Rabu, 30 November 2011

Paman Yang Digagahi Keponakan

Namaku ALEXANDER, umur 23 TAHUN. Saat awal masuk kuliah di PTN di Surabaya sampai duduk di semester akhir, aku terpaksa hidup sendirian di kota besar ini, tapi beberapa bulan yang lalu kebetulan ada seorang Famili jauh Papa yang pindah ke Surabaya untuk bekerja disini, dia biasa kupangil OOM AWANG dan umurnya 35 TAHUN.

Walau dia saudara-jauh tapi waktu di kampung dulu kami cukup akrab dan sering ketemu dan terus terang!, sejak dulu aku memang mengagumi Oom Awang yang menurut pendapatku ganteng, dewasa, bijaksana dan baik sekali (sering nraktir).

Jangan salah mengerti!. Aku merasa COWOK NORMAL, tapi maklumlah, sebagai anak muda yang baru mulai kuliah di kota besar Surabaya, aku memang suka iseng iseng ikut diajak /DUGEM bersama beberapa temanku, tapi ditempat dugem begitu aku sering ketemu dengan oom-oom GAY yang merayu aku.

Mungkin karena masih berdarah muda dan penasaran, aku mau meladeni keinginan oom-oom gay dan para lelaki tua itu dan ternyata aku bisa menikmati hubungan SEKS SEJENIS dengan pria yang lebih tua.

Mungkin akibat pergaulan yang salah itu, atau mungkin sudah bawaanku; perilaku dan sikapku kadang kadang agak sensitif dan perasaanku jadi manja, tapi biar bagaimanapun aku tetap seorang laki laki MASKULIN yang cukup macho, lagipula diatas ranjang, aku hanya bisa dan lebih menyukai posisi sebagai seorang COWOK TOP atau pihak dominan sebagai lelaki yang menyetubuhi pasanganku.

RENNY CEWEKKU

Untuk menjaga keseimbangan naluri kelelakian, aku tetap berhubungan dengan CEWEK dan sekarangpun aku punya seorang pacar, teman mahasiswi bernama ANGGRAINI, dengan panggilan sayang: RENNY, yang sudah KUTIDURI beberapa kali. Renny memang BUKAN PERAWAN ketika aku pertama menggaulinya tapi dia sebenarnya seorang gadis baik baik yang cukup cakep dan gak malu maluin dibawa jalan.

Karena AKU dan OOM AWANG merasa masih BERSAUDARA, kami jadi makin sering ketemu dan makin akrab. Oom Awang jadinya seperti salah satu kakak atau teman yang paling dekat denganku dari pada teman yang lain, dia baik dan sangat perhatian kepadaku, bahkan tidak jarang ia mengantar jemput aku ke kampus atau membelikan keperluan kuliah.

Karena dia 12 tahun lebih tua dari aku, sering aku menanggap dia sebagai pengganti orang tuaku atau SEPERTI AYAHKU sendiri.

Semakin lama ia semakin baik padaku hingga aku sulit untuk menghindarinya. Ia seringkali mampir ke tempat kostku mulai pulang bekerja lembur sampai malam hanya untuk ngobrol dan bergurau. Aku sering curhat mengenai cewekku, RENNY kepada Awang walaupun dia BELUM PERNAH BERTEMU atau berkenalan dengan Renny..

Suatu hari timbullah permasalahan dengan cewekku, RENNY karena dia mulai mendesak aku untuk segera menikahi dia : “Aku minta kepastian kamu Andre” katanya (Renny memanggilku Andre, dari kata “alexANDER”, jadi Andre).

Sebenarnya aku mengerti keinginan Renny karena pergaulanku dengan dia sudah terlampau jauh tapi aku merasa belum siap, belum selesai kuliah dan ingin bekerja sampai mapan sebelum memutuskan untuk menikahi seorang wanita.

Ketika Renny ngotot dan mengancam untuk memutuskan hubungan bila aku tidak memberi kepastian, aku segera minta pendapat dan mengadukan permasalahanku kepada Oom Awang dan dia memberikan jalan keluar yang bijaksana. Oom Awang bilang kalau Renny minta putus, ya biarkan saja putus sehingga akhirnya hubunganku dengan Renny berakhir tanpa kesan apa apa.

Sejak putus hubungan dengan Renny, kemana-mana aku jadinya sering jalan bareng dengan Oom Awang yang saat itu juga sama sama JOMBLO. Jika liburan atau malam minggu kami menyempatkan keliling kota, ke toko buku, ke mall, ke tempat rekreasi, ke warnet dan ke tempat kost teman-teman. Sampai-sampai teman-temanku mengatakan kalo kami seperti AYAH dan ANAK, walau umur dia 35 tahun, sedangkan aku 23.

Terus terang, aku sebenarnya bertanya tanya apakah Oom Awang juga menyembunyikan KECENDERUNGAN rasa suka pada laki laki?. Mungkin saja!, karena pada umur 35 tahun dia masih jomblo!,

Tetapi dia sepertinya BELUM PERNAH menyalurkan hasratnya terhadap sesama jenis dan berhasil menjalani kehidupan yang NORMAL sehingga naluri itu akhirnya terpendam dan menghilang ke alam bawah sadarnya. Tapi aku sama sekali tak pernah menyinggung masalah itu karena takut dugaanku salah.

Hampir setiap malam minggu Oom Awang nginap di tempat kostku, pada akhir pekan jarang sekali ia tidur di tempat kost-nya sendiri. TAK ADA satupun teman kost yang bertanya tanya kenapa Awang lebih suka bermalam minggu bersama aku.

Bahkan sampai akhirnya dia juga memutuskan akan pindah ke tempat kostku habis semester ini. Akupun menyambut dengan hati gembira. Entah kenapa aku merasa senang dia ada di sampingnya, seakan keberadaannya menghapus semua keresahanku, kebosananku, dan rinduku pada keluargaku.

Setiap kali ia tidur disampingku perasaanku BIASA-BIASA SAJA, meski terkadang ada getaran lain yang menyelinap dalam hatiku apalagi kalau ia (tanpa maksud apa2) merangkulkan kaki dan tangannya ke atas tubuhku, aku hanya membalasnya dengan pelukan ringan, hanya sekedar menyalurkan kasih sayang, aku berusaha untuk menepis getaran-getaran itu.

Jika benar-benar tak tahan aku hanya berani menatap wajahnya yang dewasa dan ganteng sempurna sambil mendekap tubuhnya. Melihat sikapku seperti itu, ia hanya senyum melihat KEMANJAANKU lalu merangkul erat tubuhku, sampai bangunpun kadang posisi kami tetap seperti itu. Ia mengira aku butuh perhatian seorang AYAH. Sungguh ia benar-benar kakak yang aku harapkan, aayah yang mampu menaungiku dengan kasih sayang.

Tidak tahu kenapa, aku memang punya kecenderungan menyukai LELAKI YANG LEBIH TUA seperti Oom Awang, Mungkin itu karena aku ridu pada orang tuaku di kampung.

Hubungan persaudaraan yang aneh memang. Tapi saat itu aku memang ada semacam saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara Oom Awang dan aku, sebagai teman, saudara, atau ayah.

Tapi entah bagaimana awalnya, lama lama timbul keinginan ganjil INGIN MEMILIKI Oom Awang hanya untuk diriku sendiri. Aku berubah jadi POSESIF. Ingin memiliki dia hanya untuk diriku!.

CEMBURU PADA CEWEKNYA OOM AWANG

Suatu hari Oom Awang bercerita kepadaku bahwa ia jadian dengan seorang cewek bernama ANGGI. Mendengar cerita itu hatiku HANCUR tak karuan, seakan ada yang mengoyak perasaanku. Aku tak tahu mengapa seperti ini, aku bingung apa sebenarnya yang ada dalam perasaanku.

Apakah ini karena aku khawatir Oom Awang tidak perhatian lagi padaku? Atau.. ini karena aku merasa memilikinya? Atau, karena aku CEMBURU?. Pertanyaan senada dengan itu mulai memenuhi otakku yang lagi galau. Oom Awang tampak asyik dengan ceritanya mengenai ceweknya ANGGI, aku hanya menanggapi dengan sikap yang biasa meski perasaanku pedih seakan tersayat pisau.

Setelah Oom Awang berangkat kerja, aku mengunci pintu kamar, kuputar album UNGGU band, kurebahkan tubuhku diatas kasur. Aku memikirkan Awang, tak kusadari aku melamun terus sepanjang hari dengan perasaan yang galau sampai tak terasa darahku mulai mendidih dan perasaanku TAK RELA kalau harus berpisah dengan dia.

Walau belum kenal cewek yang namanya ANGGI, tapi aku merasa cemburu pada dia dan aku marah pada Oom Awang karena merasa harapanku telah dikhianati Oom Awang. Tubuhku terasa lemas, pikiranku tidak stabil..

MENGAKU CINTA PADA OOM AWANG

Esok harinya pikiranku kacau balau tak karuan dan terbakar oleh kecemburuan sehingga setelah kuliah aku langsung pulang dan sampai dirumah sekitar pukul 20 malam. Iseng iseng aku memutar video seks yang ternyata malah membuatku kacau karena gairah dan darah mudaku bergolak tanpa penyaluran.

"LEXY... LEXY!"

Suara Awang dari luar pintu kamarku (sejak dulu dia biasa memanggilku “Lexy“).

Cepat-cepat kumatikan VCD dan aku berpura pura bersikap biasa, aku bingung apa yang harus aku lakukan, tapi akhirnya Awang menyadari perubahanan sikapku yang tidak biasanya, lalu dia berbaring disampingku.

"Lex! kenapa kamu?" Tanya Awang

Aku diam tak menjawab pertanyaan Awang

"Lex kenapa sih? Ayo dong bilang sama Oom!, Lexy sakit ya?". "Ayo ceritakan kenapa?" Awang mulai membujukku untuk mengutarakan masalahku.

Akhirnya aku nekad untuk berterus terang kepada Awang, apapun resikonya!. "Oom! Selama ini Oom Awang menganggapku seperti apa sih?" tanyaku ketus.

"Lho, memangnya kenapa? Kita kan bersaudara?, dan selama ini Oom menganggap Lexy sebagai keponakan yang aku sayangi, makanya Oom nggak rela kalau ada orang yang mengganggu Lexy, dan..apapun Oom lakukan untuk Lexy" Jawabnya yang membuatku tegar kembali.

"Benar Oom?".

"Benar, Sungguh." Ia menatap wajahku penuh kesungguhan. "Memangnya kenapa? Apa Lexy tidak percaya sama Oom Awang?"

"Enggak! aku hanya khawatir Oom Awang tidak lagi memperhatikanku, tidak menyayangiku dan meninggalkanku begitu saja, sebab sekarang Oom sudah punya kekasih Anggi." Jawabku pelan yang menutupi apa yang sebenarnya berkecamuk di hatiku.

DEGHHH...!, sedetik, terlihat wajah Awang dipenuhi tanda tanya mendengar nada “kecemburuanku”, tapi cepat cepat dia bersikap biasa.

"Oo.. jadi itu yang Lexy takutkan?"

Aku hanya mengangguk.

"Aku nggak seperti itu kok, aku dan Lexy tetap seperti ini, kalo soal Anggi jangan khawatir, tidak akan mengurangi kasih sayangku sama Lexy!" Ujar Awang.

Entah setan apa yang merasuki jiwaku tapi mendengar jawaban Awang, aku NEKAD MERANGKUL Awang yang berbaring di sampingku, ia membalas rangkulanku dengan rangkulan pula, PELUKAN BIASA antara seorang AYAH terhadap ANAKNYA yang sedang merajuk manja.

Tapi aku beringsut makin merapatkan tubuhku dan menyusupkan tanganku kebalik bajunya sambil meraba tubuhnya yang hangat dan kekar.

”Eeh...Eeh...!, apa apaan nih....?“ tanya Awang dengan penuh keheranan tapi sama sekali tanpa nada marah.

Aku tidak menjawab tapi terus berbaring di lidungan dadanya yang bidang sambil menyusupkan wajahku kedalam KETIAKNYA. Aroma keringat di ketiak Awang yang BERBARU KHAS LAKI LAKI JANTAN tercium menyengat hidungku dan amat memabukkan, membuat gairahku mendadak terangsang hebat.

Melihat kemanjaanku yang tidak biasa, Awang mulai CURIGA kalau sikapku terhadap dirinya selama ini sebenarnya bukan karena tali persaudaraan, tapi karena aku menyukai dirinya sebagai seorang laki laki.

Awang teringat bagaimana aku selalu bersikap manja terhadap dirinya, memandangi wajahnya atau membelai rambutnya; dan diapun beberapa kali memergoki pandangan mataku yang sedang menatap dirinya saat dia sedang bertelanjang sehabis mandi.

Aku nekad!. "Aku sebenarnya tidak hanya menyayangi Oom, tapi, aku juga mencintai Oom Awang, Seperti Anggi mencintai Oom, aku bukan cuma khawatir ditinggal Oom Awang, tapi aku cemburu berat" Aku berterus terang.

"Jadi?".

"Ya, aku mencintai Oom Awang dan ingin jadi pacar Oom Awang ". Jawabku yang berlanjut dengan ragu ragu.

Awang kini juga bingung dan serba salah setelah dia tahu siapa sebenarnya aku. "Lex benarkah itu?" tanyanya dengan perasaan bingung, ”tapi kita kan sama2 lelaki Lex?“ ujarnya lagi.

Aku mengangguk.

“Lagi pula aku LAKI LAKI NORMAL Lex“ "Maafkan saya, Lex! Oom sungguh tidak mengerti, Oom merasa Lexy seperti anak sendiri, Oom menyayangi Lexy tulus sebagai seorang Paman yang menyayangi keponakannya" sambungnya lagi.

"Ya Oom, saya tahu Oom Awang adalah lelaki normal yang hanya bisa mencintai dan dicintai wanita, inilah kenyataannya Oom, Aku merasa bahagia jika ada di samping Oom, Entahlah Oom...., dalam hatiku cuma ada Oom."

