lidahku sibuk menjilati puting kanannya, Asep mendesah. Tangan kananku mulai mengocok batang kontolnya secara perlahan, Asep menggerakkan pantatnya mengikuti irama gerakan kocokan tanganku pada batang kontolnya. Ku gigit pelan puting kanannya, Asep melenguh keras...Kenikmatan... Kontolnya semakin menegang. Precum mulai keluar dari lubang kencingnya. Aku basahi ujung jempolku dgn precum itu, dan menggosokan ke kepala kontol Asep, dia merintih bercampur lenguhan. "Enak Sep? Bisikku "Eenggh shhh..."

Cepat aku lepaskan t'shirtku dan bejongkok didepannya, celana jeans dan boxernya kuplorotkan sekaligus sampai sebatas paha. Bulu2 dikemaluannya belum terlalu lebat, demikian juga bulu2 dipahanya terlihat halus di pahanya yg putih. Kuciumi perutnya yg rata, lubang pusarnya kupermainkan dgn ujung lidahku sambil aku genggam kontolnya yg sudah full erect aku gesek-gesekan terasa hangat menekan dadaku, precumnya yg mengalir dari lubang kencingnya ku oleskan di ujung jempolku, dan ku jilat... Gurih. Kugesek gesek lubang kontolnya dengan putingku, putingku basah oleh precum yg menetes dari lubang kencingnya. Kupandang kontolnya yg berwarna coklat muda lurus sedikit bengkok keatas dgn kepala kontol besar yg kemerahan mengkilap dalam genggamanku, kurendahkan kepalaku. Kucium ujung kontolnya yg basah oleh precum "Aaaghhhh..." Asep mendesah perlahan, matanya terpejam rapat. Lidahnya mengusap bagian bibir bawahnya yg sedikit terbuka. Lidahku mulai menjilati kepala kontolnya yg besar. Berputar dileher kontolnya, lidahku terus menjelajahi bagian bawah batang kontolnya, kembali lagi ke bagian belahan kepala kontolnya, sebelum kumasukan kelapa kontol yg besar, kenyal, dan hangat itu kedalam mulutku. "Aaaaghhhhhhh...heshhhh"

Sebenarnya aku tidak terlalu suka mengisap kontol, kecuali utk orang-orang tertentu...untuk Asep aku ingin membuat dia terkesan dengan permainan ini. Kepalaku mulai bergerak maju mundur melumat kontolnya dengan ritme pelan. Pinggul asep bergerak mengikuti ritmeku mendorong dan menarik batang kontolnya didalam mulutku.

Aku melirik keatas, Asep menggigit bibir bawahnya, matanya masih terpejam rapat,. Dan dia meletakkan tangan kirinya dibelakang kepalaku, dan tangan kanan mengusap-usap bahu telanjangku. Pinggulnya perlahan-lahan bergerak dengan ritme semakin cepat. Kontolnya masuk semakin dalam dimulutku, sambil mengisap kontolnya, lidahku bermain mengusap2 kepala dan batang kontol yg berada di rongga mulutku.

Sekarang kepalaku diam, tertahan oleh tangannya dibelakang kepalaku, menerima gerakan pinggul Asep yg meng-ewe mulutku. Nafas Asep semakin tersengal. Tubuhnya mulai mengkilap oleh keringat. Tangan kiriku melingkar memeluk belakang tubuhnya, sedangkan tangan kananku memelintir puting susunya, dari plintiran yg lembut, aku mulai memelintir dengan keras, dan semakin keras plintirannya, lebih menyerupai cubitan. "Aaaanghhh..." Asep melenguh nikmat... Pemuda ini rupanya menikmati sensasi yg menyakitkan, aku meremas dadanya dengan keras "Aaaghhh.... Aghhhh... Aaahgh"

Sambil tak melepaskan lidahku dari kepala kontolnya aku mengeluarkan batang kontolnya dari mulutku, menjilati bagian bawah batang kontolnya terus sampai ke biji pelirnya yg menggelantung, lidahku berputar menjilati pelirnya. Aroma yg khas tercium disekitar situ, kemudian kumasukkan kedua biji pelir tersebut dimulutku, jembutnya yg halus dan tidak terlalu lebat menggelitik hidungku. Tanganku yg tadi meremas dadanya, sekarang beralih mengocok batang kontolnya. Sementara tangan kiriku yg tadi memeluk bgn belakang tubuhnya, turun menjelajahi pantatnnya, kuremas-remas, perlahan beralih kebelahan pantat menggosok2 sambil mencari lubang duburnya dengan jari tengahku, saat jari tengahku menemui kerutan duburnya yg rapat, ku gesek2kan dan sedikit menekan-nekan bibir lubang duburnya. Duburnya berdenyut dan mengejan... Damn it's so tight! Kugerakkan jari tengahku berputar melingkar dan menekan lubang duburnya dengan cepat. "Aaaaaaghhhhh....heeessh...aaahhhhahhh""

Asep mendesah, punggungnya rapat menempel kedinding, badannya melengkung pinggulnya disorong kedepan kakinya dibuka lebih lebar sehingga tanganku leluasa menjelajahi celah pantatnya... Dengan sisi telapak tangan aku gesek-gesek duburnya, lubangnya berkedut rapat sekali, aku tidak yakin kalau duburnya pernah di entot... Apakah dia masih virgin? Tapi tadi dia mengatakan ML cara apa saja dia bisa?? Aku meludah ditelepak tanganku, kugosokkan ludahku di duburnya, sementara tangan kiriku mencari-cari Gel pelicin yg selalu kubawa didalam tas pinggangku yg tergeletak di samping kaki Asep.

Dengan 1 tangan kubuka tutup "tube" Gel dan kutekan isinya sebanyak mungkin. Lubang duburnya terlalu ketat... Butuh banyak Gel agar kontolku bisa dengan mulus melewati bibir lubang duburnya. Ku oles gel yg dingin di lubang dubur Asep, "Aaahhh..." Asep mendesah saat gel yg dingin menyentuh kulit bibir lubang duburnya, lubang tersebut berkedut2 tegang. Dengan lembut dan perlahan kugosok-gosok ujung jempolku yg licin dilubangnya dengan gerakan berputar dan vertical sejajar dengan belahan pantatnya. Pinggul Asep berputar dan maju mundur mengikuti gerakan ujung jempolku. Semakin banyak precum yg keluar dari lubang kencingnya, segera ku slomot kontolnya. "Eeeghhhghhh..."

Desahannya semakin keras, Asep mendorong pinggulnya, kontolnya masuk lebih dalam... Ujung kepala kontolnya menyentuh tenggorokanku. Lubang duburnya yg tadi mengkerut tegang... Mulai relax. Aku merasa duburnya sekarang sudah siap utk dimasukkan dgn jari. Kudorong ujung jari tengahku, "Oooohgh hhsheeeshhhhh"

Asep mengerang, saat ujung jari tengahku melakukan gerakan mendorong berusaha masuk. Lubangnya yg tadi mengendur kembali mengkerut tegang, aku menarik jariku keluar, kemudian ku ulangin gerakan tersebut berkali-kali. Kosentrasi Asep pada kontolnya yg sedang di isap, membuat duburnya kembali relax. Perlahan2 1 ruas jariku masuk melewati liang duburnya. "Aaaeeghhhhh...." Asep merintih, lubangnya berkontarksi menjepit ketat jariku. Aku tahan doronganku, membiarkan ujung jariku berada diposisi tersebut. Lidahku bergerak cepat menstimulasi kepala kontolnya yg ada didalam mulutku, kupermainkan lubang kontolnya dengan ujung lidahku, Asep mendesah. Lubang duburnya kembali relax...perlahan kudorong jariku lebih dalam... Flop, sluruh jariku masuk melewati cicin liang duburnya. "Aaaannnghhhh agrhhh.."

Asep merintih, kepalaku mendongak melihat ekspresi wajah. Kepalanya dilempar kebelakang bersandar kedinding, matanya tertutup rapat, bibir bawahnya digigit kencang. Tangan kanan melintang didada jempol dan jari telunjuknya memelintir putingnya sendiri, sementara tangan kirinya yg sejak tadi memegang belakang kepalaku menahan agar kontolnya tetap berada didalam mulutku. Jariku yg telah berada dalam lubang duburnya ku putar-putar menyentuh dinding rectumnya "Uuuughhhh..."

