Jumat, 20 Juli 2012

Diperkosa Dua Orang Pelatih

Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian. Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan ataupun terpikat baju seragamnya. Barangkali itulah bedanya aku dengan yang lain. Karena itulah aku sangat menikmati pendidikan militer yang kalau aku boleh jujur adalah keras, sadis, dan kejam, tapi jantan sekali!

Kesenanganku akan bidang militer dan kehidupan militer membuatku sangat mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan yang berat dan berdisiplin ketat itu. Apalagi aku dikaruniai otak yang lumayan cerdas, wajah yang (kata orang) ganteng, dan fisik yang kuat dan lincah. Aku merasa sangat berbakat di bidang militer. Oleh karena itu tidak heran jika angka-angkaku selama di akademi militer sangat bagus. Karena itulah aku sering diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas sebagai pemimpin atau komandan bagi sesama Kadet (Taruna).

Tetapi waktu Capratar (Calon Prajurit Taruna, tiga bulan pertama masa pendidikan) karena wajahku yang ganteng, tubuhku yang atletis dan berotot, serta daya tahanku yang kuat, aku sering sekali jadi obyek penyiksaan Taruna Senior dan Pelatih. Semuanya itu aku hadapi dengan tabah!.

Di beberapa bagian tubuhku masih ada bekas lecet atau parut bekas luka, sebagai kenang-kenangan atau "tanda-tangan" para senior yang sadis-sadis itu. Bahkan di paha kiriku ada lambang akademi militer yang tidak bisa hilang. Karena waktu jadi Capratar, paha kiriku pernah dicap dengan besi panas yang diberi tinta hitam dan bergambar lambang akademi militer oleh beberapa Taruna Senior yang sadis!

Semua siksaan selama Masa Capratar yang luar biasa sadisnya aku hadapi dengan gembira penuh ketabahan. Tetapi sampai sekarang aku tak dapat melupakan apa yang dilakukan oleh dua orang Pelatih yang berpangkat Perwira. Keduanya berasal dari angkatan yang berbeda.

Pelatih di akademi militer (waktu itu) gabungan dari berbagai angkatan di negara kami (sekali lagi kukatakan, tak perlu kusebut negara mana). Yang seorang berpangkat Letnan Satu (Lettu) yang satu Letnan Dua (Letda). Untuk menghormati kedua Pelatih itu, sebut saja yang satu Lettu Jerry dan satu lagi Letda Gerry.

Lettu Jerry berkulit terang, berwajah lumayan ganteng dengan tubuh atletis. Dia sangat tegas, keras dan berdisiplin. Kalau menghajar Capratar dengan pecutnya selalu dilakukan dengan alasan yang jelas, tidak pernah dicari-cari. Tetapi lecutan cemetinya selalu diayunkan dengan kekuatan sepenuh tubuhnya yang berotot itu sehingga kalau kena kulit Capratar pasti menghasilkan lecet dan pasti berdarah!.

Demikan juga, perintahnya tidak pernah berubah. Kalau harus push up 200 kali, harus dipenuhi, kalau perlu sampai Capratar pingsan.

Kami semua takut sekali dengan Letnan Jerry. Karena matanya yang tajam sorotannya itu sangat jeli melihat pelanggaran Capratar. Apalagi jika dia sedang piket. Sebagai contoh, berdiri kurang tegap saja, kalau ketahuan Lettu Jerry pasti kena hajar. Ataukah digampar sampai bibir pecah. Atau kalau kebetulan dia sedang memegang cambuk dan si Capratar sedang telanjang dada atau telanjang bulat, pasti dihajar pakai cemeti sampai punggung lecet-lecet. Yang pasti semua pelanggaran yang sekecil apa pun akan dihukum dengan serius dan sadis. Wajahnya yang ganteng itu, selalu kaku dan di hadapan kami tak pernah senyum. Diam-diam aku kagum sekali pada Lettu Jerry. Sayang sekali, karena aku selalu bersikap correct, aku belum pernah menikmati lecutannya yang terkenal keras dan pedih sekali itu. Tapi, kadang-kadang dia aku dapati sedang mencuri pandang memperhatikan aku. Kupikir mungkin dia sedang mencari kesempatan menghajar atau menghukum aku. Hal ini membikin aku tambah hati-hati.

Berbeda dengan pelatih-pelatih yang lain yang jika menghajar dan menyiksa Capratar hanya untuk kepuasan nafsu sadis mereka. Dengan alasan yang dibuat-buat atau dicari-cari. Sehingga, tidak ada gunanya berhati-hati. Toh mereka pasti akan berhasil menemukan "kesalahan" untuk bisa menghukum dan menyiksa dengan cara-cara yang sangat kejam.

Jika kami Capratar berhati-hati terutama bukan supaya tidak dihukum atau tidak disiksa. Tetapi lebih banyak untuk mengurangi luka, lecet, lebam atau lepuh di tubuh kami akibat hajaran Pelatih dan Taruna Senior. Sebab, toh memang kami harus dan akan sering disiksa untuk memperkuat mental kami agar jadi tanggon (tangguh)!.

Di antara kelompok pelatih macam ini ada Letda Gerry. Walaupun dia lumayan ganteng dan berotot tapi tidak semenarik Lettu Jerry. Dia juga terkenal sadis. Tapi jika menyiksa cenderung seksual. Misalnya menyundut rambut kemaluan atau biji kemaluan dengan rokok, menyuruh Capratar mencabuti rambut kemaluannya sendiri atau menyundut batang kemaluan Capratar dengan penyengat listrik, memaksa Capratar onani dengan balsem. Bahkan seorang Capratar pernah disiksa setengah mati, lalu ia masih memasukkan logam ke dalam lubang batang kemaluan Capratar tadi. Kepada Capratar lain ia pernah juga memasukkan dildo (penis buatan) berduri ke lubang pantatnya. Capratar lain lagi, yang belum disunat, waktu melakukan pelanggaran ringan, bahkan kulupnya ditarik ke depan lalu digunting sampai terpotong dan darahnya muncrat ke mana-mana. Dengan darah berceceran dari luka guntingan itu, si Capratar disuruh berobat dan menyempurnakan sunatannya di klinik. Tapi, anehnya, Letda Gerry tidak pernah menjadikan aku sasaran penyiksaannya.

Demikianlah kejadiannya, sampai pada suatu sore aku baru selesai mandi bersama beberapa Capratar. Untuk mandi Capratar, ada bangsal mandi besar yang beratap tetapi tidak berdinding. Di dalamnya ada puluhan shower. Semua Capratar jika masuk bangsal mandi harus telanjang bulat dan tidak boleh membawa handuk.

Untuk mengeringkan badan dengan handuk ada ruangan tersendiri. Ruangan itu berdinding tapi tidak berpintu dan disitu pun Capratar harus telanjang bulat. Tidak boleh menutup-nutupi badan atau kemaluannya dengan handuk. Di belakang bangsal pengeringan ada jalan yang bisa dilalui mobil dan kadang-kadang ada mobil yang parkir di situ.

Sore itu bangsal pengeringan sudah kosong, aku baru selesai mengeringkan badan. Tiba-tiba saja Lettu Gerry muncul berseragam. Aku tegak menghormat,dia memerintahkan aku keluar bangsal dan masuk sebuah mobil yang parkir di luar. Aku masih ingat mobil militer itu sebuah Toyota Hard Top. Masih telanjang bulat aku disuruh masuk dari pintu belakang dan duduk di lantai mobil. Aku menurut dan tidak bertanya apa-apa. Waktu Capratar kami sangat biasa diperlakukan seperti budak belian atau seperti binatang oleh Pelatih dan Taruna Senior.

Lalu Lettu Jerry menjalankan mobil ke suatu tempat sepi di kompleks akademi. Di situ aku dipaksa ke luar mobil dan dipaksa melayani nafsunya di rerumputan. Hari sudah mulai gelap dan tempat itu terpencil. Angin bertiup agak kencang sehingga tidak ada nyamuk. Lettu Jerry melepaskan pakaiannya telanjang bulat lalu aku disuruh menghisap kemaluannya yang ternyata sebesar kontol kuda. Aku juga dipaksa menjilati pantatnya. Lalu aku disodomi sampai pantatku terasa perih sekali dan berdarah.

Belum puas, dia mendorong aku sampai terlentang lalu mengencingi aku sambil berdiri. Bahkan ia memaksa aku membuka mulut untuk menampung air kencingnya. Aku dipaksa minum air kencingnya! Setelah itu ia memasang borgol di tangan dan kakiku seperti yang biasa dilakukan di kamar siksa.

Tiba-tiba aku mendengar orang lain datang dari semak-semak. Aku tidak tahu siapa itu. Orang itu pun memaksa aku menghisap batang kemaluanya sampai terpancar air mani. Air maninya belepotan di mulut dan wajahku. Lalu dengan kasar ia membalikkan tubuhku yang terborgol dan memaksa aku nungging. Ketika aku membangkang, dia menghajar pahaku dengan tamparan keras dan membentak "NURUT, KAMU" dari suaranya aku jadi tahu itu Letda Gerry. Aku menyerah dan dia mulai menyodomi aku dengan kasar. Setelah puas ia tidak minta dijilat pantatnya atau mengencingi aku. Dia langsung masuk semak-semak lagi.

Sementara itu, Letda Jerry sudah berpakaian dan memaksa aku dengan kasar masuk mobil. Aku dibawa ke garasi mobil, dan disana aku disiram dengan air dari selang yang dihubungkan denagn keran air pencuci mobil. Mungkin untuk menghilangkan bau kencing Letda Jerry!.

Lalu aku dibawa ke kamar siksa. Di sana sudah ada Letda Gerry yang memegang cemeti, bertelanjang dada. Dalam keadaan terborgol dan telanjang bulat aku dihajar beberapa kali dengan lecutan cemeti sampai tubuhku lecet-lecet berdarah. Lalu borgol dibuka dengan kunci yang ada di saku celana Letda Gerry, kemudian aku disuruh berobat ke klinik dan kembali ke asrama.

Tindakan ini untuk menghilangkan jejak. Dengan mudah aku bisa dikatakan baru melakukan pelanggaran disiplin (bisa dikarang apa saja!), kemudian dihukum di kamar siksa. Karena babak belur disuruh berobat ke klinik. Aku berdiri sempoyongan karena baru dihajar dengan cemeti dan shock mental karena baru kekar. Aku berjalan ke klinik dalam keadaan telanjang bulat dan penuh lecet hasil lecutan cemeti Letda Gerry.

Aku tidak pernah menceritakan kejadian ini kepada siapa pun. Setelah kejadian itu, kedua pelatih tidak pernah muncul lagi. Kabarnya mereka kembali ke kesatuan masing-masing karena mendapat tugas baru. Aku sama sekali tidak marah, malu atau dendam dengan kejadian ini. Aku bahkan sangat menikmati perkosaan itu!. Aku berharap kapan-kapan bisa diperkosa lagi oleh sesama laki-laki. Kalau bisa diperkosa oleh perwira yang gagah, ganteng, dan sadis seperti keduanya! Asyik bukan!?

Kamis, 19 Juli 2012

Hanya Karena Terlambat Melapor

Setiap hari Sabtu dan Minggu setiap Prajurit Dua (Prada) mendapat Izin Bermalam (IB) di luar asrama kesatuan. Prada di negaraku, umurnya rata-rata sekitar 18 - 20 tahun. Karena terbatasnya lapangan kerja di negaraku (tak perlu kusebut negara mana), banyak di antara Prada itu berpendidikan umum high school (sekolah menengah atas). Padahal sebetulnya persyaratannya cukup pendidikan umum yang lebih rendah.

Di kesatuan kami (suatu pasukan elit), semua Prada belum boleh menikah sampai mereka naik pangkat jadi Prajurit Satu (Pratu) dan wajib tinggal di asrama. Karena kesatuan kami adalah pasukan tempur yang elit maka para Prada yang masuk adalah orang pilihan dari sisi kecerdasan, keterampilan, kondisi fisik dan penampilan lahiriah.

Aku harus mengakui bahwa mereka umumnya lumayan ganteng. Berkat latihan fisik yang intensif yang dipaksakan kepada mereka, tubuh-tubuh mereka menjadi atletis, ketat dan berotot. Secara rutin mereka diperiksa perkembangan dan pertumbuhan fisiknya Jika ada yang dinilai kurang berotot dikumpulkan dan diberi latihan tambahan oleh perwira dan bintara yang sadis (suka mencambuki dengan cemeti waktu melatih). Sehingga mereka terus berusaha keras melatih ototnya dengan rajin sampai terbentuk. Prinsip yang dianut di kesatuan kami adalah :"Pria yang tidak berotot bukan laki-laki".

Kami secara intensif melatih mereka menjadi pasukan elit yang baik, latihan tempur, membina disiplin, fisik dan mental. Untuk menegakkan disiplin dan memperkuat ketahahan mental mereka kami melakukan cara-cara Spartan yang penuh dengan hukuman, kekejaman, penghajaran dan penyiksaan!.

Filosofi Korps Marinir Amerika Serikat yang menempatkan rasa sakit, pedih, dan nyeri sebagai kebanggaan korps juga kami tanamkan. Sehingga jika seorang Prajurit dihajar atau disiksa yang menimbulkan rasa nyeri hebat. Misalnya saja tubuh mereka dicambuk dengan cemeti yang ujungnya berpaku, atau paha mereka ditempeli besi membara, atau (yang belum sunat) kulupnya digunting tanpa pemati rasa, mereka harus menahan rasa nyeri itu dengan perasaan bangga akan kemampuannya sebagai tentara, Prajurit dan anggota pasukan elit dalam menahan rasa nyeri yang luar biasa itu tanpa berbunyi atau bergerak!.

Untuk meningkatkan ketahanan mental mereka itulah kami para perwira dibantu bintara pimpinan mereka secara periodik memberikan latihan mental yang tidak lain adalah penyiksaan-penyiksaan yang kejam dan sadis! Untuk memberikan peluang lebih banyak bagi latihan mental mereka maka setiap pelanggaran disiplin apa pun diberi ganjaran hukuman berupa penyiksaan-penyiksaan sadis.

Aku seorang perwira (yang saat cerita ini terjadi berumur 27 tahun) dan kebetulan gay serta doyan S/M (sado-masochis) sangat menikmati tugas menyiksa para Prada itu. Demikian juga teman-teman perwira lainnya.

Sebagi contoh adalah apa yang dialami Prada Alex. Dia berumur 19 tahun, tinggi badannya sekitar 165 cm, tubuhnya langsing dan berotot. Kesalahan yang dibuat pada hari Minggu yang sial itu adalah, ia terlambat satu jam waktu kembali dari Izin Bermalam. Seharusnya pukul 21:00, dia baru sampai di asrama hampir pukul 22:00.

Sesuai ketentuan ia langsung digelandang oleh Piket ke ruang hukuman (kamar siksa). Setiap hari Minggu malam, aku dan Komandan bertugas untuk memberikan hukuman kepada para pelanggar disiplin IB ini.

Komandanku yang Letnan Kolonel orangnya gagah, tinggi, atletis, kekar dan sangat berotot. Kulitnya coklat terang dan wajahnya ganteng. Aku bangga punya Komandan segagah dan seganteng itu. Kebetulan juga dia sangat sadis dan gemar sekali menyiksa.

Waktu Alex dibawa masuk kamar siksa Komandan dan aku sudah siap di dalam. Kami mengenakan seragam lapangan. Baju kami lepas, telanjang dada. Sehingga tubuh kami yang sangat kekar dan berotot dapat dilihat jelas oleh Alex. Jika Alex bukan gay dia akan keder dan ketakutan melihat kami, tapi jika dia gay, dia pasti akan langsung menyerah dan menikmati siksaan kami. Kami juga dilayani oleh dua orang Provos yang terkenal paling sadis. Mereka juga bertelanjang dada serta sangat kekar dan berotot.

Ketika Alex masuk, ia langsung memberi hormat kepada Komandan dan langsung melaporkan : keterlambatannya, pelanggaran dia perbuat, bahwa dia siap untuk menjalani akibatnya (hukuman atau penyiksaan), dan ia juga mohon untuk dihukum seberat-beratnya. Rumusan laporan yang disampaikan Alex ini merupakan urutan standard yang dibuat kesatuan. Sehingga setiap siksaan yang dilakukan kepada Prada seakan-akan atas permintaan yang bersangkutan.