"Lexy nggak mau pacaran lagi sama cewek?". Tanya Awang

"Nggak!, Alex merasa tidak ada lagi getaran cinta seperti Alex mencintai Oom Awang" Jawabku.

”Tapi.... tapi..., Lexy sama sekali tidak kelihatan seperti Gay...?, Lexy gagah dan macho...“ tanyanya kebingungan. "Apakah Lexy tidak ingin menjadi lelaki sempurna seperti Oom?."

Sesaat aku bingung kenapa dia menyebut kata “Gay”?, karena dari tadi aku hanya bicara perasaan dan hatiku, tapi tidak menyinggung masalah ”gay”. Tapi aku hanya menggeleng: "Entah lah Oom.. sebenarnya sih pingin, cuma buat apa?."

Hati Awang bimbang menghadapi diriku saat itu. Sebagai seorang laki laki sejati yang normal, Awang sama sekali TAK TERTARIK melayani hasrat sesama jenis, tapi sebagai laki laki yang sudah berpengalaman menghadapi kaum wanita, Awang bisa melihat bahwa pandangan mataku yang sayu dan gelagat sikapku merupakan pertanda bahwa aku sedang kasamaran dan jatuh cinta.

MENGGODA PAMANKU

Aku tetap berbaring di samping Awang dan dia juga membiarkan aku tetap memeluk tubuhnya. Cuaca malam yang sejuk tidak mampu mendinginkan nafsuku yang sedang membara. Berduaan dengan orang yang kusayangi dan pengaruh VCD seks yang baru aku saksikan membuat nafsuku meluap minta dilepaskan.

Aku sudah biasa bermanja manja dengan dia sebagai Paman dan Keponakan. Tapi kali ini aku nekad untuk “mulai” mengambil inisitatif biarpun aku tahu kalau kali ini aku menginginkan dia sebagai laki laki!.

Lima menit berlalu sia-sia sebelum ku beranikan diri memeluk Awang dengan sebelah tanganku dan meletakkan kakiku melingkar di atas kakinya. Kurasakan detak jantungnya berdegup kencang ketika jariku merayap di dadanya. Semakin erat aku memeluk Awang yang diam tanpa reaksi. Kubelai rambut dan wajah ganteng didekapanku. Lalu tanganku merayap masuk kedalam kaus yang di pakainya dan dia mengelinjang pelan saat kupermainkan kedua putingnya.

Awang mendiamkan perbuatanku.

Awang mungkin KASIHAN atau TIDAK TEGA melihat keponakan yang dia kasihi sedang mendambakan dirinya sehingga diluar logika dan akal sehat sebagai laki laki yang normal, Awang bertekad untuk membahagiakan aku, apapun caranya!.

Tanganku menelusuri tiap jengkal dadanya. Kulitnya terasa begitu hangat membuatku ingin cepat-cepat menelanjanginya. Kuciumi rambutnya, turun ke pipinya, lehernya, dan terakhir kupermainkan telinganya dengan gigitan lembut.

WAH!, terjadi suatu keajaiban!. Awang merintih…. Dia ternyata bereaksi perlahan tiap kali merasakan nikmat dari perlakuanku.

Aku tidak tahu apakah dia terransang oleh perlakuanku atau sekedar pura pura untuk menyenangkan aku saja?.

"Oom Awang!" Bisikku pelan dengan suara parau menahan nafsu, sambil kuciumi pipinya.

Awang hanya menjawab dengan mendesah tanpa membuka mata. Kutarik kakiku keatas pahanya dan pahaku merasakan sesuatu benda yang menonjol di balik celana panjang dia. Sejenak ku mainkan pahaku di tempat itu dan kurasakan penisnya yang masih lemas karena belum terangsang..

Kemudian ku lepaskan kaus yang dipakai Awang. Dia PATUH dan hanya menurut saja dan tanpa membuang waktu lagi kuciumi permukaan dadanya, dari lehernya lalu ku hisap putingnya kiri-kanan sambil tanganku mendekap badannya. Harum tubuhnya menyeruak hidungku, kugigit lehernya dan kusedot dengan hati-hati karena takut berbekas merah.

Awang meronta kegelian, tangannya memegang pundakku dan tangan sebelah lagi mencengkeram rambutku. Dia mendesah dan desahannya membuatku semakin terangsang.

"Oom Awang, nggak marah?" Tanyaku yang hanya di jawab dengan gelengan kepala olehnya.

"Oom Awang! aku sayang sekali sama Oom."

"Iyaaa, Aku mengerti Lex." Jawabnya sambil membiarkan aku meraba-raba punggungnya dengan lembut.

Kutindih tubuhnya, kurasakan penisnya yang mulai keras di perutku. Kuhujani perutnya dengan kelincahan lidahku. Ku jelajahi dengan jilatanku sambil sesekali ku hisap. Dia berkelojotan seperti cacing kepanasan.

Saat itu aku betul-betul BERKUASA atasnya. Kini tangan kananku mulai beraksi atas gundukan di dalam celananya. Kuremas-remas dan kupijit penisnya yang mulai membengkak. Kulakukan gerakan menekan sambil memutar pada buah zakarnya. Lalu perlahan aku berusaha membuka paha Awang

Sedetik Awang MENAHAN TANGANKU dan MENOLAK. tapi aku aku terus memaksa : “Boleh ya Oom....?“ tanyaku.

Aku tidak tahan lagi. Segera ku tanggalkan celananya dan ku tarik lepas. Kini tinggal CD hitam saja yang menutupi benda sasaranku. Tampak sekali CD ketat itu hampir tak muat menahan penis Awang yang sebenarnya belum sepenuhnya eraksi. Tanpa membuang waktu langsung kuciumi dan ku gigit lembut benda di balik CD itu.

Dia mengerang.

Gila ini!, seumur hidup aku tak pernah inisiatif mulai mencumbu cowok, karena para Gay itulah yang biasanya “bekerja“, tapi sekarang beda!, tentu karena aku belajar dari cowok cowok gay yang lebih tua yang pernah “mengerjaiku“.

Ku remas-remas kedua pantatnya. Kemudian kuarahkan jilatanku di kedua pangkal pahanya. Kuhirup aroma maskulin dari selangkang laki laki yang masih innoncent dalam dunia sejenis ini. Awang makin kuat mengerang. menggelinjang sambil mengangkat pantatnya. Kuarahkan seranganku ke pahanya.

Kuangkat sebelah kakinya dan ku ciumi dari lututnya kemudian naik terus sampai pangkal pahanya dan ketika sampai di tonjolan yang mengeras aku gigit sambil ku hisap sampai CD itu basah oleh air liurku, lalu kubuka sampai dia telanjang bulat..

Kuperhatikan juga wajah tampan Awang yang masih mengandung keraguan dan kegugupan saat dirinya DICUMBUI oleh KEPONAKANNYA sendiri yang sama sama berjenis kelamin lelaki.

Tapi aku tak memberinya kesempatan berfikir. Ku mainkan lidahku menyapu kulit bawah penisnya, terus keatas dan ketika sampai di ujungnya kukulum topi baja yang merah mengkilat itu. Kuhisap sambil lidahku memilin kulit yang tersisa dari sunat. Tak kuhiraukan lenguhannya dan goncangan tubuhnya yang menahan kenikmatan yang belum pernah dia rasa sebelumnya.

Awang mencengkeram kuat rambutku saat penisnya kubenamkan dalam mulutku setelah puas kulumat dan kuhisap sampai urat-uratnya mulai bermunculan. Kubenamkan sampai mulutku mentok di perutnya. Kutahan nafasku agar tidak tersedak. Lalu ku lakukan gerakan menelan sembari menghisap. Dia merintih pelan, tubuhnya mengejang.

Aku tersenyum diam diam karena cumbuanku ternyata berhasil membangkitkan nafsu birahi dari alam bawah sadar Awang. Dan aku bertekad akan meneruskan usahaku sampai dia benar benar jadi milikku.

Ya!, sikap Awang yang membiarkan dirinya dicumbu oleh sesama lelaki memang diluar logika dan akal sehatnya, tapi sabodo!, yang penting aku bisa mendapatkan dirinya!.

Tak sampai lima menit berlalu kurasakan penisnya berdenyut dan makin mengeras. Semakin ku percepat aksiku. Kedua tanganku pun kini berada di pantatnya untuk membantu dorongan keluar-masuk mulutku. Tangan Awang pun secara reflek menaik-turunkan kepalaku.

Cairan pre-cum Awang yang licin terasa kelelakian cowok tampan ini begitu gurih. Kulihat Awang terbaring memejamkan mata dan nafasnya semakin menderu deru menahan nafsu yang makin meledak ledak.

Kembali kucumbu dan tidak henti-hentinya ku cium, kubelai laki laki ini. Bukan hanya dengan nafsu, tetapi dengan kasih sayangku yang tulus. Aku ingin menjadi seseorang yang dapat memberi arti baginya. Aku ingin menyenangkan dia!.

Kurasakan batang kemaluan dia menjadi makin keras!. Aku tak menduga bahwa setelah gairah Awang terbakar berkobar kobar sampai tak terkendali ternyata Awang tidak mampu mengendalikan nafsu birahinya dan mulai melupakan bahwa aku sebenarnya keponakan dia sendiri dan masih sama sama berjenis kelamin lelaki.

WOWW!, aku tidak tahu setan apa yang meracuni pikiran Awang sampai dia bisa begitu bernafsu.

OOM AWANG MENYERAHKAN KEPEJAKAANNYA

Mendadak dia MENAIKI TUBUHKU yang terlentang tak berdaya dibawah tindihan tubuhnya dan menggesek gesek batang kemaluannya diatas perutku.. Mungkin Awang sedang membayangkan dirinya sedang bercumbu dengan ANGGI, ceweknya, tapi sabodo amat!.

Aku tahu persis apa yang Awang inginkan saat itu.

Dia ingin melampiaskan gairahnya sampai tuntas tapi sebagai laki laki normal yang sama sekali tidak berpengalaman melakukan percintaan sejenis, Awang belum tahu persis apa yang harus dia lakukan terhadapku.

Gerakannya terlihat CANGGUNG dan serampangan sehingga aku segera mengambil inisiatif dan membimbing Awang untuk melakukan tugasnya sebagai laki laki Top.

Aku rela dia berperan sebagai pihak Top, karena aku memang menghendaki dirinya dan aku teramat mencintai dia. Walau aku belum pernah berperan sebagai Bottom, tapi sekarang aku rela!, apapun akan kulakukan untuk dirinya.

Aku merebahkan tubuhku sampai terlentang dan mengangkat kedua kakiku sampai terbuka lebar lalu aku meraih tubuh Awang supaya menindihku. Dia merangkul tubuhku dengan cara yang kikuk tapi aku segera menggenggam batang kemaluannya dan mengarahkan kelubang duburku sehingga dia langsung mengerti dan mulai mendorong dengan gaya yang kikuk..

“Oom, pelan pelan Oom. pelaaaaan...!“.

Tapi Oom Awang sudah terlalu dikuasai oleh NAFSU BIRAHI. Ia dengan terburu buru menjulurkan penisnya yang sudah tegang ke depan pintu anusku lalu dengan cara serampangan mulai mendorong pantatnya untuk memasukkan batang kejantannnya.

Walau awalnya aku berusaha menahan rasa sakit, tapi cara dia yang tak berpengalaman dan terburu buru menyebabkan tikaman batang kontolnya menimbulkan rasa sakit yang tak mampu kutahan:

”Addduuuh...Sakiiiiit, oouuggghh...!, sakiiiiit... tunggguuuu...” Dan aku berontak melepaskan diri sampai batang kontolnya terlepas: .

Aku mencoba meniru para cowok cowok gay saat mau disodomi sehingga sekali lagi aku berusaha membantu dia dan membuka pintuku selebar lebarnya sehingga dengan agak kesulitan dan Ahh.. Uhh... Ohhh... yang agak panjang, akhirnya Awang SUKSES MEMASUKAN batang kontolnya sampai melesak seluruhnya kedalam tubuhku.!.

Kemudian Awang mulai menarik dan memompa kontolnya yang membuatku merasa sangat mulas sekali hingga tanpa dapat kukendali aku mulai menegang-negangkan otot duburku. Matanya terpejam, mungkin sedang berfantasi menyetubuhi Anggi. Biarin aja!.

"Enak.., lobangmu benar-benar enaaaaak ".

Sambil berucap Awang mulai memajumundurkan pantatnya lagi. Rupanya dia langsung dapat merasakan kenikmatan yang dia reguk dari dalam tubuhku.

Dari untung, rasa sakit yang kuderita dan mulas lama kelamaan mulai hilang. Tapi tidak!, aku belum merasakan sensasi nikmatnya disodomi oleh laki laki. Tidak!, cuma perih dan ngilu!. Mungkin karena belum terbiasa.

"Teruss.. Oooom.. Enak.. Ohh.. umph.. akh..", Lepas kontrol aku berusaha mengeluarkan suara lenguhan dan desahan sekedar untuk menyemangati Awang. Dan betul!, eranganku membuat goyangan Awang makin hebat. Makin lama tubuh Awang juga mulai menegang dengan entotan yang makin cepat, makin tak teratur, makin menggila!.

Kutatap wajah Oom Awang yang sedang menindih dari atas, ia tampak asyik dan ngos-ngosan.

"Lex.. Enakk.. Lex…. " Suaranya pelan.

"Aaaaggghhh.. aku keluarkan di dalam ya?", Awang mendesah sambil mendongakkan kepalanya sambil menahan desakan yang makin menggelora.

Batang bulat panjang berdenyut-denyut di dalam anusku, Kurasakan gesekkannya didalam saluran pantatku mendatangkan sensasi panas, pedas, dan mulai terasa nikmat saat menggesek prostatku.