Asep melenguh, mengencangkan otot pinggulnya. Pangkal jariku terjepit oleh bibir duburnya yg mengencang. Asep menekan kontolnya dalam2 ke tenggorokanku. Waktunya utk step berikatknya... Perlahan kucabut jariku dari lubang duburnya, "Aaahhhh...." Asep menghela nafas panjang saat jariku... Flop... Lepas dari bibir duburnya. Ku hentikan isapan dikontolnya. Aku berdiri, kedua tanganku. Kuletakkan dikedua pipinya, kedekatkan wajahnya ke wajahku, saat bibirku hampir menyentuh bibirnya Asep membuka matanya menatap langsung ke mataku, bibirnya tersenyum langsung kuciumi, ia membalas ciumanku dgn buas... Membuka mulutnya membiarkan lidahku memasuki rongga mulutnya, lidahnya mencari lidahku. Dia hisap lidahku seperti yg tadi kulakukan kepadanya. "Suka Sep?" "Enak banget om" "Isep punya saya Sep"

Asep berjongkok diantara kakiku, kontolnya menggatung tegang diantara kakinya yg terlipat. Aku sengaja membiarkan Asep melakukan sendiri membuka kancing celanaku, menurunkan zipperku. Satu tanganku mengelus lengan dan bahunya yg berotot kering, satu tanganku mengusap rambutnya yg tebal. Asep menurunkan celanaku, kontolku yg dari tadi sudah ngaceng menyembul keluar dari pinggir Ban karet CDku, kepala kontolku sudah benar2 basah oleh precum. Asep mengeluarkan batang kontolku, ia menatap sejenak benda kenyal di genggaman tangannya kemudian pandangan matanya menengadah keatas menatap aku. Aku memberi senyuman kecil dan mengangguk... Memberi tanda utk melakukan apa yg aku pinta tadi. Dengan tangan satunya lagi, dia siap mengelap precum yg membasahi kepala kontolku "Jangan dilap pake tangan, dijilat aja Sep" aku memberi petunjuk "Dijilat Om?..ennng..ga apa2 nih?" Asep menatapku dengan ragu "Iya dijilat" Jari2nya terasa hangat menggenggam kontolku, kepalanya mendekat, dia memandangi dulu kontolku sebelum akhirnya dia julurkan lidahnya... terasa hangat menyentuh kepala kontolku "Hmmmmm"

Iya memulai jilatan jilatan pendek, seperti menjilati ice cream, membersihkan precumku. Dia kembali memangdangi kontolku kemudian membuka mulutnya, memasukkan kepala kontolku dalam mulutnya. Disedotnya ujung kontolku seperti anak kecil menyedot botol susu. Dari caranya, aku langsung bisa menilai, dia blm terbiasa mengisap kontol. Tanganku menahan bagian belakang kepala Asep, kudorong kontolku namun tidak bisa masuk lebih dalam karena tangannya menggenggam hampir 1/2 batang kontolku. "Jangan dipegangin Sep... Isepin ampe dalam" Asep mengikuti permintaanku, aku mulai menge-we mulut pemuda ini, beberapa x batang kontolku ngilu kena giginya...Air liurnya menetes mengenai ujung sepatuku. Aku rasa kontolku sudah cukup basah dan licin dihisap Asep, saatnya utk permainan berikutnya...

Aku tarik Asep utk berdiri, kami kembali berciuman, ku cium kupingnya, aku jilati lehernya, asep merintih. Kemudian aku menjilati puting kirinya, tangan kananku meremas dada kiri Asep. Sambil terus menjilati putingnya, lidahku menjalar ke ketiaknya, ku genggam telapak tangan Asep dan kuangkat, bulu ketiaknya belum terlalu lebat, aroma keringat diketiaknya langsung menyeruak hidungku, aku suka pemuda yg tdk memakai deodorant. Ketiaknya enak utk dijilat, tdk terasa pedas dilidah krn memakai deodorant. "Aaarggghhh..."

Asep merimtih lagi saat kujilati dan sedikit ku gigit pelan ketiaknya, dari ketiaknya lidahku menelusuri sisi tubuhnya, sisi pinggangnya. Perlahan kuputar tubuh Asep membelakangiku, kini Asep menghadap ke jendela kaca gelap setinggi pinggang, kedua lengannya terentang berpegangan pada frame jendela. Aku berjongkok dibelakangnya, punggungnya yg putih mulus sungguh sexy, pantatnya yg kecil membulat penuh dan kencang sekarang persis berada di mukaku, membuatkan semakin terangsang untuk memasukkan kontolku diantara bukit pantat yg keras tsb. Kuremas pantatnya, kujilati dan kugigit bukit yg kenyal itu...

"Aaahghhh..." Asep menyorongkan dan menggerak-gerakkan pantatnya lebih dekat kewajahku, seakan-akan ia memintaku utk melakukan lagi. Aku tarik kesamping menyibak kedua bukit pantatnya dengan tanganku. Lubang duburnya yg kemerahan, berkerut rapat berdenyut-denyut, aromanya sungguh merangsang. Aku suka me"rimming" menjilati lubang pantat, tapi krn belum tau kebersihan Asep, aku menahan keinginanku. Kuludahi lubang pantatnya, kugosok2 jari tengahku kelubang tersebut, denyutan duburnya semakin kencang.setelah lubangnya benar2 basah, ku dorong ujung jariku tepat ditengah lubang duburnya. "Aaahhhhhhh..." Jari tengahku masuk setengah, kudiamkan...duburnya berkedut-kedut terasa kencang menjepit jariku. Aku berdiri, jariku tetap dalam posisinya. Lenganku lainnya melingkar memeluk tubuh Asep yg ramping dan keras. Kuremas dadanya kuplintir putingnya, sambil kuciumin tengkuknya, Asep mendesah sambil memiringkan lehernya memberiku ruang yg lebih lebar agar bebas mencumbu lehernya. Pelan2 aku dorong dan tarik jariku berulang-ulang sambil pelan2 jariku masuk sedikit demi sedikit bertambah semakin dalam...flop... Ruas jariku yg terakhir meliwati duburnya "Aaahhhhhhhh..." "Enak Sep?" Aku berbisik, Bibirku menempel dikupingnya. "Aaahghhh..sakiiiit om" "Mw dicabut aja?" Asep tidak memberikan jawaban, aku melanjutkan aksiku menjilati lubang kupingnya, jariku didalam duburnya kuputar-putar mengenai dinding ususnya. Sementara putingnya kuplintir lebih keras. Asep menggerakkan pinggulnya mengikuti putaran jariku didalam lubangnya yg lembab dan hangat. "Heshhhhhhhh aaaahgggghhhh... Fuckkkkk... Terusin om" Tubuh Asep begidik.

Aku tdk tau, stimulasi yg mana yg membuatnya kenikmatan. Jilatan dikuping, plintiran di puting, atau permainan jari didalam duburnya. Badan Asep meliuk-liuk. Pinggulnya semakin cepat berputar mengikutik gerakan jariku yg kuputar mengobel-ngobel liang duburnya semakin cepat. Kontolku bergesek-gesek dipantatnya, precumku membasahi pantatnya yg bulat. Setelah liang duburnya semakin relax, perlahan sambil terus mengobel duburnya, aku menarik jariku keluar... Flop... Jariku lepas dari jepitan mulut duburnya. "Ahhghh" Asep mendesah singkat.