Tanpa bertanya lebih jauh, Komandan memerintahkan Alex telanjang bulat. Setelah Alex telanjang bulat di berdiri dalam sikap sempurna di hadapan kami semua.

Aku bisa melihat bahwa latihan fisik yang kami berikan cukup berhasil dan telah membikin otot-otot : dada, perut, biseps, triseps dan tungkainya lumayan bagus.

Kontolnya sedikit lebih besar dari rata-rata, rambut kemaluannya (jembut) hitam, tumbuh luas dan lebat. Sebagian kulupnya tampak masih menutupi sebagian kepala kontolnya yang kemerahan. Artiya dia belum sunat atau sunatnya kurang sempurna! Karena, standard sunat militer adalah "high and tight" (artinya parut bekas keratan kulup harus agak ke pangkal kontol, sehingga kulit kontol itu kelihatan ketat dan jantan). Waktu itu Alex baru 6 bulan masuk kesatuan kami, jadi belum disempurnakan bentuk fisik dan kelaki-lakiannya (kontolnya). "Sikap menyerah" perintah Komandan. "Siap Komandan" jawab Alex. Ia segera mengambil sikap menyerah, berlutut dan mengangkat kedua lengannya ke atas. Tampak kedua belah ketiaknya ditumbuhi rambut hitam. "Pelanggaran kedua. Kau tidak melapor" bentak Komandan. "Siap Komandan" kata Alex lagi. Di kesatuan kami, semua Prada harus mencukur klimis kumis, janggut dan mencukur atau mencabuti rambut ketiak. peraturan ini diberlakukan ketat dan diperiksa secara berkala. Yang berani melanggar akan dihukum dengan siksaan kejam.

"Pasang" perintah Komandan kepada kedua Provos. Maksudnya agar Alex dipasang atau dipentang di tiang penyiksaan. Segera kedua Provos menyeret Alex ke tiang penyiksaan. Memborgol kedua tangannya ke atas tiang dan menggantungkannya dengan rantai sehingga Alex setengah menggantung. Lalu kedua kakinya diborgolkan ke kedua sisi tiang pencambukan. Dia menghadap ke arah kami, dan kami bisa melihat dia mulai kesakitan karena borgol tangannya menyangga tubuhnya yang sekitar 50 Kg itu sehingga menjeput pergelangannya. Kelihatannya borgol yang dipasang di kedua kakinya berpaku di dalamnya, dan tersa mulai menyengat. Alex mencoba tidak menyeringai tapi pandangan mata dan wajahnya terlihat dia menahan sakit. Kelihatan, posisi menggantung itu juga membuat kontolnya menegang. Aku mulai terangsang melihat pemandangan indah itu.

Komandan mengambil cemeti besar dan mulai menghajar dada dan perut Alex dengan keras ayunan keras dan sekuat tenaganya yang sangat berotot itu. Sehingga terdengar suara cemeti beradu dengan tubuh Alex :"CETTARR,CETTARR,CETTAR".

Alex terpaksa menggeliat. Bilur merah dan lecet berdarah terlukis di dada dan perut Alex. Sebagian lecet itu mengenai puting susunya.

Dia sudah tidak bisa menyembunyikan penderitaan dan kesakitannya. Wajahnya menyeringai kesakitan. Komandan berpindah ke belakang tubuh Alex dan mulai menghajar bagian belakang tubuhnya. Punggung, bokong dan paha belakang diberi "tanda-tangan" Komandan berupa bilur, lecet dan lebam bekas lecutan keras Komandan dengan cemeti.

Tiap kali dihajar pecut, tubuh Alex tampak terguncang dan menggelinjang kesakitan. Kontolnya yang tadi tegang mulai agak menunduk tapi belum layu, berkat pentangan tubuhnya di tiang penyiksaan itu. Tapi dia tidak pernah berbunyi, menjerit atau berdesah. Dia tahu jika terdengar desah kesakitan pasti akan disiksa lebih kejam lagi. Komandan belum puas. Kami disuruh menggunakan alat penyiksa lain. Provos menempeli paha Alex dengan besi panas yang sudah disiapkan. Karena besi sudah sangat panas, Alex kelojotan waktu pahanya ditempeli. Provos malah makin memperlama tempelannya. Akhir Alex tak tahan lagi dan berteriak kesakitan "AAAGGHH". "DIAM" bentak komandan sambil menghajarkan lecutan cemeti dengan keras ke dada Alex. Alex kaget dihajar demikian dan agaknya mulai teler."SIRAM" perintah Komandan, Provos menyiram Alex dengan air dingin dari ember yang tersedia. Alex kaget lagi kelagapan mukanya di siram air dingin. Tubuh Alex basah dan lantai di sekitar nya menjadi becek. Luka Alex terasa perih kena air. Ia menyeringai.

Aku segear memasangkan penyengat listrik ke bawah kontolnya dan mengaliri dengan setrum, ia menggelinjang-gelinjang. Lalu, kulupnya dan kemudian ketiaknya aku beri sengatan listrik. Ia menggelinjang lagi. Sebentar lagi Alex pingsan.

Sebelum sempat pingsan, Alex diturunkan dari tiang penyiksaan. Lalu Komandan menyuruh Alex menghisap kontol kedua Provos setelah pejuh kedua Provos terpancar, akhirnya Alex dipaksa onani sampai keluar air maninya.

Karena masih teler baru dihajar, Alex susah payah menegangkan kontolnya. Tapi karena ketakutan, dibentak dan diancam Komandan akhirnya malahan ia berhasil ngaceng, lalu Alex melanjutkan mengocok-ngocok kontolnya, akhirnya : "CROT, CROT, CROT", Alex memancarkan pejuhnya, cukup banyak kental dan memancar jauh! "JILAT" bentak komandan lagi. Alex menjilati pejuhnya sendiri yang berceceran di lantai. Dalam keadaan demikian, lampu kamar siksa dipadamkan dan Alex ditinggal sendirian terkunci di kamar siksa. Tanpa diberi perawatan dan diberi obat.

Biasanya, setelah Komandan pergi. Piket, Komandan Kompi dan Komandan Peleton Alex akan masuk untuk (minta jatah) menyiksanya atau bahkan memperkosanya.

Yang pasti, di samping akan menyiksa Alex, karena Alex juga masih kelihatan kulupnya, salah satu dari mereka tentu akan memotong kulupnya dengan gunting!. Baru setelah itu dikirim ke klinik untuk diobati atau disempurnakan sunatnya. Sesuatu yang malam itu belum dilakukan Komandan. Demikianlah cara kesatuan kami memperkuat mental anggota kami secara sadis, tapi dengan cara yang jantan sekali.

Selasa, 17 Juli 2012

Mess Perwira

Aku seorang tentara dari suatu negara. Di Malaysia disebut Tentara Darat Di-Raja atau Royal Army. Aku berpangkat Kapten dan menjabat sebagai perwira yang bertanggungjawab di bidang intelijen, penegakkan hukum militer dan disiplin.

Komandanku berpangkat Letnan Kolonel dan dalam cerita ini akan aku sebut "Komandan" saja. Walaupun sebetulnya aku ingin sekali menyebutkan namanya, karena aku sangat sayang pada beliau.

Karena kesatuan kami pasukan tempur elit, tentu saja yang jadi Komandan adalah orang-orang pilihan termasuk anggota kesatuannya. Tidak bisa dibantah Komandan-ku orangnya cerdas dan ganteng!. Dia tinggi langsing dan atletis. Jika Komandan-ku sedang mengenakan baju maka yang terlihat adalah seorang lelaki yang tinggi, atletis, tegap dan langsing. Tetapi kalau bajunya dibuka maka tampak otot dada yang ketat dengan dua puting susu yang selalu tampak mengencang. Otot perutnya sangat ketat, demikian juga otot biseps, triseps dan otot tungkainya. Barangkali akan sangat indah kalau beliau jadi model lukisan.

Komandan-ku punya isteri cantik dan beranak dua orang laki-laki yang juga ganteng seperti bapaknya. Masing-masing bersekolah di primary school (sekolah dasar) dan di high school (sekolah menengah atas).

Walaupun aku termasuk perwira yang dekat dengan Komandan, tapi seringkali darahku berdesir dan jantungku berdebar jika dekat-dekat dengan lelaki yang begitu gagah dan menawan itu.

Bahkan terkadang aku jadi tegang-terangsang, jika kami latihan renang. Karena beliau senang mengenakan celana renang yang minim. Begitu juga kalau sedang latihan fitness atau binaraga. Para perwira melakukan latihan binaraga hanya mengenakan cawat atau kancut. Kancut Komandan rancangannya ketat dan kuat, tapi minim dan rendah. Sehingga, kalau sedang mengangkat barbel, kancutnya tertarik ke bawah dan sebagian rambut kemaluannya yang hitam terlihat jelas!.

Tambah kacau lagi kalau sesudah latihan renang atau binaraga, Komandan ganti celana renangnya yang basah (kena air) atau ganti kancutnya yang basah (karena keringat) dengan kancut yang kering di hadapanku. Sambil bertelanjang bulat dia mengeringkan tubuhnya yang indah dengan handuk. Kalau sudah begitu aku terpaksa pura-pura ke WC untuk ngocok (masturbasi, onani, ngeloco, coli). Supaya kontol-ku yang sudah terlalu tegang, terasa kencang dan lubangnya membasah oleh cairan mazi (pre-cum) bisa agak relaks. Di kesatuan kami anggotanya laki-laki semua. Karena itu kolam renang dan ruang olah raga tidak punya ruang ganti. Keduanya mempunyai tempat mandi di salah satu sudut, tapi terbuka, tanpa penutup, tembok apalagi pintu. Keruan saja sudut itu jadi tempat lirikan favoritku. Disitu aku bisa menikmati perwira-perwira yang gagah berotot dengan kontol besar dan jembut lebat, mandi, membersihkan dan menyejukkan badan tanpa ragu.

Waktu cerita ini terjadi akau masih lajang (bujangan) dan tinggal di . Semua perwira yang tinggal di (6 orang) suka bertelanjang dada. Mungkin karena penghuninya laki-laki semua atau karena kepanasan. Atau ingin memamerkan tubuh mereka yang berotot atau mungkin karena ototnya terlalu ketat sehingga jika tanpa baju dadanya terasa agak relaks. Yang pasti kalau mau mandi mereka melepaskan pakaiannya di luar kamar mandi. Jadi ke luar masuk kamar mandi bertelanjang bulat saja. Walaupun hal seperti ini sangat lazim di dunia militer, tetap saja kadang-kadang membikin aku terangsang sampai lemas, melihat perwira yang gagah-gagah, atletis berotot dengan kontol yang besar dan jembut lebat menghitam bertelanjang bulat!

Malam hari, mereka juga selalu tidur bertelanjang bulat - tidak perduli hari dingin atau panas. Kebiasaan ini mereka dapatkan waktu pendidikan di akademi militer.

Komandan sekali-sekali bertandang di , ngobrol, main kartu, atau main pingpong. Jika ngobrol kemalaman malah suka menginap. Sebetulnya rumah dinas Komandan tidak jauh dari dan masih dalam kompleks asrama kesatuan kami. Tapi alasan beliau, tidak mau mengganggu orang-rumah yang sudah tidur untuk mebukakan pintu.

Kalau menginap di , terpaksa Komandan tidur di kamarku. Karena kamarku agak luas dan punya dua tempat tidur. Karena kadang-kadang "kemalaman" di , maka Komandan juga menyimpan pakaian dan alat mandi di lemariku. Dia tidak perlu pakaian tidur, karena kalau tidur juga selalu bertelanjang bulat. Tentu saja setiap kali Komandan tidur di kamarku aku jadi resah-gelisah. Supaya tidak "berbeda" dengan Komandan, aku juga terpaksa tidur telanjang bulat. Komandan sendiri seperti cuek saja!.

Untunglah Komandan selalu tidur dengan lampu padam, sehingga beliau tidak bisa melihat kegelisahan-ku, dan tidak bisa melihat kontol-ku yang makin lama makin tegang, terasa ketat, mengencang dan agak sakit. Waktu itu umurku sekitar 27 tahun, jadi kalau sedang ngaceng, kontolku tegak dan mengencang sekali, kadang-kadang terasa ketat dan agak sakit (tapi nikmat sekali!). Kalau sudah begitu, aku membalikkan badan ke tembok dan diam-diam aku ngocok di tempat tidur sampai terpancar air mani, supaya relaks. Agar bau sperma tidak tercium oleh Komandan, aku ngocok dengan handuk, lalu air mani (sperma, pejuh) yang keluar aku tampung dalam lipatan handuk. Esok harinya baru dicuci!.Begitulah "penderitaan" ku kalau ketamuan Komandan di kamar.

Pada suatu malam Sabtu, aku sendirian di . Penghuni lainnya, sebagian sedang ikut pendidikan militer di kota lain, seorang lagi izin pulang kampung urusan keluarga. Malam itu Komandan ngobrol lagi bersama aku sampai jam 24:00. "Aku tidur disini", kata beliau singkat. Lalu beliau masuk kamarku mengambil sikat gigi dan menyikat gigi di wastafel. "Tidur kita" katanya lagi dari dalam kamar. Aku menurut saja dan masuk kamar. Seperti biasa beliau melepaskan seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat, lalu tidur menelentang. Darahku mulai menggelegak terangsang oleh keberadaannya dan ketelanjangannya. Aku mulai salah tingkah lagi dan pura-pura mengantuk lalu memadamkan lampu. Karena mataku beradapatasi, kamar mulai terasa agak terang. Cahaya lampu luar masuk melalui ventilasi dan kaca jendela.

Aku mulai bersiap mau ngocok karena rangsangan tadi belum dituntaskan. Tiba-tiba aku merasa seseorang mendekatiku. Aku diam! Komandan!, kataku dalam hati. Mau apa dia?. Beliau maju terus, makin dekat lalu naik ke tempat tidurku. Aku diam, pasrah, menyerah. Rupanya, khayalanku, cita-citaku selama ini akan segera terwujud!

Dia membalikkan tubuhku yang miring dan sudah telanjang bulat itu. Aku menurut. Lalu dia mulai menindihi aku menggosokkan batang kemaluannya di sekitar kemaluanku. Aku menurut saja. Dadanya yang kekar juga digosok-gosokkan ke dadaku, puting susu kami yang kencang dan melenting saling bergesekan dan terasa nikmat. Lengannya yang kekar memeluk aku. Tempat tidur terasa bergoyang. Lalu dia memiringkan tubuhku, sehingga kami berpelukan, berhadapan dalam kedaan telanjang bulat. Dia juga mulai menciumi aku, bibirku, leherku, wajahku. Kami bercipokan dan bertukaran air ludah.

Komandan lakukan semua yang beliau mau. Aku menurut saja dan sekali-sekali mengimbangi dengan gerakan atau posisi untuk menambah kenikmatan dan kebahagiaan beliau. Beliau agaknya merasa senang ajakan (perkosaan?) nya tidak ditolak. Dalam keadaan hening itu, Komandan terus "bekerja" memimpin acara "perkosaan" itu. Semua beliau lakukan dengan tenang, relaks dan mesra. Walaupun sekali-sekali terasa bernafsu! Aku sangat bahagia dan merasa NIKMAT SEKALI!.

Fisik dan libido beliau memang hebat! Setelah acara 69, masih menyodomi aku. Lalu minta disodomi, Lalu minta dihisap kontolnya. Semuanya itu diakhiri beliau dengan keluarnya air mani beliau yang terpancar jauh, melimpah, kental dan terasa dingin dengan ditingkah bau sperma yang khas. Setelah beliau puas, beliau menarik aku untuk tidur di lantai yang dingin (gaya akademi militer), kami berbaring bersebelahan. Lengannya yang kekar memeluk lenganku. Seakan-akan berpesan beliau menyayangi aku dan akan melindungiku selalu.

Menjelang subuh, kami terbangun. Komandan mandi sebentar dan berpakaian. Sebelum beliau pulang, aku masih sempat dipeluk dan diciumi sepuas-puasnya. Seakan-akan mau berpisah untuk selama-lamanya.