Dan .. aaaaaaaghhhhhh….!,

Aakhirnya Awang mengejang sembari melenguh panjang saat cairan yang tertahan itu muncrat keluar: “Crettt..!, crettt…!, cretttt…!, cretttt…!”. Kurasakan tembakan cairan panas di saluran anusku. Terus melimpah deras seperti banjir yang menghambur masuk kedalam tubuhku.

Ya dia sudah orgasme!. Memuntahkan benih2 keturunan manusia kedalam tubuhku.

Setelah beberapa saat ia cabut penisnya dan langsung telungkup di sampingku.

Sebenarnya aku ingin juga giliran aku merojok rojok lubang dubur Awang yang masih perawan. Tapi dia menolak aku mentah mentah sehingga walau darah mudaku masih berkobar kobar oleh hawa nafsu tapi aku tak ingin memaksakan kehendakku secara paksa kepada Oom Awang, sampai dia betul betul siap.

Akhirnya kami saling merangkul dengan wajah berhadapan dan hidung saling menempel. Posisiku ada di bawah sehingga dengan mudah kuelus-elus punggung dan pantatnya sampai ia tidur di atasku. Aku membayangkan percintaan yang baru kami raih bersama orang yang jadi pujaanku selama ini. Aku tidak menikmati persenggamaan ini, tapi aku rela Awang mendapat kepuasan dari tubuh telanjangku.

Pagi harinya aku terbangun saat Awang baru selesai mandi sehingga akupun buru buru gantian masuk ke kamar mandi. Sambil menyabuni tubuh, aku membayangkan peristiwa tadi malam dan mendadak kemaluanku menegang karena hasratku terrangsang oleh gairah yang belum tuntas kulampiaskan.

Ketika keluar dari kamar mandi ..aduh!, wajah Awang terlihat keruh dan PENUH PENYESALAN...!. Aku bingung kenapa ia bersedih seperti itu? Padahal tadi malam dia seperti menikmati perbuatannya.

"Oom, Oom Awang kenapa?." Tanyaku.

Ia tak menjawab.

"Oom Awang menyesal?" Suaraku pelan sambil menahan ledakan gairah yang belum tersalurkan dari tadi malam.

Dia mengangguk.

"Kenapa menyesal?".

"Aku telah menghianati cintaku pada AANGGI pacarku Lex!".

Degh...!, Kini aku benar-benar bingung, sedih dan ada sedikit rasa penyesalan karena telah membuat Oom Awang yang selalu tertawa jadi bersedih. Meski sebenarnya ada sebersit kemarahan dan ketersinggungan di hatiku.

"Aku salah Lex, seharusnya aku tidak melakukan hal itu terhadap Lexy tadi malam, tapi entahlah aku tidak bisa berfikir sehat semalam."

"Aku menyayangi Oom Awang sebagai Pamanku dan Pacarku, tapi aku juga mencintai Oom Awang sebagai laki laki!”.

“Justru tidak boleh!, aku pamanmu…, aku adik ayahmu…!.” ujarnya

“Tapi kejadian semalam karena aku sendiri yang menginginkan." Bujukku.

"Maafkan Oom ya!, kehadiran Oom semakin memperparah kepribadian Lexy, tapi Oom harap Lexy mau berusaha, cobalah untuk mencintai seorang gadis. Kalau Lexy masih ingin jadi keponakanku, maka tidak ada alasan lagi bagi Lexy untuk tidak berusaha dan mencobanya, Oom yakin banyak gadis yang suka sama Lexy, Lexy khan ganteng" Urai Awang berusaha untuk bijaksana

”Sebaiknya kita tidak mengulangi hal itu lagi“ tambah Awang lagi. “Oom sayang Lexy, dan Lexy boleh memiliki hatiku, tapi tidak tubuhku!. Maaf Lex, aku laki laki normal dan aku bermaksud serius untuk menikahi Anggi sebagai istri”

“Besok Anggi akan datang kesini dan akan kuperkenalkan dia kepada kamu Lexy” lanjutnya lagi.

”Besok Lexy tidak kemana mana kan?, kita makan siang bertiga yaa?”

Degh...!, aku jadi TERSINGGUNG dengan kalimat kalimat Awang. Kalau tadinya aku dipenuhi oleh perasaan cinta kasih dan rela mau membahagiakan dirinya, tapi sekarang aku tidak terima saat Awang bilang bahwa dia tidak ingin meneruskan hubungannya denganku.

Tidak!. Aku TIDAK RELA!. Aku harus melakukan apa saja untuk mengusai dia!. Mendadak setan mempengaruhi jalan pikiranku dengan kemarahan. Aku tersinggung dan kecewa karena Awang tetap memilih Anggi, ceweknya, bahkan mau mengawini Anggi!. Gak rela!!..

Aku mencari siasat...!, lalu membujuk : “Baik Oom!, aku janji tidak akan mengganggu Oom Awang lagi, tapi untuk terakhir kalinya, please aku ingin bercinta dengan Oom Awang sebagai kenang kenangan yang akan kubawa seumur hidupku” rayuku licik.

Aku terus merayu, merajuk dan membujuk sambil terus meraba dan mencumbu Awang yang masih belum menyadari niatku untuk menjebaknya.

Kuciumi mulutnya yang tipis dan merah merekah, hidungnya yang mancung, pipinya yang mulus, dan bagian bawah hidung yang kasar bekas cukuran kumis, aku sangat terangsang dengan permainanku sendiri. Oooooh! sungguh nikmat

Kuperhatikan wajahnya yang cakep dari bawah, ia tampak memejamkan mata dan sesekali menelan ludah. Mulutku melahap habis bibirnya yang kenyal. Lama sekali kami dengan posisi seperti ini.

Aku pandangi sosok itu lekat-lekat sampai beberapa kali aku menelan ludah. Sekarang dengan jelasnya kupandangi paha putih dan kokoh yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuat aku semakin tak kuasa menahan nafsu. Tubuh kekar dan mulus kini ada dibawah tindihanku dan siap kuberi kehangatan dan kenikmatan yang tiada tara.

Awang bimbang!. Disatu sisi, dia menyesali hubungan seks sejenis yang tak wajar bersamaku, tapi disisi lain dia tidak tega melihat aku begitu menuntut dan membutuhkan penyaluran seks yang belum terlampiaskan tadi malam.

Dia hanya diam pasif membiarkan aku yang terus mencumbu dia sampai akhirnya dia kena batunya karena kemaluannya mulai menegang keras dan gairahnya mulai terbangkitkan. Dia tak menyadari niat jahatku untuk menggagahi dirinya dan menjerumuskan dia kedalam perangkap seks sejenis.

Duda Membara

Gwe bener bener nggak nyangka trip gwe ke Batam kali ini akan bersimbah sperma dari mantan laki temen gwe dan juga temennya. Gwe sendiri nggak nyangka akan ketemu sama Kang Ihsan (begitu biasa gwe manggilnya) di Batam ini dan tinggal di hotel yang sama dan juga kamar yang bersebelahan dan juga ada connecting door yang menghubungkan kamar masing masing.

Sore itu gwe baru ajah dari kolam renang hotel. Bukan untuk berenang, tapi abis ngeceng ngeliat cowok cowok yang lagi pada berenang. Pintu lift baru ajah akan nutup saat ada tangan yang berusaha mencegahnya dan spontan gwe langsung nekan tombol untuk buka pintu dan surprise banged begitu Kang Ihsan yang tergopo-gopo masuk sambil menarik koper dan diikuti seorang cowok lagi yang juga menarik koper. Kang Ihsan ternyata juga sama suprisenya begitu ngelihat gwe.

“eh kang ihsan,” sapa gwe begitu masuk.

“eh Gany?! Nggak nyangka bisa ketemu disini,” katanya. “Dalam rangka apa ini ke Batam?”

“Lagi liburan ajah nih Kang,” jawab gwe. “Kang Ihsan sendiri?”

“Biasa. Urusan kantor,” kata Ihsan. “oh iya, kenalin ini Rendi, Ren, ini Gany, temennya mantan istri gwe,”

“Halo, Rendi,” katanya mengulurkan tangan.

“Hai, saya Gany,” kata gwe menyambut uluran tangannya. Genggaman tangannya mantap sekali. Orangnya juga okeh dan bodynya masih proposional. Kalo diperkirakan sih, umurnya nggak beda jauh sama gwe deh. Beda sama Kang Ihsan, yang sekarang berumur 41 tahun dan perutnya udah sedikit agak membuncit. Tapi wajah gantengnya itu lho yang nggak tahan. Bego bener ya temen gwe minta cerai sama lelaki keren ini dan milih sama temen flirtingnya.

“Di kamar nomor berapa Kang?” tanya gwe lagi.

“hmm, 9012,” katanya sambil ngeliat keycard.

“Sebelahan dong. Saya di 9010,” kata gwe. Kang Ihsan dan Rendi hanya tersenyum. Gwe jadi malu sendiri karena gwe terdengar antusias sekali.

Keluar dari lift dan kita berjalan sambil mengobrol ke kamar masing masing.

“ini kamarku,” kata gwe.

“by the way, nanti malam ada acara nggak?” tanya kang ihsan.

“nggak ada. Kenapa kang?” jawab gwe balik bertanya penasaran.

“makan malam bareng yuk. Nggak apa apa kan Ren, kita makan bareng sama Gany?” kata kang ihsan.

“okeh okeh ajah gwe,” kata Rendi.

“gimana gan? Mau kan?” tanya kang ihsan lagi.

“okeh degh. Jam 7an ya kita jalan,” kata gwe.

Di dalam kamar gwe nggak habis pikir ngimpi apa gwe semalem bisa ketemu sama Kang Ihsan. Terus terang gwe suka banged sama Kang Ihsan dari saat pertama kali bertemu dan statusnya masih sebagai suami sah dan resmi temen gwe. Hmm. Mudah-mudahan malam ini gwe berkesempatan untuk mencicipi kontol Kang Ihsan dan sukur sukur juga bisa mencicipi kontol Rendi juga.

Tepat pukul tujuh bel kamar gwe bunyi dan Kang Ihsan serta Rendi udah nunggu. Keduanya tampak menawan dengan menggunakan T-shirt dan celana pendek selutut. Kita lalu menuju kawasan Nagoya untuk mencari makan.

Jam 10 malam kita balik ke hotel dan langsung menuju kamar masing masing. Setelah gwe cuci cuci badan, gwe nekad ngetuk connecting door yang menghubungkan dengan kamar 9012. Usaha gwe untuk dapat menikmati kontol kedua lelaki ini dimulai.

Rendi yang membukakan pintu.

“Sorry ganggu. Belom pada mau tidur kan?” kata gwe.

“Belom nih. Kamu sendiri?” kata Rendi balik nanya.

“Belom juga. Iseng sendirian. Boleh nimbrung sebentar,” kata gwe.

“Boleh ajah, mari,” kata Rendi.

Kamar mereka twin dan tampaknya Kang Ihsan sedang ada di kamar mandi.

“Kok liburan sendirian sih Gan? Nggak sama pacar?” tanya Rendi.

“Nggak punya pacar saya,” jawab gwe.

“Umurnya berapa sih emang?” tanya Rendi.

“31 and jomblo,” kata gwe. “kamu sendiri umur berapa? Dah married?”

“nggak beda jauh juga ya. Gwe 35 dan boro boro married. Pacar ajah baru putus,” kata Rendi.

“upps! Sorry,” kata gwe. Dan lalu mata gwe menangkap gerakan tangan Rendi yang singkat memegang selangkangannya.

“boleh nanya sesuatu yang agak pribadi nggak?” tanya gwe

“apaan? Tanya ajah,” kata Rendi.

“udah sering making love dong sama pacarnya,” kata gwe.

Rendi tertawa. “kenapa pengen tau? Kamu sendiri?”

“saya pacar ajah nggak ada. Mau ML sama siapa mas?” kata gwe

“sama gwe ajah. Mau?” kata Kang Ihsan yang tiba tiba keluar dari kamar mandi sambil mengenakan tshirtnya.

“heh?” gwe heran. Rendi pun memandang Kang Ihsan dengan melongo.

“gwe tau kalo loe ini homo dan loe sering merhatiin gwe dulu,” kata kang ihsan yang tiba tiba mulai bergue-elu. “kebetulan semenjak cerai gwe udah jarang ngentot lagi nih. Jadi mau kan loe puasin pejantan tangguh model gwe ini.”

“siapa takut,” tantang gwe dengan kerlingan nakal.

“yuk, di kamar loe ajah. Takut Rendi risih nanti,” kata Kang Ihsan sambil menepuk punggung Rendi.

Gwe kembali ke kamar gwe melalui connecting door dan Kang Ihsan membuntutin sambil melepas lagi tshirt yang baru saja dipakainya. Di kamar gwe Kang Ihsan langsung naik ke ranjang dan berbaring terlentang.

“Ayo! Pokoknya tugas loe jadi perempuan yang muasin gwe,” kata Kang Ihsan.

“emang itu mauku kang,” kata gwe sambil naik dan duduk mengangkang tepat diatas kontol Kang Ihsan yang ternyata sudah mengeras. “hmm. Udah nganceng negh kang,” kata gwe lagi sambil menggerakan pantat gwe ala pemain rodeo.

Gwe nggak sabar pengen banged ngemud kontol Kang Ihsan. Salah satu kontol yang udah lama gwe idam-idamkan. Gwe lalu mengambil posisi nungging diantara kedua kakinya dan menurunkan boxer yang dipakainya. Dan plop, kontol itu langsung ngacung keluar berdiri tegak begitu terpelas dari kungkungan boxernya.

Gwe mengurut kontol yang udah nganceng sepanjang 15 cm berdiameter 5 cm itu sementara lidah gwe mengilik kedua biji yang menggelantung dibawahnya.

“ahhhhh . . . . yeah . . . suck it . . .” desah Kang Ihsan yang mengganjal kepalanya dengan bantal sehingga dia bisa memperhatikan apa yang gwe perbuat dengan kontolnya.