Kugenggam kontolku yg sudah full ngaceng, kutempelkan ke duburnya. Kugosok- gosok kepala kontolku yg licin oleh precum ke liang duburnya. Duburnya berkedut... Seakan-akan memanggil utk dimasuki. Kudorong kepala kontolku di lubang pantatnya "Jangan ooom... Jangan dimasukin" "Tadi kata kamu apa aja bisa" "Iya saya ngapain aja mau deh... Tapi jgn ditembak" "Yaah..."Kontolku masih tetap kugesek-gesek dibibir duburnya, precumku semakin banyak, membuat duburnya semakin basah "Saya belum pernah dimasukin om" nadanya ragu "Dicoba yah" "Nanti sakiiit om" "Pelan2..saya masukin pelan-pelan, kalau sakit kamu bilang aja, nanti saya cabut" "Beneran saya blm pernah om" "Yah tanggung nih, dicoba yah" "Tapi tambahin yah om, terserah om tambah brp" Damn!!!... Nafsuku sudah sampai ubun2 "Iya nanti saya tambah" "Pelan2 yah om"

Kudorong kontolku tidak sampai menembus bibir duburnya, utk membuat duburnya relax. Kuulangi berkali-kali, setiap kali kutambah tekanan dorongan pada lubang pantatnya. Sambil kucumbu dan kuciumi leher, bahu dan punggungnya. Jariku yg satu, mengosok, mengelus selangkangannya, sambil menahan agar tubuhnya tidak merenggang jauh saat kontolku memasuki duburnya. Perlahan2 bibir duburnya mulai membuka. Dan kudorong kepala kontolku... Flop... "Aaaaaghh... Sakiiiiiiit oooom" Asep merintih, tubuhnya yg licin mengkilap oleh keringat begetar "Hheshhhhh shiiiiiit shit..aaahggg oooom sakiit" Lubang duburnya berkontraksi menjepit kencang leher kontolku menahan kontolku utk masuk lebih dalam... He's purely Virgin!!! aku hentikan gerakan kontolku. Kontolnya kembali lemas saat ku genggam. Tanganku yg lain mengusap dadanya, dengan ujung jempolku aku mainkan putingnya. Bibirku kutempelkan ke kupingnya. "Relax Sep... Jangan tegang" bisikku sambil mencumbu kupingnya. "Sakiiiiit ooom" "Lubang kamu jgn dikencengin, relax aja... Kalau tegang malah sakit" "Sakiiiit" "Awalnya aja sakit Sep... Nanti kalau batangnya sdh masuk semua, pasti kamu suka" bisikku memujuk "Eehhhhhh" Asep memiringkan kepalanya, ia mengigit bibirnya menahan sakit. Kujilati kupingnya "Aahhhhh..." Asep merintih halus, kontolnya yg lemas didalam genggamanku berkedut saat lidahku menelurusi lubang kupingnya, ujung lidahku liar menusuk- nusuk lubang telinganya.

"Enggghhhh.." Rintihannya lebih panjang, kontolnya kembali berkedut-kedut dan mulai sedikit menegang, duburnya juga berkedut pada saat bersamaan ari2ku memilintir putingnya yg menegang, lidahku masuk berputar-putar semakin dalam kelubang kupingnya. Kedutan diduburnya membuat batang kontolku ikut terhisap semakin dalam, sambil mengikuti gerakan kedutan duburnya aku menambah sedikit dorongan dengan sangat pelan, dari kupingnya lidahku menelusuri jenjang sisi lehernya kucium dan kuhisap dalam2 lehernya, kontolnya yg berdenyut-denyut semakin bangun, aku kocok-kocok "Fuckkkk eeeh...Aaaahhhggggg..." Asep merintih, kepalanya dilempar kebelakang bersandar di pundakku. Duburnya kembali berkedut, kutambah doronganku, dia mendorong pantatnya mundur kearahku...flop... Seluruh batangku masuk, duburnya berkedut-kedut meremas batangku "Ooooughhhhhh..aahhh" kami sama2 mendesah "Fuuuucckkk aaah...Heemmaasuuuk yaaah oooum?" Kata2nya terputus-putus bisiknya tersengal "Iyaa... Mmmm...Enak Sep?"

Asep tidak menjawab, tapi semakin rapat pantatnya menempel kearahku, kulit kami hangat bersentuhan. Bibirku yg menempel dilehernya bergerak menuju pipinya, dilehernya tertinggal noda bulat merah bekas hisapanku. Kuciumi pipinya, lidahku julurkan menuju suduk bibirnya. Asep tanggap akan tindakanku, dimiringkan kepalanya membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya. Ujung lidah kami bersentuhan, ia menjulurkan lidahnya lebih panjang, lidah kami saling berlilitan, ku tarik lidahnya kedalam mulutku, kuhisap lidahnya. Kami saling bertukar air liur. Kontolnya kembali mengeras, terasa berdenyut-denyut dlm genggamanku. Aku mulai menggerakkan batang kontolku perlahan-lahan. Kutarik dan dorongan pendek.

"Aaahhhhhhh...aahhh...ahhhahh" Asep merintih pendek seiring dgn gerakan kontolku didalam lubang pantatnya yg ketat menjepit kontolku, sekali-kali duburnya berkedut, batangku seperti dipijit pijit oleh duburnya. Kedua lengannya terentang lebar berpegangan dikedua tepian rangka jendela, lekukan otot lengannya terbentuk indah. Badannya melengkung, kepalanya dilempar kebelakang bersandar di pundakku, rambutnya yg bergelombang sedikit panjang menggelitik bahu dan pipiku, perutnya melenting kedepan. Pantatnya didorong kebelakang menempal rapat ke bgn bawah perutku. Kontolnya yg ngaceng dan mengeras, mulai menumpahkan precum, kuoles cairan bening tsb dgn ibu jariku, dan kuselipkan jempolku yg basah oleh cairan precum itu masuk ke bibirnya yg terbuka, Asep secara reflex menjilati ibu jariku, kudurong jempolku kedlm mulutnya, segera dia mengulum ibu jariku meminum precumnya sendiri. Perlahan-lahan aku mulai mempercepat gerakan kontolku, aku tarik dan dorong dengan gerakan panjang. sambil sesekali kuputar batang kontolku didalam liang duburnya yg mulai membasah. Tanganku merangkul pinggagnya, pahaku, perutku, dadaku... Menempel dipahanya, punggungnya, badan kami menempel rapat, keringat membasahi tubuh kami. Kuputar-putar kontolku yg ada didalam liang duburnya, sambil kuciumi tengkuknya "Aaahhhhh...haahh" Asep mendesah

Tanganku beralih kepundaknya, kuremas otot lengan dan bahunya, perlahan ku dorong pundaknya, Asep cepat tanggap, ia mulai membungkuk berpegangan pada pinggir bawah rangka jendela. Posisi ini membuatku leluasa melihat situasi diluar dari balik kaca jendela yg gelap, berjaga-jaga jika ada orang yg datang. Aku melihat kebawah, menatap dua bukit membulat dengan batang kontolku tepat ditengah yang setengah bagiannya menghilang disela-sela pantatnya, masuk didalam duburnya. udara dalam ruangan yg pengap membuat keringat kami deras meluncur. Punggung dan pantatnya mengkilap oleh keringat...indah. Keringat mengalir melalui celah pantatnya, bermuara di bibir duburnya, mengenai batang kontolku, membuat kontolku semakin licin.

Kepala Asep yg tertunduk, tertutup oleh rambutnya yg berombak sedikit panjang, bergoyang-goyang mengikuti gerakan pinggulnya yg terdorong dan tertarik oleh bantang kontolku yg keluar masuk ke dalam lubang duburnya dengan gerakan- gerakan cepat....plok... Plok... Plok... Pantatnya yg beradu dgn pahaku menimbulkan suara bertepuk, basah krn keringat. Memandang ke arah batang kontolku yg keluar masuk di lubang duburnya yg ketat, membrant bibir duburnya menempel dibatang kontolku ikut keluar masuk sesuai irama gerakan kontolku. "Aah..ahh..aahh... Aah" Asep mengerang, mendesah. Kepalanya semakin berayun cepat, satu tangannya dilepaskan dari pinggir frame jendela, mulai mengocok kontolnya sendiri. Dubur Asep yg ketat sudah mulai relax sepenuhnya, gesekan-gesekan batang kontolku membuat liang duburnya membasah, batang kontolku mengkilap oleh cairan lubang duburnya yg bercampur keringat dan Gel pelicin. Rambut-rambut halus disekitar lubang pantatnya basah, lengket menempel dikulitnya... Sungguh sebuah pemandangan yg indah. Lalu aku menarik batang kontol hingga hampir lepas sampai batas leher batang kontolku, dengan gerakan mendadak, dengan kencang ku dorong seluruh batang kontolku masuk sampai pangkal batangnya. Ujung kepala kontolku menyentuh usus dan rectumnya. "Aaghhhhhhhh...fuackhhh"