Dua hari kemudian Komandan mendapat perintah melalui radiogram bahwa beliau harus mengikuti pendidikan staf komando. Setelah pendidikan selesai, Komandan pindah ke kesatuan lain dalam jabatan yang lebih tinggi. Beberapa tahun kemudian aku sempat kawin dan beranak satu (hebat juga homo bisa punya anak!) Tapi jika kebetulan ketemu beliau lagi, darahku masih berdesir dan jantungku bedebar, ingat kejadian malam terakhir itu! Hebat dan nikmat sekali!

Senin, 16 Juli 2012

Swimming In A Deserted Pool

Waktu peristiwa ini terjadi, abang iparku menjabat komandan batalyon dari tentara di suatu negara (yang tak perlu kusebut nama negaranya). Asrama batalyon itu terletak di luar kota dan abangku tinggal di rumah dinas dalam kompleks asrama itu.

Kalau hari libur aku sering menginap di rumah abang ipar atau kakakku itu. Mereka tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Kadang-kadang kalau abang iparku pergi ke luar kota, kakakku harus ikut mendampingi suaminya sebagai isteri komandan batalyon. Tidak jarang mereka berangkat pada hari Sabtu atau Minggu karena acara atau upacara yang harus mereka hadiri dilaksanakan pada hari Senin berikutnya. Jika sudah demikan aku jadi sendirian di rumah besar itu bersama pembantu rumah tangga mereka. Untunglah di batalyon itu banyak perwira muda yang masih bujangan. Mereka umumnya baik dan ramah padaku, apalagi aku adik ipar komandan mereka.

Salah seorang yang palimg menarik perhatianku adalah Bang Rizki. Ia adalah seorang komandan peleton berpangkat Letnan Dua dan mungkin belum terlalu lama tamat dari akademi militer. Bang Rizki orangnya ramah dan ganteng. Sebagai tentara, apalagi ia di kesatuan elit, tentulah dia termasuk perwira pilihan. Tidak heran jika tubuhnya sangat atletis dan berotot. Kulitnya putih dan kumis serta janggutnya yang dicukur rapih itu tampak membekas jelas. Orangnya cerdas dan gayanya nyata sekali terlihat tangkas!.

Bang Rizki tinggal di Mess Perwira bersama sekitar 4 orang perwira lainnya. Di Mess Perwira ada 6 kamar. Jadi mereka bisa tinggal masing-masing satu kamar sendirian. Walaupun sebetulnya tiap kamar dimaksudkan untuk dua perwira. Dia memilih kamar paling depan. Kalau aku main ke Mess Perwira, Bang Rizki hampir selalu ada di rumah. Dia jarang ke luar asrama. Walaupun kalau Sabtu-Minggu penghuni mess itu boleh bergantian memakai mobil dinas untuk pesiar. Mobil dinas itu jarang terpakai, karena para perwira itu biasanya menggunakan mobil pribadi milik salah satu keluarga mereka atau menggunakan sepeda motor pribadi. Dua di antara perwira yang tinggal di Mess itu anak orang kaya (termasuk Bang Rizki). Tetapi mereka malu membawa mobil pribadinya ke asrama. Aku pernah tanya kenapa Bang Rizki sering di rumah, dia selalu mengatakan bahwa ia mau istirahat atau mau nonton TV saja.

Kadang-kadang hari Minggu atau sabtu pagi Bang Rizki mengajak aku berenang ke pemandian yang terletak kira-kira 20 km dari asrama. Pemandian itu sepi karena letaknya terpencil. Biasanya hanya kami berdua saja yang memanfaatkan kolam renang itu.

Bang Rizki senang memakai celana renang yang minim dan rendah. Sehingga aku bisa diam-diam mencuri pandang tubuh Bang Rizki sepuas-puasnya. Otot biseps dan trisepsnya ketat. Otot dadanya menonjol ke depan dengan dua puting susu yang juga ketat dan melenting. Otot perutnya juga ketat yang rata. Rambut ketiak dan bulu kakinya ada tapi hanya sedikit. Dadanya jantan tapi tak berambut. Sesudah berenang biasanya kami mandi di kamar bilas - telanjang bulat berdua. Di situ aku makin mengenal Bang Rizki luar-dalam. Kontolnya lumayan, disunat cukup ketat ("high and tight") dengan jembut sekedarnya. Karena sudah biasa dekat dengan Bang Rizki aku tidak terangsang melihat ketelanjangannya. Tapi terkadang, kalau melihat lengannya yang kekar aku malah suka berdebar-debar.

Untunglah Bang Rizki sering di rumah, jadi aku punya teman, kalau tidak aku bisa suntuk sendirian. Aku lebih suka menemui Bang Rizki di Mess daripada dia yang datang ke rumah dinas komandan. Aku tahu tentu dia risih jika harus datang di rumah komandannya. Apalagi di Mess banyak mainan, ada meja pingpong, ada bola sodok, ada lapangan badminton, ada alat fitness, kartu, catur, halma, majalah dan banyak lagi. Di samping itu bagiku cukup menyenangkan ngobrol dengan perwira-perwira muda yang gagah-gagah itu.

Tapi aku paling merasa cocok ngobrol dengan Bang Rizki karena wawasannya luas, apalagi di pernah tinggal di luar negeri ikut orang-tuanya. Bang Rizki jadi tentara karena benar-benar hobby militer. Sebetulnya orangtuanya ingin ia jadi sarjana atau mengambil profesi lain di luar militer. Tapi ia sendiri merasa tentara adalah panggilan jiwanya.

Dia bersemangat sekali jika bercerita tentang kehidupan militer yang dia banggakan itu. Aku kagum akan prinsip hidupnya, kesungguhan dan keseriusannya, dan tentu pada kegantengan dan ke-kekaran tubuhnya. Makin dekat aku pada Bang Rizki makin kagum aku padanya. Orangnya correct, galant, ramah, entah apa lagi yang hebat-hebat. Aku bayangkan tentu kelak isterinya sangat berbahagia punya suami seperti Bang Rizki. Tapi dia tidak pernah cerita tentang pacarnya atau tentang hubungannya dengan cewek-cewek. Aku sendiri tidak mau tanya-tanya masalah pribadi pada Bang Rizki.

Kalau aku sedang menginap di rumah abang iparku, kadang-kadang Bang Rizki piket. Jika piket biasanya dia keliling asrama, patroli dengan mobil dinas, dia juga patroli ke daerah sekitar asrama dalam radius 5 km (dengan perubahan situasi negara, mungkin sekarang patroli seperti itu sudah tidak dilakukan lagi). Kadang-kadang aku ikut menemaninya. Maka aku berduaan saja dengan bang Rizki dalam mobil Jeep Toyota dinas itu. Tapi tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami.

Pada suatu Minggu pagi aku pergi lagi berenang dengan Bang Rizki di pemandian. Karena hari masih pagi, pukul 07:30. Tempat itu betul-betul sepi. Kami melepaskan baju luar dan langsung masuk kolam. Biasanya Bang Rizki berenang sistematis sekali. Seperti orang mau bertanding. Aku biasanya ikut-ikutan, tapi ternyata cukup melelahkan. Sehingga aku harus sering-sering istirahat. Pagi itu aku merasa Bang Rizki agak pendiam, seperti menyimpan sesuatu perasaan. Setelah sekitar satu jam latihan, Bang Rizki mengajak pulang. Maka kami pun masuk ruang bilas, seperti biasa mandi berdua telanjang bulat.

Tapi kali ini aku seperti melihat Bang Rizki yang lain. Begitu aku melepaskan celana renang langsung ia menerjang tubuhku. Dengan bernafsu aku didorong ke lantai kamar mandi. Lalu langsung menindihi aku dan menggosok-gosokkan dada dan perutnya yang kekar dan berotot serta dan kontolnya yang besar menegang ke bagian depan tubuhku yang terlentang dan telanjang bulat itu. Aku kaget dan salah tingkah. Baru aku mau mengingatkan dia dan menyebut "Bang Riz..", dia sudah terlanjur melumat bibirku dengan bernafsu, lalu wajahku, leherku, dadaku dijilati , puting susuku dikulum, terus kontolku di hisap-hisap sampai aku ngaceng. Ketika aku ngaceng dia menggosok-gosokkan lagi kontolnya kekontolku, main pedang-pedangan. Akhirnya kami jadinya bersamaan memancarkan air mani yang sejuk, ia ke perutku, aku ke daerah kemaluannya.

Bang Rizki-ku seperti lupa diri, bahkan aku diperlakukan seperti benda mati yang dijadikan alat pemuas nafsunya. Kemudian dia membalikkan badanku dan mmebikin aku menungging dan lansung menyodomi aku. Aku menurut saja. Dalam batinku, aku berkata : "Silahkan Bang, teruskan Bang Rizki-ku, puaskanlah nafsumu, nimatilah tubuhku. Aku memang diciptakan untukmu!"

Setelah dia orgasme kedua kali. Tiba-tiba dia seperti sadar dan kaget!. Aku ditariknya bangun, lalu dibimbing ke bawah shower, dia memandikan aku, menyabuni aku dan mengeringkan badanku dengan handuk. Seperti orang bengong dan melamun. Lalu kami berpakaian dan berjalan ke mobil. Setelah duduk di belakang setir mobil tiba-tiba Bang Rizki menunduk dan menangis tersedu-sedu dan berkata "Maafkan Abang Wynn, ampuni Abang Wynn, Abang khilaf Wynn" dia menangis lama sekali. Itulah pertama kali aku melihat Bang Rizki-ku yang aku kagumi bersikap menghinakan diri seperti itu!

Aku yang baru "diperkosa" jadi kebingungan. Akhirnya, aku peluk dia aku usap-usap punggungnya yang ketat dan keras sambil menghibur dia, "Sudah Bang. Nggak apa-apa, Errwynn maafkan. Erwynn nggak marah sama Bang Rizki dan Errwynn tidak akan bilang pada siapa-siapa". Lalu dengan tersedu-sedu dia berkata lagi "Bunuh Abang, Wynn, bunuh Abang, tidak ada gunanya Abang hidup lagi". Aku peluk dia mesra sambil berkata, "Sudah Bang, nggak apa-apa, ini jadi rahasia kita berdua". Kemudian kuberi dia minum air yang sengaja kami bawa dalam mobil. Lalu kucium pipinya. Agar dia yakin bahwa aku betul-betul tidak marah. Kuminta dia pindah duduk, dan aku yang menyetir mobil. Sebetulnya aku tidak boleh menyetir mobil dinas militer, tapi daripada Bang Rizki bunuh diri, atau kami bedua celaka, aku nekat saja. Di perjalanan pulang kami berdiam diri saja dan Bang Rizki melamun terus.

Sesampainya di Mess, Bang Rizki sempoyongan matanya merah. Untung tidak ada orang lain di Mess. Aku papah dia ke kamar dan aku baringkan dia di tempat tidurnya. Kemudian, aku bisikkan dengan mesra "Bang Rizki, Errwynn sayang sama Abang, Errwynn cinta sama Abang. Errwynn bahagia Abang mau berbuat pada Errwynn". Dia tampak mulai tenang, lalu menarik leherku dan mencium bibirku. Kami berpelukan lama sekali. Aku berlalu dan kembali ke rumah abangku, lalu cepat-cepat pulang ke rumah. Aku tidak pernah lagi menginap di rumah abang iparku. Kebetulan sebulan setelah peristiwa itu abang iparku pindah tugas. Aku tidak pernah mendengar tentang Bang Rizki lagi dan aku tidak tahu dimana Bang Rizki-ku sekarang.

Minggu, 15 Juli 2012

My Father's Aide De Camps

Ayahku seorang perwira tinggi suatu angkatan yang tak perlu aku sebutkan di negara mana. Sebagai pejabat militer penting dengan pangkat berbintang-bintang dia didampingi seorang ajudan, namanya Jeffri berpangkat Letnan Satu. Ajudan dalam Bahasa Inggris disebut ADC atau Aide De Camps.

Tugas ajudan adalah melancarkan pekerjaan dari pejabat yang didampingi termasuk mengatur waktu dan tugas administrasi

tertentu.

Aku punya seorang kakak perempuan yang sudah menikah dan ikut suaminya ke luar negeri. Waktu peristiwa ini terjadi aku berumur 25 tahun, sudah tamat kuliah dan sudah bekerja. Tetapi aku masih tinggal di rumah orangtuaku. Jeffri seumur denganku, karena itu cepat sekali aku jadi akrab dengan dia. Apalagi kami punya banyak persamaan sifat dan hobby (badminton, renang, jogging, nonton). Juga kebetulan kami berdua sama-sama belum menikah. Jika kebetulan jumpa di rumahku dan Jeffri tidak ada tugas, kami sering ngobrol berdua. Karena ayahku kadang-kadang harus berangkat pagi sekali ke luar kota dan pulang larut malam, maka di rumah kami disediakan satu kamar untuk Jeffri. Jadi, kadang-kadang Jeffri menginap di rumah kami.

Umumnya ajudan adalah orang pilihan. Demikian juga halnya dengan Jeffri. Dia ganteng dan cerdas. Tinggi badannya sedang, sekitar 165 cm (mungkin disesuaikan dengan tinggi badan ayahku). Kulitnya terang, tubuhnya atletis dan lumayan berotot. Jika sedang di kamarnya, kadang-kadang Jeffri bertelanjang dada sehingga aku bisa melihat dadanya yang berotot menonjol kedepan dengan dua puting susu yang ketat dan melenting. Kalau dia tidak sengaja mengangkat lengannya aku bisa melihat rambut ketiak Jeffri yang hanya sedikit saja. Seakan-akan sebagai bukti kelaki-lakian dan kedewasaannya yang sempurna. Perutnya rata dan otot-ototnya tampak jelas. Otot biceps dan tricepsnya juga ketat.

Karena para ajudan umumnya ganteng-ganteng. Tidak heran jika pernah terjadi skandal antara seorang ajudan dengan isteri bos-nya. Untungnya ibuku bukan tipe wanita macam itu.(Tapi jangan-jangan yang terjadi terjadi malahan affair antara seorang ajudan dengan anak laki-laki bos-nya)

Kadang-kadang aku dan Jeffri pergi berenang berdua. Setelah berenang kami juga membersihkan badan berdua di kamar mandi bertelanjang-bulat. Karena itulah aku mengenal Jeffri "luar dalam". Ukuran kontolnya lumayan besar dan ia disunat cara tentara Amerika : "high and tight". Artinya kulup dikerat agak ke pangkal kontol, sehingga kulit kontolnya tampak ketat. Jembutnya hitam, tumbuh agak luas walaupun tidak sampai ke pusarnya. Otot pahanya ketat dan tungkainya tidak ditumbuhi rambut. Pendeknya, kalau Jeffri sedang telanjang bulat ia bagaikan dewa Apollo dalam mitologi Yunani kuno. Karena para ajudan umumnya ganteng-Tidak heran jika pernah terjadi skandal antara ajudan dengan isteri bos-nya. Untungnya ibuku bukan tipe wanita macam itu! (Tapi malahan yang terjadi adalah skandal antara ajudan dengan anak laki-laki bos-nya)

Waktu mandi berdua dengan Jeffri, walaupun aku sekali-sekali mencuri pandang pada ketelanjangan Jeffri, tapi aku berusaha keras mengalihkan pikiran ke hal-hal lain. Maksudnya supaya aku tidak tegang-terangsang dan ngaceng di depan Jeffri. Meskipun demikian, jujur saja, waktu aku baru kenal dengan Jeffri kalau berdekatan dengannya, darahku berdesir, jantungku berdebar dan kontolku ngaceng sejadi-jadinya!. Lama-kelamaan rangsangan seperti itu hanya datang sekali-sekali. Misalnya kalau sedang nonton TV berdua di sofa. Dia kadang-kadang tidak sadar (atau memang sengaja?) merangkulkan lengannya yang kekar ke bahuku, sehingga aku jadi terangsang! Atau jika di kamarnya dia dalam keadaan bertelanjang dada duduk setengah berbaring dengan kedua lengan diangkat ke atas dan tangan diletakkan di belakang kepalanya. Dalam keadaan seperti itu, aku jadi ngaceng, pusing, lemas dan frustasi karena nafsuku menggelegak ingin menikmati tubuh militernya yang ketat dan indah itu, tapi tak tersalurkan!. Biasanya setelah itu aku terpaksa harus ngocok (masturbasi) sampai terpancar airmaniku, untuk bisa menenangkan jiwa dan nafsuku.