Kontol Kang Ihsan gwe jilatin sekujur batangnya. Lidah gwe lalu menjilatin dipangkal kontolnya lalu lidah gwe naik menyusuri batang bagian bawahnya hingga di kepala kontolnya yang langsung gwe kilik lobang pipisnya dengan lidah gwe sambil mengulum kepala kontolnya. Cairan precum kang Ihsan mulai membanjiri mulut gwe. Puas mengulum kepalanya, sekarang kontol kang ihsan mulai gwe isep semuanya. Semuanya masuk kedalam mulut gwe, sampe rasanya gwe hampir tersedak. Asik mengisap kontol dari salah satu lelaki idaman, gwe nggak sadar kalo ternyata Rendi udah berdiri dibelakang gwe sambil meremas selangkangannya dan sudah bertelanjang dada.

“mau gabung Ren?” tanya Kang Ihsan.

Gwe menghentikan isapan gwe dan menoleh ke belakang. “Kang Rendi pengen disepong juga?” tanya gwe sementara tangan gwe mengocok kontol Kang Ihsan agar ngancengnya terjaga.

“tuh. Loe sepong dulu si Rendi,” kata kang Ihsan.

Gwe bangun dan lalu duduk dipinggir ranjang tepat didepan selangkangan Rendi dan membantunya melepaskan celana jeans selututnya. Gundukan kontolnya yang sudah nganceng menggunung dibalik celana dalam calvin kliennya. Gwe lalu menjilat tonjolan kontolnya itu. Dalam sekejap bagian depan celana dalam Rendi sudah basa campuran antara ludah gwe dan juga precum Rendi.

Nggak sabar pengen sepong kontol lelaki ini, gwe menurunkan celana dalamnya dan kontol Rendi sepanjang 16cm itu langsung gwe isep. Kepala kontolnya gw emut emut. Bijinya gw sedot sedot bergantian. Rendi mendesah nikmat dan pasrah membiarkan kontolnya gwe mulutin.

Puas ngisepin kontol kedua pejantan itu, sekarang gwe minta bukti kejantanan mereka yang sebenarnya. Ngentot! Bergantian gwe pasang kondom ke kontol Kang Ihsan dan Rendi lalu melumurkan dengan baby oil.

Gwe nungging dan kang Ihsan yang pertama ngentotin gwe. Dia langsung menyodokan kontolnya ke lobang pantat gwe. Gwe menjerit menahan sakit. Kang Ihsan tak perduli, dia langsung menggenjot lobang gwe dengan penuh nafsu. Sementara gwe dientot, Rendi berbaring terlentang disebelah gwe. Tangannya memintil kontol gwe yang berukuran mini.

“mau gantian Ren ngentotin dia?” tanya Kang Ihsan

“ntar ajah. Tunggu loe keluar dulu baru gwe,” kata Rendi.

Kang Ihsan terus ngentotin gwe tanpa ganti posisi sampe dia menyemburkan spermanya di dalam lobang pantat gwe. Setelah keluar semuanya, dia mencabut kontolnya dan balik ke kamarnya.

Lelah! Tapi gwe masih pengen dientot sama Rendi.

“udah, loe dudukin ajah kontol gwe,” kata Rendi. Gwe lebih seneng ngentot kayak gini.”

“gwe juga demen posisi ini,” kata gwe.

“kondomnya cabut ajah gan,” kata Rendi.

Gwe emang banged bareback sama Rendi. Kondomnya gw cabut dan gwe lumurin lagi baby oil ke sekujur kontolnya yang udah bebas dari kondom. Gwe lalu mengangkang dan kontol Rendi masuk dengan gampang karena lobang gwe masih terbuka bekas sodokan konto kang ihsan. Gwe mulai up and down diatas kontol Rendi.

Ngentot dengan Rendi sangat membuat gwe bergairah. Tubuhnya masih liat dan tangan gwe bersandar dan meremas dadanya yang bidang. Gwe lalu menjatuhkan badan gwe sehingga menindih Rendi dan mencium bibirnya. Gwe surprised dan senang saat Rendi membalas ciuman gwe. Tanganya meremas buah pantat gwe dan sekarang dia yang menyodok-nyodokan kontolnya. Gwe menegakan badan gwe lagi dan tak lama Rendi menyemburkan pejunya didalam lobang pantat gwe. Peju Rendi cukup banyak yang keluar dan semuanya mengalir keluar dari lobang pantat gwe.

Malam itu, Kang Ihsan dan Rendi bergantian ngentotin gwe. Dan sepulangnya dari Batam. Rendi menjadi cowok gwe. Dia ketagihan ngentot dengan gwe dan juga sepongan gwe. Walau begitu, Rendi masih mengijinkan gwe dientot sama kang ihsan jika pengen.

Dan sekarang gwe cukup puas bermonogami dengan dua pejantan sekaligus.

Dua Pria di Matos

Pada hari minggu, aku jalan-jalan ke pusat perbelanjaan di Matos. Rencananya sih, aku mau membeli keperluan sehari-hari, kebetulan saat itu aku ada sedikit uang. Sesampainya di mall, tatkala aku sedang melihat-lihat makanan ringan, tiba-tiba aku ditabrak oleh seorang pria paruh baya yang usianya kira-kira 35 tahun, sehingga barang-barang yang berada di tanganku jatuh semua, lalu si pria itu minta maaf kepadaku. Aku hanya tersenyum karena menurutku nggak masalah karena yang menabrakku adalah pria paruh baya dan tampan. Lalu aku jongkok untuk mengambil barang-barangku yang jatuh tadi tapi si pria itu jongkok juga sehingga kepala kami saling berbenturan tanpa disengaja. Sekarang giliranku yang minta maaf tapi pria tersebut hanya tersenyum saja.

“Sendirian Pak?” tanyaku.

Si Bapak menjawab, “Sebenarnya berdua, tapi teman saya lagi ke toilet dulu.”
“Borong nih?” tanyaku lagi.

Dengan tersenyum si pria tadi menjawab, “Ahh, nggak juga.”
Kemudian si pria tadi bertanya lagi, “Di mana Adik tinggal?”
“Dinoyo”, jawabku dengan singkat tapi pandanganku terarah pada wajah pria tadi.
“Oh kebetulan kita sama-sama satu arah, saya juga tinggal di Landungsari, bagaimana kalau kita sama-sama pulangnya nanti?” tanya pria tersebut.

Saya diam saja namun dalam hati ada juga rasa senang diajak oleh pria tampan. Tanpa diduga pria itu membawa barang-barangku ke kasir sekalian dengan miliknya untuk dibayar. Di situ saya bertemu dengan temannya yang ke toilet tadi, yang ternyata bernama Hermansyah, usianya sekitar 5 tahun lebih muda dari si Bapak tadi. “Sudah Mas?”, tanya Hermansyah ke pada Bapak tadi. “Oh, sudah hanya sedikit kok.” Lalu kami pergi ke basement untuk pulang.

Singkat cerita kami sudah dalam perjalanan pulang, ngobrol di mobil dari kenalan sampai dengan masalah yang sangat pribadi. Ternyata si Bapak tersebut bernama Isnan, mereka dari kalangan eksekutif dan the have. Eksekutif yang bekerja sebagai pengusaha yang sukses dan hampir tidak ada waktu lowong. Sungguh, hari itu kurasakan sangat indah di dalam mobil mewah bersama dua orang pria tampan, apalagi Hermansyah yang memakai kaos ketat dengan otot dada tercetak serta celana ¾. Isnan sambil menyetir terus berusaha menggodaku. Tanya pacar segala. tak terasa aku hampir sampai di Dinoyo tapi Hermansyah yang berada di sampingku mencegah.

“Jangan Dik, lebih baik main dulu ke rumah kami di Landungsari”, ajaknya, “Ntar pulangnya diantar lagi.”

Isnan pun ikut nimbrung, “Iya Dik, kebetulan di rumah sepi dan juga kami butuh teman untuk ngobrol.”

Hermansyah yang mengenakan kaos ketat dengan otot dada tercetak selalu bikin aku ngiler apalagi dia sengaja menaikkan celana ¾-nya sehingga bulu-bulu pahanya terlihat jelas. Rupanya sewaktu ada di Matos tadi, dua pria ini sudah lama memperhatikan tingkah polahku saat begitu dalam memelototin tiap pria tampan yang lewat di hadapanku. Saat ada di lantai atas, mataku memang sengaja mencuri-curi pandang pada pria-pria yang tampan dan bersih. Karena tertarik dengan gaya dan tingkahku, kedua pria ini membuntutiku hingga ke bagian supermarket. Mungkin karena asyik memperhatikan lalu lalang pria, aku tidak sadar jika telah dikuntit dua pria yang telah meyakini, jika aku ini seorang penyuka sejenis.

“Aku tadi sebenarnya sengaja menabrakkan diri, agar bisa kenalan denganmu Dik. Karena cukup lama aku memperhatikan adik”,ujar Hermansyah dengan jujur. “Tapi gapapa kan?”tanya Hermansyah dan aku mengangguknya. Hermansyah menggeser tempat duduknya mendekati arah tempat dudukku. Aroma wewangian mewah yang dipakai oleh Hermansyah semakin menambah indahnya suasana. “Dik, ngantuk nggak?” tanya Hermansyah. Terus dia mengalihkan pertanyaannya. “Kalau ngantuk tidur aja di sini”, sambil membuka lebar pahanya sehingga terlihat jelas bagian yang menjedol itu. Belum lagi aku menjawab dia sudah menarik kepalaku ke pahanya. Aku tak kuasa menolaknya lagi pula aku senang, untung kaca mobilnya gelap sehingga hanya Isnan dan aku yang mengetahui apa yang diperbuat oleh Hermansyah kepadaku. “Dik kok kamu diam saja?”. Aku pura-pura bego padahal aku sudah mengerti, “What the hell she wanted.”

Kemudian dia menyuruhku untuk mengerjai bagian vitalnya, dan kuturuti saja kemauannya. Dia kini duduknya sudah tidak karuan seperti orang ambeyen saja. Tiada keraguan lagi di dalam benakku untuk mengerjainya. Pertama-tama kuraih dada gempal dengan otot-otot kekar itu, lalu kuremas dengan mesra dan dilanjutkan dengan meraba pahanya yang banyak ditumbuhi bulu sehingga dia terengah-engah. Tidak puas dengan meraba, maka kulanjutkan dengan menjilat bagian pahanya. Jilatanku semakin panjang saja mulai dari lutut sampai ke paha lalu ke arah jendolan di selangkangannya yang masih terbungkus celana dalamnya. Tanpa perintah, langsung kulepaskan celana dalamnya dan kini terlihat kepala kontol yang berwarna merah muda, dengan batang kontol yang cukup panjang dan dikelilingi oleh rambut yang begitu lebat. Kerongkonganku tiba-tiba kering tatkala melihat pemandangan yang begitu indah. Hermansyah merebahkan tubuhnya sambil membuka pahanya lebar-lebar di atas jok. Tanpa buang waktu lagi kulanjutkan permainan setan ini. Kujilati, kuciumi sambil kuhisap-hisap batang kontol Hermansyah. Hermansyah menggeliat-geliat bagaikan cacing kepanasan sambil menjambak rambutku dan mendesakkan wajahku ke arah alat vitalnya. Isnan hanya melihat perbuatan kami berdua sambil bersiul menirukan suara musik dari tape mobil seakan tidak mempedulikanku yang bercumbu dengan Hermansyah, ntar juga dia kebagian.

Sambil terus menjilat, mencium, menyedot sambil kocok pula dengan tangaku. Hermansyah pun seperti orang kesurupan, menggeliat ke sana sini. Oh, indah sekali hari ini. Sekarang kugunakan telunjukku untuk mengutak-atik onderdil yang ada di bawah buah pelernya. Lubang pantatnya masih terasa sempit dan banyak dtumbuhi bulu-bulu halus. Lalu jilatan-jilatan kuarahkan ke sekitar lipatan paha, hingga buah zakarnya. Cara ini semakin membuat dia tersiksa kegelian tapi membawa kenikmatan yang luar biasa. Rasa bau amis, mual dan asin bersatu dalam kenikmatan. Aku memainkan dan menjilati batang kontol Hermansyah yang indah itu dengan penuh nafsu.
Hampir 20 menit aku bermain di daerah kontol Hermansyah. “Udah dulu Dik, Aku sudah tidak kuat..” Kemudian Hermansyah bangkit dan memintaku supaya mengeluarkan batang kejantananku. Dengan susah payah kukeluarkan milikku dan akhirnya keluar. kontolku yang sudah ereksi sejak pertama naik mobil dipegang dengan mesra oleh Hermansyah, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya, sambil menjilati. “Oh, nikmat benget Pak.. terus Pak.. oughh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku. Hermansyah yang sedang kesetanan terus-menerus memainkan senjataku yang berkepala botak itu. Lendir yang keluar dari lubang pipisku pun terus dia jilati. Enak sekail, tapi kalau aku konsentrasi ke sini terus lama-kelamaan aku bisa keluar, maka kualihkan perhatianku pada persoalan yang lain.

Hampir 20 menit Hermansyah bermain dengan kontolku dan tak terasa kami sudah sampai di rumah milik Isnan yang mewah. Hermansyah merapikan kaos dan celananya tapi celana dalamnya di masukkan ke dalam tas. Gerbang terbuka secara otomatis lalu mobil masuk ke garasi, kami pun keluar dari mobil dan masuk ke villanya. Dengan sangat elegant, Hermansyah membukakan pintu mobil agar aku bisa keluar. Ketika aku melangkah dan menapakkan kaki di lantai marmer itu. Hermansyah terus saja memelukku dari belakang sambil menjilati leherku, kemudian Hermansyah membawaku ke kamar Isnan yang luas. Di dalam kamar tersebut, Hermansyah langsung membuka seluruh pakaiannya. Begitu pula aku membuka seluruh pakaianku. Hermansyah pun kini merebahkan tubuhnya yang telah polos tanpa selembar benang pun di atas kasur yang empuk lalu dia menginginkan agar posisiku di atas tubuhnya, dimana dia akan mengerjai alat vitalku begitu juga sebaliknya. Kemudian kami pun beraksi. Yess, nikmat.. enak.. oughh..” itulah kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua diserta desisan.