Asep melenguh, kepalanya terlempar kebelakang, mulutnya terbuka, matanya terbeliak, lubang duburnya mengencang. ku gerakkan batang kontolku dengan gerakan berputar, mengobok-obok ususnya, kepala kontolku menyentuh-nyentuh rectumnya. Pahaku yg menempal rapat pantatnya membuat jembutku mengesek-gesek kulit pantat dan bibir duburnya. "Aaaaah... Oohhhhh"

Asep mengerang, kepalanya kembali tertunduk. Tangannya semakin kencang mengocok kontolnya sendiri. setelah beberapa kali membuat gerakan memutar, sekali lagi kutarik kontolku hingga hampir lepas, dan kuhentak lagi dalam-dalam. "Woooowww...aahhh...oooh...eeghhhh"

Kepala Asep kembali tersentak. Setelah 4 kali aku melakukan aksi yg sama, asep berkata dengan suara terputus- putus, nafasnya tersengal-sengal. "Oo..oom.. Mmm... Peghh..gel om... Baring aja yah" Aku menarik nafas

"huufhh... Mo baring aja Sep?" Aku melambatkan gerakan kontolku. "Iya om... Ka..ki say..aaa peg..gel" Pelan-pelan aku tarik batang kontolku, sesaat leher kontolku tertahan oleh bibir duburnya yang berkedut...flop...kontolku lepas dari liang duburnya

"Aahhh..." Asep mendesah pelan, perlahan dia meluruskan punggungnya, kakinya gemetar. Kuputar tubuhnya, matanya sayu, bibirnya tersenyum lemah sedikit meringis. Kucium bibirnya, ia membalas, kami berpelukan.

"Disitu aja Sep, biar gampang liat keluar" dgn gerakan kepala, aku menunjuk ke arah pintu. Asep berjalan ke arah pintu, dengan celana jeans menyangkut sebatas setengah paha. Mengekspos pantatnya yg mengkilap oleh peluh, kontolnya yg ngaceng bergoyang-goyang. Aku mengambil kardus bekas yg berserakan disitu, T'shirt dan kemeja Asep kulipat untuk alas kepalanya. Asep langsung duduk diatas kardus yg ku gelar didepan pintu, aku mengikutinya. Ia berbaring, kedua lengannya ditumpukan dibelakang kepalanya, ketiaknya yg berbulu tidak terlalu lebat terpapar sexy, bulu2 ketiaknya basah dan menempel oleh keringat siap utk kujilati. Kuangkat kakinya...Celana jeansnya sengaja tidak kulepas, meng-ewe pemuda ini dengan celana jeans masih menyangkut di setengah pahanya merupakan sensasi tersendiri.

Tanpa cumbuan, aku arahkan kontolku ke lubang duburnya yg bertambah memerah akibat bergesekan dgn batang kontolku tadi, kepala kontolku tertahan sebentar di bibir duburnya yg mengkerut, dengan sedikit dorongan maju mundur beberapakali akhirnya bibir duburnya membuka, dengan mudah kepala kontolku melewati bibir duburnya, aku langsung menekan batangku sampai ke pangkalnya "Eeghhhhhhh...aaaaghh" Asep mendesah, sambil menggigit bibir bawahnya, matanya terkatup semakin rapat... Ciri khas cowo straight saat ML dgn cowo, mereka menikmati atau tidak biasanya mereka memejamkan mata, mungkin kalau mereka menatap wajah sesama cowo didepannya saat ML akan menghilangkan nafsu dan semangat mereka. Aku putar-putar batang kontolku didalam duburnya, kepala kontolku menggesek- gesek rectum dinding ususnya. "Aaaaaaghhhhhhhh..."

Asep mengerang kencang, mulutnya terbuka, kepalanya sedikit terangkat, dilontarkan kekiri dan kekanan. Lubang duburnya berkedut-kedut mencengkram batang kontolku. Aku secara reflex melihat situasi melalui kaca pintu yg gelap, kawatir erangan Asep terdengar orang,... Sepertinya aman. Aku mulai mengenjot batang kontolku, mengobok-ngobok duburnya. Asep terus mengerang, mendesah, merintih. Kepalanya bergerak-gerak liar, matanya terpejam semakin rapat. "Aaaagh...aahh... Ooowhh...aaghhh"

Melihat ekpresinya, membuat aku semakin horny, genjotanku semakin ku percepat....flop...flop...flop... Suara pantatnya beradu dgn pahaku. Tiba2 ia menarik lengannya yang berada dibelakang kepalanya, Asep meletakkan kedua tangannya dibelakang pantatku, membantu untuk menekan lebih kencang. Gerakan lengannya semakin kencang dan cepat... Mengisyaratkan, dia ingin di entot lebih keras dan capat, ingin kontolku masuk lebih dalam. "Aaah... Aaaahhh...ahh"

Nafas kami berdua berpacu berlomba mengeluarkan suara lenguhan. Aku tatap kontolnya yg bergoyang-goyang mengikuti irama pantat kami. Kepala kontolnya semakin mengkilap oleh precum, yg menetes dari lubang kontolnya, seperti benang bening dari ujung kontol ke perutnya. Dadanya mengkilap oleh peluh, ingin rasanya aku jilati tapi tubuhku tertahan oleh celana jeans dipahanya. Asep melepaskan tangan kirinya dari pantatku, mengocok kontolnya sendiri, tangan kanannya terus menekan pantatku mendorong agar aku meng-ewenya lebih dalam dan keras. "Oughhh...ahhhh" erangannya berulang-ulang setiap kali kepala kontolku menyentuh rectumnya. Rongga duburnya semakin basah dan hangat... Damn its feels so good!!! Kurasa Asep mendekati klimaks, dia mengocok kontolnya lebih cepat.

"Aaaaaaaaaghhhhhhh...aaaghhhhh" Tangannya menekan kontolnya kencang sampai kepangkalnya rot...crot...crot, pejuhnya muncat didadanya, sebagian mengenai rambut didahinya sebagian masuk kemulut dan dagunya, sebagian mendarat dipipiku, kental dan hangat. Tangan kanannya mencengkram pantatku sangat keras. Mulutnya terbuka lebar mencari udara mengisi paru-parunya yg memompa kencang. Duburnya berkedut-kedut keras mencengkram kontolku, aku tekan kontolku sedalam-dalamnya.

"Fuck..eehhhh...fuckkk" Tangannya menepok pantatku berkali-kali dengan keras...plok..plok... Kemudian mencengkram pantatku lagi. "Oooughhh...fuck..eehhh" duburnya berkedut lagi bersamaan kontolnya menumpahkan cairan pejuhnya yg terakhir, aku merasa kepala kontolku semakin membesar dan berdenyut mendekati klimaks siap memuntahkan pejuh, kutekan batang kontolku dalam-dalam.

"Ooouggghcchhh... Sakiiit ooom.. Sakiiit...cabut dulu oummm" Wajahnya meringis menahan sakit. Aku hentikan goyanganku walau sebenarnya aku ingin sekali menumpahkan pejuhku didalam liang duburnya. Kutarik pelan-pelan, tapi rupanya Asep ga tahan lagi, ia menngerakkan pantatnya mundur...flop... Kontolku segera terlepas dari duburnya

"Aaahh" Asep mengerang saat kepalaku kontolku lepas dari duburnya, kulihat duburnya berkedut2, aku berbaring terlentang disebelahnya tanpa alas kardus, tak berfikir lagi akan lantai yg kotor berdebu. Dada Asep turun naik, mengatur nafas. Kuletakkan tanganku didadanya, kumiringkan tubuhku kudekatkan wajahku ke wajahnya. Kujulurkan lidahku menjilati pejuh yg menempel didagunya, Asep membuka mulutnya, kami berciuman spermanya yg tersisa dibibirnya terasa gurih..aku biasanya tdk suka menelan sperma, tapi ntah mengapa dengan pemuda ini, aku menikmatinya... Satu tanganku yg lain mengocok kontolku yg belum menumpahkan isinya. Kepala kontolku ku gesek-gesekan dipahanya.

Ciuman Asep mulai mengendur, aku tau nafsunya mulai menurun. Kulepaskan ciumanku, Asep membuka matanya, mata kami langsung saling menatap, aku tersenyum, dia membalas dgn senyum yg sulit ku artikan. Kuhentikan kocokan dikontolku, kugerakkan tanganku yg menggenggam batangku yg masih ngaceng, menggesek-gesek sisi paha Asep.