Sebagai seorang perwira pilihan, Jeffri orangnya cerdas, correct, tegas, bertanggungjawab, juga ramah. Dia sangat pandai bergaul dan seperti memancarkan aura dan kharisma yang memikat orang di sekelilingnya. Jika aku jalan dengan Jeffri di pertokoan atau pasar (waktu itu di negaraku belum ada mall), cewek-cewek (mungkin juga cowok-cowok homo!) matanya melotot melihat Jeffri-ku yang gagah dan ganteng itu.

Walaupun tidak pernah terjadi "apa-apa" antara aku dengan Jefrri-ku. Selama Jeffri jadi ajudan ayahku aku merasa sangat bahagia. Kalau ada kesempatan ngobrol, berenang, badminton, atau nonton bedua Jeffri, akau merasa seperti sudah memiliki Jeffri-ku untuk selama-lamanya (walaupun aku sadar itu hanya khayalan).

Sekali-sekali kami cerita tentang cewek dan aku (pura-pura) mengimbangi atau menimpali. Waktu itu Jeffri mengatakan ia sedang tidak punya pacar. Tapi dia pernah bercerita tentang pengalamannya dengan cewek-cewek waktu masih jadi taruna akademi militer dan aku coba mengarang cerita pengalaman dengan "cewek-ku". Aku terpaksa berbohong dan mengarang, karena aku harus menyembunyikan ke-homo-anku kepada Jeffri (dan kepada dunia!). Waktu itu aku yakin benar bahwa Jeffri-ku sayang adalah lelaki yang straight (heteroseks)! Sampai pada suatu saat yang mengejutkan, tidak terlupakan, tetapi merupakan kenangan manis yang sangat membahagiakan aku!

Waktu itu kedua orangtuaku ke luar negeri selama seminggu, biasanya jika ayahku ke luar negeri ajudan tidak ikut. Karena kadang-kadang aku juga harus dinas ke luar kota, maka ayahku memerintahkan Jeffri menginap di rumah kami selama beliau di luar negeri. Juga untuk memudahkan kontak per telepon (Waktu itu belum ada handphone dan jaringan telepon di negeriku belum begitu baik). Aku sangat gembira dan di kantor aku segera mengubah jadwal perjalananku ke luar kota. Bukan itu saja, malahan aku miinta cuti 7 hari. Maksudnya agar aku bisa berdua-duaan dengan Jeffri-ku sepuas-puasnya, selama tujuh hari ia menginap di rumah.

Di rumah ada beberapa orang pembantu rumah tangga Tempat mereka tinggal dan melakukan kegiatan adalah di bagian samping rumah (di belakang garasi). Tetapi mereka biasanya tidak perduli dengan apa yang terjadi di rumah besar. Orangtuaku punya villa di pegunungan, tapi aku tak mungkin mengajak Jeffri ke sana. Karena sebagai tentara, dia tidak bisa ke luar kota tanpa izin ayahku dan ada aturannya untuk meninggalkan garnisun.

Hari pertama tidak terjadi apa-apa, Jeffri tidak ke kantor, ada telepon dari ayah dan ibu dari luar negeri. Pagi kami main badminton sepuas-puasnya sampai bermandikan keringat. Selama aku kenal Jeffri, tidak pernah tercium bau badan atau keringatnya olehku. Hanya kadang-kadang tercium wangi sabun mandi, parfum atau deodorannya yang ringan dan samar-samar. Sore dan malam, ada tamu keluarga dekat.

Hari kedua, paginya Jeffri ke kantor. Setelah makan siang, aku masuk di kamarnya, pura-pura mau ngobrol. Seperti biasa, dia telanjang dada dan duduk di atas tempat tidur, bersandar ke tembok beralas bantal. Karena sudah punya maksud tertentu, belum-belum aku sudah terangsang dan salah tingkah. Untunglah Jeffri tidak memperhatikan (atau pura-pura tidak memperhatikan). Aku pura-pura mengambil buku yang ada di tempat tidurnya dan pura-pura membalik-balik. Sementara itu Jeffri membaca surat-surat yang dibawa dari kantor. Aku sudah tidak tahan lagi, dorongan dari jiwaku menggelegak, aku pusing, lemas dan frustasi. Tiba-tiba aku nekat. Aku berbalik, naik ke tempat tidur dan memeluk Jeffri yang telanjang dada itu. Jeffri tampak kaget menghadapi "serangan" itu. Dia salah tingkah, aku yakin dia ingat ayahku - bosnya - dan juga ingat kehornatan dirinya sebagai perwira. Aku tak tahan melihat Jeffri-ku seperti itu. Dengan berlinang air nata aku bilang "Maafkan aku Jeff, ampuni aku Jeff", tapi tidak melepaskan pelukanku padanya. Aku mulai merasakan keras, ketat dan nikmatnya tubuh Jeffri-ku, walaupun aku masih mengenakan T-shirt. Jeffri-ku, perwira yang bijaksana, lelaki sempurna seperti sangat mengerti keadaanku. Dia memelukku dengan tangannya yang kekar dan mengelus-ngelus punggungku.

Aku seperti merasa mendapat "greenlight" dan meneruskan seranganku. Aku ciumi bibirnya, wajahnya, lehernya, dadanya. Puting susunya aku jilati kiri-kanan. Ia menggeliatkan tubuh militernya yang kekar, berotot, jantan. Ia biarkan aku membuka risleting celananya, memelorotkan celana dan kancutnya, menelanjanginya dan lalu menghisap kontolnya yang kurindukan. Ia seperti pasrah dan menurut saja!. Ketika aku sedang asyik mengulum-ngulum kontolnya yang tegang itu, belum sampai terpancar air maninya. Tiba-tiba dia jadi tentara lagi! Dia mencabut kontolnya dari mulutku, aku kaget!. Seperinya dia sadar lagi akan kehormatan dirinya! Aku seperti bukan berhadapan dengan Jeffri-ku yang biasa. Segera dia berbalik, aku didorong ke tempat tidur sampai aku terlentang, dengan kasar aku ditelanjangi, lalu ditindih dengan tubuh militernya yang kekar dan berotot itu, aku menurut saja. Digosok-gosokkan tubuh dan kemaluannya ke badanku yang sudah telanjang bulat. Ketika sudah orgasme, dikeluarkannya air maninya di atas dada dan perutku. Kami berdua mulai berkeringat, apalagi hari agak panas dan kami baru saja selesai makan siang! Jeffri sekarang betul-betul jadi perwira yang memimpin. Dia terus mengerjai aku sepuas-puasnya, membalikkan tubuhku dengan kasar, menunggingkan tubuhku dengan paksa, menyodomi aku dengan kasar. Sepertinya dia bernafsu sekali. Hebatnya, setelah eyakulasi pertama di perut dan dadaku, lalu ngecret di lubang pantatku, dia masih "memerintah" aku melakukan "blowjob" sekali lagi ("ISAP" bentaknya dengan kasar} - dan masih juga spermanya bisa keluar bahkan memancar cukup jauh dan belepotan di mulut dan wajahku. Kemudian aku disuruh menjilati pantatnya dan menyuruh aku menyodomi pantatnya. Aku menurut saja.

Belum puas dia, aku malah diseret ke kamar mandi (di kamar Jeffri ada kamar mandi). Di dalam kamar mandi, dengan paksa aku didudukkan di lantai kamar mandi masih dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian wajah dan dadaku dikencingi. Bahkan tanpa ragu-ragu dengan sengaja dia mengencingi mulutku. Waktu aku mencoba menutup mulutku, ia menahan kencingnya sebentar, dan dengan paksa ia membuka mulutku dengan tangannya yang kekar (mulutku dicangar). Lalu ia meneruskan memancarkan air kencing dari kontolnya yang besar itu langsung ke dalam mulutku :"TELAN" bentaknya. Belum pernah aku mendengar Jeffri bicara keras, tajam dan kasar seperti hari itu. Aku menurut saja, aku telan semua air kencing Jeffri-ku sayang, yang menyehatkan badan itu. Lalu, tanpa memperdulikan aku. dia mandi, airnya menciprati tubuhku. Aku seperti dianggap angin saja. Aku sedih sekali dan merasa bersalah. Setelah mengeringkan badan dengan handuk, ia keluar. Aku sendiri lalu mandi dan mengeringkan badan dengan handuk Jeffri dengan perasaan campur aduk.

Waktu aku ke luar kamar mandi Jeffri, sudah berpakaian seragam lengkap seperti mau pergi. Aku cepat-cepat berpakaian. Tiba-tiba, dengan wajah marah dia membentakku dengan suara keras :"KAMU YANG MULAI". Aku langsung berlutut dan menciumi kakinya, "Ampun Jeff, ampuni aku Jeff, maafkan aku Jeff", kataku mengiba-iba dengan air mata bercucuran dan dengan perasan tidak keruan!

Rupanya Jeffri luluh juga hatinya melihat aku penuh penyesalan. Dia menarik aku ke samping tempat tidur lalu memelukku mesra seperti biasa, "Aku maafkan kamu" bisiknya lirih dan ramah. "Kita tetap sahabat" bisiknya lagi berlinang air mata."Terima kasih Jeff" kataku lagi sambil menangis. Lalu dia berbisik lagi dengan manis dan ramah "Mari kita berusaha jadi laki-laki normal". Ajakannya sangat simpatik, walaupun aku tahu itu tidak masuk akal!.

Dengan pernyataan itu, Jeffri sudah mengakui bahwa di juga punya kecenderungan homoseksual, tapi sebagai tentara sejati, ia berusaha keras mengingkarinya.

Kemudian aku dipeluknya sekali lagi, seperti ia ingin membuktikan bahwa ia benar-benar mengerti dan mau memaafkan aku. Lalu dia berbisik lagi dengan ramah : "Aku ke kantor dulu, ya?" . Kemudian dia berlalu meninggalkan aku di kamarnya sendirian termangu-mangu. Dengan berlinang air mata aku ciumi baju-baju Jeffri yang tergantung di gantungan pakaian. Baju kaosnya, trainingspack-nya, jacketnya, dan pakaian upacaranya. Aku menelungkup sambil menangis di atas bantal Jeffri, sampai tertidur.

Hampir tengah malam baru Jeffri pulang. Aku merasa kesepian. Dia makan malam di kantor.

Esoknya, aku masuk kantor dan membatalkan cutiku. Aku berjanji tidak akan lagi mengganggu Jeffri-ku sayang. Karena aku betul-betul mencintai dan menyayanginya!

Sejak kejadian itu hubungan kami kembali seperti biasa, Jeffri pun tidak berubah sikap padaku. Dia tidak pernah mempermasalahkan kejadian itu. Yang lewat ya sudah ! Kami tetap bersahabat, ngobrol, nonton TV, badminton, jogging, berenang bersama, mandi bersama tanpa insiden. Aku tetap diterima baik jika masuk ke kamarnya. Sekali-sekali, aku masih berdesir, berdebar dan tegang-terangsang jika dekat-dekat dia. Apalagi jika ingat peristiwa yang campur aduk antara : nikmat, sedih, menyesal, takut, dan merasa bersalah itu !.

Dua bulan setelah peristiwa itu ayah mendapat jabatan baru di luar negeri. Jeffri kembali bertugas ke pasukan. Tempat tugas yang selama dia jadi ajudan ayahku, selalu ia rindukan. Sebagai tentara sejati ia merasa tempatnya di pasukan. Kariernya terus menanjak karena memang dia hebat!. Aku bangga pada Jeffri-ku.

Sekarang bintang sudah ada di bahunya. Dia berkeluarga dengan isteri cantik dan punya anak-anak yang cantik dan ganteng. Jika aku jumpa Jeffri ia selalu ramah, kami berpelukan, dan dia tetap bersikap seperti saudaraku.

Sabtu, 14 Juli 2012

Dua Dunia

Aku dilahirkan dari keluarga yg sangat taat beragama. Sejak dari kecil aku selalu menjadi anak favorit bagi orang tua dan guru-guruku di sekolah (terutama guru perempuan), karena disamping perilaku yg manis, aku selalu menjadi juara kelas sejak kelas 1 SD sampe kelas 3 SMA. Kondisi ini terus berlanjut ketika aku memasuki bangku kuliah. Aku lulus dari perguruan tinggi sebagai lulusan terbaik, sehingga makin bertambahlah kebanggaan orang tuaku terhadapku. Di mata mereka aku adalah anak yg patut dibanggakan sehingga banyak Saudara-Saudara maupun teman ayah dan ibuku yg ingin menjodohkan aku dengan putrinya. Apa lagi secara fisik, banyak orang bilang aku punya tampang yg cukup ganteng dan manis dengan kulit yg kuning dan bersih. Teman-temanku juga bilang bahwa aku orang yg enak diajak bicara sehingga mereka betah ngobrol atau mendengarkan aku bicara sampe berjam-jam. Singkatnya di mata orang-orang disekitarku, aku layaknya seperti malaikat, tapi seandainya mereka tahu ada hal lain dalam diriku yg tidak mereka ketahui, aku yakin mereka akan berubah pandangan seratus delapan puluh derajat.

Kehidupandi dunia yg berbeda mulai kukenal sejak aku lulus dari perguruan tinggi dan mulai mencari pekerjaan. Sebagai lulusan terbaik dari sebuah universitas yg terkemuka tidaklah sulit bagiku untuk mencari pekerjaan. Hanya dalam waktu satu bulan aku sudah mendapat panggilan dari beberapa perusahaan besar. Saat itu aku datang memenuhi panggilan wawancara dari salah satu perusahaan besar yg berkantor di daerah segi tiga emas Jakarta. Yang mewawancaraiku saat itu adalah kepala bagian SDM, Pak Erik namanya. Aku dipersilahkan menunggu di ruang rapat kecil, saat itu waktu menunjukkan pukul 10.55.

Tepat pukul 11.00 seorang pria ganteng masuk ke ruangan itu dan menyapa:”Saudara Adi?”. Aku berdiri dan menjawab “Saya Pak”. Aku tak menyangka bahwa Pak Erik masih begitu muda dan tampan. Kulitnya kuning dengan wajah bersih, tubuhnya pun atletis menunjukkan kalau dia seorang yg rajin berolah raga. Dari wajah dan cara bicaranya aku menyimpulkan bahwa dia orang yg ramah dan enak diajak bicara. Menurut perkiraanku umurnya masih di bawah 30-an. Pak Erik mengajakku bicara seperti seorang teman sehingga perasaan tegang yg kurasakan jadi hilang. Tak terasa kami ngobrol hampir satu jam dan saat itu aku merasa seperti sudah mengenalnya cukup lama. Selama pembicaraan itu, aku tidak lepas-lepas menatap wajahnya yang tampan. Bibirnya, hidungnya dan matanya begitu mengagumkan. Namun setiap kali ia memandangku aku segera menundukkan pandangan. Takut ketahuan kalau aku mengagumi wajahnya. Aku juga merasa bahwa dari tadi Pak Erik terus saja menatap mataku, dan kurasakan ada yg lain dari caranya memandang.

“Wah, nggak terasa sudah satu jam lebih kita ngobrol, saya pikir kamu punya kualifikasi yg sangat tepat seperti yg dibutuhkan oleh perusahaan ini. Tapi supaya kita bisa bicara lebih banyak, bagaimana kalau nanti malam kita lanjutkan obrolan kita sambil akan malam?” Katanya padaku. Aku terkejut tapi senang dan langsung menjawab “Dengan senang hati Pak, dimana dan jam berapa Pak?” Pak Erik menyebutkan sebuah kafe di bilangan Kuningan dan memintaku datang tapat jam 8.00 malam. Lalu ia berkata,” Mulai sekarang dan selanjutnya, kamu jangan panggil saya Bapak lagi, panggil saja nama saya atau kalau kamu rikuh, cukup panggil saya Mas”. “Baik Mas”, jawabku. Lalu Mas Erik menjabat tanganku sambil menatap mataku lekat-lekat dan tersenyum. “OK sampai ketemu nanti malam” katanya. Aku merinding merasakan jabatan tangannya yg hangat, tatapan dan senyumnya yg manis, sehingga hanya bisa mengangguk dan mohon pamit.