Tak lama kemudian Isnan pun masuk sambil membawa segelas air susu, segelas kuning telur bebek yang entah berapa jumlahnya dan dua botol kratingdaeng. “Minum dulu Dik”, kata Isnan, “Lalu kita lanjutkan.” Kemudian aku mengambil segelas air susu, setelah itu gelas yang berisi kuning telur bebek setelah habis baru satu botol kratingdaeng. Walaupun perut ini sudah penuh tapi demi lancarnya daya dobrakku, ya kupaksakan karena ini untuk kepuasan kita bertiga. Kemudian Isnan memujiku, “Wah, kamu mirip dengan aktor film x kesukaan Om.. pasti kamu mainnya juga hebat..”
Om Isnan yang berparas bulat, kulit putih, bibir agak tebal dan mata sayu memandangiku dari wajah sampai ke arah kontolku. Lalu kuraih kepalanya dan kuarahkan ke wajahku. Lalu bibir kami saling berpagutan. Aku yang duduk telanjang di tepi ranjang sedangkan Om Isnan berdiri. Hermansyah yang sudah telanjang di belakangku tidak tinggal diam. Dia menghampiri kontolku. Okh, desahanku pun terdengar sambil bibir Om Isnan bertautan dengan bibirku. Tanganku pun bergerilya melepaskan pakaian yang dikenakan Isnan. Sesudah pakaian terbuka, kutarik kaos singletnya dan terlihat dada dan otot-otot Isnan lebih besar dibandingkan dengan milik Hermansyah. Hermansyah kini sedang melumat kejantananku sementara tangan kanannya meremas-remas biji pelirku dan tangan kirinya memegang celana dalamku. Benar-benar pengalaman yang fantastik bisa bercinta dengan dua pria sekaligus.

Isnan yang kini setengah telanjang meronta-ronta saat kujamah dadanya sambil kurengkuh pula batang kejantanannya. Ini benar-benar hebat, suara gemercik air ludah Hermansyah yang mengulum kontolku dan desahan Om Isnan kini mewarnai nuansa di kamar yang terhitung luas, jauh bila dibandingkan dengan kamarku. Andai aku tinggal di sini mungkin aku akan sangat berbahagia ditemani dua pria yang tampan, binal dan haus seks. Dada bidang milik Om Isnan kuremas-remas dan sabil kujilat, kulum dan kusedot-sedot tetek hitam kecil itu sambil tanganku berusaha melepaskan celana jeans Om Isnan yang ketat. Akhirnya Isnan membuka celana jeans-nya sendiri sedangkan celana dalamnya saya lepas dengan menggunakan gigiku. Woww, indah sekali barang milik Isnan. Isnan meronta-ronta. Tanganku mulai nakal bersamaan lidah, tanganku pun ingin bermain dengan kontol Hermansyah. Desah Isnan pun terdengar begitu memburu. Sementara itu Hermansyah pun masih sibuk bermain dengan kejantananku. Rupanya Hermansyah pun sudah tak tahan ingin suatu proses pengakhiran. “Ganti posisi dong..” bisik Isnan sambil naik ke atas ranjang.

“Woww, Dik masukin dong.. udah nggak kuat nich.. pengin ngerasain punyamu..” desah Hermansyah tertahan sambil membimbing batang kontolku menuju lubang pantatnya. Sementara itu Isnan pun tidak ketinggalan, dia mengangkangkan pantatnya kemudian dia dekatkan pada wajahku. Wow, sungguh pemandangan yang indah tatkala liang senggama Isnan tepat berada di wajahku. Kesempatan ini tidak kusia-siakan, kujilat kontol besar milik Isnan yang membuat Isnan menggelinjang tanpa ampun. Tak lama kemudian Hermansyah pun mengikuti langkah Isnan, mengarahkan kontolnya yang panjang itu ke wajahku. Aku berada di bawah dua pria yang haus seks. Hermansyah terlihat merem-melek, tatkala Isnan mengangkat pantatnya untuk berubah arah. Dia yang tadi membelakangi Hermansyah, kini mereka saling berhadapan. Kemudian Isnan pun menurunkan pantatnya ke arah wajahku, kontolnya seakan teracung-acung. Desisnya pun terdengar, “Woww, indah sekali.. nikmat.. enak..”

Dengan tenaga yang masih tersisa saya menawarkan pada Hermansyah supaya berganti posisi. Lima menit kemudian Hermansyah dengan tenaga sisa berusaha bangkit lagi kemudian dia menggoyangkan pinggulnya, kini Isnan dan Hermansyah saling berhadapan di atas tubuhku yang di banjiri peluh, lalu mereka saling berpelukan dan saling menjulurkan lidah masing-masing. Mereka ternyata kalangan biseks tapi tidak masalah bagiku, ini merupakan pengalaman baru bagiku. Hermansyah kini menggeliat dan seluruh tubuhnya kejang-kejang pertanda Hermansyah akan mencapai orgasme dan dia pun berbaring di samping kiriku.

“Sekarang bagianmu Om.. kamu maunya posisi yang gimana..?” bisikku mesra. Rupanya Isnan menginginkan posisi doggy style. Sambil mengangkat kaki kirinya, kupandangi kontol Isnan. Kupermainkan dulu batang kejantannya dengan tanganku. “Ooukh..” desahannya pun terdengar dan aku senang pertanda di sedang dalam keadaan siap tempur. Isnan yang kini menungging semakin membuatku tak sabar, kemudian kuarahkan batang kejantananku ke lubang pantat Isnan. dan.., “Bless..” tanpa halangan yang berarti kejantananku menembus lubang pantat Isnan. Sambil menyentakkan pantatku, kumainkan jariku di lubang pantatnya. Isnan mengeliat-geliat, rupanya letak kelemahannya terdapat pada lubang yang mirip sumur itu. Hermansyah yang terkulai lemas hanya senyum-senyum saja, dia mengakui bahwa aku yang terbaik dari lawan-lawan yang pernah dia pakai.

Hampir 30 menit kukerjai milik Isnan, rupanya Isnan pun sudah merasakan jenuh dengan permainan ini, dan sekarang dia memintaku untuk memasukkan kajantanaku ke lubang pantatnya dengan posisi berhadapan dan aku telentang terbarung. Lalu kuarahkan rudalku ke arah anusnya tapi sebelumnya kujilati dulu untuk melicinkan jalannya penetrasiku. Pertama belum berhasil, kemudian aku meminta bantuan Hermansyah yang sedang terkapar di sampingku untuk melumasi rudal yang belum berhasil mendobrak lubang pantat Isnan. Hermansyah pun melakukannya, dia melumat rudalku dengan lidahnya, kemudian dia mengulum dan menjilati batanganku sampai terlihat licin lalu kucoba melakukan penetrasi lagi, kutekan pantatku. 1.. 2.. 3.. akhirnya aku berhasil menerobos lubang sumur Isnan. Isnan pun merem-melek bagaikan anak yang sedang mengorek kupingnya dengan bulu ayam, ini benar-benar luar biasa. Hampir 24 menit kami melakukan anal seks, sampai akhirnya kami berada pada puncaknya dan setelah itu kami pun tak berdaya. Aku dan Isnan terkapar lemas setelah menyemprotkan cairan nikmatku yang sangat banyak ke lubang pantat Isnan. Aku pun tertidur sambil memeluk kedua pria setengah baya tersebut. Untung aku jalan-jalan kalau tidak, mungkin yah takkan pernah merasakan gimana asyiknya bermain dengan dua pria paruh baya sekaligus.

Sensasi Kereta Api

Awal kejadian yang sungguh sulit untuk kulupakan, pada saat aku dapat tugas dari pimpinan cabang Malang untuk rapat ke kantor pusat Jakarta. Saat itu aku naik kereta api executive Gajayana Malang-Jakarta. Saat pukul 13.00 aku diantar istri dan anak-anak ke stasiun Kota Baru Malang.

Gerbong kereta telah siap dan beberapa orang sudah masuk sesuai tempatnya masing-masing. Kebetulan aku di kursi 1 A ujung depan dekat jendela, dan disebelahku seorang pemuda tanggung. Tepat jam 16.05 , akhirnya istri dan anak-anakku keluar dari gerbong kereta api saat kereta mulai bergerak. Selama di perjalanan laki-laki di sampingku diam tak berbicara, dan akupun tidah menghiraukannya. Dan kuperhatikan dia sibuk dengan HP. Waktu kereta memasuki Kota Blitar dimulai menyapa.

"Tujuan mau kemana Mas?"aku dibuat kaget dengan sapaanya.
"Jakarta. Kalau adik tujuan kemana?" aku berbalik tanya.
"Saya juga ke Jakarta, memang Jakartanya turun mana Mas?"
"Gambir, trus ntar nyambung naik taksi ke Menteng" jawabku singkat.
"Wah, kita satu arah Mas saya daerah Jalan Jaksa."

Hari mulai gelap, saat kami mulai akrab dan sudah saling bercerita, dari tanya jawab tentang skripsi sampai pekerjaanku. Laki-laki bernama Hermawan ini berinisiatip untuk banyak ngomong dan mengajak aku berbicara. Selama pembicaraan sepenuhnya dia menujukkan sikap hormat dan santunnya padaku. Aku juga menaruh respek padanya karena sikapnya itu. Dia pinjamkan majalah dan koran bacaannya padaku, dia juga tawarkan makanan atau minuman yang dia bawa.

Jam 20.00 pegawai kereta membagikan selimut dan bantal. Dan akhirnya pukul 22.15 lampu kereta mulai ada yang dipadamkan. Mungkin memberi kesempatan penumpang untuk isirahat. Akupun mulai berselimut dan mencoba memejamkan mata. Malam semakin larut Aku sangat kaget ketika tiba-tiba tangannya menggenggam tanganku, hampir kutarik kalau dia tidak bilang,

"Tangan Mas dingin banget, nih. Mau nggak kalau aku pijat refleksi tangannya, nanti hangat, deh?", ah, dia punya seribu satu alasan yang selalu tepat untuk banyak berbuat padaku. Aku juga nggak tahu, kenapa aku pasrah saja saat tangannya meraih tanganku membawa ke pangkuannya untuk dia pijit-pijit. Dia bilang pijat refleksi. Aduh, aku berteriak tertahan karena kesakitan, tetapi dengan cepat dia bilang dalam bisikkan, bahwa kalau aku merasakan sakit artinya bahwa memang aku sedang sakit.

Dia terangkan bahwa yang dia pijat itu adalah tombol-tombol saraf yang berhubungan dengan bagian di tubuhku yang sedang kena sakit. Dia bilang paru-paru dan punggungku sedang tidak normal karena dingin atau mungkin karena lelahnya perjalanan. Dan yang membuatku langsung merinding dan bergetar adalah suara bisikkannya itu.

Hermawan mulai tangannya menyentuh pahaku dan aku singkirkan tangannya dari pahaku.
"Maaf Wan," aku mencoba menegurnya.
"Maaf Mas bukan maksudku." Jawabnya sopan.
Langsung aku putus pembicaraannya.
"Dudahlah Dik, lebih baik adik tidur saja, Mas juga sudah ngantuk."
Iwanpun terdiam, tapi ternyata Hermawan tidak mau menyerah begitu saja mungkin rasa penasarannya terhadapku.

Tangannya mulai bergerak lagi tapi tanganya merangkul aku, diletakkan tangannya dibelakang kepalaku. Dan memaksaku dalam pelukannya. Akupun kaget tapi apa daya tangannya kuat, aku pun gak mau membuat keributan di dalam kereta yang penuh dengan penumpang. Akhirnya aku dipelukannya dengan kusandarkan kepalaku di pundaknya dan tanganya melingkar di tubuhku.

Sangat luar biasa kehangatan yang kurasakan saat itu, dan rasa yang aneh karena seorang pemuda merangkulku.
Hermawan tidak berhenti disitu aja dia mulai meraba paha dan menyentuh jendolan selangkanganku. Aku mencoba melarangnya tapi kenapa aku merasakan kenikmatan. Dia terus memijit-mijit daerah sensitifku, dan aku mendesis, "akh.!!!"
Hermawan terus memijit daerah sensitifku tersebut tanpa henti-henti.

Akupun tidak merasa takut ketahuan penumpang lainya karena perbuatannya d ibawah selimut kereta api.
Hermawan mulai bergerak dan membuka kancing celanaku. Aku hanya diam tak bicara, ingin tau apa yang akan dilakukannya.

Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Hermawan supaya ia melepaskan pelukannya pada diriku.
"Wan, jangan Wan, ini enggak pantas kita lakukan..!", kataku terbata-bata.

Tiba-tiba Hermawan menarik badanku sehingga merapat ke tubuhnya. Tanpa berkata apa-apa dia langsung menciumku. Aku tidak sempat menghindar, dan aku merasakan sesuatu aneh. Bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Hermawan menempel ke tengkuk leherku. Aku merasakan birahi dan rangsangat menjalar ke sekujur tubuhku.

bibirku hingga beberapa saat. Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Hermawan melumat mulutku. Lidah Hermawan menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Lalu ia mulai menjilati dan menciumi seluruh leherku, lalu merambat pipi dan telingaku. Aku memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Hermawan sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.

Hermawan memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampingku dengn erat. Aku juga masih terduduk dipangkuannya.
"Memang nggak pantas Mas, tapi gimana lagi Mas, toh juga meresponku waktu di kereta api ", Ujar Hermawan yang terdengar seperti desahan.

Setelah itu Hermawan kembali mendaratkan ciuman Hermawan sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Hermawan yang kekar itu membuka kancing celanaku. Tak ayal lagi, celana dalam berwarna putih bersih itu terbuka di depan Hermawan. Secara refleks aku masih coba berontak.Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan tangaku. Tetapi dengan cepat tangan Hermawan memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Hermawan menunduk dan tanpa membuang waktu, bibir Hermawan melumat jendolan celana dalamku.
Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan meremas jendolan kenyal di dalam celana dalamku itu..

Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku semakin menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika tangan Hermawan mencoba menyingkap celana dalamku. Ikat pinggang celaku dikendorkan dan diturunkan, sehingga kontolku yang telah tegang itupun lalu mencuat keluar. Aku tersentak kaget, namun aku kalah cepat karena bibir dan lidah Hermawan menjilat dan melumat kontolku yang teracung itu.
"Mas.. barangmu besar banget. A.. aku makin nggak ta.. tahan.... , ", kata Hermawan terputus-putus karna nafsu birahi yang kian memuncak. Sambil dijilati dan dihisapnya kontolku, tangan Hermawan menggerayang ke dadad dan perutku. Lala dia mengulum dan menyedoti cairan precum dari ujung kontolku.

Kemudian Hermawan juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia pandai sekali mengelitik dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, dengan cepat Hermawan melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan tenaga kuat yang dimiliki Hermawan , dengan mudah ia menaklukkan perlawananku.

"Gimana Mas?"
Akh. Ogh... aku hanya mendesisi kenikmatan. Ternyata tidak berhenti disitu saja dia mulai menurunkan seluruh celanaku. Lalu dia menurunkan celana dalamku.
Dan ya ampun.. Nikmat luar biasa sangat dia mengulum buah pelerku.
"Akh.. Akh... ough.. Terus dik. Terus.. Oh...!!!"

Dia terus mengobok-ngobok kontolku dengan mulutnya dan menghisap kontolku. Dan akhirnya aku kontolku berdenyut denyut mau mengeluarkan sesuatu yang menyentak nyentak di dalam kantung spermaku. Aku akhirnya ejakulasi di dalam mulut pemuda ini. Baru kali ini aku rasakan oral seks dan aku memuncratkan spermaku di dalam mulut orang. Karena selama ini tidak pernah aku merasakan hisapan dan jilatan lidah di kontolku.

Sungguh nikmat luar biasa. Aku mengerang dan menjambak rambutnya saat ejakulasi. "Akhhhhh...!!!" Crott….crottt…semburan spemaku memenuhi mulut pemuda ini.
Hermawan lalu duduk dan dengan tissue mengelap sudut bibirnya.
"Mas tolong gantian dong."
Dia menuntun tangannya kearah kontolnya. Sebetulnya aku amat tersinggung dan terhina pada ulah Hermawan ini, tetapi nggak tahu kenapa aku tiba-tiba serasa ditimpa dan ditampar sebuah sensasi yang hebat saat tanganku dia paksakan menggenggam sesuatu yang sangat luar biasa bagiku. Tanganku merasakan kontol Hermawan itu sangat hangat, meskipun gede dan panjangnya hanya selisih lebih dikit dibanding milikku. Sepertinya aku terpukau oleh sihir kontol Hermawan ini. Untung reflek bertahanku masih menampakkan penolakkan dengan berusaha menarik dari cengkeraman tangannya. Hanya akhirnya karena kekuatan yang tidak seimbang, dia membuat aku tidak berkutik,
"Tolong, Mas, sebentar saja, saya bener-bener tidak bisa menahan nafsu birahiku, tolong Mas, biar aku terlepas dari siksaanku ini, tolooonng.. tadikan Mas sudah saya buat orgasme. Jadi gantian Mas.", dia menghiba dalam berbisik dan aku semakin tertelikung oleh kekuatan tangannya dan sekaligus sihir nafsu birahiku yang tak mampu menghadapi sensasi penuh pesona ini.

Dia kembali bisikkan ke telingaku,
"Kocok, Mas, aku pengin keluar cepet, nih", sambil dia pegang tanganku untuk menuntun kocokkannya. Dan aku sudah mengambil keputusan yang sangat berbeda dengan ketegaran awalku tadi. Aku merasa telah dikalahkan oleh suatu kondisi.
Akupun mulai mengocok kontolnya.

Telah beberapa saat dia mendesah dan merintih lirih, tetapi belum juga ejakulasinya datang. Bahkan kini aku sendiri mulai terjebak dalam kisaran arus birahi sejak tangannya juga merabai dadaku dan memainkan puting susuku. Sedangkan tangan satunya kembali meraba raba jendolan kontolku. Aku terbawa mendesah dan merintih pelan dan tertahan. Aku mengalami keadaan ekstase birahi. Mataku tertutup, khayalanku mengembara, pikiranku sudah kemana-mana mungkin karena aku sudah terangsang.
"Ayoo, dik, aku sudah cape, nih, keluarin cepeett...s",
Dia tersenyum, "Susah, Mas, kecualii...",
"Apaan lagi?",
"Kalau Mas mau menciumi dan mengisepnya.". Gila. Dia sudah gila. Beraninya dia bilang begitu padaku. Tt.. tet.. ttapi .. mungkin aku kini yang lebih gila lagi. Aa.. aak.. ku mengangguk saat matanya melihat mataku. Sesungguhnya sejak tadi saat tanganku menggapai kontolnya kemudian merasakan betapa keras aku sudah demikian terhanyut untuk selekasnya bisa menyaksikan betapa mentakjubkan kontol segede itu. Aku sudah demikian tergiring untuk selekasnya mencium betapa harumnya aroma kontol itu, betapa lidahkupun ingin merasakan bagaimana seandainya aku berkesempatan melumat-lumat kontol si Hermawan ini. Dan kini rasanya yang sangat berharap untuk mengisep-isep itu bukan dia tetapi aku kini yang kehausan dan ingin sekali menciumi dan mengisep kontol Hermawan .

Cahaya lampu Kereta Gajayana yang memang diredupkan untuk memberi kesempatan para penumpang bisa tidur nyenyak sangat membantu apa yang sedang berlangsung di kursi kami ini. Aku bergerak telungkup menyusup ke dalam selimutnya. Gelap, tetapi bibirku langsung menyentuh kemudian mencaplok kontol Punya Hermawan itu. Aku sudah di luar kendali. Entah apa yang terjadi. Aku tidak lagi berfikir jernih. Aku sudah masa bodo. Nafsuku sudah menjerat aku. Aku mulai mengkulum kontol itu, lidahku bermain dan aku mulai memompakan mulutku ke kontol Hermawan . Huuhh, aroma kontolnyaa.., sungguh aku langsung terhanyut dan bergelegak. Aku mengharapkan sperma dan air mani Hermawan cepat muncrat ke mulutku. Aku biasa menelan sperma suamiku, sehingga kini aku juga merasa biasa saja kalau kontol ini akhirnya akan memuncratkan spermanya dan aku pasti menelannya.

Aku yakin Hermawan sudah memikirkan kemungkinan untuk tidak sampai menjadi perhatian penumpang lainnya. Aku sendiri akhirnya demikian masa bodoh. Aku yang sudah demikian larut dalam kenikmatan yang tak mudah kutemui di tempat lain ini terus hanyut dalam keasyikan birahi dengan kontol dalam jilatan dan kulumanku. Aku merem melek setiap lidahku menjulur dan menariknya kembali. Rasa asin precum Hermawan demikian aku nikmati sepenuh perasaan dan gelinjang nafsuku.
Aroma jembut tebal Hermawan sangat memabukkanku. Dalam ruangan selimut yang demikian sempit itu aroma kelelakian Hermawan demikian menggumpal merasuki hidungku. Sementara tangan Hermawan sendiri kurasakan aktif mengelusi di arah rambutku, terkadang juga turun hingga ke pantatku. Aku menggelinjang tertahan dalam tempat yang serba terbatas ini.

Kini yang kurasakan adalah kehausan yang amat sangat. Aku ingin minum. Aku ingin secepatnya air mani Hermawan muncrat dari kontolnya ini. Aku sangat haus untuk segera meminum sperma panasnya. Aku lumat-lumat sepenuh perasaanku dengan harapan bisa secepatnya merangsang Hermawan untuk melepaskan spermanya. Kontol itu kuperosokkan dalam-dalam kemulutku hingga menyentuh tenggorokkanku. Aku mengerang, mendesah sambil bergumam meracau. Tanganku juga ikut mengelusi batangnya kekar dan keras itu. Sesekali lidah dan bibirku menjilati batangnya hingga ke pangkal dan bijih pelernya.

Benar, tidak sampai 5 menit sebuah kedutan yang sangat keras mengejut dalam mulutku diikuti pancaran panas air mani Hermawan . Kedutan-kedutan selanjutnya membuat mulutku penuh oleh cairan lendir panas itu. Aku buru-buru menelannya agar tidak tercecer.

"Terima kasih, ya Mas", katanya sambil membetulkan celananya dan menarik tutup resluitingnya.
Akupun membersihkan mulutku dengan tisu diatas kursi kami.

Akhirnya karena kelelahan, kamipun tertidur pulas.

Akhirnya pukul 06.30 kereta api sampai Stasiun Gambir dan kami pun turun.
"Mas gimana kalau kita satu taksi biar irit biaya toh jalannya satu arah"
"Ok..!!" akupun mengiyakan
Didalam taksi aku dan Hermawan berdiam diri. Aku terdiam sambil membayangkan semalam di dalam kereta api yang aneh dan kurasakan luar biasa.
Akhirnya saya turun depan kantor pusat aku bekerja. Lalu kami tukar nomor HP dan aku turun dari taksi.

Setelah selesai bertemu dengan staf kantor pusat sekaligus mengatur jadwal kegiatanku selama di Jakarta. Aku diantar staf untuk check in di salah satu hotel dekat kantor pusatku.

Setelah berbenah diri dan membongkar barang bawaanku, aku ingin mandi rendaman di bath up. Namun, sungguh aneh. Kuterbayang lagi kejadian pertama kali yang kurasakan di dalam kereta api tadi malam.

Bunyi Hp berdering, lalu kuangkat
"Sore Mas. lagi dimana??"tanya Hermawan
"Sore juga Wan, Aku lagi di kamar hotel. Ini mau mandi. Kalo kamu?.
"Aku lagi di jalan, abis cari makan. Boleh mampir ke kamar Mas?
Antara ragu dan gamang, akhirnya aku malah memberikan nomor kamar hotelku.
Saat aku masih rendaman di bath up, kudengar suara dering bel pintu. Bergegas aku menyambar handuk dan kubukakan pintu kamar. Ternyata Hermawan datang lebih cepat dari perkiraanku.
“Bentar ya…aku selesaikan mandiku dulu” aku berpamitan dan menyilahkan Hermawan duduk.
Lalu aku kembali ke kamar mandi. Namun rupanya Hermawan malah membuntutiku dan menahan pintu kamar mandi saat kututup.
Lalu dengan gerak cepat dia menyambar handukku, sehingga aku telanjang bulat di depannya.

Sekarang tubuhku yang padat dan putih itu benar-benar telanjang total dihadapan Hermawan . Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain seperti ini. Sebelumnya aku juga tak pernah terpikir akan terjadi seperti ini.

Entah karna apa aku malah cuma diam saja ketika Hermawan mulai mendekapku. Perlahan birahiku mulai mengalir saat rabaan dan elusan tangan Hermawan menjulur di bagian sensitifku.
Aku diam saja ketika Hermawan kembali menggarap tubuhku. Bibir dan salah satu tangannya menggerayangi dadaku, sementara tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.

Tiba-tiba Hermawan beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku sama-sama telanjang dengan sesama laki-lakinya. Ohh. Aku melihat tubuh Hermawan yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan denganku.

Kini tubuh telanjang Hermawan mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Hermawan menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas dadaku. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.

Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang menggelitik pantatku. Ternyata Hermawan nekat memasukkan jari tangannya kecelah pantatku.Ia memutar-mutar telunjuknya di dalam lubang pantatku, aku merasakan suatu sensasi yang aneh dan nikmat yang berbeda. Sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.

"Wan, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ", pintaku.
Tetapi lagi-lagi Hermawan tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis kontolku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenikmatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Hermawan yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi.

Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Hermawan melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
"Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti Mas dong yang aktif..!", Kata Hermawan dengan manja.
"Mas nggak bisa Wan, lagian Mas masih takut..!", Jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon... kocok kontolku kayak di kereta api kemarin Mas", ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.

Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Hermawan ..

Dengan dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan penis milik Hermawan . Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Hermawan yang sangat besar tersebut. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Hermawan cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Hermawan yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya.

Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar di hadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Hermawan kembali melumat batang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di urat keras batang kontolku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Hermawan dengan tanganku.

Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu. Setelah itu Hermawan beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak di sebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Hermawan yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh sesama lelaki yang juga sedang telanjang.

Hermawan kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Hermawan . Hermawan terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.

Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Hermawan . Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Hermawan . Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat bergesekan dengan batang kemaluanku. Gesekan dua batang kontol ini kurasakan sensasi luar biasa. Lalu Hermawan turun dan mulai menjilati dada, perut terus turun ke bulu-bulu kemaluanku hingga akhirnya kontolku melesak habis dikulum bibirnya.
Lama Hermawan mengocok dan menjilati batang kontolku, sambil tangannya meraba raba dan memijiti sekujur titik sensitifku. Lalu kurasakan jari telunjuk Hermawan menguak belahan pantatku dan menusuk ke lubang anusku.

Rupanya Hermawan berusaha memasukkan jarinya ke lubang anusku. Tentu saja aku tersentak dan kaget.

"Hermawan . jangan dimasukkan..!", kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
"Oke. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan di luarnya saja ya..?", jawab Hermawan juga dengan napas yang terengah-engah.

Kemudian Hermawan meubah posisi dan kini memasang ujung penisnya tepat di celah lubang anusku. Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh lubang anusku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Hermawan berhasil menerobos lubang anusku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung kepala penis itu mulai menerobos masuk. Walau pun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Seperti janji Hermawan , penisnya itu hanya hanya digesek-gesekan di bibir lubang anusku saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Hermawan itu luar biasa nikmatnya.