"Oo..oum bhe..lum keluar?" Nafasnya masih tersengal "Belum" "Lama banget sih om... Saya udah lemes nih, saya kocok aja yah" "Udah gapapa" "Yaah om belum keluar... Ga enak dong" ada ekspresi bersalah di wajahnya "Udaaah gapapa... Kalau dikocok lama keluarnya" aku tersenyum, kontolku masih menggesek-gesek pahanya. "Apa Asep isepin aja biar cepet keluar?" Dia menawarkan diri dgn wajah masih merasa bersalah. Ide yg bagus... Membayangkan bibirnya dengan kumis tipis, mengisap kontolku..membuat aku bergairah. "Ga usah deh... Kamu ngisepnya ga pinter, kena-kena gigi ngilu..ntar punya saya malah lemes" "Saya cobain ga kena gigi deh"

Aku bangkit, berdiri dikedua lututku. Asep memiringkan tubuhnya. Satu tangan menggenggam batang kontolku, dan satu tangannya menahan bobot tubuhnya dengan sikunya. Aku tidak tahu, apakah dia lupa atau tidak mengerti kalau kontolku barusan saja habis mengobok-ngobok duburnya, ia langsung saja memasukkan kepala kontolku kedalam mulutnya tanpa membersihkan kontolku dahulu. Setengah kontolku segera hilang dalam bibirnya, setengahnya lagi ada didalam genggaman tangannya. "Haemmmmh" Kepalanya maju mundur mengisap kontolku bibir atas dan bawahnya dilipat melindungi gigi-giginya agar tidak mengenai batang kontolku...amatir...tangannya membantu mengocok batang kontolku...slurp...slurp "Aaahhh"

aku sesekali memejamkan mataku, sesekali mataku terbuka menikmati pemandangan seorang pemuda yg sedang mengisap kontolku. Hangat..nikmat. Satu tanganku menahan begian belakang kepalanya, satu lagi mengusap-usap otot lengan dan bahunya. Aku merasa kepala kontolku semakin membesar dan berdenyut didalam rongga mulutnya. Bersiap-siap menumpahkan isinya, tanganku menekan kepalanya agar mengisap lebih cepat dan dalam, ku dorong kontolku, tapi batangku tdk bisa masuk lebih jauh karena tertahan tangannya. "Aaaaaaaghhhh..ahhhhh" Aku tekan kepala Asep...crot...crot..crot..pejuhku kutumpahkan dalam rongga mulutnya, Asep berusaha menarik kepalanya melepaskan kontolku, tapi tangaku menahan kepalanya lebih kuat. "Ogfhh...hwuoghh"

Suara Asep menahan pejuhku yg banjir didalam mulutnya, matanya berlinang, dia berusaha menarik kepalanya menjauh tapi tanganku semakin menekan kepalanya, Asep akhirnya membuka mulutnya, membiarkan sebagian pejuhku mengalir tumpah dari celah bibirnya, menetes membasahi lantai bercampur dengan liurnya. Kontolku berdenyut, kegerakkan kontolku dengan sentakan-sentakan kecil menumpahkan sisa semprotan terakhir, kulepaskan tanganku yg menahan kepalanya.

"Slurphhhhh" Batang kontolku lepas dari mulutnya. Aku segera merundukkan kepalaku, satu tanganku mencengkram dagunya, wajahnya menengadah keatas, mulutnya sedikit terbuka, lidahnya menahan sebagian pejuhku agar tak tertelan. Ku ulurkan wajahku, kucium mulutnya yg terbuka, didalam mulutku aku merasakan, asep mendorong lidahnya yg penuh pejuh masuk ke mulutku. Kami berciuman, kutelan pejuku yg bercampur dengan liurnya, aku juga merasakan Asep menelan sebagian pejuhku. Kulepaskan ciumanku, kutatap wajahnya. Kami saling tersenyum. Kujilati sudut bibir dan dagunya dimana sebagian pejuhku menempel, kamu kembali berciuman... Damn.. Aku belum pernah sebelumnya merasakan pejuhku sendiri, ntah pesona apa yg dimiliki Asep sehingga aku sekarang melakukannya.

Kami berbaring terlentang, mengatur nafas. Sebelum akhirnya, kami segera bangkit. Memberihkan tubuh dari debu2 yg menempel. Aku mengambil tas pinggangku, mengeluarkan tissue basah yg selalu aku bawa. Ku berikan beberapa lembar kepada Asep utk membersihkan tubuhnya, dan ku bantu asep mengelap punggungnya, kubersihkan sela-sela pantatnya dan duburnya, Tubuh Asep sedikit begertar, saat dinginnya tissue menyentuh bibir duburnya. Asep mengambil beberapa lembar tissue dan membersihkan punggungku, sementara aku mengelap batang kontolku. Setelah selesai berpakaian, kami saling memandang, tersenyum dan kucium bibirnya dengan singkat. "Makasih yah Sep..." Asep hanya menjawab dengan senyum. "Kamu udah makan belum? Makan yuk?" "Boleh..." "O.K saya turun duluan ambil kendaraan, kamu tunggu di depan kelenteng yah" "O.K" Asep mengangguk

"Saya pakai kijang hitam yah plat nomor B...." Kusebut angka plat nomor mobilku. Sekali lagi kucium Asep singkat, sebelum meninggalkannya, sampai didekat belakang bangunan Billyard, kulihat Asep keluar sambil merokok, meninggalkan tempat kami tadi ML, langkahnya sedikit gontai. Asep sudah berada di depan kelenteng disamping pertokoan, ketika mobilku sampai disitu, aku memberi tanda, dia membuang sisa puntung rokoknya dan segera menghampiri mobilku. Kami segera meluncur menembus kesemrawutan jalan Suryakencana. "Mo makan dimana?" Tanyaku sambil mengusap pahanya

"Terserah om" Suaranya masih lemah "Kita makan di KFC aja yah?" "Boleh" Kendaraan kami meluncur ke tujuan... Aku sengaja memilih rumah makan cepat saji tersebut karena aku masih punya rencana lain....

Minggu, 24 Maret 2013

Pasien dan Dokter

Saya, laki-laki, bekerja di Rumah Sakit Persahabatan sebagai seorang perawat. Saya dan dokter Donny sudah lama kenal, tetapi saya masih takut mengenal lebih jauh dan akrab, lantaran dia atasanku langsung. Dr. Donny masih hidup bujangan, wajahnya tampan… mungkin mirip Donny Damara aktor sinetron dan peragawan itu. Saya sudah lama kagum dengan penampilan dokter Donny, dan selalu berimaginasi bahwa dia itu seorang gay, dan aku dengan senang hati mau melayaninya. Badannya tidak sekerempeng aktor Donny Damara… malah sebaliknya, dia sangat fit, kekar dan penggemar serta pemain basket cukup fanatik. Usianya sebaya dengan usiaku, sekitar 30-35 tahun. Keahliannya sebagai internis membawaku ikut memeriksa peserta cek medik tahunan yang terdiri atas pejabat berbagai instansi pemerintah dan swasta cukup top… dan paling syurr bila pejabatnya dari generasi muda, yaitu para eksekutif muda yang begitu fit, enak dipandang dan berwajah rata-rata apik. Rumah Sakit Persahabatan memang cukup terkenal melayani kegiatan itu. Saya paling suka bila diajak memeriksa rektum alias anus para pasien. Dr. Donny dengan sarung tangan karet selalu mengantarkan para pasien dengan gurauan ringan untuk menghindarkan rasa jengah karena pasien harus mengangkang, bugil dan mengekspos silitnya untuk dicoblos dengan jari telunjuk kanan atau kiri milik Dr. Donny yang cukup besar-besar.

Pernah, suatu saat, seorang pasien masih lumayan muda, usia di bawah 40 tahun, berwajah cukup ganteng agak gemetaran mengikuti tes rektum itu. Dia sungguh-sungguh tampak tersipu mengangkangkan kakinya dan membiarkan kedua pasang mata kami melihat dari dekat selangkangannya dan kontolnya yang aduhai besarnya dengan hiasan jembut yang tebal dan menjambung ke perut dan dadanya yang indah kekar penuh bulu. Bahkan jembut itu menutupi pula belahan bokongnya sehingga silitnya agak tersembunyi. Pasien itu bernama Indra.