Malam itu aku berusaha tampil sekeren mungkin karena aku ingin menarik perhatian Pak Erik. Ketika aku sampai di kafe tersebut Mas Erik sudah menunggu. Kami ngobrol ngalor ngidul sambil makan. Dari obrolan tersebut aku tahu bahwa dia belum menikah dan tinggal sendirian di apartemennya. Di sela-sela obrolan kami dia berkata,”Kamu kelihatan ganteng sekali malam ini Di, saya jadi nggak puas-puas ngeliatin kamu”. Mendengar pujiannya aku jadi tersipu dan menjawab,”Ah Mas Erik bisa saja, saya pikir saya yg seharusnya berkata begitu kepada Mas Erik”. Mendengar jawabanku dia hanya tersenyum manis penuh arti.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, Mas Erik memanggil waiter untuk membayar. “Karena apartemen saya nggak jauh dari sini, kamu harus mampir ke apartemen saya, supaya kita bisa melanjutkan obrolan kita”, katanya. “Wah sudah malam Mas, nanti saya pulang nggak ada kendaraan umum lagi” jawabku lugu. Mas Erik hanya tersenyum dan berkata,”Jangan khawatir, nanti saya antar”. Aku hanya diam dan tidak bisa lagi menolak, lagipula di dalam hatiku sebenarnya aku juga masih ingin terus bersamanya. Terus terang, selama bersamanya aku merasa begitu senang dan nyaman seperti bersama seorang kakak.

Sesampai di apartemennya, Mas Erik menghidangkan minuman yang ketika akan kuminum tercium bau alkohol, namun supaya tidak menyinggung perasaannya aku meminumnya sedikit.

Kami duduk di sofa yg menghadap ke televisi dan Mas Erik duduk di samping kiriku. Mas Erik mengambil remote dan menyalakan tivi lalu berkata, “Kita nonton film aja ya Di, acaranya nggak ada yg bagus nih”. Tanpa menunggu jawabanku Mas Erik langsung menyetel VCD. Betapa kagetnya aku ketika menyadari bahwa film yg disetel adalah blue film, dan yang lebih menyebabkan aku shock, pemeran dalam film tersebut semuanya lelaki muda bule yg gagah dan ganteng dengan tubuh yg atletis. Mataku terpana ke televisi karena baru kali ini aku menyaksikan blue film yg seperti ini. Tiba-tiba aku merasakan udara hangat di telinga dan leher kananku. Mas Erik memelukku dari belakang dan membisikkan di telingaku,”Di, aku bener-bener suka sama kamu, aku nggak kuat lagi menahan diri”. Aku hanya diam dan memejamkan mata. Untuk beberapa saat aku diliputi perasaan takut dan tegang yg tak terhingga, namun lama kelamaan aku mulai menikmati sentuhan-sentuhan dan ciumannya.

Mas Erik melumat bibirku hingga aku sulit bernafas, lidahnya kurasakan bergerak-gerak di dalam mulutku dan sekali-kali kurasakan ia menggigit kecil bibirku. Tanpa terasa, Mas Erik telah melucuti pakaianku hingga tinggal celana dalamku yang mini dan berwarna putih dan memperlihatkan bayangan penisku yg sudah tegang dan membesar. Mas Erik terus mencium dan menjilati sekujur badanku, mulai dari leher, dada, perut, punggung, paha, betis, sampai ke jari-jari kakiku sambil melepaskan celana dalamku. Namun yg paling membuat aku merasa melayang dan melenguh kenikmatan adalah saat ia menjilati puting payudaraku, menciumi pantatku dan menjilati anusku sambil meremas-remas penisku. Aku sampai gemetar penuh kenikmatan ketika merasakan Mas Erik menyelipkan lidahnya di sela-sela liang anusku yang disibakkannya.

Aku bersandar ke sofa sedangkan kakiku kuangkat ke atas, sedangkan Mas Erik berlutut di hadapanku sambil terus menjilati dan mengigiti pantatku. Tak lama setelah itu, Mas Erik meraih penisku yg sudah dari tadi sangat tegang hingga kepalanya jadi mengkilat dan Mas Erik mulai menciumi, menjilat dan mengulumnya dengan lembut sampai ke pangkalnya, sambil memaju mundurkan kepalanya. Aku merasakan nikmat yg tak terkira hingga tanpa sadar aku menyebut-nyebut namanya sambil meremas-remas rambutnya. Kira-kira sepuluh menit kemudian aku merasakan kenikmatan semakin memuncak dan penisku seperti mau meledak, sampai akhirnya spermaku muncrat dalam jumlah yang banyak sekali langsung ke dalam tenggorokannya. Bukannya berhenti, Mas Erik malah makin kuat menyedot penisku dan menelan seluruh spermaku sehingga membuat tubuhku kejang kurang lebih selama setengah menit untuk selanjutnya jatuh lemas. Mas Erik tersenyum dan kemudian mencium bibirku sehingga aku dapat mencium aroma sisa-sisa spermaku yang ada di mulutnya.

Kami terdiam beberapa saat, sebelum kemudian Mas Heri telah berdiri telanjang dihadapanku dengan penisnya yang mengacung. Mas Heri membimbingku untuk mengulum penisnya. Penis Mas Erik tergolong besar untuk orang Indonesia. Berwarna kemerahan dan sedikit lebih besar dari penisku. Panjangnya kurang lebih 16-17 cm dan diameternya pas sekali untuk genggaman tanganku. Aku meniru teknik-teknik yang dilakukannya kepadaku. Mula-mula aku hanya bisa mengulum setengah penisnya namun lama kelamaan aku dapat mengulum sampai ke pangkal penisnya sehingga aku mencium jembutnya yg tipis tercukur rapi dan merasakan denyutan kepala penisnya yg hangat di tenggorokanku. Mas Erik memaju mundurkan kepalaku sampai akhirnya ketika kurasakan penisnya semakin tegang dan besar ia mendorong kepalaku menjauh kemudian menyemprotkan spermanya yang muncrat kemana-mana sehingga meluuri mukaku dan sebagian masuk ke mulutku. Baru saat itu aku menyadari kenapa Mas Heri menelan spermaku. Ternyata sperma itu memiliki aroma khas yg merangsang dan rasanya sedikit manis. Aku pun menjilati kembali penis Mas Heri sampai semua sisa-sisa sperma yang ada dipenisnya bersih. Hal ini rupanya membuat tubuh Mas Heri bergetar dan ia mengerang penuh kenikmatan. Mas Heri lalu menjilati sisa-sisa spermanya yang ada di wajahku lalu melumat bibirku sehingga kami berbagi rasa spermanya yang segar itu.

Selanjutnya ia berbaring di sofa dan meletakkan kepalanya di pangkuanku dan tak terasa kami berdua tertidur sampai pagi di sofa tersebut dalam keadaan telanjang bulat. Untungnya aku tinggal di rumah kos sehingga tidak ada seorangpun yg akan mencariku walaupun aku tidak pulang semalaman.

Sejak itu Mas Erik dan aku menjalin hubungan yg dekat sekali, apalagi setelah aku diterima bekerja di Perusahaan yg sama. Seringkali aku tidak pulang ke kos tapi menginap di rumahnya. Namun tidak ada orang lain yang tahu tentang hal ini selain kami berdua. Sampai sekarang walaupun aku sudah pindah bekerja ke perusahaan lain, kami masih sering berhubungan. Namun demikian kami sepakat bahwa hubungan kami tersebut tanpa komitmen apa-apa, karena kami sadar bahwa tidak ada masa depan untuk hubungan seperti ini. Jadi kami nikmati saja apa yg bisa dinikmati, tanpa harus membatasi ruang gerak masing-masing.

Begitulah, aku akhirnya seperti hidup di , yang satu duniaku sebagai seorang gay/bisexual, di sisi lain aku harus berperilaku sebagai orang suci di hadapan orang tua, keluarga, teman-teman dan kolega-kolegaku. Bila saja mereka tahu sisi lain dari hidupku, aku tak sanggup membayangkan sikap mereka terhadapku.

Jumat, 13 Juli 2012

Denyut Nadi

Perlahan aku membuka pintu kamar kami. Lampu sudah dipadamkan, Temaram bohlam lorong menjadi penerangan seadanya untuk memandu langkahku di kegelapan ruang. Tanpa suara aku meletakkan ranselku di lantai sembari berjinjit mengambil baju ganti dari lemari. Bang Haryo, teman senior sepekerjaanku sudah lelap. Seperti biasa, udara panas dan kelembaban kamar itu memaksanya tidur terlentang hanya dengan mengenakan secarik celana dalam.

Sudah berbulan-bulan Bang Haryo menjadi fantasi dini hariku. Setiap kali aku terpana melihat bulu ketiaknya yang menyeruak lebat dalam posisi tidurnya yang menggemaskan itu. Ketika tidur, Bang Haryo tidak begitu berbeda seperti kerbau yang kelelahan. Sangat sulit untuk membangunkan tubuh kekar itu dari mimpi indahnya. Dengan mengetahui kebiasaan itu aku mulai menggerayanginya beberapa minggu yang lalu. Walaupun diam-diam aku tetap berharap bahwa permainanku nakalku hingga kini belum ia sadari.

Namaku Warto. Sekitar tiga bulan yang lalu aku mulai bekerja di ibukota. Yah, bukan sesuatu yang dapat aku banggakan, tetapi bayarannya lumayan untuk dapat aku tabung dan aku kirimkan ke orangtuaku di kampung. Aku bekerja di sebuah rumah makan terkenal yang memiliki beberapa cabang. Dan untuk sedikit menghemat pengeluaranku, aku menerima tawaran dari bos-ku untuk menjadi penjaga rumah keluarga ini ketika shift sudah usai. Begitupun Bang Haryo, beliau sehari-hari bekerja menjadi supir perusahaan ini. Anak dan istrinya dengan setia menunggunya di sebuah desa di Jawa Tengah. Dan ketika tugas hariannya sudah usai, beliau merangkap sebagai penjaga rumah ini pula. Yang menemaniku di kamar yang panas ini.

Pikiran nakal yang datang setiap malam ini membuat suhu tubuhku meningkat. Kegerahan segera menyerang yang membuatku dengan sigap melucuti hampir semua busana yang sedang kupakai. Perlahan aku duduk di atas matras kapuk itu. Sebagai uji coba, aku berusaha mendorong Bang Haryo untuk melihat reaksinya. Dan seperti yang sudah kuperkirakan, beliau hanya mengerang lemah dan kembali melalang buana di dalam alam bawah sadarnya.

Tanpa permisi lebih lanjut lidahku mulai merajalela di bebuluan yang merimba di ketiaknya. Aromanya khas Bang Haryo. Sangat jantan. Ah ingin sekali rasanya aku bersetubuh dengan beliau. Kerinduan untuk didekap oleh tubuh keras ini. Sembali memandikan ketiaknya dengan lidahku, jari jemariku mulai bermain-main di atas putingnya yang mulai mengeras. Bulu- bulu halus mengelilingi puting lelaki itu. Tentunya hal itu berefek dengan mulai mengerasnya alat kelamin beliau dari balik celana dalamnya. Dengan nakal kugigit-gigit putingnya, dan kujilat-jilat untuk memberikan kehangatan lebih mendalam. Kepala kontolnya perlahan menyembul dari bukaan paha celana dalam itu. Inilah saat-saat yang aku nantikan.

Perlahan aku melebarkan bentangan paha kekarnya. Tanpa menyentuh batang itu aku mulai mengulum helm coklat muda yang menjadi ujung auratnya. Dengan hati-hati aku sibakkan batang kelelakian itu keluar dari sarangnya. Setiap kali aku selalu terhenyak menyaksikan betapa gemuknya kontol Bang Haryo, bahkan ketika posisi masih semi tertidur seperti ini. Dengan berbagai usaha aku berhasil memasukkan seluruh batang gemuk itu ke dalam mulutku. Sedikit-sedikit aku mulai mengenyut dan menghisap.Dapat kurasakan bagaimana kejantannya mengembang dalam mulutku. Ketika kepala helm itu mulai menyentuh dinding kerongkonganku, aku mulai melonggarkan hisapanku. Dengan tetap memamahbiak aku mulai menarik kepalaku menjauh dari buluh kenikmatan itu.

Wah, besar sekali, pikirku, ketika sudah melihat barang itu tegang seperti tiang bendera. Terbersit pikiran untuk menduduki batang ini. Tapi aku masih takut, kontol besar itu sepertinya akan sangat menyakitkan untuk dimasukkan ke dubur perawanku. Yah, saat ini sepertinya aku hanya dapat menikmatisigar coklat lezat ini dengan kuluman bibirku. Lidahku kembali beraksi dengan menjilati buah zakarnya yang menggantung di balik hutan jembut yang sangat lebat itu. Lelaki sejati memang tak perlu sibuk mencukur-cukur bulu aurat. Satu persatu aku kulum biji peler beliau yang hangat itu. Sembari tanganku sibuk meremas dan menggenggam batang coklat indahnya. Setelah puas bermain-main dengan barang pribadinya selama kurang lebih setengah jam, kini saatnya aku mendapatkan minuman protein kesukaanku, pikirku.

Seranganku kini kufokuskan pada kepala kontolnya. Dengan napsu birahi aku mengulum dan menelan batang keras itu semampuku. Gerakan naik turun dan memutar kepalaku nampaknya berimbas pada kenikmatan beliau. Bang Haryo mulai meringis dalam mimpinya. Dari dalam mulut, ujung lidahku terus melakukan stimulasi pada lubang kencingnya yang mulai membesar untuk persiapan banjir bandang ini.

Saatnya sudah tiba. Bang Haryo mengeluarkan erangan kasar dari mulutnya. Pantatnya mulai mengeras dan tiba-tiba pangkal pahanya disodokkan ke dalam mulutku yang tetap menjaga hisapan nikmat yang dapat aku berikan. Tiga semburan besar segera memenuhi rongga mulutku dengan susu kelelakian yang kunanti-nantikan itu. Sembari menampung banyaknya semburan, aku berusaha sedapat mungkin menelannya dengan lahap. Dengan santai aku menunggu sebentar, aku sudah mengenghafalkan enerji ejakulasi lelaki kekar ini. Sedikit hisapan dan kuluman kemudian beliau kembali menyemburkan susu kentalnya untuk aku nikmati lebih lanjut. Hal ini berulang- ulang terjadi selama lima menit kedepan. Tentu saja buah zakar nan besar itu pastinya memiliki banyak simpanan protein untuk dinikmati orang yang tahu cara menikmatinya. Ketika semuanya sudah reda, dan kontol gemuknya mulai melemas, aku segera membersihkan tetesan-tetesan mani yang berserakan pada bebuluan dan buah zakarnya dengan lidahku. Bahkan ketika sudah lunglai sekalipun aku masih dapat membuatnya menggelinjang dengan sedikit perasan yang akan mengeluarkan lelehan-lelehan terakhir dari lubang kencingnya. Sekali lagi kemudian aku bersihkan dengan lidahku dan aku telan sisa-sisa mani lengket itu dengan napsu birahiku.

Kenyang rasanya minum segelas susu protein dari Bang Haryo langsung dari sumbernya. Napsu birahiku yang masih di atas awan segera aku bawa ke kamar mandi untuk pelampiasan masturbasi dengan membawa bayangan Bang Haryo di benakku. Aku bergegas mengambil pakaian ganti, handuk dan peralatan mandi lainnya sebelum merapihkan celana dalam Bang Haryo dan meninggalkannya terlelap kembali.

Ketika pintu kamar itu tertutup kembali. Haryo mulai membuka matanya dan tersenyum dengan kepuasan luar biasa.

“Bodoh sekali anak itu, sampai kapan dia mengira bahwa aku tidak mengetahui layanan extranya yang dia berikan hampir setiap malam ini?”