Hermawan terus menerus memaju-mundurkan batang penis sebatas di bibir lubang anusku. keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.
" Ayoohh.. ngoommoong lhooo, giimaanna raasaanyaa..?", Kata Hermawan tersengal-sengal.
"Oohh.. teeruuss.. Wan.. teeruss..!", ujarku sama-sama tersengal.

Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu telah amblas semua ke lubang anusku. Bless, perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam lubang anusku.
"Lohh..? wan..! Dimaassuukiin seemmua yah..?", tanyaku.
"Taanguung, Mas. Aku juga nggak tahhan..!", ujarnya dengan terus memompa kontolnya secara perlahan.

Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua di lubang anusku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Hermawan semakin tertekan kedalam lubang anusku dan melesak hingga ke dasar usus besarku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding ususku hingga perutku terasa penuh.

Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Hermawan dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya Hermawan . Semakin lama, genjotan Hermawan semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat. "Clep., clep., clep., cleep..", begitulah bunyi batang zakar Hermawan yang terus memompa lubang pantatku.

"Teerruss waaannn..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!", erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini.
Aku sudah tidak berpikir lagi tentang hubungan sejenis antara dua pria ini. Hermawan benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.

Tidak lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh Hermawan . Kontolku tergesek gesek di perutku dan perutnya. Ada sensasi aneh ketika bulu-bulu di perut Hermawan menggelitik urat kontolku. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Hermawan dan kupeluk erat-erat.
"Wannnn.. aakkuu.. haampiir.. keluarr..!", desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan. Tahu aku hampir orgasme, Hermawan semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya lubang belahan pantatku.

Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Hermawan yang kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
"Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Maasss.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. barengan.!"desah Hermawan .
"Ooh.. aauuhh.. aakkuu.. mauuu klimaks.. wwaan..!", jawabku.Lalu dengan secepat kilat, aku mengocok kocok kontolku, agar ejakulasiku lebih cepat.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Hermawan , sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Hermawan dapat menancap sedalam-dalamnya.
Lalu beberapa semprotan spermaku muncrat menyembur membasahi perutku dan perut Hermawan. Tapi sperma itu tidak terlalu banyak, mungkin karena aku belum benar-benar mencapai klimas yang sebenarnya.

Setelah kenikmatan sesaat ejakulasi itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Hermawan juga menghentikan genjotannya.
"Aku belum keluar sayang. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..!", ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Hermawan memompa terus lubang anusku. Karena lelah, aku pasif saja saat Hermawan terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Hermawan . Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat lubang pantatku yang dihajar batang kejantanan Hermawan .

Hermawan semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari perbatasan selangkangan yang dengan kencang dipompa si Hermawan. Maka aku balik membalas ciuman Hermawan, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Hermawan yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang anusku.

"Mas ingiin.. lagii..?", tanya Hermawan .
"Eehh..", hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.

Tiba-tiba Hermawan bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Hermawan dibawah.
"Ayoohh gaantii..! Mas.. seekaarang di ataass..", kata Hermawan .
Dengan posisi tubuh diatas Hermawan , pantatku kuputar-putar, maju-mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Hermawan yang masih mengacung di lubang anusku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Hermawan . Hermawan yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.

"Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa..", kata si Hermawan sambil meremas-remas dadaku serta mengocok kocok mkontolku.
Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Hermawan , lagi-lagi kenimatan tak terkira akan datang menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan lubang pantatku kebatang penis Hermawan. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Hermawan . Aku juga semakin liar membalas ciuman Hermawan sambil tangaku terus membantu mengocok kocok kontolku.

Wwaaann.. aakuu.. haampiir.. keluarrr.. laaggii....!", kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Hermawan langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Sehingga orgasmeku tertahan.Dengan napas yang terengah-engah, Hermawan yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa lagi lubang pantatku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke celah pantatku. Hermawan kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.

"Kalau mau orgasmee ngomong yaa.., biaar lepaass..!", desah Hermawan .
Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
"Teruss.. , teruss.. , akuu.. mauu orgasmee Wannn..!", desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Hermawan .

Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Hermawan mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di lubang anusku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

"Mas.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr..!", erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat Hermawan yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat mengocokm kocok kontolku sendiri. Crot.. crot.. crot..! Sperma Hermawan terasa sangat deras muncrat dilubang anusku.
Hermawan memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang anusku. Aku merasa lubang anusku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Hermawan .

Gila, sperma Hermawan luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang anusku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Hermawan belepotan hingga mengalir keluar dan meleleh di pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk beberapa saat Hermawan masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar, sungguh baru kali ini kurasakan betapa nikmatnya disodomi. Mengapa tak sedari dulu kurasakan persetubuhan sejenis ini. Mengapa saat aku telah menikah dan punya anak??

Selasa, 29 November 2011

Murid Yang

Hari itu aku harus ulangan susulan Kimia. Karena Pak Anton tidak membawa daftar nilai, maka ia mengajakku untuk ulangan Kimia di rumahnya saja. Ia tinggal bersama Pak Dion, guru matematikaku. Aku menuruti kemauannya. Kami menuju ke belakang, ke bagian rumah guru-guru.

Hari sangat mendung, petir menggelegar. Tanpa disangka, turunlah hujan yang sangat deras. Kami berdua kebasahan. Pakaian kami basah kuyup. Padahal rumah Pak Anton masih agak jauh. Terpaksa, aku berlari mengikuti Pak Anton, karena aku tidak tahu di mana rumah Pak Anton. Akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang kecil dan sederhana. Pak Anton mengeluarkan kunci dan membuka pintunya.

Ia mempersilahkanku masuk. Aku masuk, dan ternyata di dalamlebih gelap dibanding di luar. Bila di luar agak terang, di dalam sedikit remang-remang. Pak Anton pun masuk. Ia mengunci pintu itu dan memasukkan kuncinya ke dalam saku kemejanya yang basah.

Ia menyuruhku mengikutinya. Aku menyadari itu tadi ruang tamu; mengapa gelap seperti itu? Aku mengikutinya hingga sampai ke sebuah ruangan; seperti sebuah ruangan untuk tidur. Aku masuk dan ia pun ikut masuk. Suasana ruangan sangat erotis; ada sinar oranye dari atas. Terdapat sebuah meja dan sebuah kursi sofa. Ada pula sebuah televisi 29 inci dengan videonya. Ternyata keadaan ruang tidurnya jauh lebih nyaman dibanding dengan ruang tamunya.

Tiba-tiba, engsel pintu kamar itu berdecit dan terkunci. Ada yang tampaknya mengunci dari luar. Aku berusaha agar tidak panik, namun mengapa Pak Anton malahan duduk dan tenang-tenang saja? Ia malahan membuka sepatu dan kaos kakinya.

"Kamu mau saya ikat?"

"Hah? Apa?"

"Diikat di ranjang...pokoknya gampang deh. Sekarang mau nilai berapa? Delapan, sembilan...?"

"Lho, kok...? Kok saya yang nentuin nilainya...?"

"Iya... nih, saya tulis sembilan setengah."

Aku melihat Pak Anton menulis angka itu di daftar nilaiku.

"Sekarang kita nonton video saja. Coba kamu pilih video yang ada di laci sana. Ambil yang mana sesuka kamu."

Aku membuka laci yang ditunjuk Pak Anton. Sementara aku melihat-lihat video, aku melihat Pak Anton membuka kemejanya yang basah. Ia tak memakai singlet; ia mengelap seluruh dadanya dengan kemeja itu. Aku tak dapat menahan gejolak nafsuku; dada Pak Anton begitu bidang dan menggairahkan. Aku ingin menjilati dadanya yang seksi itu. Ia lalu berdiri dan membuka ikat pinggangnya secara perlahan; membuatku sangat bergairah. Ia melempar ikat pinggangnya ke samping. Lalu, ia mulai membuka celananya. Ia memakai kolor hitam; kolor itu sama dengan warna kulitnya, membuat ia seakan-akan tidak memakai sehelai benang pun. Ia lalu menyadari bahwa aku memperhatikannya sejak tadi.

"Ayo, pilih yang mana?"

"Oh, iya, Pak."

Ternyata hampir ada tigapuluh video di laci itu. Setelah kuperhatikan judulnya, dapat kupastikan bahwa semua video itu adalah blue film homoseks. Kuambil satu. Kulihat gambarnya. Benar-benar panas. Aku langsung menjadi terangsang melihat gambar video itu. Aku menutup laci dan menyerah-kannya kepada Pak Anton.

"Oh, yang ini. Wah...aku udah pernah nonton 'tuh. Kamu aja

yang nonton, ya?"

"Iya, Pak."

"Buka bajumu. Kamu nanti pilek kalau basah kuyup gitu. Buka aja kemeja sama celananya, nanti juga kering sendiri."

Aku menuruti saja keinginan Pak Anton. Ia sudah memberi nilai sembilan setengah kepadaku. Aku tak ingin menyia-nyiakan kebaikan Pak Anton ini. Kubuka kemejaku. Kutaruh di meja. Kubuka pula celanaku. Aku terpaksa membuka sepatu dan kaos kakiku. Aku hanya memakai singlet dan kolor. Aku merasa aneh, namun ketika melihat Pak Anton yang malahan hanya berkolor, aku malahan ingin cepat-cepat membuka seluruh pakaianku. Pak Anton memasukkan video dan menyalakan TV.

"Duduk di sini, biar enak nontonnya. Santai aja."

"Iya, Pak.”

Aku duduk persis di depannya, seperti yang ia suruh. Kakiku kuselonjorkan, sehingga kepenatan hari itu terasa hilang. Film itu pun dimulai. Tanpa cerita yang jelas, muncul dua orang pria tampan dengan dada berbulu serta kontol yang panjang, keras, dan pantat yang bahenol saling sodom-menyodom. Suara mereka terdengar jelas; mendesah-desah. Begitu menggairahkan. Mereka melakukannya di tembok. Yang menyodom mulai menggigit-gigit leher yang disodom. Adegan itu sangat menggairahkan; kontolku mulai ngaceng.

Tiba-tiba, tangan Pak Anton mulai meraba-raba punggungku.

Aku mulai merasa risih. "Jangan, Pak...Jangan..." Namun tangan Pak Anton tak kuasa kusingkirkan. Kubiarkan kedua tangan Pak Anton meraba-raba punggungku. Aku mulai terangsang; terdengar desahan-desahan kecil dari mulutku. Tapi kemudian, terpengaruh dengan adegan video, napasku mulai memburu. Tangan Pak Anton mulai menggerayangi tali singletku. Ia menurunkannya ke bawah; bahuku telanjang. Terasa tubuhnya mendekat; akhirnya menyentuh punggungku. Terasa dadanya yang bidang; aku semakin bergairah.

Tangan Pak Anton mulai bergerak ke leherku; memijitku, dan menurunkan tali singletku yang lain. Ia mulai menciumi leherku; gairahku memuncak; tititku semakin panjang dan besar. Lama-lama ia tidak hanya menciumiku; ia mulai menggigit leherku. Aku menjadi sangat bernafsu; tangannya mulai gerayangan menuju kontolku. Ia memegang-megang kolorku dan mengusap-usapnya; sementara itu bibirnya tak berhenti menggigit leherku. Aku tak tahan lagi dan langsung membuka singletku. Pak Anton semakin bergairah; ia pun berdiri, lalu berjalan ke depanku. Ia lalu menyuruhku membuka kolornya; aku menuruti keinginannya. Kutarik ke bawah kolor hitamnya; ternyata kontolnya sangat panjang dan besar. Pak Anton rupanya juga bergairah denganku; aku tak menyia-nyiakan kebaik-annya; langsung kuberlutut di depannya dan kusepong kontolnya.

Tanganku menggerayangi pantatnya; pantatnya sangat besar dan seksi; membuatku semakin bergairah. Kusepong kontolnya makin cepat; tangan Pak Anton mengusap-usap rambutku; ia pun mendesah semakin cepat. Pak Anton berteriak-teriak akan orgasme; dan orgasmelah dia. Pejunya mengalir dengan deras ke mulutku; gairahku pun mencapai puncak; aku tak tahan lagi. Puncak kenikmatan pun menghampiriku; aku pun orgasme dan pejuku mengalir deras. Pak Anton tak menyia-nyiakan orgasmeku; ia menyuruhku telentang dan ia menindihku, lalu ia menyepong kontolku yang mengeluarkan peju.

Pejunya habis; demikian pula pejuku. Aku hanya bisa terduduk kelelahan; puncak kenikmatan sudah selesai. Aku duduk bersandar i tembok; kakiku kuselonjorkan. Kolorku telah ditarik ke bawah oleh Pak Anton; kontolku telah disepong olehnya. Pak Anton menghampiriku dan melepaskan kolorku; rupanya kolornya telah kulepas. Ia telanjang bulat; demikian pula aku. Ia duduk di atas pahaku. Tangannya mulai menggerayangiku lagi; kali ini di sekitar dadaku. Bibirnya mendekat; lalu menyentuh bibirku. Lidahnya menjelajahi mulutku; kami saling menjilat-jilat lidah masing-masing.

Aku tak tahan; tanganku menarik tubuhnya agar menyentuh tubuhku. Kami menghentikan ciuman; kami hanya bisa mendesah semakin cepat. Napas kami berdua memburu; kami kembali berciuman dengan lebih bergairah. Jarinya mencubit putingku; aku menjadi semakin bergairah. Ia ingin berdiri; tapi bibirnya tak ingin lepas dariku. Ia mengajakku berdiri; aku pun ikut berdiri. Bibir kami masih menempel; lidahnya semakin berani di mulutku.

Ia menghentikan ciumannya; lalu malahan mundur. Hujan di luar bertambah deras. Tiba-tiba, sinar oranye itu hilang. Video pun mati. Ruangan menjadi sunyi dan gelap; tanpa sinar. Aku panik dan mulai mencari Pak Anton.

"Pak...Pak Anton? Pak...? Pak Anton...Pak...? Pak Anton...?"

Tiba-tiba, tubuhku disergap oleh seseorang. Aku berteriak

kaget; dan terasa sebuah tubuh lain; bukan tubuh Pak Anton. Dada tubuh ini lebih bidang dan rasanya malah lebih menggairahkan.