"Dok, saya malu…"

"Masak, nggak apa-apa. Cuma sebentar kok. Pula tes ini penting untuk menge- tahui apakah ada gejala ambeyen atau tidak pada anus Bapak," jawab Dr. Donny tenang.

"Tapi… apa tidak sakit. Dok ?" kilahnya lagi.

"Coba saja…. Hemmh, barangkali malah…." seloroh Dr Donny. Kata-kata itu begitu saja meluncur, membuat aku yang tegang mengintip dari punggung Donny jadi tiba-tiba makin ngaceng. Kontolku sudah ngaceng melihat Indra buka baju dan kemudian telentang, makin ngaceng lagi ketika dia mulai mengangkang dan menampakkan kontolnya yang rupanya juga sudah "agak" ngaceng atau memang besar dan agak kaku dalam keadaan normal. Kini, terasa ada tetesan basah di ujung kepala kontolku karena rangsangan seksual melihat adegan dan dialog gila ini.

"Coba ya Pak… Nama Bapak siapa ?"

"Indra nama saya. Nama Pak Dokter ?"

"Ohh… saya Donny, dan ini asistenku.. Rudy."

Kulihat Indra melirikku sekilas dan memperlihatkan muka aneh, seperti sedang mengagumiku. Saya tidak sedang lagi menyombong nih, muka saya dan postur saya bagus, mirip Advent Bangun lah, dan orang sering mengolok-olok saya dan Donny sebagai pasangan aktor di RS Persahabatan.

Bangga sih memang bangga, diasosiasikan dengan keaktoran di Indonesia yang notabene berarti cakep (Mana ada sih, aktor Melayu yang jelek… pasti kaliber Indojerman, macam Barry Prima, Reynaldi, Fathur, atau kalau cewek ya… Minati, Henny Purwonegoro, dan lain-lain.).

"Terasa sakit, Pak Indra ?" tanya dokter Donny ketika jari telunjuk dan ibu jarinya menyusupkan tabung periksa berdiameter sekitar 1.5 cm ke dalam anus Indra. Tabung dari stainless steel ini sudah barang tentu telah diberi lubrikasi vaselin agar tidak membuat sakit berlebihan ketika dipenetrasikan ke dalam anus pasien.

Indra semula tampak takut dan memejamkan mata. "Ahhh… enggak Dok," jawabnya.

"Rudy, tolong ambilkan handuk di kamar kerjaku," tiba-tiba Dokter Donny meminta saya ke kamar sebelah. Aku agak segan, tapi karena diperintah atasan yaa.. segera aku beranjak. Padahal aku lagi tegang menyaksikan tes anus yang merangsang seksku. Aku sebenarnya juga enggan, karena celanaku memang mulai basah…….

Dokter Donny kemudian berucap lagi, " Pak Indra, segera akan saya korek bagian dalam rektum Bapak dengan telunjuk saya… Ditahan ya, kalau ada rasa sakit."

Tiba-tiba saja, telunjuk kiri Donny yang terbungkus sarung tangan sudah nyelonong memasuki lubang tabung yang sudah membuka anus Indra, dan telunjuknya yang lebih panjang daripada tabung tes tadi mulai diusapkan melingkar meraba-raba permukaan dalam silit Indra.

Indra tetap memejamkan mata dan dari rasa (pura-pura) khawatir, kini dia merasakan adanya rangsangan aneh yang menggelitik anus dalamnya oleh masuknya telunjuk Donny. Tanpa sadar Indra melenguh pelan, "Uhhhh….hemmm."

"Ya, Pak Indra…. Apakah sakit."

"Ahhhh… enggak…" jawabnya pelan sambil melepas senyum berarti, yang tak akan mencurigakan bagi orang biasa. Tapi di hadapan Donny, senyum itu tak bisa terlepas dari pengamatannya, karena sejak tadi Donny memang sedang mengamati wajah Indra yang tampan yang lagi indah memejamkan matanya……. … Ya, Indra memiliki sebuah wajah tampan idaman bagi Donny yang gila laki-laki, terutama yang sudah berusia matang alias setengah umur tapi masih tampak muda dan kekar.

Tangan Donny makin berani, kini bukan sekedar melakukan gerak usap melingkar, tetapi justru menyodok-nyodok ke depan-belakang yang sebetulnya sudah merupakan penyimpangan prosedur dalam tes ambeyen.

"Yahhhh…. Hemmmmmmmmmm," desah Indra makin nyata dan keras. Dan kontolnya yang semula hanya setengah tegak kini betul-betul ereksi penuh tanpa dapat dibantah. Dokter Donny pun tanggap; dengan sigap ditariknya telunjuknya yang bersarung karet itu dari anus Indra dan segera pula tabung pembuka anus tadi dicabutnya cepat sampai berbunyi "plupppp".

Indra segera melenguh panjang, "Ohhhhhh…. Sayang!!" Ada segumpal perasaan kehilangan dari semula merasa penuh terisi tabung dan telunjuk Donny, tiba-tiba terasa hampa begitu saja.

"Apa yang disayangkan Pak Indra…?"

"Dok…. Tadi enak…Ulang lagi dong."

"Ahh, pak Indra bergurau ya."

"Tidak Dok, aku serius nih…"

Tiba-tiba saja tangan kiri Indra menggapai ke arah selangkangan Donny dan merabanya dari luar baju jas dokternya.

"Loh Pak Dokter…. anda… ?"

"Ya.. ya.. Pak Indra…Saya…." Tergopoh Donny menjawab sekenanya untuk pertanyaan yang juga tidak jelas arahnya tapi jelas maknanya. Memang kontol Donny sudah tidak tahan berada dalam kungkungan celdalnya dan ngacengnya sudah begitu kentara mendesakkan benjolan nyata di celana panjangnya, tetapi untunglah hal itu masih dapat ditutupi dengan jas prakteknya.

Namun tangan kiri Indra akhirnya berhasil mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dengan kontol Donny. "Dok… boleh aku…. Aku minta sesuatu?"

"Katakan saja Pak Indra, syukur-syukur saya bisa penuhi."

"Anu… bisa tes tadi diulang, tetapi tanpa ring logam yang dingin itu ?"

"Maksud Bapak, cuma dengan jari saya ?"

"Yaa… itu pun tanpa kaus tangan karet yang bikin pedih itu. Bisa, kan ?"

"Ya, dengan senang hati Pak." Donny segera membuka sarung tangan karet dan kemudian memberikan vaselin di sekujur jari telunjuk kirinya dan dia segera membungkuk ke arah selangkangan Indra. Mulutnya dibuka dan bersamaan dengan masuknya jari telunjuk kirinya ke dalam silit Indra, mulut Donny mengulum kontol Indra yang ngaceng berat. Pada saat bersamaan, tangan kiri Indra meraba kontol Donny dan berusaha membuka kancing risliting celana Donny. Donny diam saja membiarkan usaha Indra menggapai kontolnya. Dan… berhasil!! Keluarlah kontol Donny yang 17 cm dan gede yang sudah ngaceng penuh. Tangan Indra otomatik mengocok-kocok kontol itu dengan lembut dan kadang membelai-belai kulit mahkota kepalanya, membuat Donny berkali-kali menggelinjang dan memperseru isapan atas kontol Indra dan mempertajam gerak maju mundur telunjuk kirinya yang mengentot silit Indra.

"Ahhhh…. Enak Dok, sungguh enakkkkk …." Donny hanya bisa berkecepak- kecepuk, karena mulutnya penuh dengan kontol Indra yang berdenyut-denyut siap menyiram langit-langit mulut Donny. Tiba-tiba, suara Rudy yang lantang menggema di kesunyian. "Dok, sudah saya cari-cari, handuk Dokter tidak kutemukan. Saya sudah cek ke kamar periksa nomor 14 juga tidak ada." Donny sangat panik dan segera melepas kuluman mulutnya pada kontol Indra dan jari tangannya pun dicabutnya dari silit Indra. Donny cepat sekali merapikan jas kerjanya sehingga kontolnya yang ngaceng segera lenyap tak nampak. Tapi justru Indra yang paling tidak berdaya, karena kontolnya sudah hampir mencapai klimaksnya. Belum sempat dia berfikir lain, lava kenikmatan putih menyemprot dari kontolnya dan membasahi sekujur permukaan perutnya, diiringi desahan nafas lega, "Yahhhhh…… uhfffff…." Lenguhan itu menyertai semburan pejuhnya yang menyentak 5-6 kali denyutan.