Haryo segera memeluk guling dan membayangkan tubuh muda Warto yang lugu dan menjanjikan. Bayangan Warto yang berlari ke kamar mandi dengan celana dalam tipis yang memamerkan sepasang pantat bulat dan kenyal itu membawanya kembali ke alam mimpi dengan senyum tipis tersungging.

Kamis, 12 Juli 2012

Gara-Gara Gak Jadi Liburan Ke Bali

Perkenalkan nama gw Rio umur gw 18 Tahun, gw sekolah di SMU Negeri di Jakarta Selatan sekarang gw udah kelas 3 dan dikit lagi pengen menempuh Ujian Nasional tapi itu masih lama, masih ada 4 bulan lagi ngehadapin UN. Sekarang lagi liburan sekolah karena abis Ujian Akhir Semester dan gw liburan hanya dirumah aja karena bokap dan nyokap gw sibuk dengan pekerjaan mereka yang padet banget paling kalo ada waktu luang saat libur nasional aja, itu aja kalo mereka gak ada janji sama rekan kerja mereka jadi lah gw sendiri trus di rumah.

Kalo dirumah paling cuman maen Basket juga Berenang dan ngajak temen temen gw maen Futsal di Senayan. Kalo udah bosen paling ngenet dirumah trus tidur deh.Dasar anak SMU banget, gw paling males jalan ke Mall kalo alasannya cuman mau nongkrong soalnya gw paling gak suka sama kegiatan yang bikin bosen itu. Pagi hari pas pertama kali libur sekolah gw udah bt karena nyokap dan bokap gak ngijinin gw tuk jalan jalan sama temen sekolah gw ke BALI tuk tahun baruan. ”Mam… Rio mau jalan sama temen ke BALI lusa tinggal beli tiket doang ma, bolehnya?” ”Duh.. Rio kamu mau ngapain di BALI disana juga lagi ada musibah kan! Kamu tahu kan Gelombang di pantai lagi tinggi tingginya jadi mama gak setuju kamu ke BALI mendingan kamu disini aja sama temen temen kamu, kamu boleh deh bakar bakaran kaya tahun lalu.” ”Mam… disini udah gak ada temen lagi mam.., meraka udah pada ke BALI hari ini makanya Rio mau nyusul mereka ma! bolehnya?”

”Duh… kamu Rio kamu kan sudah besar kamu harus turut kata Mama dong! Papa sama Mama sibuk banget ne kejar target tuk akhir tahun” seru bokap gw sambil ngotak-atik Laptop kerja dan tangannya sambil mau nelpon. ”Tuh kamu dengar kan nak! Papa aja gak setuju kalo kamu mau ke BALI! Pokoknya setelah Mama dan Papa selesain kerja ini semua kita akan berlibur di BALI dan kamu mau apa aja mama dan papa akan beliin deh asal kamu tahan nafsu kamu untuk Ke BALI sekarang gimna!” Seru nyokap gw sambil ngelus kepala gw ”Em…. oke deh!” Seru gw seneng tapi dihati cembetut juga kesel banget ”Good! Nice Boy!”Seru bokap gw sambil nutup laptop dan jalan keluar rumah tuk berangkat kerja.

”Oh… iya Rio bilang sama Bibi nanti masaknya agak lebih banyak soalnya nanti ada client Papa mau nginep disini dan bilang juga sama Bibi makanannya yang enak enaknya!” ”Ok bos!” ”Pa… tunggu Mama dong!” Seru nyokap sambil mencium kening gw dan keluar menuju mobil. Setelah nyokap dan bokap pergi kekantor gw langsung ke dapur dan kasih tahu pesen Bokap ke Bibi. ”Bi! Kata Papa nanti masaknya yang enak juga spesial soalnya ada tamu Papa!

Oh iya Bi jangan lupa beres beres tuk kamar tamu soalnya, tamu papa mau nginep Bi!Jangan lupanya Bi!” ”Oke den Rio! Sekarang Bibi kepasar dulu!” ”Ya udah, oh iya Bi!ada Mas Herri gak?” ”Ada den!Herry lagi cuci Mobil aden!” ”Ya udah!” Seru gw ke bibi dan gw langsung pergi ke halaman depan mau bilang ke Mas Herri kalo kolam renang harus dibersihin soalnya nanti ada tamu, kan gak enak kalo ada tamu rumah kotor! hehehe. Oh iya Bibi dirumah gw itu namanya Bi Hasnah dan Mas Herri itu dirumah sebagai satpam, tukang kebun juga semua semua yang berat deh. Bi Hasnah itu umurnya udah 50an lah dan Bibi Hasnah itu udah kerja sama keluarga gw udah sejak Nyokap dan Bokap Nikah dan Kalo Mas Herri ini kira kira masuk kerja pas gw kelas 3 SMP deh dan umurnya Mas Herri ini 27 Tahun masih muda tapi belum mau kawin, nyokap udah nyuruh Mas Herri kawin tapi dia bilang. ”Tunggu Tahun depan Nyonya uangnya belum terkumpul banyak!” Kata mas Herri ke nyokap dan nyokap gw ketawa aja, pokoknya di rumah gw itu semua udah jadi satu keluarga. ”Mas nanti kolam renang tolong bersihinnya soalnya nanti ada tamu Papa mau nginep disini, kan kolam udah kotor tuh! tolong dibersihinnya Mas! Oh iya Mas Her pas mas bersihin Mobil Saya ada CD Judulnya X2 gak di dalam mobil?” ”Wah den! Saya baru ngebersihin luarnya aja tuh! Nanti den saya cari CDnya deh, emang isi CDnya apa den?” seru Mas Herri sambil senyum kearah gw! ”Isi CDnya juga belum tahu mas soalnya itu punya temen yang ketinggalan di mobil! Mang Mas Herri pikir apa?Je… kotor pikirannya! Udah mas kawin deh cepet!” Seru gw sambil ketawa dan kedalem rumah ”Duh aden ngeledek ne!” seru Mas Herri sambil nyipratin busa kearah gw dan gw cepet kabur….. Setelah gw ngeledek Mas Herri gw kebelakang rumah mau olah raga dan gw ambil bola basket dan langsung kebelakang maen basket. Lagi asik asiknya maen basket mas Herri dateng dan nepak bola basket gw yang lagi gw shut ke arah ring dan bolanya kelempar ke kolam renang! ”Ya bolanya masuk kekolam renang deh!” ledek mas herri sambil ketawa ”Wah sialan loe mas! gw lagi asik maen basket ne!” ”Ya siapa suruh tadi ledekin Mas!” ”Oh bales dendam ne! Ok kalo gtu!” Seru gw dan Mas Herri senyum senyum doang sambil kedua telapak tangannya ngasih salam kaya orang sunda gtu! susah ngejelasinya pokonya kay gtu deh!. ”Mas ambil dong bolanya! gw mau maen ni!” ”Loh katanya musuh ambil sendiri dong! Kan bisa berenang!” ledek Mas Herri ke gw ”Ya udah awas aja loe nanti Mas gw bales!” seru gw sambil ngepal ke arah dia dan mas herri berlagak nangkis dan tersenyum. Akhirnya gw lepas baju gw yang udah keringatan dan gw langsung lompat ke kolam yang kotor banyak daun daunan dan Byur… suara badan gw menghantam air kolam dan langsung gw ambil bola basket gw dan gw berenang ke bibir kolam renang pas gw naik, Mas Herri nyeletuk sambil ketawa ke arah gw, ”Emang kalo pagi bawaanya nafsunya tinggi pangilan pagi aja belum kelar kelar” ”Maksudnya apa sih mas!” ”Tuh den punya aden lagi bangun gede banget tuh!” gw denger kaya gtu kaget dan pas gw liat gw lagi telanjang bulet dan kontol gw lagi konak gara gara bawaan pagi hari dan gw cepet nutupin kontol gw yang gede dengan bola, pas gw liat ke kolam celana gw lagi pengen tengelam didasar kolam.

Gw emang gak pernah pake celana dalam kalo dirumah apalagi kalo mau tidur itu adalah kesuakaan gw. ”Ye… seneng banget loe mas! awas loe bener bener gw bales semua ne gara gara loe mas! coba gka loe buang bolanya pasti gak bakal gini” ”Ye… kok salahin mas sih! salah aden dong kenapa celananya gak dikencengin dulu dan salah aden kenapa gak pake celana dalem!” ”Seterah gw dong hak gw!”seru gw sambil natap mas Herri kesel dan muka gw memerah karena malu, untung aja dirumah cuman ada gw sama mas Herri aja soalnya bibi lagi kepasar. Setelah gw kesel keselan sama Mas Herri gw langsung masuk kedalam rumah sambil telanjang bulet sambil nutupin kontol gw dengan bola basket dan pantat gw gw tutupin pake tangan gw malu gila! ”Mas malu dong! hehehe” seru Mas Herri nyamperin gw yang lagi jalan ke dalam rumah sambil basah basahan, gw langsung ke belakang ambil handuk gw dan gw langsung handukan. Setelah gw handukan bola basket yang gw pegang gw lempar kearah mas Herri dan dia langsung nangkep ”Je…. masih ngambek!” ”Diem agh Mas!” seru gw kesel sambil jalan ke arah kamar gw dan pas gw naik tangga tangan mas Herri narik handuk gw dan handuk gw pun lepas dengan keadaan gw telanjang gw jatuh dibadan mas HErri dan muka gw dan muka dia berhadapan dan paling gw kaget bibir gw dan bibir mas Herri saling nempel. Gw diem sejenak sampai gw terasa kalau kontol gw konak dan gw langsung bangun dari tubuh mas Herri dan ngedumel ”Ngapain sih mas ngelakuin kaya gini nyari bahaya aja tau gak sih!” seru gw kesel sambil ngambil handuk gw dan gw handukan ”maff den saya cuman becanda!” seru mas Herri sambil menyeluput lidah dibibirnya ”becanda loe mas gak lucu!” seru gw sambil naik ke kamar gw dan mas Herri nyusul ke kamar gw sambil mohon maaf karena bercandaanya bikin gw kesel.

”Den rio maffin saya den! saya cuman becanda doang!”seru mas Herri sambil narik tangan gw dan berlutut kaya mau sungekman, tindakan mas Herri ne gak wajar buat gw dengan sungkeman kaya gini biasanya mas Herri tahu kalo gw cuman boongan doang kalo marah ke dia tapi ne kaya beneran. ”Mas Her… apa apaan sih, awas agh..” “Maffin Mas Herri dulu den!” Seru mas Herri sambil megang paha gw yang terselimuti handuk dan tiba tiba aja handuk gw melorot dan kontol gw yang konak ada didepan muka Mas Herri. Mas Herri yang ngeliat keadaan kontol gw yang konak tanpa gw kira kontol gw dipegang dan disepong sama Mas Herri dengan cepat dan seluruh batang juga kepala kontol gw juga biji peler gw juga.

Gw kaget, ”Mas jangan, apa apa sih agh… agh…. mas!” seru gw tapi gw menikmati apa yang dikasih mas Herri saat itu sampai akhirnya gw menikmati sepongan Mas Herri ke kontol gw dan ini pertama kali gw disepong dan ngelakuan seks sejenis dan saat mas Herri menikmati komtol gw, gw langsung ngelepas kontol gw dari mulut Mas Herri ”kenapa den? aden suka kan!” ”egh…” anguk gw ”trus kenapa aden lepas, aden gak mau!” ”Kunci kamarmnya mas!” Seru gw dan mas Herri kaya nerima perintah dan langsung dilakukan dan tubuh gw langsung ditindih oleh tubuh mas Herri yang cukup atletis dengan otot tangan yang mulai terbetuk dan muka mas Herri berhadapan dengan muka gw ”Ini yang mas Herri tunggu dari dulu!” ”Apa mas?” ”Mau menikmati tubuh aden yang bersih ini!” ”Nah mas sekarang Rio udah ada di depan mas Herri sekarang lakuin lah!” seru gw mancing mas Herri sambil memejam kan mata. Langsung mas Herri mencium bibir merah gw dengan nafsu dan gw pun menikmati ciuman sejenis ini dan gw juga binggung kenapa gw dapet menikmati ciuman ini padahal gw lagi suka sama temen cewek di sekolah gw, tapi gw buang rasa itu dan gw menikmati permainan ciuman mas Herri.

Bekas kumis yang dicukur menyentuh kulit pipi gw dan gw bertambah nafsu dan gw peluk erat tubuh mas Herri yang masih pake kaos dan celana. Tubuh gw dicium sama Mas Herri mulai dari kepala, leher, pentil gw, ketek, perut, sampe ke kontol gw dan biji gw sampai dubur gw pun dijilatin sama Mas Herri. ”Mas kenapa mas jilatin ketek dan dubur Rio, agh…. agh…” ”Enak banget den! Mas suka sama bau badan den Rio!” ”agh… mas… Herr!! agh… trus mas Rio suka!” seru gw ke mas Herri yang lagi nyepong kontol gw yang cukup panjang sekitar 17 cm dan gedenya tiga jari tangan gw. ”sluprs… sluprs… sluprs…”suara sepongan mulut Mas Herri yang didalamnya ada kontol gw ”Mas buka bajunya dan celananya dong agh…. agh…. Rio juga mau liat! agh… agh…” akhirnya Mas Herri buka baju dan celana yang dipakai sambil nyepong gw dan mas Herri langsung ngasih kontolnya ke arah gw dan gw sama Mas Herri main 69 dan saat gw liat kontol Mas Herri yang gedenya kaya botol coca cola dan panjangnya kira kira 20 cm hal itu bikin gw panik dan takut karena ini pertama kali gw nyepong kontol.

” Kok diliatin aja den! isep aja nanti juga suka malah nambah!” seru Mas Herri sambil nyepong lagi ”Iya mas…agh… agh…!!” gw beraniin diri nyepong kontol gede ini saat gw jilat ada rasa asin diujung lobang mungkin itu namanya percum dan gw menikmati aroma jantan Mas Herri dan langsung gw embat kontol gede itu ”Sluprs… Slurps…. sluprs…. ” suara mulut gw ngejilat kontol gede Mas Herri dimulut gw tapi gak masuk semua soalnya gede banget gw gak tahan banget akhirnya gw emut kepala yang merah keunguuan dengan nafsu dan Mas Herri semakin cepat nyepong kontol gw terkadang emut biji peler gw dengan rakus, ”mas… agh… egh…. Rio… agh… gak tahan mau keluar agh… mas…. Rio keluar….! Agh… agh….” Air mani gw masuk kedalam mulut Mas Herri dan masuk kedalam tubuh Mas Herri semua. Mas Herri masih aja nyepong kontol gw yang mulai lemes dan masih ngeluarain air kenikmatan gw masih nyepong kontol Mas Herri yang gede itu didalam mulut gw dan Setelah kontol gw lemes Mas herri maksain kontol gw trus bangun dengan nyepong dan nyedot nyedot sampai akhirnya kontol gw bangkit lagi dan lebih kenceng dan Mas Herri semakin beringas nyepongnya dan Saat gw nyepong kontol Mas Herri tiba tiba aja kontol Mas Herri berdenyut kecang dan panas. Crot.. crot.. crot… crot… air mani Mas Herri masuk kedalam mulut gw dan banyak banget sampe gw kesedek dan gw lepasin kontol Mas Herri yang lagi ngeluarin air mani yang masih banyak dikasur gw namun langsung gw buru buru gw sepong kontol Mas Herri dan air mani yang asin sedikit manis masuk kedalam mulut gw dan gw telen semua, awal rasa yang aneh muncul tapi itu gw buang jauh jauh dengan terus menikmati kontol Mas Herri yang masih konak aja padahal udah keluar. “Mas udah agh… agh… Rio mau pergi agh.. agh… mas lepasin kontol gw agh…!” seru gw ke Mas Herri dan Mas Herri begitu kecewa disuruh ngelepasin kontol gw dar mulut dia. ”kenapa Den?aden gak mau!”