Tubuh itu mendorong tubuhku ke sebuah tembok. Tembok itu bulat; sehingga terasa seperti cocok untuk...menyodom.

Dugaanku tepat. Tangan tubuh itu membuka pantatku dan memasukkan sebatang kontol ke dalam pantatku. "Aaahhh...aaahhhh....sakit....sakit....jangan....jangan...lagi...laaagi...mmmmhhhh..."

Ternyata kontolnya sangat panjang; untunglah pantatku cukup bahenol untuk menampungnya. Ternyata Pak Dion sedang menyodomku. Ia telah telanjang bulat; rupanya sudah siap untuk menyodom. Aku mulai berteriak-teriak keenakan; apalagi Pak Dion mulai menggigit-gigitku. Aku tak tahan lagi; gairahku semakin memuncak. Pak Dion juga berteriak-teriak; ia pun akan mencapai orgasme. Napas kami semakin cepat dan memburu; ia mencapai orgasme. Pejunya mengalir deras ke dalam pantatku; nafsu seks kami tak tertahankan lagi. Aku mendorong tubuhnya agar kontolnya lebih

masuk ke dalam pantatku; kami dipenuhi gairah. Tubuh kami bergerak sesuai irama; pejuku sendiri mulai mengalir.

Ia melepaskan kontolnya dari dalam pantatku; lalu ia berlutut di depanku. Aku berbalik dan Pak Dion langsung menyepong kontolku yang sedang mengeluarkan peju untuk keduakalinya. Ia menyedot peju itu dengan penuh gairah; aku mengusap-usap rambutnya agar ia semakin bergairah.

Pejuku habis; Pak Dion berhenti menyepong kontolku. Ia berdiri dan menjilat-jilat pejuku; rupanya terasa nikmat untuknya. Aku naik ke ranjang; kelelahan. Aku mengelap keringatku. Aku membiarkan diriku telanjang. Pak Dion rupanya sangat puas dengan servisku. Lalu, ia menyuruhku untuk menyegarkan diri di kamar mandi. Aku menuruti kemauannya. Tubuh telanjangku seluruhnya berkeringat; aku memang membutuhkan penyegaran. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah shower air hangat; aku menyalakannya.

Terasa nikmat di tubuhku; aku mulai menyabuni badanku. Aku membasuhnya dengan air hangat itu sambil memijit-mijit tubuhku; kelelahanku berangsur-angsur hilang; kini aku kembali siap menjadi budak seks mereka.

Pintu kamar mandi itu terbuka. Pak Dion masuk; ia hanya melilitkan handuk kecil di sekitar kontolnya. Ia menutup pintu kembali. Aku tidak menyadari Pak Dion datang; aku sibuk memi-jit seluruh tubuhku.

Tiba-tiba bahuku dipijat oleh seseorang; pijatannya terasa sangat nikmat. Aku mulai terangsang; kontolku mulai ngaceng. Air shower masih mengalir; aku menyadari bahwa Pak Dion membutuh-kanku kembali. Tangannya mulai menggerayangi tubuhku; aku mematikan air shower dan mulai menikmati rangsangannya. Aku tak tahan lagi dan aku berlari ke depan kaca untuk mencari handuk. Ke mana handukku? Baru aku menyadari bahwa satu-satunya handuk adalah handuk berbulu yang melilit di sekitar kontol Pak Dion. Pak Dion menyadari kelelahanku; ia berusaha untuk meng-gairahkanku lagi. Ia melepas handuk itu ke lantai dan bergerak mendekatiku. Ia berdiri di belakangku; tangannya yang berotot kencang dan kekar itu mulai meraba-raba punggungku dan dadaku. Pemanasan pun dimulai. Leherku mulai dijilat-jilat penuh nafsu.

Setelah lidahnya puas menjilat-jilat leherku, ia mulai menggigit-gigitnya secara perlahan-lahan. Namun melihat aku yang sangat terangsang, Pak Dion mendekapku dengan erat dan mulai menggigit-gigit leherku lebih cepat.

Kami pun meninggalkan pemanasan dan mulai melakukan kegiatan seksual. Kudorong pantat Pak Dion agar menempel ke tubuhku dan dalam sekejap kontolnya pun telah bersarang di pantatku; kami bergerak-gerak sesuai nafas kami; mula-mula lambat, namun tak sampai semenit kemudian kami sudah dipenuhi gairah seksual yang mulai mencapai puncak kenikmatan. Pak Dion terus menggigit-gigit leherku. Agar lebih nikmat, ia mendorong tubuhku ke tembok kamar mandi yang bulat itu. Tanganku yang satu berpegangan pada tembok itu, sedangkan tanganku yang lain mendorong pantatnya agar kontolnya yang ngaceng di dalam pantatku itu lebih masuk ke dalam; kami berdua ketagihan sejak beberapa jam yang lalu; nafas kami semakin memburu. Nafsu kami berdua tak tertahankan lagi; dada Pak Dion yang bidang menempel pada punggungku; gigitan Pak Dion pun semakin cepat.

Kami bergoyang sesuai irama tubuh kami; tembok bulat itu sangat mendukung kegiatan seksual kami berdua.

Kami mulai bergoyang makin cepat. Kenikmatan seksual mulai dirasakan oleh kami berdua. Dan kenikmatan itu mencapai puncaknya saat peju Pak Dion mulai mengalir memasuki pantatku. Rasanya sangat nikmat; Pak Dion memang lelaki, bujangan dan perjaka paling seksi dan paling bernafsu yang pernah kulihat. Setelah pejuku mulai mengalir, ia langsung berganti posisi dan Pak Dion langsung membuka pantatnya. Langsung kumasukkan kontol panjangku ke dalam pantatnya; kami mengerang-erang penuh kenikmatan; kamipun semakin ketagihan.

Aku menyodom Pak Dion. Kugigit-gigit lehernya yang kekar dan menggairahkan. Kuraba seluruh punggungnya yang berotot ken-cang dan kekar itu. Kudorong Pak Dion ke tembok bulat itu dan kami pun mulai bergoyang; pejuku mengalir deras ke dalam pantat Pak Dion dan kami pun mulai mengerang-erang penuh kenikmatan.

Kami berdua makin ketagihan untuk melakukan sodom-menyodom ini; erangan-erangan kami berdua berubah menjadi teriakan-teriakan penuh nafsu dan kegairahan; tak disangka, Pak Dion orgasme lagi untuk yang kesekian kalinya. Kukeluarkan kontolku dari dalam pantatnya dan keluar dari kamar mandi; aku tak tahan lagi akan nafsu Pak Dion yang membuatnya mampu melakukannya berulang kali. Aku berlari ke ranjang dan tengkurap kelelahan; bajuku belum sempat kupakai; aku sangat lelah dan membutuhkan tidur.

Namun, Pak Dion belum mengijinkan aku tidur; ia keluar darikamar mandi dan berjalan ke ranjang. Lalu, ia naik ke ranjang dan menindihku; ia kembali memasukkan kontolnya yang panjang itu ke dalam pantatku; pejunya mengalir deras ke dalam pantatku lagi. Pak Dion menjilat-jilat punggungku; setelah puas, ia turun dari ranjang dan duduk di kursi sofa yang ada di kamar itu. Pak Dion kembali menyalakan TV dan video; ia ingin menyaksikan blue film itu lagi; tak sehelai benang pun melekat di tubuhnya. Aku turun dari ranjang dan duduk di sampingnya.

Aku ketagihan dan ingin terus dan terus ngentot dengan Pak Dion. Ia menyadari bahwa aku ingin lagi. Ia menundukkan kepalaku dan aku mulai menyepong, mengisap dan menjilati kontolnya yang sedang ngaceng itu. Ia mengeraskan suara video dan seluruh kamar dipenuhi suara lelaki orgasme. Aku pun ikut terangsang dan menyepong lebih cepat. Lama-lama semakin cepat, dan aku tak tahan lagi. Kulepaskan mulutku dari kontolnya. Ia mulai orgasme dan kontolnya mengeluarkan peju; aku tak pernah mencoba untuk menjilat pejunya. Tapi Pak Dion memaksaku; ia berlutut di sofa persis di depanku. Aku berhadapan dengan kontolnya; Pak Dion mendekatkan kepalaku pada kontolnya dan aku menyepong kontolnya. Ternyata rasa pejunya benar-benar luar biasa!

Selesai orgasme, ia mengeluarkan kontolnya; bibirnya langsung mencumbuku dan menjilat lidahku yang penuh peju. Setelah selesai, ia lalu berdiri dan mengajakku ke ranjang.

Nafsu kami meluap. Di sana kami berciuman dan bercumbu, saling menjilat-jilat lidah. Aku kembali menyepong kontol Pak Dion. Aku ketagihan. Pak Dion pun mengerang-ngerang keenakan. Aku menyuruhnya berbaring, telentang, telanjang bulat di ranjang yang besar itu, sementara aku tengkurap dan asyik menye-pong kontolnya. Karena keasyikan aku tak menyadari ada orang masuk. Tiba-tiba aku merasakan sensasi kenikmatan luar biasa lewat pantatku. Terasa sebuah kontol yang besar dan panjang, mendorong-dorong pantatku. Ternyata Pak Anton menindih tubuhku; ia menggigit-gigit leherku. Puncak kenikmatan menyepong Pak Dion dan sodoman Pak Anton begitu membuatku ketagihan. Mula-mula Pak Anton yang memang sudah tak dapat menahan nafsunya mencapai orgasme. Pejunya keluar dengan deras ke dalam pantatku, namun ia malahan makin menyodomku dengan cepat selagi orgasme. Pak Dion juga mulai tak tahan; kontolnya mulai bergetar akan mengeluarkan peju. Namun ternyata Pak Anton ingin mencoba peju Pak Dion. Ia menyuruhku menonton; sementara mulutnya mulai mengisap dan menyedot peju yang keluar dari kontol Pak Dion. Ini membuatku sangat terangsang...benar-benar sangat terangsang.

Nafsuku tak dapat tertahan lagi; menonton Pak Anton menyepong Pak Dion membuatku sangat ketagihan. Kini, Pak Dion yang men-yuruhku telentang, rupanya ia ingin merasakan pejuku yang mulai muncrat. Pak Anton malah makin terangsang. Ia juga ingin merasakan pejuku. Maka Pak Dion dan Pak Anton bergantian menyepong dan menyedot pejuku. Namun mereka belum puas. Mereka ingin menjilat seluruh peju yang tersisa; akhirnya Pak Dion dan Pak Anton

bercumbu dan berciuman, sekaligus menjilat-jilat kontolku. Aku pun mencapai puncak kenikmatan dan pejuku muncrat. Aku lelah. Lelah sekali. Pak Anton mandi. Pak Dion mengeluarkan rokoknya. Aku bersandar di bahunya yang kekar; melingkarkan tanganku di dadanya. Sambil terus merokok, Pak Dion mendorong jari-jariku ke pentilnya yang sudah mengeras sepanjang malam. Kumainkan pentilnya dengan jariku. Pikiranku mulai melayang-layang. Selama ini, Pak Anton apalagi Pak Dion jarang berbicara denganku. Tetapi, ternyata mereka hiperseks. Aku pun terkejut dengan kekua-tan seksku yang mampu melayani mereka berjam-jam. Aku tertidur.

Ternyata aku hanya dapat beristirahat sekejap saja. Tak lama kemudian, nafsu hiperseks Pak Anton muncul lagi. Ia memang sangat menggairahkan. Tubuhnya yang seksi hanya terbalut handuk yang mengelilingi kontolnya. Tak kuduga, ia lalu melepasnya ke lantai. Aku bangun dari ranjang, terangsang. Mana Pak Dion? Kudengar suara air. Ia sedang mandi. Lumayan, masih ada Pak Anton. Kupeluk dia. Aku mencium pipinya. Kucium lehernya yang basah, lalu kujilat dan kugigit-gigit perlahan-lahan. Ia mulai bergairah dan liar. Bibir kami mulai bersentuhan, saling menjelajahi. Lidah kami saling beradu, saling menjilat-jilat.

Pak Anton maju melangkahkan kakinya. Aku mundur dan terdesak ke tembok. Sambil terus bercumbu, tangannya menarik tanganku ke atas. Aku pasrah dan terangsang. Kontolku pun langsung mengeras dan memanjang. Aku melihat kontol Pak Anton berkedut-kedut, menandakan ia sangat terangsang.

"Pantat kamu capek, nggak?" Capek, Pak." Kalau gitu, aku punya kejutan untukmu. Eit, tangan tetap di atas...Buka pahamu, pelan-pelan..."

Kurenggangkan pahaku perlahan-lahan. Pak Anton masih mencumbuku. Tapi, ia memasukkan kontolnya di antara pahaku.

"Jepit!! Jepit!!!" Ia berteriak-teriak terangsang.

Kujepit kontolnya dengan pahaku. Aahh, rasanya nikmat. Kontolnya yang panas menggelegak terasa merangsang.

"Tahan....tahan...." Ia memasukkan kontolnya semakin dalam ke pahaku.
Tangannya masih menahan tanganku. Bibir dan lidahnya masih mencumbu dan menjilatiku dengan liar.

Aku melihat Pak Dion di ujung kamar. Aku mulai terengah-engah menghadapi keliaran Pak Anton. Ia sendiri mulai bergoyang mengikuti hentakan musik dan makin bergairah. Namun, ia masih mampu untuk belum mencapai orgasme. Musik itu makin menghentak-hentak, rupanya Pak Dion telah menyetelnya dengan keras. Aku memberi isyarat pada Pak Dion, karena Pak Anton semakin liar dan ganas. Satu-satunya cara untuk menjinakkan Pak Anton adalah dengan menyodominya. Pak Dion mendekati kami. Ia rupanya sangat menikmati adegan ini.

Ah, hari itu adalah hari yang tak terlupakan...
 
Copyright © 2012 GAY INDO STORIES. All rights reserved.