"Ada apa nihhh… ?" tanya Rudy.

"Pak Dokter…. ?" tanya Rudy bingung sambil melirik Donny karena Donny tidak segera menjawabnya.

"Eh… eh…." Itu saja ucapan yang keluar dari mulut Donny yang mukanya merah padam karena malu pada Rudy. Justru saat itu Indra membuka mata dan menyapa Donny, "Makasih Dok, kenyotan dan emutanmu enaaaak dehh!! Makasih berat nihhh"

"Ini… ini… Dokter, apa yang terjadi ?" tanya Rudy. Donny terdiam, tetapi justru Indra yang menukas lantang, "Pak Rudy, Anda mestinya senang dong, karena punya dokter cakep di dekat Anda …… Aku malah sudah menjajal keahliannya, ternyata benar dia adalah pengemut kontol paling pandai dehhh…"

"Huss…!" sergah Donny. Tapi Indra terus nerocos. "Ahh, Donny…. Kita jujur saja… Dokter juga merasa enak bukan, ketika kukocok tadi ?" Donny terdiam…

"Dan Pak Rudy, coba aja pegang itunya Pak Donny… pasti masih ngaceng.." Rudy diam, Donny pun terdiam. Tapi mata Rudy melirik ke selangkangan Donny. Di sana, di balik jasnya… masih jelas tampak ada tenda (biru) menyembil tegar ….… Jelas pula, ada noda basah dari mazi (pre-cum) kontol Donny yang menempel pada jas kerjanya.

"Pak… Pak Dokter… benar nih ?" tanya Rudy pelan pada Donny. Donny masih diam. Tapi mukanya kini menghadap ke arah Rudy dan tangannya tiba-tiba menggapai pundak Rudy, lalu segera mukanya didekatkan ke muka Rudy dan… dalam beberapa milidetik, keduanya sudah tenggelam dalam ciuman french yang begitu dalam dan mesra. Tangan mereka saling mengusap dada, lidah mereka saling berpagut, dan tangan mereka akhirnya menggerayangi selangkangan pihak lawannya, dan Rudy membuktikan bahwa kontol Donny memang masih sangat ngaceng dan kiranya sedang menanti isapannya.

"Ehhmmm…." Sayang Indra mendeham, memecah keheningan penuh nafsu dari dokter dan asistennya yang lagi asyik masyuk merasakan suasana surgawi beberapa menit. Mendengar deheman Indra itu, keduanya baru tersadar dan berupaya memperbaiki sikap mereka dan menjadi profesional lagi.

"Baik, Rudy, tolong bersihkan noda kotoran di perut Pak Indra dengan napkin kertas di samping jendela. Dan Pak Indra, tugas saya selesai sudah, silahkan Bapak berbaju lagi dan melakukan tes di kamar lain… Barangkali pas untuk periksa ECG sekarang.." kata Donny sambil bergerak ke wastafel, mencuci tangannya yang baru dipakai untuk mengentot silit Indra dan mengusap dada dan selangkangan Indra. Usai itu, dia meninggalkan Indra yang masih bugil dengan membuang pandangan mesra ke arah Indra dan mencolek kontol Rudy yang lagi terpana di samping Indra.

"Pak Rudy, tolong ambilkan baju piyama saya bisa ?"

"Ohh… ya pak, dengan senang hati," sahut Rudy.

"Bisa saya bentu kenakan, Pak Indra ?"

"Ohhh… dengan senang hati."

Sambil memakaikan piyama Indra, Rudy berupaya menanyakan pada Indra, apa yang telah terjadi selama dia disuruh mengambil handuk. Indra tidak menjawab, tetapi melingkarkan pelukannya pada tubuh Rudy yang gempal dan berotot dan mereka pun segera tenggelam dalam ciuman mesra nan panjang….

Sejak itu, ketiga orang itu sering saling kunjung untuk menjajal kedigdayaan mereka secara sebenarnya di ranjang. Bahkan program three in one yang hendak dihapuskan dari bumi DKI Jaya, oleh mereka justru merupakan menu paling favorit untuk senantiasa dipraktekkan.

Sabtu, 23 Maret 2013

Berkenalan Dengan Polisi

Suatu hari yang panas terik dan macetnya lalu lintas kota Jakarta membuat aku merasa lelah dan perlu istirahat sejenak maka kutepikan motorku dan kunaikkan trotoar. Di sebuah taman di bilangan Jakarta Selatan, ku duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Angin sepoi-sepoi bertiup……sangat nikmat rasanya dicampur wangi dedaunan hijau yang menyejukkan udara disekitar taman itu. Sambil melihat kendaraan berlalu-lalang, tiba-tiba mataku tertuju dengan seorang polisi yang sedang berbicara dengan seorang pengemudi. Yang kuperhatikan bukan pembicaraan mereka namun postur badan Pak Polisi yang gendut sehingga membuat aku tertarik. Ingin sekali aku dipeluknya, dengan ayahku; aku kurang mendapatkan kasih saying maka dari itu aku selalu mendambakan kasih sayang seorang ayah.

Kuperhatikan terus Pak Polisi itu, setelah mengeluarkan surat tilang dan memberikannya kepada pengemudi itu. Setelah pengemudi itu pergi, Pak Polisi itu berjalan ke arahku……..

“Waduh, apa aku salah menaikkan motorku ke trotoar ?” pikirku dalam hati sambil dagdigdug jantungku.

Kemudian Pak Polisi itu duduk disebelahku karena di taman itu memang cuma ada satu bangku taman ini yang masih baik kondisinya.

“Permisi, ajak Bapak duduk ya.” kata Pak Polisi gendut itu.

Dengan senyum dan semangat, dan ini merupakan kesempatan buatku………

“Silahkan, Pak.” balasku dengan cepat.

Setelah duduk Pak Polisi itu melepaskan topinya dan menaruhnya diatas pahanya. Sungguh pria yang ku idamkan penuh charisma dengan rambut yang cepak agak keputih-putihan.

“Kadang seenaknya aja naik motor.” kata Pak Polisi itu.

Aku hanya tersenyum…..tidak berani aku berkata sepatah kata pun.

“Kamu harus hati-hati jika berkendara ya…….” kata Pak Polisi kepadaku sambil tersenyum.

Makin terpesona aku melihat senyumannya. Kulihat peneng namanya, tertulis disana HAMZAH. Ku beranikan diri membuka pembicaraan.

“Pusing juga ya, Pak….mengatur lalu-lintas belum lagi pengendara yang kadang tidak mentaati peraturan lalu-lintas.” kataku.

“Ya, sudah menjadi tugas kami Anggota Polisi…..ya kadang menyenangkan kadang menjengkelkan.” kata Pak Polisi.

“O ya, Pak….namaku Yus, nama bapak….Pak Hamzah ya.” kataku.

“Loh kok tau nama saya ?” kata Pak Polisi itu.

“Kan di baju bapak ada namanya.” kataku sambil tersenyum.

“O iya…..bapak lupa.” kata Pak Polisi.

Lalu kami berbicara dari soal lalu-lintas sampai soal keluarga baik keluargaku maupun keluarga Pak Hamzah. Kadang aku kurang menyimak pembicaraan kami karena aku memperhatikan wajah dan tubuh Pak Polisi ini.

Ternyata Pak Hamzah tinggal dengan istrinya, tempat tinggalnya tidak begitu jauh dari taman tempat kami ngobrol. Anak Pak Hamzah sudah pada besar-besar, 3 lelaki dan 2 perempuan. Biasa kalau lelaki dari Angkatan pasti nafsu seks-nya besar; itu menurut pendapatku.

“Mampir yuk ke rumah Bapak ?” ajak Pak Hamzah.

Wah, sungguh kesempatan emas pikirku tapi di rumahnya khan ada istrinya. Akhirnya………….

“Boleh, Pak……kalo Bapak Polisi gak keberatan.” kataku.