”Gak mas, gw udah ada janji sama Abi juga sama temen temen gw mau jalan! kalo mau nanti aja kalo gak kapan deh lagi!” seru gw sambil bangun dan duduk disamping Mas Herri dan memeluk tubuhnya sambil megang kontol yang masih tegak berdiri dan sambil mencium leher Mas herri. ”Ya udah den, tapi aden harus ngeluarin dulu air kenikmatan punya aden di badan Mas sambil aden ngocok! boleh kan den!” seru Mas Herri ke gw dan gw menganggukkan kepala berarti setuju dan gw coli didepan muka Mas Herri terkadang gw masukin kedalam mulut Mas Herri dan Mas Herri gak mau ngelepasin dan malah coli pake mulut hot Mas Herri dengan beringas Mas Herri nyoliin kontol gw dengan mulutnya dan Crot… crot… crot… crot…. semburan air kenikmatan kedua gw semua ditelan sama Mas Herri dan gw langsung ninggalin Mas Herri sambil coli sendiri ditempat tidur dan gw mandi bersihin badan. Sekitar 10 menit gw didalam kamar mandi dan udah wangi gw keluar kamar mandi dan gw masih ngeliat Mas Herri masih menikmati air mani yang masih ketinggalan di seprai gw. ”Den udah selesai! wangi banget den, bikin tambah nafsu!” seru Mas Herri sambil mendekat dan mencium aroma tubuh gw ”Eit… Gw udah bersih jangan loe kotorin lagi ntar malah bau kenikmatan!” seru gw sambil megang kontol mas Herri dan langsung menuju lemari dan gw berpakaian lalu gw ngambil hp.

”Mas kunci mobil dimana?”Seru gw sambil ngaca, dan jawab Mas Herri ”Ini disini ambil dong! ”Kata mas Herri sambil nunjuk kearah kontol gede yang ada gantungan kunci mobil gw, dan gw dateng sambil jongkok dan ngemut kontol mas Herri dan gw dapetin kunci mobil gw ”Dasar Mas Herri! Mas tolong bersihinnya jangan sampe ada bau kenikmatan yang tertinggal nanti Mama dan Papa tahu apa yang kita lakuin!” ”Oke deh!” Setelah semua yang gw dapetin udah ada ditangan gw langsung caou pergi ketempat temen gw yang entah siapa yang akan gw datengin, sebenernya gw boong sama Mas Herri mau pergi sama temen tapi karena gw takut ada kejadian yang bikin gw tambah kacau dan malah bikin gw tambah parah gw langsung ngejauh dari rumah.

Gw keluar cuman dengan celana jeans kaos juga jaket yang gak pernah gw tinggalin, gw langsung ketempat temen gw yang didaerah depok yang rumahnya diperumahan yang cukup wah untuk didaerah depok. Setelah gw pikir pikir kenapa gak ketempat Abi aja kan rumahnya di perumahan itu juga akhirnya gw ketempat Abi. Jarak dari rumah gw kedepok sekitar satu jam karena daerah depok dengan rumah gw begitu jauh dan macet pula, dalam perjalanan gw nonton tv dimobil saking bosennya gw nonton akhirnya gw buka album film gw dimobil pas gw bongkar bongkar kaset X2 itu ada ditempat album lagu. CD X2 itu punya Abi temen Tim Basket gw, Abi itu idola cewek disekolah selain gw! hehehehe Saat gw inget Abi gw inget dengan lekuk tubuh atletis yang udah berbentuk dan aroma tubuhnya yang hot banget bikin gw horny dan tambah nafsu lagi.

Rabu, 11 Juli 2012

Nikmatnya Tubuh Ketat Satpam Hotel Mulia

Sore itu aku tidak punya rencana untuk melakukan hubungan sejenis. Tapi kalau peluang emas tiba-tiba datang, mengapa aku tidak memanfaatkannya (why not)? Temanku di kantor menikah pagi hari dan sorenya dia mengadakan acara resepsi di Hotel Mulia, Jakarta. Kali itu aku berangkat ke resepsi sendirian. Setelah selesai menyalami kedua mempelai, ngobrol, makan dan cuci mata sebentar aku pulang.

Mobil kuparkir di tempat pakir hotel yang bertingkat itu. Setelah agak bingung sebentar mengingat-ingat letak mobil, akhirnya mobilku ketemu juga. Sementara mencari-cari mobil kulihat Satpam di hotel itu ternyata banyak yang ganteng dan putih bersih. Maklum hotel itu dibangun oleh Keluarga Cendana yang pernah berkuasa. Mungkin para Satpam itu bekas satpampres zaman Soeharto, tentara atau polisi atau mungkin malahan orang yang masih berdinas aktif. Ketika pikiran binalku yang homo dan mata keranjangku yang liar sedang menikmati pemandangan kelelakian indah itu. Tiba-tiba aku mendengar : "Selamat malam, Pak", rupanya seorang satpam yang jaga di tempat parkir menyapaku. "Selamat malam", jawabku. Aku bukan orang yang peramah, tapi kali itu aku bersikap seramah mungkin. Bukan apa-apa, ternyata Satpam yang menyapaku ganteng, putih bersih, kekar, atletis dan ramping. Begitulah kepakaran otakku yang homo ini merekam penampilan lelaki setiap kali bertemu cowok cakep. Dasar homo, otakku cepat berpikir bagaimana caranya aku bisa mencicipi salah satu dari sekian banyak Satpam Hotel Mulia yang menurut sensasi mataku malam itu amat ganteng-ganteng.

Akalku jalan dan aku pura-pura bertanya pada Satpam yang menyapaku, bagaimana caranya keluar dari kompleks Gelora Senayan itu.Aku beralasan bahwa kalau malam hari aku sering keder(confused).Satpam itu mencoba menerangkan dengan jelas arah yang harus kupilih setelah keluar dari halaman hotel.

Mataku pura-pura mendengarkan penjelasannya padahal aku sedang menikmati kegantengan wajahnya dan kekekaran otot tubuhnya. Kupikir lebih tepat dia jadi bintang film, model, atau peragawan. Kenapa dia justru jadi Satpam.Atau alangkah baiknya kalau dia jadi Satpam di rumahku saja untuk menjadi body guardku sekalian pemuas nafsu homo ku. Begitu otak homoku yang liar berkhayal. Karena kepanasan, jas kulepas aku berusaha terus ngobrol bertanya-tanya pada Satpam tadi masalah keamanan di hotel itu, jumlah tamu segala macam. Maksudnya supaya aku bisa lebih lama ngobrol dengan Satpam yang cakep itu. Sementara kontolku jadi ngaceng, mungkin terpengaruh oleh enersi atau aura yang dipancarkan oleh kegantengan, kekekaran dan ke-macho-an Satpam itu. Untuk dapat menyamarkan minat seksku yang menggebu-gebu pada Satpam itu, aku sengaja menjauhi topik pribadi dan berusaha bersikap sejantan mungkin (sic!). Bahkan aku sengaja tidak tanya namanya. Aku panggil saja dia "Mas" dan dia panggil aku "Pak". Secara hati-hati dan se-elegan mungkin, aku bertanya malam itu dia jaga sampai jam berapa. Pucuk dicita ulam tiba!. Rupanya dia baru saja selesai jaga (aku lupa tanya jadwal jaganya dari jam berapa sampai jam berapa). Lalu aku tanya letak rumahnya (dia menyebut suatu tempat di Jakarta Selatan) dan aku nekat berbohong bahwa aku juga mau ke arah itu.Akhirnya aku sampai pada keberanianku untuk meminta dia menemaniku pulang,dengan alasan karena aku ragu akan keamanan Jakarta.

Padahal hampir setiap malam aku keluar sendirian, naik mobil,jalan kaki, naik bis atau taksi sekedar untuk berburu kontol dan mulut, puting susu, ketiak, jembut dan lobang pantat lelaki, untuk dinikmati dan di-entoti! Seperti umumnya semua lelaki gay, aku tidak pernah puas dengan hubungan sejenis dengan satu orang, maunya berganti-ganti pasangan terus. Gaya hidup seperti ini sangat bahaya karena dapat berisiko tertular penyakit AIDS dan penyakit kelamin.

Aku juga nekat, kalau berhasil mendapat partner hubungan sejenis hampir tidak pernah pakai kondom. Mana sempat dan mana tahaan?. Boleh jadi aku sudah tertular HIV dan darahku sudah positf HIV. Barangkali lima atau sepuluh tahun lagi aku kena AIDS dan mati. Aku tidak perduli!. Mau mampus, mampuslah, aku sudah siap dan sudah bosan hidup bertualang terus untuk mendapatkan obyek seksual sejenis akibat harus jadi lelaki homo!

Mungkin karena berprofesi sebagai seorang Satpam maka ia jadi merasa berkewajiban untuk melindungi aku. Mas Satpam itu bersedia pulang naik mobilku. Ternyata, biasanya dia pulang ke rumah naik bis atau kendaraan umum lain (angkot, bajaj, atau ojek).

Demikianlah, mobil kubawa meluncur ke arah Kebayoran. Dia duduk di sampingku di kursi depan. Di dalam mobil jaketnya yang berwarna hitam dipakai, mungkin untuk menutupi seragam Satpam-nya.Hatiku berbunga-bunga berdampingan dengan cowok ganteng, sekaligus gelisah dan cemas apakah aku akan punya kesempatan menikmati tubuhnya yang jantan dan kelaki-lakian itu. Sesampainya di depan Patung Pemuda Ratu Plaza aku pura-pura merasa "haus" dan mengajak cowok yang baru kugaet itu mampir dulu di Blok M Plaza untuk minum.Dia mau saja. Kami minum di suatu kafe sambil ngobrol. Kira-kira setengah jam kami ngobrol, aku pura-pura punya masalah. Aku bilang bahwa sebetulnya aku tinggal dan bekerja di luar negeri dan aku datang ke Jakarta hanya untuk menghadiri pernikahan temanku karena itu selama tiga hari aku tinggal di Hotel Grand Mahakam. Mobil yang kupakai, aku bilang pinjam dari teman.

Aku katakan juga bahwa aku merasa kurang aman jika harus tinggal sendirian di hotel. Lalu aku tanya dia apakah dia bersedia menemani aku malam itu di hotel. Dia tidak keberatan, asal tidak lebih dari satu malam itu dan dia tidak tampak curiga aku punya maksud lain. Segera saja aku ke kasir untuk membayar minuman lalu pura-pura ke toilet. Dari toilet, melalui HP, aku pesan kamar ke Hotel Grand Mahakam yang letaknya hanya bebrapa ratus meter dari Blok M Plaza.

Kebetulan aku punya banyak kenalan di manajemen Hotel Grand Mahakam , karena perusahaanku sering meanggunakan ball room atau ruang rapat lainnya dari hotel itu. Aku pesan agar aku dapat langsung masuk kamar karena sedang sakit kepala hebat. Aku akan menyerahkan KTP dan credit card sebagai jaminan di resepsionis. Aku juga minta diberi kamar dengan twin bed agar bisa istirahat lebih nyaman. Mereka setuju. Kami segera berangkat ke hotel. Sesampainya di hotel, mungkin kami berdua dikira seorang bos dengan pengawal atau body guard-nya. Sesuai permintaanku aku segera diberi kunci kamar dan aku minta Mas Satpam ikut ke kamar. Mas Satpam itu menanyakan apakah dia tidak tunggu di luar saja. Aku bilang aku sering takut sendirian. Dia menurut dan aku bilang jika ingin mandi silahkan saja. Agaknya karena gerah dan se-sore-an belum mandi dia mau mandi. Aku pura-pura berbaring menelentang.

Waktu dia menanggalkan jaketnya aku bilang bahwa kamar mandinya sempit, karena itu kalau mau melepas pakaian di luar kamar mandi tidak perlu sungkan. Entah karena bodoh atau karena sebab lain, dia masih menurut. Tanpa ragu-ragu pakaiannya dilucuti di bawah pandangan mataku. Kontolku makin terasa ketat dan kencang melihat seorang pria ganteng menelanjangi dirinya di hadapanku. Segera aku bisa melihat tubuhnya yang atletis berotot ketat. Otot dadanya menonjol kedepan dengan dua puting susu yang ketat dan nikmat, ototnya perutnya juga rata dan ketat. Tubuhnya hanya ditutupi kancut yang berwarna coklat yang dirancang ketat dan rendah. Sehingga bagian atas jembutnya terlihat karena kancut rendahnya kancut itu. Bentuk kepala kontolnya (glans penis) juga membayang dengan jelas di kain bagian depan kancutnya yang tipis itu. Darah homoku bagai mendidih disuguhi pemandangan yang terlalu amat merangsang itu. Apalagi rambut ketiaknya yang hitam dan lebat itu tampak olehku sehingga membikin produksi air liur dalam mulutku meningkat dan cairan mazi (pre-cum) memancar nikmat di lobang kencingku. Aku sudah tidak tahan lagi, dengan cepat aku bangkit. Dalam keadaan masih berpakaian lengkap aku dekati dia, dia mengira aku akan masuk ke kamar mandi.

Waktu berpapasan dia berkata :"Pak..", tanpa bilang apa-apa aku peluk tubuhnya yang kekar dan nikmat itu. Mula-mua dia kaget dan heran tapi tidak protes, tidak menghindar atau menepiskan tanganku. Dia biarkan aku sibuk menjilati dada dan puting susunya. Aku mendorongnya ke tempat tidur sampai dia terduduk lalu aku naik ke pangkuannya dan menindihi dia. Memamnjat dan mencari bibirnya untuk kulumat dengan nikmat. Dia menelentang, kedua kakinya masih terjuntai ke lantai. Aku mandikan tubuhnya yang nikmat dan hanya ditutupi kancut minim itu dengan lidah dan ludahku. Tubuhnya terasa keras dan asin di lidahku. Kemudian kancutnya kupelorotkan sampai telanjang bulat. "Saya mau diapain,Pak?" dia bertanya keheranan. "Mau dikulum, mas" jawabku tanpa menunggu izinnya, aku isap kontolnya. Dia kaget dan menggelinjang, mungkin karena enak dan saking nikmatnya.

Kunikmati kontolnya sepuasku sambil memainkan puting susu nya yang keras, ketat dan melenting itu dengan jariku. Dia berdesis seperti ular mungkin karena keenakan : Hhssst.. Hhssst ..Hhssst.. Hhssst ...Hhssst. Sementara itu aku juga sibuk melucuti pakaianku sampai aku bugil dan bertelanjang bulat. Aku berhasil menelanjangi diriku sambil terus mengisap kontol cowok ganteng yang Satpam itu. Sekali-sekali tanganku mengobok lobang pantatnya yang terasa basah itu, ketika terpegang oleh ku bagian prostatnya kupijit-pijit, dia melenguh lirih seperti kerbau sedang keenakan : Mmmh..Mmmh..Mmh. Ketika kuluman mulutku kupercepat dia menggelinjang dan berteriak setengah berbisik "AAAGH.. dan segera CRROTT.. CRROTT..CRROT, pejuhnya muncrat di mulutku, terasa dingin, manis asin, anyir.. dan NIKMAT!. Aku jadi ngacenng berat dan perlu pelampiasan yang selayaknya. karena itu dalam keadaan Mas Satpam itu bengong, lemas dan relaks karena baru selesai mengeluarkan pejuh - cairan kelaki-lakiannya - aku balik tubuhnya seperti membalik ikan goreng di meja makan. Kakinya masih berjuntai, sehingga aku mudah menjangkau lobang pantatnya yang masih perawan itu.

Tanpa basa-basi langsung pantat perawannya aku embat dengan kontolku yang sudah merah menyala ketat dan berkilat karena sudah mendekat puncak syahwat!.Tidak memperdulikan rintihan lirihnya dan gelinjang kesakitannya, kontolku kuhajarkan kelobang pantat lelaki jantan itu. Punggungnya yang kekar besar berkeringat itu membuat aku tambah bernafsu. Semenatra itu tanganku juga tak henti-henti memainkan dan emngocok kontolnya samapi tegang kemabli. Akhirnya aku tak bisa lagi memperpanjang rasa kenikmatanku karena pejuhku sudah mau menyembur keluar dan segera kulepaskan : CRROTT.. CCRROTT.. CCRROTT!. Ah, puas, tuntas dan nikmat sekali.

Pejuhku kubiarkan memancar di lobang pantatnya dan memenuhi seisi lobang pelepasannya!. Aku teruskan kocokan tanganku di kontolnya, dan akhirnya pejuhnya bisa terpancar lagi CCRROTT..CCRROTT.. CCRROTT, sedap! Dalam keadaan telanjang bulat kutarik tubuhnya yang lemas keenakan itu ke tempat tidur (terasa berat sekali). Lalu dalam keadaan kami berdua masih telanjang bulat aku peluk dia dengan nikmat dan mesra.