“Ya jelas engga dong……..jangan panggil Bapak Polisi; panggil aja Pak Hamzah.” Balasnya sambil tersenyum.

Gak nahan aku setiap melihat Pak Hamzah tersenyum. Lalu kami berdua menuju rumah Pak Hamzah; setiba di rumah kontrakannya, Pak Hamzah memasukkan motornya ke teras rumah dan menyuruhku memarkirnya depan pagar karena terasnya tidak begitu luas.

“Mari masuk, Dik Yus.” kata Pak Hamzah setelah membuka pintu.

“Ibu kemana, Pak ?” tanyaku.

“Oh istri sedang pulang kampung sudah satu minggu bapak sendirian.” jawab Pak Hamzah.

Wah, pucuk dicinta ulam tiba………seneng aku mendengar jawaban dari Pak Hamzah.

Pak Hamzah mempersilahkan aku duduk di bangku sofa di ruang tamunya.

“Bentar ya….bapak ganti pakaian dulu.” kata Pak Hamzah.

Sambil Pak Hamzah berjalan menuju kamarnya; kulihat tubuh belakang yang gendut dan menawan hatiku. Ingin aku dipeluknya dan bermanja-manja dengan Pak Hamzah.

Tak lama kemudian, Pak Hamzah keluar dengan mengenakan kaos singlet berwarna putih dan celana boxer hijau tentara. Perutnya nampak mumbul ke depan dan tonjolan penisnya agak kentara terlihat. Lalu Pak Hamzah duduk di bangku sofa sebelah bangku yang aku duduk.

“Anggap aja rumah sendiri.” kata Pak Hamzah.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman; tidak bisa dipendamlagi keinginanku supaya dipeluk Pak Hamzah. Tanpa tidak sengaja, aku memperhatikan Pak Hamzah sampai terbengong.

“Loh kok ngeliatin Bapak sampai segitunya……” kata Pak Hamzah tersenyum.

“Oh……ehhh……maaf, Pak….aku suka sama Bapak.” jawabku spontan. Waduh pikirku dalam hati, lidah ini gak bisa diajak kompromi….maen ceplas ceplos aja.

Pak Hamzah tersenyum, lalu aku berkata……………. “Mau gak Bapak memeluk aku ?” tanyaku ke Pak Hamzah.

Lalu Pak Hamzah beranjak dan duduk mendekatiku dan dipeluknya aku. Sungguh aku sangat menikmati pelukan itu karena aku sangat merindukannya. Ku letakkan kepalaku dipundaknya dan dilelus-elusnya punggungku dan sesekali diusapnya kepalaku. Sekitar 5 menit aku didekap Pak Hamzah. Tanpa sadar aku meneteskan air mata dan menetes mengenai pundak Pak Hamzah.

Kemudian Pak Hamzah melepas pelukannya….

”Mengapa kamu menangis ?” tanya Pak Hamzah.

Aku hanya terdiam……..langsung kupeluk erat-erat Pak Hamzah.

Pak Hamzah menyambut pelukanku dengan hangat.

“Sudah….sudah…..sekarangkan kamu ada Bapak, setiap saat kamu perlu Bapak….kamu main saja ke rumah Bapak.” kata Pak Hamzah sambil mengusap kepalaku.

Kembali Pak Hamzah melepas pelukanku dan kepalaku dipegang oleh kedua tangannya. Kemudian Pak Hamzah mendekatkan bibirnya ke bibirku dan melumatkan bibirku. Kubalas lumatan Pak Hamzah, aku menjulurkan lidahku agar diisap oleh Pak Hamzah begitu pun Pak Hamzah. Kami bergantian saling melumat lidah. Sambil kami berciuman, kucoba melepaskan kaos singlet Pak Hamzah. Kucumbui pipi dan leher Pak Hamzah……..emmmm……mmmm……ucap Pak Hamzah. Kuciumi dada dan kujilat putingnya, dengan posisi berlutut kuciumi perut Pak Hamzah. Kepalaku diusapnya……..oohhhh……hhhh………..

Kini kujilat tonjolan yang masih tertutup celana boxer itu hingga basah dan sesekali kuremas-remas tonjolan itu.

“Aahhh………” desah Pak Hamzah.

Kemudian Pak Hamzah melorotkan celana boxernya, nampaklah batang kemaluan berukuran 14 cm (berdiameter kira-kira 3 cm). Kukocok penis itu dan kujilat lubang perkencingannya.

“Ooohhhh……….isep terus, Dik Yus……enak banget.” desah Pak Hamzah.

Kini kumasukkan perlahan senti demi senti penis Pak Hamzah……blesss…..kini seluruh penisnya masuk ke dalam mulutku. Agak kupercepat gerakanku naik- turun mengulum penis Pak Hamzah….pok….pok…

Aasssshhhh……ssshhhh……eemmmm……oohhhh….hhhhh ……..

Sambil mengulum penis Pak Hamzah, kulepas pakaian dan celanaku hingga kini kami berdua telanjang bulat. Lalu Pak Hamzah menyuruhku berdiri dan membelakanginya; Dan menyuruhku agak menungging sambil aku memegang meja sofa itu. Dibentangkan dua gumpalan daging pantatku dan dijilatnya lubang pantatku…..slep….slep…..dijilat….disedotnya lubang pantatku. Ditariknya kuat- kuat kedua pahaku, dibenamkannya muka Pak Hamzah diantara kedua bongkahan pantatku. Kini tangan Pak Hamzah satunya mengocok penisku.

“Ooohhhh, Pak……jilat terus lubang pantat saya…..kocok terus….aaahhhh…..”desahku.

Sesekali Pak Hamzah memasukkan jari-jari tangannya yang gendut-gendut ke dalam lubang pantatku.

“Aahhh…..sakit, Pak.” teriakku pelan.

“Lubang pantatmu enak banget……..” kata Pak Hamzah sambil menjilat lubang pantatku dan sesekali dimasukkannya 2-3 jarinya dan digerakkannya keluar- masuk di lubang anusku.

“Oohhhh…….Pak…..sakit…..pelan-pelan.” desahku.

Mendengar desahku, Pak Hamzah mempercepat gerakan tangannya “menyodomi” anusku.

“Aaahhh….hhhh…….” teriakku.

Penisku juga dikocoknya kuat-kuat sehingga rasa perih dan nikmat bercampur jadi satu.

Waktu menunjukkan pukul 14.30, lalu Pak Hamzah menyuruh aku menduduki penisnya dan punggungku direbahkan di dadanya. Pak Hamzah mengerakkan pantatnya dan menyuruhku memompa pantatku. Tangan Pak Hamzah mengocok penisku dan tangan satunya memilin putingku.

Ooaahh……..hhhh……aaahhh…..oohhhh…..ssshhh…….pok….pok….pok…… aaahhh…hhh………

Hampir satu jam aku main “kuda-kudaan”……………………

“Bapak mau keluar………oohhh……” teriak Pak Hamzah.

Kulepaskan penis Pak Hamzah dari anusku…..kumasukkan penis Pak Hamzah ke dalam mulutku.

Aaahhhh……crot…..croott…..crootttt…….peju Pak Hamzah memenuhi mulutku, banyak sekali peju yang dikeluarkan Pak Hamzah. Kucoba menelan semua peju itu…..kujilat dan kuisep terus penis Pak Hamzah dan kubiarkan hingga melemas di dalam mulutku.

Kukeluarkan penis itu dari mulutku, kini aku berdiri di hadapan Pak Hamzah. Pak Hamzah langsung memegang penisku dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Dikulumnya penisku kuat-kuat…kupegang kepala Pak Hamzah kuiring membuat gerakan maju-mundur.

“Yus udah mau keluar nih…..” kataku.

Kucabut penisku dari mulut Pak Hamzah….kukocok penisku di depan mulutnya; Dan……

“Aassshhhh……oohhhh……..” teriakku.

Dijilatnya air maniku yang muncrat mengenai bibir Pak Hamzah dan dijilatnya lubang kencingku yang masih mengeluarkan sperma.

“Gurih rasa peju kamu, Yus.” kata Pak Hamzah.

Akhirnya kami berdua duduk lemas lunglai tanpa busana sambil kusandarkan kepalaku di dada Pak Hamzah.
 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.