Kami tertidur sampai pagi. Pukul 07:00 kami terbangun, aku ajak dia mandi bersama dan dia anehnya masih mau saja. Aku bersihkan, gosok dan sabuni tubuhnya. Aku berbaring di bath tub dan aku minta dia mengencingi tubuhku dari ujung kepala sampai ke kaki. Dia mau dan aku merasa sehat, hangat dan nikmat. Setelah aku puas bermain air kencingnya, aku mandi membersihkan badan. Aku memesan makan pagi di kamar dan kami sarapan berdua. Setelah selesai, aku antar lagi dia untuk berdinas di Hotel Mulia pagi itu.Waktu dia akan turun dari mobil, aku selipkan tali asih : satu juta rupiah. Ah, inilah kisah nyata yang meninggalkan kenangan cabul dan nikmat sekaligus. Kenikmatan yang tidak dapat dibayar, apalagi hanya dengan uang satu juta rupiah!

Selasa, 10 Juli 2012

Nikmatnya Berhubungan Sejenis di Hangar

Aku bekerja di perusahaan asing sudah hampir tiga tahun. Aku beruntung karena begitu tamat S 1 aku langsung dapat kerja. Sementara ribuan orang masih menganggur. Umurku sekarang 22 tahun dan aku adalah seorang homoseks murni 100% yang tidak tertarik sedikit pun pada cewek. Ayahku seorang tentara yang sekarang sudah purna bakti. Lingkungan kerja ayahku cukup berpengaruh kepadaku. Itulah sebabnya aku sebetulnya ingin jadi tentara. Tapi oleh suatu sebab yang tidak terlalu jelas orang-tuaku melarang. Mungkin orang-tuaku sudah "mencium" bahwa motivasi-ku menjadi tentara hanya untuk memuaskan hasrat homoseksual-ku.

Aku senang dikelilingi cowok kekar, jantan, macho, apalagi kalau ganteng. Dengan menjadi tentara maka aku merasa hidup di surga, dikelilingi bidadara yang cakep-cakep dan kekar.

Apalagi waktu pendidikan harus tinggal di asrama militer, kamar mandinya bareng (common bathroom). Sehingga aku bisa telanjang bulat bersama cowok-cowok yang ganteng-kekar dan menikmati pemandangan kontol dan jembut mereka. Bahkan kalau beruntung bisa memergoki salah seorang dari mereka sedang ngeloco di bangsal mandi itu! Asyik sekali!

Sewaktu ayahku masih aktif di tentara, aku banyak bergaul dengan anak buah beliau, baik yang berpangkat tinggi maupun yang rendah. Favoritku adalah ajudan-ajudan beliau yang setiap 2 atau 3 tahun berganti. Mereka adalah perwira muda pilihan yang ganteng, atletis dan cerdas. Di rumah kami disediakan kamar untuk ajudan. Karena para ajudan biasanya masih lajang maka mereka tinggal di rumah kami. Walaupun aku tidak pandai bergaul, tetapi aku selalu berusaha dekat dengan ajudan ayah. Maksudnya hanya satu, yaitu untuk bisa menikmati kegantengan dan kelaki-lakian mereka sepuasku.

Dengan bergaul erat dengan mereka, di rumah aku bisa masuk ke kamar mereka. Pura-pura mau ngobrol, padahal aku senang melihat mereka bertelanjang dada di kamar.Di kamar biasanya mereka bertelanjang dada saja.Jika beruntung aku malah bisa melihat mereka hanya mengenakan kancut minim saja, nyaris telanjang bulat. Pengawal ayah juga banyak yang ganteng dan bertubuh kekar. Aku juga senang menikmati mereka, tetapi karena kesibukan mereka, aku tidak bisa banyak menganggu.

Walaupun ajudan ayah adalah perwira yang berdisiplin dan correct tapi karena mereka masih muda dan belum banyak pengalaman dalam hidup, sempat juga aku berhasil menikmati dua orang di antaranya (Bang Jeffry dan Bang Rizki). Bukan salah mereka, akulah yang mulai. Bahkan ketika sadar, Bang Jeffry marah sekali dan hampir saja membunuhku. Tapi aku segera minta maaf dan Bang Jeffry sendiri lalu sadar bahwa dia sendiri juga salah. Kenapa bisa terpikat berhubungan dengan sesama lelaki? Itulah sebabnya sampai sekarang aku sering mengincar cowok berseragam militer, tanpa memilih pangkat. Perwira, bintara atau tamtama juga boleh,bahkan satpam! Karena, yang aku ingin nikmati bukan pangkatnya, melainkan tubuhnya yang kekar, ketat berotot dan tentunya juga kontol, jembut, pejuh, puting susu, ketiak, mulut dan lobang pantat mereka!

Di kantorku juga banyak pria gay, tapi semuanya orang bule. Aku tidak berselera dengan pria bule, walaupun di antara mereka banyak yang ganteng dan bertubuh sangat atletis dengan kontol yang ukurannya aduhai. Pria bule jarang mandi dan jarang ganti baju. Mereka hanya mandi kalau gerah dan jarang gosok gigi. Karena itu mereka biasanya bau ketek dan bau jigong! Padahal aku paling tidak suka cowok bau!Sesudah berak atau kencing, mereka tidak cebok. Lobang pantat dan lobang kencing mereka hanya dikeringkan dan dibersihkan dengan kertas toilet. Padahal setiap hubungan sejenis pasti akan saling isap kontol (blowjob) dan saling jilat pantat (rimming). Bisa dibayangkan apa yang diisap dan dijilat jika partner seks tidak pernah cebok. Pasti akan menjilat kencing dan tai!. Jijik sekali, bukan?!

Nah, waktu cerita ini terjadi aku sudah lama tidak "main" dengan tentara. Kangen juga pada pelukan laki-laki kekar. Kebetulan aku dapat tugas ke luar Jawa untuk urusan bisnis. Aku cukup sering harus ke luar Jawa dan biasanya aku pilih terbang dengan Garuda, karena pramugaranya selalu ada yang ganteng dan menawan. Aku sering gemas jika lihat pramugara ganteng. Ingin rasanya melumat bibirnya, menjilat puting susunya dan menghisap kontolnya. Waktu di Singapura aku sempat mencicipi pramugara Garuda. Aku pesan lewat agen gigolo (namanya Putrajaya). Karena aku tidak mau disuguhi pramugara palsu, aku periksa identitasnya bahkan dia harus bawa koper pramugaranya dan lengkap dengan seragamnya. Aku kasihan juga dengan cowok yang cakep dan masih muda, kok mau jadi cowok pesanan. Karena itu aku mula-mula hanya berniat main luar saja. Tapi si pramugara bilang dia bukan cari duit, tapi mau cari kenikmatan. Jadi akhirnya terpaksa aku "tugas" seperti biasa: mandi kucing (menjilati tubuhnya dengan lidah dan ludahku), menjilati kedua puting susu dan ketiaknya, mengisap kontol dan menjilati lobang pantatnya, serta menyodomi dan disodomi. Memang pramugara itu ganteng sekali, tubuhnya atletis, kontolnya besar, pejuhnya banyak dan kental dan jembut serta rambut ketiaknya hitam dan lebat. Pokoknya paket komplit istimewa, seperti nasi goreng komplit pakai telor dan daging kambing!

Ini kisah nyata, senyata-nyatanya! Waktu cerita ini terjadi aku landing di suatu bandara (bandar udara) di luar Jawa.

Beberapa bandara merangkap sebagai pangkalan udara militer, ada yang milik angkatan udara, ada juga yang milik angkatan laut atau angkatan darat. Kebetulan waktu aku tiba belum ada yang menjemput. Waktu aku telepon dengan HP, pegawai kantor cabang minta maaf, karena mereka terlambat akibat ada demo di jalan menuju bandara. Mereka memperkirakan baru akan tiba di bandara sekitar satu jam kemudian. Aku tidak punya pilihan selain menunggu saja di terminal kedatangan dan duduk di bangku yang tersedia.

Tiba-tiba aku melihat seorang tentara melintas di depanku. Aku terpana, dia bertubuh tinggi, ramping, dadanya bidang dan kekar. Darah homoku berdesir. Dia mengenakan seragamnya biru muda dan biru tua. Di dadanya ada tulisan yang aku tidak pasti apakah "Sagatra" atau "Satgatra". Pangkatnya Prada (Prajurit Dua). Mata homoku yang jalang kontan saja jadi "ijo" dan mengikuti arah kemana dia pergi. Dia segera menghilang di kerumunan orang. Mungkin dia pergi ke tempat tugasnya, atau mengurus bos atau famili yang akan berangkat naik pesawat?

Sekitar sepuluh menit dia kembali lagi dan ..ah!, dia duduk di bangku di sampingku. Otak homoku segera berpikir mencari akal untuk berkenalan dengan (anggota) Satgatra itu."Maaf Mas, kalau dari bandara ke kota kira-kira berapa menit?", aku pura-pura bertanya. Padahal aku sudah puluhan kali ke situ dan hafal berapa lama perjalanan dan berapa jarak dari bandara ke kota.

Aku coba-coba untuk berkenalan dan aku tahu belum tentu berhasil.Sebab, biasanya anggota tentara atau polisi sangat arogan dan memandang rendah pada"orang sipil"(begitu mereka menyebut orang yang bukan tentara atau polisi). Keadaan ini terjadi akibat Pemerintah Soeharto yang otoriter dan sangat militeristik. Pada zaman Soeharto, anggota ABRI ditempatkan sebagai warganegara kelas satu dan yang lain warganegara kelas dua.Tidak heran jika pandangan mereka pada orang yang bukan anggota ABRI, sangat merendahkan, persis seperti pandangan orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Afrika Selatan pada zaman apartheid dulu! Hal ini sering aku katakan pada ayahku. Tapi beliau selalu membela diri dan tidak sependapat denganku!

Tapi Satgatra itu cukup tanggap dan ramah. Dia menjawab pertanyaanku dengan simpatik. Aku melanjutkan move untuk

bisa berkenalan dengan mengajak dia ngobrol topik lain yang relevan. Dia cukup betah diajak ngobrol. Tidak terasa kami sudah 30 menit bicara. Sementara itu aku sudah sempat tahu namanya, statusnya yang lajang dan pendidikannya yang SMU. Sementara itu aku terus menrus mencuri pandang wajahnya yang ganteng, lengannya yang kekar dan dadanya yang bidang. Nikmat sekali dan darahku berdesir-desir oleh rangsangan aura dan enersi kelaki-lakiannya.

Walaupun aku tahu namanya, tapi untuk menghormatinya, dalam kisah ini aku akan menyebut dia sebagai "Satgatra" saja. Tiba-tiba HP-ku bergetar dan rupanya yang menjemput aku memberitahu bahwa mereka masih terjebak demo. Aku katakan agar jika mereka sampai di terminal dan aku tidak kelihatan agar menghubungi layanan informasi. Aku akan meninggalkan pesan di sana. Aku mulai berpikir untuk mencari alternatif lain mencapai kota. Waktu Satgatra itu tahu masalahku, dia menawarkan aku menunggu di mess-nya. Asal saja aku tidak keberatan dengan mess tamtama yang sangat sederhana, katanya. Aku setuju.Aku meninggalkan pesan pada secarik kertas di layanan informasi. Ternyata Satgatra itu membawa mobil dinas dan kami naik mobil itu ke mess yang jaraknya beberapa ratus meter dari terminal.

Satgatra itu ramah dan hormat kepadaku. Apalagi waktu aku cerita siapa ayahku. Mess-nya sepi dan kosong, agaknya dia tinggal sendirian di situ. Kami duduk-duduk dan dia sedang menawarkan minum ketika telepon di mess itu berdering. Dia mendapat perintah untuk memeriksa hangar dan dia menawarkan apakah aku ingin menunggu di mess atau ikut dia. Tentu aku putuskan ikut dia, sebab aku saat itu sedang berkhayal pacaran dengan Satgatra si cowok ganteng itu! Dia mengambil minuman dan menyilahkan aku minum lalu kami berangkat ke hangar. Hangar itu letaknya agak jauh dari terminal dan harus memutar untuk mencapainya karena menghindari jalur pesawat terbang. Aku bangga bahwa Satgatra itu mempercayai aku walaupun baru berkenalan. Tidak berapa lama kami sampai di hangar yang juga tampak sepi. Ada satu pesawat militer di hangar tapi tidak ada seorangpun di situ. Satgatra itu masuk ke suatu ruangan di hangar dan kembali lagi. Aku pura-pura memperhatikan pesawat militer itu dari jauh. Padahal pikiranku melayang ke cowok ganteng yang berdada bidang itu.

Tiba-tiba aku merasa harus melakukan sesuatu. Ketika dia mengajak kembali ke mobil kami berjalan beriringan dan aku memaanggil dia "Mas.."., dia berhenti dan aku merangkulkan tanganku ke dada bidangnya. Aku mengambil move yang sangqt nekat! Tapi kembali aku beruntung, ternyata dia tanggap, tidak menolak, tidak menepis. Dibiarkannya aku membenamkan wajahku ketengah dadanya yang bidang. Aku merasakan punggungnya keras, juga dadanya. Tidak tercium bau keringat, tetapi tercium bau plastik, mungkin dari salah satu peralatan militer di bajunya. Dia menarikku duduk di lantai semen hangar itu. Aku sudah lupa diri, aku dorong dia supaya terlentang dan dia tidak melawan. Perlahan-lahan dia merebahkan badannya terlentang di lantai hangar dan baretnya terlepas dari kepalanya. Aku "memanjat" dan melumat bibirnya, kami bersedotan dan bertukaran lidah dan ludah. Nikmat sekali!. Lalu aku mulai sibuk mencari puting susunya dengan melepas kancing bajunya dan menyingkap baju kaosnya. Akhirnya aku menemukan puting susunya yang ketat dan nikmat serta sangat kelaki-lakian. Aku sedot-sedot sepuas-puasku. Dia menggelinjang kenikmatan. Dadanya yang sangat menonjol ke depan juga aku jilati, sehingga aku dapat merasakan asin keringat yang mulai mengembun di dadanya yang bidang dan kekar itu. Kemudian koppelriem, ikat pinggang dan risleting celananya aku buka untuk bisa menemui kontolnya yang aku yakin pasti besar dan panjang. Penasaran akau menacri kontolnya yang tersimpan rapi di dalam kancutnya yang rendah dan ketat.

Ketika kancutnya berhasil kupelorotkan tampaklah kontolnya yang besar, hitam, disunat, mengkilat dan ketat. Tanpa menunggu lebih lama kontol itu kuisap, sementara jariku mulai mengobok lobang pantatnya. Dia menggelinjang ketika jariku menyodok lobang pantatnya untuk memijit kelenjar prostatnya. Tanganku yang satu meraba dan merangsang puting susunya yang keras dan melenting itu. Aku tidak terlalu lama "bekerja", karena tak lama kemudian ia segera mencabut kontol dari mulutku dan kemudian berlutut lalu membiarkan pejuhnya muncrat berceceran di lantai hangar. Dengan takjub akau memandangi pancaran pejuhnya yang cukup jauh dari lobang kencingnya yang sedang menganga seperti mulut ikan.

Setelah selesai dia memijat-mijat batang kontolnya untuk mengeluarkan seluruh pejuhnya dari saluran kencingnya. Lalu dia bangkit dan membereskan pakaiannya. Dia tidak bilang apa-apa dan berjalan ke luar hangar ke arah mobil. Aku mengikutinya dari belakang. Aku kira dia marah!. Ternyata sesampainya di mobil dia mengajakku berciuman, aku layani dengan sebaik-baiknya. Ah, nikmat sekali!

Ketika sebuah pesawat kecil mendarat, kami meninggalkan hangar dan kembali ke terminal. Diterminal kulihat Bambang, staf dari kantor cabang, sudah menunggu. Aku mengucapkan terima kasih dan bersalaman mesra dengan cowokku itu, kami turun dari mobil, dia memberi hormat secara militer dan berlalu.
 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.